Hindun Tristya Zumrotin. 1211105021. Pengaruh Perbandingan Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan Tapioka Terhadap Karakteristik Bika Ambon. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha, M. Sc. sebagai pembimbing I dan Ni Made Indri Hapsari, A., S.TP., MP. sebagai pembimbing II. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan puree labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan tapioka terhadap karakteristik bika ambon, serta untuk menentukan perbandingan puree labu kuning dan tapioka yang tepat untuk menghasilkan bika ambon dengan karakteristik terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbandingan puree labu kuning dan tapioka berturut-turut sebagai berikut: 0%:100%, 20%:80%, 40%:60%, 60%:40%, dan 80%:20%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga memperoleh 15 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan puree labu kuning dan tapioka berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein, lemak, karboidrat, beta karoten dan sifat sensoris bika ambon (warna, tekstur, dan penerimaan keseluruhan). Namun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu, aroma, rongga kue, dan rasa. Karakteristik bika ambon terbaik diperoleh dari perlakuan perbandingan 40% puree labu kuning dan 60% tapioka dengan kadar air 38,71%, kadar abu 0,76%, kadar protein 5,05%, kadar lemak 14,05%, kadar karbohidrat 41,43%, beta karoten 4,65 mg/100 gram, warna suka, aroma suka, tekstur agak suka, rongga kue banyak rongga, rasa suka, dan penerimaan keseluruhan suka. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon. 1 vi
Hindun Tristya Zumrotin. 1211105021. The Effect Of The Puree Pumpkin (Cucurbita moschata ex. Poir) And Tapioca Comparison On The Characteristic Of Bika Ambon. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha, M. Sc. as a guidance I and Ni Made Indri Hapsari, A., S.TP., MP. as a guidance II. ABSTRACT This study aims to determine the effect of the puree pumpkin and tapioca comparison on the characteristics of bika ambon and to determine the right ratio of it to produce of the best characteristics. The experimental design used was completely randomized design (CRD) by treatment with puree pumpkin and tapioca as follows : 0%:100%, 20%:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20%. Each treatment was repeated three times to obtain 15 experimental units. The results showed that the treatment was significant effected to water, protein, fat, carbohydrate, and beta carotene contens includes sensory evaluation (colour, texture, and overall acceptance) of bika ambon. Except for the ash content, aroma, cavity cake, and flavor. The best characteristic of bika ambon (38.71% water, 0.76% ash, 5.05% protein, 14.05% fat, 41.43% carbohydrate, 4.65 mg/100g beta carotene contens, 5.55 color (like), 5.70 aroma (like), 5.30 texture (rather like), 3.80 cavity cake (hollows), 6.15 flavor (like) and 5.85 overall acceptance (like)) was produced by ratio of 40% puree pumpkin and 60% tapioca. Keywords : Puree pumpkin, tapioca, bika ambon. vii 1
DAFTAR ISI Judul Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSYARATAN... ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan... 2 1.4 Manfaat... 3 1.5 Hipotesis... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 2.1 Bika Ambon... 4 2.2 Labu Kuning... 5 2.3 Tapioka... 6 2.4 Gula Pasir... 8 2.5 Telur... 9 2.6 Santan... 10 2.7 Terigu... 11 viii 1
iv 2.8 Ragi... 11 2.9 Air... 12 2.10 Margarin... 13 2.11 Pewarna Makanan... 13 III. METODE PENELITIAN... 16 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 16 3.2 Alat dan Bahan... 16 3.2.1 Alat... 16 3.2.2 Bahan... 16 3.3 Rancangan Penelitian... 16 3.4 Pelaksanaan Penelitian... 17 3.4.1 Proses Pembuatan Puree Labu Kuning... 17 3.4.2 Proses Pembuatan Adonan Pengembang (Biang)... 18 3.4.3 Proses Pembuatan Bika Ambon... 19 3.5 Variabel Yang Diamati... 21 3.5.1 Kadar Air... 22 3.5.2 Kadar Abu... 22 3.5.3 Kadar Protein... 23 3.5.4 Kadar Lemak... 23 3.5.5 Kadar Karbohidrat... 24 3.5.6 Beta Karoten... 24 3.5.7 Uji Sensoris... 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30 4.1 Kadar Air... 30 4.2 Kadar Abu... 31 4.3 Kadar Protein... 31 4.4 Kadar Lemak... 32 4.5 Kadar Karbohidrat... 33 4.6 Beta Karoten... 33 ix
