BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. memiliki relevansi pada penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang memiliki makna, meskipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Struktur kalimat bahasa Jepang adalah SOP, sedangkan struktur

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi pada penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai acuan, referensi perbandingan dan pertimbangan dalam penelitian yang akan dilakukan. Anggaraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri yang Berfungsi sebagai Setsuzokushi dalam Novel Ryoma ga Yuku Karya Ryoutarou Shiba. Dalam penelitiannya, Anggaraini menganalisis mengenai bentuk dan perbedaan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri. Metode yang digunakan dalam menganalisis data-data tersebut adalah metode agih dan teknik ganti dari Sudaryanto. Dalam menganalisis bentuk uchi ni, aida ni, dan kagiri digunakan pendapat Makino dan Tsutsui (1989), sedangkan untuk menganalisis perbedaan maknanya digunakan teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001). Hasil dari penelitian Anggaraini menunjukan bahwa ditemukan persamaan fungsi setsuzokushi uchi ni dan aida ni yaitu digunakan untuk menyatakan adanya perubahan yang terjadi dari a ke b pada saat terjadinya suatu situasi atau tindakan yang dilakukan dalam jangka waktu yang sama. Perubahan yang dimaksud misalnya pada saat jangka waktu yang sama terjadi 9

10 pergerakan dari duduk ke berdiri. Namun perubahan tersebut tidak terkandung dalam setsuzokushi kagiri. Perbedaan uchi ni, aida ni dan kagiri adalah setsuzokushi uchi ni mengandung kesan mumpung yang menyatakan kegiatan yang dilakukan secara bersamaan. Rentang waktu yang lama maupun yang singkat dapat dinyatakan dengan setsuzokushi aida ni, sedangkan uchi ni hanya digunakan untuk menyatakan rentang waktu yang pendek. Setsuzokushi kagiri hanya dapat menekankan pada kesan adanya suatu persyaratan dan tidak dapat menyatakan rentang waktu. Setsuzokushi uchi ni dan aida ni dapat saling menggantikan dalam beberapa kalimat yang menyatakan rentang waktu sedangkan kagiri tidak dapat menggantikan aida ni dan uchi ni. Persamaan antara penelitian Anggaraini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu dari segi teori dan metode analisis, menggunakan teori makna yang dikemukakan oleh Pateda dan juga metode agih untuk menganalisis data. Namun terdapat perbedaan pada permasalahan yang dibahas. Penelitian Anggaraini hanya menganalisis bentuk dan perbedaan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini tidak hanya menganalisis bentuk tetapi juga menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa. Dalam penelitian Anggaraini, tidak dibahas mengenai setsuzokushi ijo wa sehingga penelitian ini memiliki kelebihan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Anggaraini. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Anggaraini dapat dipahami mengenai cara menggunakan

11 metode dan teknik untuk menganalisis setsuzokushi, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan. Padmawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Setsuzokushi Shikashi dan Demo dalam novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami. Dalam penelitiannya, Padmawati menganalisis mengenai perbedaan penggunaan setsuzokushi shikashi dan demo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami. Data-data setsuzokushi tersebut dianalisis dengan metode agih dan teknik dasar bagi unsur langsung serta teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan kedua setsuzokushi tersebut, Padmawati menggunakan teori setsuzokushi shikashi dan teori setsuzokushi demo yang dikemukakan oleh Yuriko dkk (1998). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati menunjukan bahwa terdapat perbedaan penggunaan antara setsuzokushi shikashi dan demo. Shikashi digunakan pada saat menceritakan tokoh yang dianggap penting dalam cerita dan digunakan dalam ragam bahasa tulis, sedangkan demo digunakan untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang bersifat pribadi yang menyatakan perasaan pembicara secara pribadi. Demo tidak dapat menggantikan shikashi ketika kedua kalimat yang dihubungkan oleh shikashi merupakan bentuk {~de aru}. Persamaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati dengan penelitian ini yaitu terletak pada metode yang digunakan yaitu metode agih dalam menganalisis data, sedangkan perbedaannya terletak pada teori

