PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMPN 12 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI Oleh BAIQ ELOK SIRMANINGRAT E1R013006 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL SKRIPSI ii
iii PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMPN 12 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017 Baiq Elok Sirmaningrat 1, Ketut Sarjana 2, Amrullah 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII D SMPN 12 Mataram pada pembelajaran materi garis singgung lingkaran tahun pelajaran 2016/2017. Aktivitas dan hasil belajar siswa dikelas tersebut masih rendah, sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Compotition ). Kelebihan dari model ini adalah membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan permasalahan pada pelajaran matematika melalui kegiatan membaca dan menulis. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah: 1) aktivitas siswa meningkat dari siklus ke siklus dan skor aktivitas siswa minimal berkategori aktif, dan 2) hasil belajar dikatakan meningkat apabila ketuntasan klasikal mencapai 85%. Hasil penelitian menunujukan bahwa skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II secara berturut-turut adalah 11,73 dengan kategori aktif dan 13,68 dengan kategori sangat aktif. Ketuntasan klasikal pada siklus I dan II masing-masing adalah 67,65%; 85,29%. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif CIRC pada materi garis singgung lingkaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII D SMPN 12 Mataram tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, pembelajaran, kooperatif, CIRC 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Mataram. Email: baiqeloks14@gmail.com 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Mataram 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Mataram
iv THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION) ON THE TANGENT CIRCLE MATERIAL TO IMPROVE THE STUDENTS ACTIVITY AND ACHIEVEMENT OF MATHEMATIC OF CLASS VIII D SMPN 12 MATARAM ACADEMIC YEARS 2016/2017 Baiq Elok Sirmaningrat, Ketut Sarjana, Amrullah ABSTRACT This research is aimed to improve activity and achievement of students at class VIII D SMPN 12 Mataram Academic Years 2016/2017. Student s activity and achievement in the class VIII D were low, so we need a model that can improve the student s activity and students achievements. One of the models of learning that can use to improve student s activity was cooperative learning model type CIRC (Cooperative Integrated Reading and Competition). The purpose of this model was to improve student s understanding of the concepts and student s problemin mathematics by using reading and writing activities. The indicator of success of this research was: 1) the student s activity improvement of previous cycle and has score at least into active category, and 2) student s achievement is say improve if classical completeness at least 85%. The results showed that the average score of student s activity in the first cycle was 11. 73 with categorized as active learner and in the second cycle was 13.68 with categorized as super-active learner. The classical completeness of the results of the evaluation cycle I and cycle II respectively were 67. 65% and 85. 29%. According to the results from cycle I to cycle II, it could be concluded that the implementation of cooperative learning model type CIRC on the tangent circle material can improve the activity and student s achievement at class VIII D SMPN 12 Mataram academic years 2016/2017. Keywords: activity, achievement, cooperative learning, CIRC 1 Study Program of Mathematics Education, Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University. Email: baiqeloks14@gmail.com 2 Lecture s Study Program of Mathematics Education, Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University 3 Lecture s Study Program of Mathematics Education, Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University
v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..i HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL SKRIPSI... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v I. PENDAHULUAN... 1 II. METODE PENELITIAN... 3 III. HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 IV. SIMPULAN DAN SARAN... 9 DAFTAR PUSTAKA... 10
