SIKAP HIDUP TOKOH WANITA DAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOAR SEORANG GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN (Sebuah Studi Sastra Bandingan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh CHRISTIN CAHYONINGRUM C0209012 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
ii
iii
iv
MOTTO Sesulit-sulitnya hidup, paling sulit adalah saat kau mulai mengeluh. (Peneliti) Hidup itu perjuangan, kawan. (Peneliti) Hidup ini bagaikan tarian bagi masing-masing pelakunya. Tinggi maupun rendah, bila kita selaras akan tercipta harmoni yang indah. (Anonim) Tak perlu seluruh dunia, cukup dirimu saja untuk membuat aku bahagia. (Hell Boy) v
PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan kepada: 1. Mama dan Bapak terimakasih atas semua doa serta dukungan dan nasihatnasihatnya. Semoga skripsi ini menjadi salah satu dari sekian hal yang dapat membahagiakan Mama dan Bapak. 2. Dito Cahyo Nugroho, adikku tersayang, terhitam, dan tergemuk. Meski menyebalkan, tapi terimakasih atas bantuannya mengambilkan makan dan minum saat kakiku sakit. 3. Fajar Putra Pamungkas, tidak ada kata lain yang bisa kuucapkan selain berterimakasih dan bersyukur karena Tuhan telah mengutus kamu di sampingku. 4. My lovely best friends, anak-anak SALAT, khususnya Neni Aryani dan Sella Yuni Pradilla, terimakasih selalu membantu. Terimakasih dukungan dan penghiburannya di saat susah maupun bosan. vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, di tangan-nya segala kebaikan dan Dialah Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan bumi. Limpahan berkat, kuasa, dan karunia dari Tuhan Yesus senantiasa menaungi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sikap Hidup Tokoh Wanita dan Nilai-Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoar Seorang Geisha Karya Arthur Golden (Sebuah Studi Sastra Bandingan). Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini perkenankan peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak berikut. 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada peneliti dalam penelitian skripsi ini. 3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penelitian skripsi ini. vii
4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi sekaligus Pembimbing Akademik yang senantiasa sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peneliti. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan untuk peneliti. Peneliti sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan dibimbing skripsi oleh Ibu Murtini. 5. Drs. Albertus Prasojo, M.Sn., Penelaah sekaligus dosen favorit yang menyenangkan dan bersedia bertukar pendapat. 6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung. 7. Mama dan Bapak yang selalu memberikan doa. 8. Fajar Putra Pamungkas. Terima kasih atas segala bantuan bercampur ketulusan dan kasih sayang yang menjadi semangat peneliti. 9. Sahabat-sahabatku Neni, Sella, Anis, Pasca, Tika, Ajhey, Wulan, dan Amel. Terimakasih atas bantuan, semangat, dan kelucuan kalian. Temanteman Sastra Indonesia UNS angkatan 2009 (khususnya Atul), terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada peneliti. 10. Seluruh anggota LPM Kalpadruma, terimakasih telah menemani selama peneliti belajar di kampus ini. Terimakasih atas segala pembelajaran dan persahabatan yang telah diberikan. 11. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada peneliti. viii
Di samping itu, peneliti juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Juli 2013 Peneliti ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... i ii iii iv v vi vii x xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 8 C. Rumusan Masalah... 9 D. Tujuan Penelitian... 9 E. Manfaat Penelitian... 10 F. Sistematika Penelitian... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu... 13 B. Kajian Pustaka... 22 C. Kerangka Pikir... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian... 33 x
B. Pendekatan... 33 C. Metode Penelitian... 33 D. Sumber Data dan Data... 34 E. Teknik Pengumpulan Data... 34 F. Teknik Analisis Data... 35 BAB IV ANALISIS DATA A. Sikap Hidup Tokoh Utama Wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha... 38 1) Tokoh Utama Wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk... 38 2) Tokoh Utama Wanita dalam Memoar Seorang Geisha 51 3) Persamaan dan Perbedaan Sikap Hidup Tokoh Utama Wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 71 1. Persamaan Sikap Hidup Tokoh Utama Wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 71 a. Perempuan Penghibur... 71 b. Perempuan dari Timur... 72 c. Yatim Piatu... 73 d. Berasal dari Keluarga Miskin dan Kalangan Bawah... 74 e. Ketidaknyamanan Menghadapi Ritual Penjualan Keperawanan... 75 xi
f. Sukses Menjalani Profesi... 76 g. Memiliki Cinta Sejati... 76 h. Keinginan untuk Hidup Bersama dengan Orang yang Dicintai... 78 2. Perbedaan Sikap Hidup Tokoh Utama Wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Se- Orang Geisha... 78 a. Sikap terhadap Ritual Penjualan Keperawanan 79 b. Kepandaian... 79 c. Tujuan Hidup dan Cara Mencapai Tujuan Hidup 80 B. Nilai-Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha... 81 1. Nilai-Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk... 82 a. Mendapat Wahyu... 82 b. Menyerahkan Calon Ronggeng kepada Dukun Ronggeng... 83 c. Menggunakan Susuk dan Pekasih... 83 d. Pementasan Perdana... 85 e. Pemandian di Depan Makam Ki Secamenggala.. 85 f. Ritual bukak-klambu... 87 2. Nilai Budaya dalam Memoar Seorang Geisha... 88 a. Mengikuti Sekolah Geisha dan Mendaftarkan Diri sebagai Calon Geisha... 88 xii