12 yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teori sintaksis yang dikemukakan oleh Verhaar (2012) yang dikaitkan dengan pendapat dari Makino dan Tsutsui (1989) tentang struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa. Teori serta pendapat tersebut dalam kaitannya digunakan untuk menganalisis penggunaan setsuzokushi khususnya dalam menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung (setsuzokushi) uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryo taro Shiba. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Padmawati dapat dipahami cara menggunakan metode agih untuk menganalisis penggunaan setsuzokushi, sehingga dapat dijadikan refrensi untuk penelitian yang akan dilakukan. Penelitian berikutnya mengenai analisis setsuzokushi telah dilakukan oleh Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novel Kappa Karya Akutagawa Ryu nosuke. Dalam penelitiannya, Dwita menganalisis mengenai perbedaan fungsi dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dengan metode agih dan teknik baca markah. Untuk menganalisis perbedaan fungsi setsuzokushi ga dan keredomo mengacu pada pendapat dari beberapa ahli yaitu Koizumi (1993), Takayuki (1993), Yuriko dkk (1998) serta Katsumi dan Y. Shinichi (1998) tentang setsuzokushi ga dan keredomo. Kemudian, untuk menganalisis perbedaan makna setsuzokushi ga dan keredomo digunakan teori makna gramatikal yang dikemukakan oleh Abdul Chaer.

13 Hasil penelitan yang telah dilakukan oleh Dwita menunjukan bahwa setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama dan juga beberapa fungsi yang berbeda. Persamaan fungsi setsuzokushi ga dan keredomo yaitu digunakan untuk menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi dan menunjukan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi lain yang tidak dimiliki oleh ga yaitu menyatukan dua hal yang berbeda. Kemudian perbedaan antara setsuzokushi ga dan keredomo adalah ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan dibandingkan keredomo, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat. Secara arti ga dapat menggantikan keredomo dengan memperhatikan konteksnya sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang dihubungkan oleh ga merupakan bahasa hormat. Persamaan antara penelitian Dwita dengan penelitian yang dilakukan, yaitu dari segi metode analisis data menggunakan metode agih, dari segi permasalahan yang diambil menganalisis makna setsuzokushi. Namun perbedaannya adalah terletak dari teori yang digunakan dalam menganalisis makna. Dwita menggunakan teori makna gramatikal sedangkan penelitian ini akan menggunakan teori makna kontekstual yang dikemukakan oleh Pateda (2011). Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Dwita dapat dipahami cara menggunakan metode agih, cara membandingkan setsuzokushi yang

14 memiliki padanan kata yang sama dengan menggunakan teori makna, sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang akan dilakukan. 1.2 Konsep Berikut ini adalah beberapa konsep atau definisi dasar yang menjadi acuan dalam penelitian. Pemaparan konsep-konsep bertujuan untuk menyamakan persepsi dari istilah-istilah yang digunakan. Adapun beberapa konsep yang digunakan yaitu: 2.2.1 Setsuzokushi Setsuzokushi yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan konjungsi atau kata sambung, merupakan kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat atau menghubungkan kalimat dengan bagian-bagian kalimat. Setsuzokushi tidak dapat digunakan sebagai subjek, objek predikat atau adverbia (kata keterangan) Nagayama dalam Sudjianto (1996: 101). Setsuzokushi juga memiliki fungsi dalam penggunaannya. Nagayama dalam Sudjianto (1996: 101-105) menyatakan setsuzokushi memiliki tiga fungsi yaitu: 1. Digunakan untuk menjajarkan, merangkaikan atau mengumpulkan beberapa kata. Contohnya : mata wa, narabi ni, oyobi dan lainlain.