1 I. PENDAHULUAN SMPN 12 Mataram memiliki harapan yang ingin dicapai yaitu adanya peningkatan kualitas pendidikan pada semua mata pelajaran. Demikian juga pada mata pelajaran matematika, yang ditandai dengan tuntasnya hasil belajar setiap kelas. Akan tetapi, hasil belajar siswa SMPN 12 Mataram kelas VIII pada pembelajaran matematika belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan umum semester genap kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 siswa kelas VIII SMPN 12 Mataram pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Semester Genap Matematika Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 SMPN 12 Mataram No. Kelas Rata-Rata Nilai Ketuntasan Klasikal 1 VIII C 63,68 44,45 % 2 VIII D 58,08 30 % 3 VIII E 63,38 42,85 % 4 VIII F 63,30 38,23 % (Sumber: Daftar nilai guru matematika kelas VIII) Dilihat dari ketuntasan pada Tabel 1.1, keseluruhan kelas VIII SMPN 12 Mataram tergolong belum tuntas atau sebagian besar siswa kelas VIII tahun pelajaran SMPN 12 Mataram memperoleh hasil belajar dibawah KKM yaitu 71. Materi ajar yang dipelajari siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 adalah Lingkaran, Garis Singgung Lingkaran, Kubus dan Balok, dan Bangun Ruang Sisi Datar Limas dan Prisma Tegak. Hasil ulangan harian umum semester genap kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 siswa kelas VIII SMPN 12 Mataram dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Semester Genap Matematika Kelas VIII SMPN 12 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016 Ketuntasan No. Materi Rata-rata Nilai Klasikal 1 Lingkaran 62,77 57,37 % 2 Garis Singgung Lingkaran 52, 77 40,14 % 3 Kubus dan Balok 63,57 56,55 % 4 Limas dan Prisma Tegak 63,09 59,01 % (Sumber: Daftar nilai guru matematika kelas VIII) Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa pada tahun ajaran 2015/2016 materi Garis Singgung Lingkaran merupakan materi yang hasil belajarnya paling rendah dibandingkan dengan materi pokok lainnya. Materi Garis Singgung Lingkaran memiliki ketuntasan klasikal 40,14 % dan rata-rata nilainya adalah 52,77. Hal ini menandakan penguasaan
2 materi Garis Singgung Lingkaran pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2015/2016 masih rendah. Ketidak tuntasannya hasil belajar juga terjadi pada kelas VIII tahun ajaran 2016/2017, hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal nilai ulangan tengah semester 2016/2017 yang masih dibawah 85%. Kelas yang memiliki ketuntasan klasikal terendah adalah kelas VIII D dengan ketuntasan klasikal 32, 35 % dan rata-rata nilainya adalah 52,67. Selain itu telah dilakukan observai pada kelas VIII, didapatkan informasi bahwa siswa kelas VIII tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran, hanya mencatat materi pelajaran yang ada di papan tulis, dan tidak ada antusias untuk maju mengerjakan soal. Pola belajar dan karakter siswa tahun pelajaran 2016/2017 ini, memiliki kesamaan dengan siswa tahun pelajaran 2015/2016. Salah satu kesamaan karakteristiknya siswa berasal dari lingkungan yang sama dan memiliki usia yang sama. Sehingga diduga rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas VIII D tahun pelajaran 2016/2017 akan terulang pada materi garis singgung lingkaran. Pada kelas VIII D didapatkan informasi bahwa: 1) metode pembelajaran yang digunakan guru belum mengoptimalkan keaktifan siswa. Dalam hal ini guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal dan latihan soal, hingga memberikan pekerjaan rumah, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pelajaran yang ada di papan tulis. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran seperti alat peraga, LKS, diagram charta dan lain-lain; 2) siswa kurang memperhatikan guru saat mejelaskan pelajaran. Hal ini dilihat dari siswa sering meminta izin kepada guru untuk keluar kelas dan bermain-main saat guru menjelaskan materi. Selain itu berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VIII diperoleh informasi bahwa siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal cerita. Hal ini sesuai dengan pengamatan, dimana saat pelajaran materi Teorema Phytagoras dan Sistem Persamaan Linear Dua Vaiabel (SPLDV) siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Materi teorema phytagoras merupakan salah satu materi prasyarat dalam materi garis singgung lingkaran. Selain itu saat menerapkan diskusi kelompok walaupun belum berjalan secara optimal tetapi siswa lebih antusias dalam belajar, ketika diberi pertanyaan atau soal siswa masih memiliki inisiatif untuk mencari jawaban di buku pelajaran atau sumber lain, dan siswa masih mau bertanya kepada temannya jika mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Hal ini menandakan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk berdiskusi dan saling menjelaskan kepada temannya. Selain itu juga siswa sangat antusias untuk