b. Belajar Berdandan dari Seniornya... 89 c. Mengubah Gaya Rambut... 91 d. Belajar Tidur Menggunakan Takamura... 92 e. Upacara Kakak-Beradik dan Ritual Pergantian Nama... 92 f. Mengetahui Perhitungan Ohana... 94 g. Menjalani Upacara Mizuage... 95 h. Mengganti Dandanan Rambut untuk Keduakalinya... 97 i. Ritual Penggantian Kerah... 97 1. Persamaan dan Perbedaan Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 98 1.) Persamaan Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 98 a. Pakaian dan Gaya Rambut... 98 b. Tarian dan Nyanyian Tradisional... 99 c. Upacara Penjualan Keperawanan... 100 d. Pertimbangan Religius... 100 e. Diasuh dan Dinaungi oleh Seniornya... 101 2.) Perbedaan Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 103 a. Nilai Religius dan Ekonomi saat Ritual Penjualan Keperawanan... 103 b. Proses Ritual Penjualan Keperawanan... 104 c. Mistis dan Proses Belajar... 105 xiii
C. Perbedaan Sudut Pandang antara Pengarang Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoar Seorang Geisha... 106 BAB V PENUTUP A. Simpulan... 109 B. Saran... 112 DAFTAR PUSTAKA... 113 LAMPIRAN... 115 xiv
ABSTRAK Christin Cahyoningrum. C0209012. 2013. Sikap Hidup Tokoh Wanita dan Nilai- Nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoar Seorang Geisha Karya Arthur Golden (Sebuah Studi Sastra Bandingan). Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang diangkat yaitu (1) Bagaimanakah sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha? (2) Bagaimanakah persamaan dan perbedaan budaya dalam ritual pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha? (3) Bagaimana perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel tersebut? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha. (2) Mengetahui persamaan dan perbedaan budaya dalam ritual pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha. (3) Mencari perbedaan sudut pandang perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari cetakan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 dengan tebal 406 halaman dan novel Memoar Seorang Geisha karya Arthur Golden cetakan PT Gramedia Pustaka Utama. Adapun objek formalnya meliputi persamaan dan perbedaan sikap hidup tokoh utama wanita serta nilai-nilai budaya dalam kedua novel tersebut. Sumber data penelitian ini adalah novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari cetakan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 dengan tebal 406 halaman dan novel Memoar Seorang Geisha karya Arthur Golden cetakan PT Gramedia Pustaka Utama. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata, frase, maupun kaimat yang menunjukkan adanya persamaan serta perbedaan sikap hidup tokoh utama wanita dan nilai-nilai budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha sehubungan dengan teori Sastra Bandingan Aliran Perancis dan teori Antropologi Sastra. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Sikap hidup tokoh utama wanita dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha memiliki persamaan dan perbedaan. Sama seperti Srintil, Sayuri juga berprofesi sebagai wanita penghibur tradisional. Bedanya, Srintil menjadi ronggeng di Banyumas, sedangkan Sayuri menjadi geisha di Jepang. Meski keduanya melewati masalah yang sulit dalam menjadi seorang perempuan penghibur tradisional, tetapi cara Srintil dan Sayuri dalam menyikapi masalah mereka berbeda. Srintil selalu diam dan lebih banyak mencari waktu menenangkan diri untuk lari dari commit masalah, to user tetapi Sayuri menyikapi masalahnya dengan lebih tenang dan menggunakan logika. (2) Persamaan budaya dalam ritual xv
pentahbisan seorang ronggeng dan geisha yang ada pada Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha ada lima. Pertama, ronggeng maupun geisha menggunakan pakaian dan gaya rambut mereka sesuai dengan adat. Kedua, baik ronggeng maupun geisha menyajikan tarian dan nyanyian tradisional. Ketiga, keduanya menjalani upacara penjualan keperawanan sebelum ditahbiskan menjadi ronggeng maupun geisha penuh. Keempat, terdapat pertimbangan religius disepanjang ritual menjadi ronggeng maupun geisha. Kelima, ronggeng maupun geisha diasuh dan dinaungi oleh seniornya. (3) Perbedaan sudut pandang pengarang dalam kedua novel tersebut adalah dualisme sudut pandang yang dilakukan Ahmad Tohari dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Dia memakai sudut pandang sebagai tokoh pria (Rasus) dan sebagai narator, sedangkan Arthur Golden (pengarang Memoar Seorang Geisha) memakai satu sudut pandang di dalam novelnya, yaitu sebagai tokoh utama wanita (Sayuri). Perbedaan selanjutnya adalah pandangan masyarakat yang disampaikan pengarang ke dalam novel mereka. Ahmad Tohari mampu menyampaikan kebudayaan ronggeng berserta pandangan masyarakat Dukuh Paruk terhadap ronggeng karena hidup di dalam lingkungan ronggeng. Pandangan masyarakat inilah yang tidak digambarkan Arthur Golden di dalam novelnya. Dia lebih menekankan tokoh utama daripada posisi geisha di masyarakat. Perbedaan ini disebabkan karena Ahmad Tohari menulis berdasarkan pengamatannya terhadap ronggeng dan budayanya, sedangkan Arthur Golden menulis mengenai geisha berdasarkan hasil wawancara dengan mantan geisha Jepang. xvi