15 2. Digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau lebih dalam sebuah kalimat serta menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Contohnya: shikamo, mata, shikashi, dan lain-lain. 3. Digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang kalimat pertamanya memiliki hubungan dengan kalimat berikutnya. Contohnya: daga, soretemo, shikashi, uchi ni, aida ni, kagiri, ijou wa dan lain-lain. Berdasarkan ketiga fungsi setsuzokushi tersebut, setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa termasuk pada fungsi setsuzokushi nomor tiga, yaitu digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang kalimat pertamanya memiliki hubungan dengan kalimat berikutnya. Berikut adalah definisi dasar mengenai setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa: 2.2.1.1 Uchi ni Makino dan Tsutsui (1989) menjelaskan mengenai uchi ni yaitu sebagai berikut: (Uchi ni) is a conjuction which express during a period when a certain situasion remains in effect. While; before; during (Uchi ni) adalah konjungsi yang digunakan untuk menyatakan periode, ketika suatu situasi sedang berlangsung. Ketika;selagi; sebelum;selama (ADBJG,1989:512) Contoh: 1. 前田さんはアメリカにいるうちに英語が上手になった Maeda san wa Amerika ni iru uchi ni eigo ga jyouzu ni natta. Selama tinggal di Amerika, Maeda menjadi pintar berbahasa Inggris (ADBJG, 1989:512)

16 2.2.1.2 Aida ni Makino dan Tsutsui (1986) menyatakan mengenai aida ni adalah sebagai berikut : The space between two temporal or physical points. During (the time when); while Ruang antara dua keadaan membatasi antara titik awal dan titik akhir. Selama (ketika); ketika (ADBJG, 1986:67) Contoh: 2. 私が食べている間に山田さんが来ました Watashi ga tabete iru aida ni Yamada san ga kimashita. Ketika saya makan, Tuan Yamada datang (ADBJG,1986:68) 2.2.1.3 Kagiri Makino dan Tsutsui (1995) menjelaskan mengenai kagiri dengan menyatakan bahwa: A conjunction which expresses the idea as long as (a certain condition is met) or as long as (= to the extent) (Kagiri) merupakan konjungsi (kata penghubung) yang mengekspresikan ide yang memiliki arti selama (untuk keadaan yang pasti) atau selama (batasan) (ADIJG, 1995:82) Contoh: 3. 私がここにいる限り心配は無用です Watashi ga koko ni iru kagiri shinpai wa muyou desu. Selama saya di sini kamu tidak perlu khawatir (ADIJG, 1995:82)

17 2.2.1.4 Ijo wa Makino dan Tsutsui (1995) menjelaskan mengenai ijo wa dengan menyatakan bahwa: A conjunction indicating the speaker s/ writer s strong feeling that there should be a very strong logical/ natural connection between what precedes the conjunction and what follow it. Since; now that; once; if~ at all; as long as (Ijo wa) merupakan sebuah kata penghubung yang menunjukan perasaan yang kuat milik pembicara atau penulis yang harus logis atau alami antara apa yang mendahului kata penghubung tersebut dan apa yang mengikutinya. Ijo wa memiliki arti sejak; selama (ADIJG, 1995: 65) 4. 日本語を始めた以上 良く話して 聞けて 読めて 書けるようになるまで頑張ります Nihongo wo hajimeta ijou, yoku hanashite, kikete, yomete, kakeru youni naru made ganbarimasu. Sejak saya mulai belajar bahasa Jepang, saya akan semangat sampai bisa berbicara, mendengar, membaca dan menulis dengan baik (ADIJG, 1995:65) 5. 体を良く動かしている以上は 人間の体は衰えないらしい 2.2.2 Makna Karada wo yoku ugokashite iru ijou wa ningen no karada wa otoroenai rashii. Selama kamu bergerak, tubuhmu akan kuat (ADIJG, 1995:65) Kridalaksana (2001:132) mengartikan makna (meaning, linguistic meaning, sense) sebagai: 1) maksud pembicara; 2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau prilaku manusia atau kelompok manusia; 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa dan