3 mengerjakan soal di depan kelas saat diberikan penghargaan atau hadiah walaupun jawaban soal yang dikerjakan. Sehingga dengan menggunakan diskusi kelompok melalui kegiatan membaca bahan bacaan mengenai permasalahan sehari-sehari untuk menemukan konsep dan merangkum hasil diskusi kemudian digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau soal cerita yang terkait dengan garis singgung lingkaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan permasalahan pada kelas VIII D yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Pembelajaran CIRC merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Stevens, dkk. Model ini memadukan kemampuan membaca dan menulis siswa. Membaca artinya siswa membangun pemahaman konsep dari suatu permasalahan yang diberikan dengan mengungkapkan ide-ide awal yang dimiliki. Sedangkan menulis artinya siswa mampu merangkum konsep yang sudah dipahami dengan benar. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dirancang untuk mengakomodasi level kemampuan siswa yang beragam (Huda, 2015: 126). Kelebihan model kooperatif tipe CIRC ini adalah membantu para siswa untuk mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2005: 203). Selain itu model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mengenai permasalahan sehari-hari. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada materi garis singgung lingkaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII D tahun ajaran 2016/2017?. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi Garis Singgung Lingkaran kelas VIII D SMPN 12 Mataram tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Aqib (2009: 3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu
4 tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan dan evaluasi, dan tahap refleksi (Aqib, 2009:30). Penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan silabus yang telah disusun dan cakupan materi garis singgung lingkaran yang dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar dan satu kali pertemuan untuk evaluasi, dan siklus II terdiri atas dua kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar dan satu kali pertemuan untuk evaluasi. Terdapat lima tahapan kegiatan dalam tiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru, dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan instrumen berupa tes uraian. Tes ini diberikan pada akhir tiap siklusnya. Sumber data penelitian ini berasal dari siswa dan guru kelas VIII D semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Data Aktivitas Siswa Untuk menghitung skor aktivitas belajar siswa digunakan rumus berikut. Keterangan: : skor aktivitas belajar siswa : rata-rata skor setiap indikator (Nurkancana, 1990: 173) Kriteria aktivitas siswa digunakan skor standar seperti yang tertera pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1990: 103) Tabel 1. Pedoman Kriteria Aktivitas Belajar Siswa (X) Interval Skor Kategori X MI + 1,5 SDI X 13,5 Sangat Aktif MI + 0,5 SDI X MI + 1,5 SDI 10,5 X 13,5 Aktif MI 0,5 SDI X MI + 0,5 SDI 7,5 X 10,5 Cukup Aktif MI 1,5 SDI X MI - 0,5 SDI 4,5 X 7,5 Kurang Aktif X MI 1,5 SDI X 7,5 Tidak Aktif
5 b. Data Hasil Belajar Siswa Secara individu, siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila memperoleh skor kriteria ketuntansan minimal (KKM), dengan KKM yaitu 71. Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: = Ketuntasan belajar klasikal = Banyaknya siswa yang memperoleh skor > 71 = Banyaknya siswa yang mengikuti tes Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah tercapainya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut: 1) aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas belajar siswa minimal berkategori aktif dari siklus sebelumnya, 2) hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila minimal 85% siswa tuntas belajar dengan KKM 71. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa menggunakan lembar observasi serta data hasil evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Adapun ringkasan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel. 3 Ringkasan Hasil Penelitian Aktivitas Guru Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Siklus I II Pert. Ratarata Skor Kategori Skor Skor 1 13 11 2 14 Sangat 14,33 11,94 Baik 3 16 12, 27 1 16 Sangat 13,2 16 2 16 baik 14,17 Ratarata Skor Kategori Nilai Ratarata Ketuntasan Belajar 11,73 Aktif 69,98 67,65 % 13,68 Sangat Aktif 81,76 85,29 % Berdasarkan Tabel 3 skor aktivitas guru pada pertemuan siklus I adalah 14,33 dengan kategori sangat baik. Skor aktivitas guru diperoleh dari kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan 1,2, dan 3. Adapun kekurangan pada aktivitas guru pada siklus I seperti pada fase membantu kerja tim dan belajar dalam kegiatan diskusi guru tidak