v 4.7 Sifat Sensoris... 35 4.7.1 Warna... 35 4.7.2 Aroma... 36 4.7.3 Tekstur... 37 4.7.4 Rongga Kue... 38 4.7.5 Rasa... 39 4.7.6 Penerimaan Keseluruhan... 39 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 41 5.1 Kesimpulan... 41 5.2 Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA... 42 LAMPIRAN... 45 x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bika ambon merupakan kue yang terbuat dari tapioka, telur, gula, santan, terigu, ragi, dan air yang menggunakan proses fermentasi pada tahap pengolahannya (Faridah, 2005). Kue ini memiliki ciri khusus yaitu adanya lubang-lubang kecil pada bagian permukaannya dan setelah dipotong, bagian dalamnya terdapat rongga-rongga (Murtadlo, 2004). Kue ini banyak dijual di pasaran karena kue ini cukup digemari oleh konsumen sebagai makanan camilan maupun kudapan dalam acara tertentu. Ditinjau dari segi gizi, bika ambon mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral serta vitamin B1 yang berasal dari komposisi bahan, dan pada umumnya bika ambon tidak mengandung vitamn A (Anon., 2016). Selain zat gizi, warna juga mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap suatu produk. Salah satu upaya produsen untuk mempertahankan daya tarik konsumen terhadap kue bika ambon adalah dengan menambahkan pewarna sintetis ke dalam produksi bika ambon sehingga bika ambon yang dihasilkan memiliki warna yang menarik. Namun, penggunaan pewarna sintetis yang tidak sesuai takaran yang ditentukan akan memberikan dampak negatif. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila pewarna sintetis yang digunakan diganti dengan pewarna alami yang diperoleh dari bahan alami seperti puree labu kuning. Puree labu kuning merupakan salah satu bentuk olahan labu kuning yang diproses dengan cara dikukus terlebih dahulu kemudian dihancurkan. Puree labu kuning dapat dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi produk pangan lainnya (Suprapti, 2005). Labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) mengandung banyak manfaat dan mudah dijumpai di pasar tradisional maupun modern karena labu kuning merupakan jenis tanaman sayur-sayuran yang memiliki tingkat produksi relatif tinggi di Indonesia yaitu mencapai 369.846 ton yang tercatat dalam BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010 (Santoso dkk., 2013). Hasil panen labu 1
2 kuning yang relatif tinggi mendorong pemerintah untuk mengembangkan pemanfaatan labu kuning ini sebagai bahan olahan pangan. Labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) mengandung senyawa beta karoten yang merupakan salah satu pigmen karotenoid yang mempunyai aktivitas vitamin A sangat tinggi. Dalam saluran pencernaan, sesuai dengan kebutuhan tubuh betakaroten dikonversi oleh sistem enzim menjadi retinol, yang selanjutnya berfungsi sebagai vitamin A. Beta karoten yang tidak digunakan sebagai vitamin A akan berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh yang berfungsi menjaga integritas sel tubuh. Selain itu, labu kuning memiliki kandungan pigmen karotenoid yang tinggi sehingga mampu digunakan sebagai pewarna alami dalam suatu produk (Anam dan Handajani, 2010). Penambahan puree labu kuning sebagai bahan dalam pembuatan bika ambon bertujuan untuk meningkatkan karakteristik bika ambon terutama kandungan provitamin A (β-karoten) serta memberikan warna menarik pada bika ambon yang diperoleh dari pewarna alami labu kuning. Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai karakteristik bika ambon yang ditambahkan puree labu kuning. Dengan dilakukannya penelitian ini maka bika ambon yang mengandung beta karoten akan mampu meningkatkan asupan vitamin A terhadap konsumen bika ambon, selain itu upaya produsen dalam menggunakan pewarna sintetis dapat dikurangi serta dapat mewujudkan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah perbandingan puree labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan tapioka berpengaruh terhadap karakteristik bika ambon? 2. Berapakah tingkat perbandingan puree labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan tapioka yang dapat menghasilkan bika ambon dengan karakteristik terbaik?
3 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan puree labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan tapioka terhadap karakteristik bika ambon. 2. Untuk mengetahui tingkat perbandingan puree labu kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan tapioka yang dapat menghasilkan bika ambon dengan karakteristik terbaik. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada masyarakat dan produsen kue bika ambon tentang perbandingan puree labu kuning dan tapioka yang dapat menghasilkan karakteristik bika ambon terbaik dan disukai oleh konsumen. 2. Menganekaragamkan produk pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal menjadi suatu produk yang benilai gizi tinggi. 1.5 Hipotesis 1. Perbandingan puree labu kuning dan tapioka berpengaruh terhadap karakteristik bika ambon. 2. Tingkat perbandingan tertentu dari puree labu kuning dan tapioka akan menghasilkan bika ambon dengan karakteristik terbaik.