18 alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; 4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Pateda (2001:82) menyatakan bahwa terdapat tiga istilah ketika seseorang mengatakan sesuatu, istilah tersebut antara lain : name, sense dan thing. Soal makna terdapat dalam sense, dan ada hubungan timbal balik antara name dengan pengertian sense. Apabila seseorang mendengar katakata tertentu, ia akan dapat membayangkan bendanya atau sesuatu yang diacu, apabila seseorang membayangkan sesuatu, ia akan segera dapat mengatakan pengertiannya tersebut. Hubungan antara nama dengan pengertian itulah yang disebut dengan makna. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah hubungan kesepadanan antara bahasa atau kata yang diucapkan dengan pengertiannya. 2.3 Kerangka Teori Dalam melakukan suatu penelitian harus dilandasi dengan teori. Dalam menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa digunakan teori sintaksis yang dikemukakan oleh Verhaar (2012). Kemudian untuk menganalisis makna kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa digunakan teori makna kontekstual yang dikemukakan oleh Pateda (2001). 2.3.1 Teori Sintaksis Dalam menganalisis struktur kalimat digunakan teori sintaksis. Verhaar (2012:161) mendefinisikan sintaksis sebagai ilmu yang membahas

19 hubungan antar kata dalam tuturan. Hubungan antar kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi frasa, klausa dan kalimat. Terdapat tiga poin penting dalam menganalisis klausa secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi. Fungsi tersebut meliputi subjek, predikat dan objek yang terkandung dalam sebuah kalimat, kemudian menganalisis kategori-kategori. Kategori tersebut adalah nomina, verba dan preposisi. Ayah membeli beras ketan untuk saya Fungsinya adalah Ayah sebagai (subjek), membeli (predikat) beras ketan (objek), saya (keterangan). Kata keterangan bukan merupakan fungsi. Kategorinya adalah Ayah dan beras ketan merupakan (nomina), membeli (verba), untuk (preposisi), saya (pronomina) (Verhaar, 2012: 163). Fungsifungsi dalam sebuah kalimat diisi dengan berbagai kelas kata, salah satunya yang paling sering digunakan dalam sebuah kalimat adalah kata penghubung. Dalam bahasa Jepang kata penghubung atau konjungsi disebut dengan istilah setsuzokushi. Nagayama dalam Sudjianto (1996: 100) menjelaskan bahwa setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat atau menghubungkan kalimat dengan bagian-bagian kalimat. Teori sintaksis ini akan digunakan untuk menganalisis variasi struktur kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryo taro Shiba yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1989).

20 2.3.1.1 Uchi ni Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur uchi ni: a. Kata kerja bentuk kamus + uchi ni 6. アメリカにいるうちに Amerika ni iru uchi ni Selama berada di Amerika (ADBJG, 1989:513) b. Kata sifat -i + uchi ni 7. 若いうちに Wakai uchi ni Selagi muda c. Kata sifat na + uchi ni 8. 花がきれいなうちに Hana ga kirei na uchi ni Selagi bunga-bunga masih cantik d. Kata benda + no + uchi ni 9. やすみのうちに Yasumi no uchi ni Selagi liburan (ADBJG, 1989:513) (ADBJG, 1989:513) (ADBJG, 1989:513)

21 2.3.1.2 Aida ni Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur aida ni : a. Kata kerja bentuk kamus + aida ni 10. 話している間に Hanashite iru aida ni Ketika sedang berbicara (ADBJG, 1989:68) b. Kata sifat i + aida ni Contoh: 11. 高い間に Takai aida ni Ketika masih mahal c. Kata sifat na + aida ni 12. 静かな間に Shizuka na aida ni Ketika sedang sepi d. Kata benda + no + aida ni 13. 夏休みの間に Natsu yasumi no aida ni Selama liburan musim panas (ADBJG, 1989:68) (ADBJG, 1989:69) (ADBJG, 1989:69)