6 mengarahkan siswa untuk membaca permasalahan pada LKS karena guru terburu-buru membagikan LKS sehingga guru lupa untuk mengarahkan siswa membaca permasalahan yang ada di LKS, terburu-burunya guru dikarenakan adanya pemeriksaan kerapian di kelas yang dilakukan oleh guru BK (Bimbingan Konseling) saat kegiatan pembelajaran sehingga waktu terpotong dan tidak sesuai dengan perencanaan. Selain itu, siswa membutuhkan waktu banyak untuk berdiskusi mengerjakan LKS sehingga guru tidak mengakhiri kegiatan diskusi dengan tepat waktu dikarenakan tidak memperhatikan waktu. Hal ini menyebabkan masih ada kegiatan di akhir pembelajaran yang tidak terlaksana seperti mengajak siswa untuk membuat kesimpulan di akhir pelajaran pada pertemuan 1, menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya pada pertemuan 2, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berani menyampaikan pendapat maupu pertayaan terhadap hasil diskusi kelompok yang dipresentasikan pada pertemuan 1. Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I berada pada kategori aktif dengan rata-rata skor aktivitas siswa mencapai 11,27. Akan tetapi ada beberapa kekurangan aktivitas pembelajaran siswa, yaitu: 1) Pertemuan 1 dan 2 sebagian besar siswa tidak bisa merespon pertanyaan guru terkait materi prasyarat yang di ajarkan pada fase menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi untuk mempersiapkan peserta didik. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memiliki rasa percaya diri saat menjawab atau takut salah dalam menjawab pertanyaan tersebut, selain itu juga siswa tidak mengulang kembali materi yang sudah dipelajarinya dan pada saat pembelajaran siswa tidak benar-benar memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa mudah lupa dengan materi tersebut. Selain itu masih banyak siswa yang tidak menyiapkan perlengkapan belajar walaupun guru sudah mengingatkan untuk tetap mebawa perlengkapan alat belajar, hal ini dikarenakan siswa beralasan bahwa lupa untuk membawa dan masih ada yang belum memilikinya. 2) Pada fase membantu kerja tim dan belajar, kekurangannya terletak pada saat kegiatan diskusi pertemuan 2 dan 3 ketergantungan siswa yang kurang mampu dalam menguasai pelajaran terhadap siswa yang mampu menguasi pelajaran dengan baik sehingga siswa yang kurang mampu cenderung mengandalkan temannya yang di anggap lebih mampu. Akibatnya pengerjaan LKS di dominasi oleh siswa pintar. 3). Pada fase membantu kerja tim dan belajar saat kegiatan menulis, pertemuan pertama siswa masih kebingungan dalam menuliskan kesimpulan menggunakan bahasa mereka sendiri, mengerjakan LKS saat menentukan rumus menghitung panjang ruas garis
7 singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran pada pertemuan 2, dan juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan garis singgung singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran pada pertemuan 3. 4) Pada fase evaluasi kegiatan persentasi, siswa yang memberi tanggapan ataupun mengoreksi hasil diskusi kelompok persentasi masih kurang dikarenakan masih kurangnya keberanian siswa dalam mengungkapkan tanggapannya dan masih ada siswa yang tidak memperhatikan kelompok yang presentasi, sehingga pada akhir pembelajaranpun belum banyak siswa yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran saat itu dengan benar. Hasil belajar kelas VIII D SMPN 12 Mataram terlihat pada Tabel 3 yaitu dimana persentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 67,65% dengan nilai rata-rata 69,98. Menurut siswa, soal yang diberikan terlalu susah dan jumlah soal terlalu banyak. Siswa masih kesulitan dalam menjawab soal mengenai ruas garis singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran. Kesalahan terjadi saat membedakan rumus garis singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang memiliki skor rendah pada nomer 4 hingga memiliki skor 0 dari 33 dikarenakan tidak menjawab sama sekali. Selain itu juga siswa kesusahan dalam menjawab soal nomer 2, dimana soal tersebut di modifikasi dari contoh soal yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya. Contoh soal yang biasa diberikan yaitu menghitung panjang ruas garis singgung lingkaran yang ditarik dari titik luar lingkaran, sedangkan soal evaluasi yang diberikan adalah menghitung jarak antara titik pusat lingkaran dengan titik di luar lingkaran, hal ini disebabkan karena siswa masih kurang memahami teorema phytagoras yang merupakan materi prasyarat garis singgung lingkaran. Siswa yang memiliki nilai terendah yaitu siswa yang sering tidak memperhatikan kelompok presentasi dan memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran di depan kelas, selain itu juga jarang mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Adapun perbaikan yang dilakukan guru pada siklus II yaitu: 1)memberikan dorongan motivasi seperti menginformasikan manfaat mempelajari materi tersebut agar siswa semangat dalam belajar, 2) guru lebih santai dan tidak terburu-buru dalam menyampaikan informasi pembelajaran, 3) membagikan masing-masing 2 LKS di setiap kelompok agar semua siswa dalam kelompok berpartisipasi dalam diskusi, 4) guru merubah penataan kelas saat pembelajaran seperti posisi duduk siswa berkemampuan kurang disebelah siswa yang berkemampuan tinggi agar semua siswa memiliki tanggungjawab masing-masing dan terlibat aktif ketika diskusi kelompok sehingga siswa