22 2.3.1.3 Kagiri Makino dan Tsutsui (1995) mengemukakan pendapat mengenai struktur kagiri: a. Kata kerja + kagiri Contoh: 14. 調べた限り Shirabeta kagiri Selama memeriksa (ADIJG,1995:83) b. Kata benda+ de aru + kagiri Contoh: 2.3.1.4 Ijo wa 15. 学生である限り Gakusei de aru kagiri Selama menjadi siswa (ADIJG, 1995:83) Makino dan Tsutsui (1989) mengemukakan pendapat mengenai struktur ijo wa : a. Kata kerja + ijo wa 16. はなす / 話した以上は Hanasu / hanashita ijo wa Sejak berbicara b. Kata benda + de aru + ijo wa (ADIJG, 1995: 64) 17. 先生である以上は Sensei de aru ijo wa Selama menjadi guru (ADIJG, 1995: 64)

23 2.3.2 Makna Kontekstual Makna yang dianalisis dalam penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori yang digunakan ialah mengacu pada pendapat Pateda (2001: 116) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah salah satu jenis makna yang ada dalam kajian ilmu semantik yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Konteks kesamaan bahasa memengaruhi makna secara keseluruhan. Konteks yang dimaksud antara lain sebagai berikut. 1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pendengar atau pembicara, latar belakang sosial atau ekonomi pembicara atau pendengar. Dalam konteks orangan, seseorang dipaksa menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai dengan usia, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan. 2. Konteks situasi, misalnya situasi ribut, situasi aman (kondusif) atau berbahaya. Seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi misalnya menggunakan kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya. 3. Konteks tujuan, misalnya meminta atau mengharapkan sesuatu misalnya tujuan untuk meminta, maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta. 4. Konteks formal atau tidaknya suatu pembicaraan, memaksa seseorang mencari kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.

24 5. Konteks suasana hati pembicara atau pendengar, memaksa seseorang mencari kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara atau pendengar, misalnya takut, gembira atau jengkel. 6. Konteks waktu, misalnya siang atau malam hari (waktu akan beristirahat). Jika seseorang bertamu pada waktu orang akan beristirahat maka orang yang diajak bicara akan merasa kesal. Hal tersebut dapat dilihat dari makna kata-kata yang digunakan seseorang. 7. Konteks tempat, misalnya di bioskop atau di pasar, konteks tempat sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat- tempat tersebut orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa saja misalnya makna yang berhubungan dengan informasi. 8. Konteks objek yaitu hal yang menjadi fokus dalam pembicaraan. Misalnya fokus pembicara adalah tentang ekonomi, maka orang akan mencari katakata yang berkaitan dengan ekonomi. 9. Konteks alat kelengkapan pembicara atau pendengar pada pembicara atau pendengar. misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya ketika sedang melafalkan suatu kata namun kata tersebut tidak dapat dilafalkan dengan baik, sehingga orang yang mendengar tidak dapat memahami apa isi kalimat dan menyebabkan salah pengertian. 10. Konteks kebahasaan yaitu memenuhi atau tidak kaedah kebahasaan antara pembicara dan lawan bicara. Misalnya dalam tulis -menulis hal yang diperhatikan adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan

25 yang perlu diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek dan getaran suara yang menunjukan emosi tertentu. 11. Konteks bahasa yaitu bahasa yang digunakan. Hal ini menandakan bahwa suatu kata atau simbol ujaran tidak akan memiliki makna jika terlepas dari konteks kalimat tersebut. Berdasarkan kesebelas konteks makna yang dikemukakan oleh Pateda (2011:116), akan dianalisis makna kalimat yang mengandung setsuzokushi uchi ni, aida ni, kagiri dan ijo wa dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba sesuai dengan kesebelas konteks makna tersebut.