8 bekerja secara maksimal, serta 5) guru juga lebih tegas dalam memberikan teguran berupa nasihat dan sanksi berupa tugas tambahan dan pengurangan nilai kepada siswa yang sering memancing keributan didalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, diperoleh peningkatan skor aktivitas siswa pada siklus II yang terlihat pada Tabel 5.8 menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 13,68 berkategori sangat aktif. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok berbantuan LKS dan presentasi di depan kelas. Hal ini ditunjukkan ketika pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe CIRC pada kegiatan diskusi kelompok terlihat siswa antusias berdiskusi di kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada LKS. Hasil belajar siswa didapatkan nilai rata-rata kelas yaitu 93,13 dengan ketuntasan klasikal 85, 29%. Oleh karena itu, pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan dan pemberian tindakan dihentikan pada siklus II. Hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena kegiatan diskusi kelompok terlaksana secara maksimal dimana setiap siswa terlibat secara aktif. Dengan kata lain aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian dapat dihentikan. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas belajar siswa meningkat yang menyebabkan hasil belajar siswa juga meningkat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Slameto (2003:36) yang menyatakan bahwa dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, pengetahuan yang dimiliki siswa berkembang dengan lebih baik yang pada akhir mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC menjadikan siswa dapat mengolah informasi dan dapat menggabungkan pengetahuan awal dengan materi yang baru dipelajari. Didukung oleh beberapa faktor diantaranya pemberian apersepsi dan motivasi yang baik kepada siswa di awal pembelajaran karena Sardiman (2011: 91) mengatakan di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan minat, aktivitas dan inisiatif, serta mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Pemberian penguatan dengan menyimpulkan materi di akhir pembelajaran dapat menguatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari, pengorganisasian waktu yang baik, bimbingan guru yang optimal dan tentunya diperlukan penguasaan kelas yang baik dalam berlangsungnya pembelajaran. Dengan demikian penerapan model pembelajaran ini membuat
9 pengetahuan lebih tertanam dalam ingatan siswa. Akibatnya hasil belajar dapat meningkat menjadi lebih baik. Selain itu dengan saling tolong menolong antar teman saat diskusi membuat siswa lebih mudah untuk memahami serta mengingat materi yang dipelajari saat itu. Hal ini sejalan dengan Sthal (1994) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong menolong dalam prilaku sosial (Isjoni, 2007: 12). Dengan demikian berdasarkan pembahasan dan sejalan dengan teori para ahli diatas bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi trigonometri siswa kelas VIII D SMPN 12 Mataram tahun ajaran 2016/2017. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi garis singgung lingkaran siswa kelas VIII D SMPN 12 Mataram tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada akhir siklus II yaitu 13,68 dengan kategori sangat aktif. Begitu juga dengan hasil belajar dengan ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus II sebesar 85,29%. Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah (1) Bagi guru matematika di kelas VIII D SMPN 12 Mataram diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition sebagai alternatif pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa; (2) Bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam pembelajaran agar memperoleh hasil yang lebih baik, perlu diperhatikan alokasi waktu untuk kegiatan membaca dan menulis, yakni harus lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar interaksi siswa dalam kerja kelompok dapat berjalan optimal serta guru bisa memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa benar-benar dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang ditemukan.
10 DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya. Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning: Motode, Teknik, Strukur, dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2007. Cooperative Learnig: Efektivitas Permbelajaran Berkelompok. Bandung: Alpabeta. Nurkancana, W. & Sunartana, PPN. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning ( Teori, Riset Dan Praktik ). Bandung: Nusa Media.