BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

dokumen-dokumen yang mirip
!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 6 Hasil Uji Coba validitas Butir Soal Posttest

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4 Non Equivalent Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen 1 X 1.2 X 1.1 Y 1 Eksperimen 2 X 2.2 X 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Hasil Belajar a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Nilai pretest diambil dari hasil Tes Tengah Semester 2 untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pengujian descriptive statistic menggunakan bantuan SPSS for Windows dan hasilnya dapat dilihat pada Table 4.1. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation eksperimen1 eksperimen2 27 35 80 1577 58.41 11.738 20 45 73 1140 57.00 8.867 Valid N (listwise) 20 Hasil dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest dari kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 58,41 untuk eksperimen 1 dan 57 untuk eksperimen 2. Nilai minimum dari kedua kelas juga berbeda yang secara berturut-turut untuk kelas eksperimen 1 dan 2 adalah 35 dan 45, dengan nilai maksimum 80 dan 73. Standar deviasi kelas ekperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yatu 11.738 > 8.867, hal ini menunjukan bahwa kelas eksperimen 1 lebih beragam. b. Uji kemampuan awal 1) Uji Normalitas Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data pretest. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data nilai pretest berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS. Hasilnya dapat dilihat dari Tabel 4.2 37

38 Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Nilai awal KELAS Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1.135 27.200 *.956 27.306 2.124 20.200 *.941 20.253 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai signifikan untuk uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen 1 adalah 0,305. Nilai signifikan untuk kelas eksperimen 2 adalah 0,253. Kedua nilai signifikan dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen lebih dari 0,05 (5%) yang berarti H 0 diterima dengan kata lain kedua kelas berdistribusi normal. Kurva uji normalitas dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Kurva Uji Normalitas Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 Gambar 4.1 menunjukan bahwa kurva berbentuk normal pada masing-masing kelas. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tapi kedua kurva normal.

39 2) Uji Homogenitas dan Beda Rerata Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom levene s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel 4.3. nilaia wal Equal variances assumed Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-Test Nilai Pretest Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 1.428.238.449 45.655 1.407 3.133-4.904 7.719.468 44.96 9.642 1.407 3.006-4.647 7.462 Nilai signifikan pada kolom levene s test for equality of variances adalah sebesar 0,238 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variansi kedua populasi adalah sama (homogen). Analisis signifikansi (2-talled )dibagian equal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada pretest hampir sama. Sehingga dapat diberikan perlakuan sesuai yang direncanakan. 2. Kemampuan Akhir Hasil Belajar a. Deskripsi Pembelajaran 1) Kelas Eksperimen 1 Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 1 yang mana dikenai model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan

40 kegiatan. Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada Lampiran 11. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membuat siswa cukup aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dalam kelompok dan berdiskusi serta bekerja sama dalam meyelesaikan serta memahami tugas yang diberikan guru. Tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok, siswa kurang antusias karena anggota kelompoknya sudah ditentukan dan mereka tidak satu kelompok dengan teman yang biasa akrab dengan mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya siswa mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang sudah ditentukan. Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 1 yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT membahas tentang materi membaca bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Selama diskusi dalam kelompok, siswa terlihat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompok. Guru berkeliling memberi bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Kebanyakan siswa kesulitan membaca bilangan Romawi yang lebih dari 1000, oleh sebab itu banyak pertanyaan yang dilontarkan siswa dan guru membimbing. Ketika game diadakah siswa begitu antusias mengikutinya, hal ini dilihat pada saat guru membagikan kartu masalah pada kelompok terlihat keseriusan mereka saat berdiskusi mengerjakan soal-soal. Selain itu, siswa yang pandai berusaha sebisa mungkin unuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang hasil jawaban mereka. Jadi saat game dimulai setiap anggota kelompok memahami jawaban mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini juga mempunyai kekurangan salah satunya suasana kelas menjadi gaduh, untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan sebuah peraturan. Peraturan tersebut yaitu jawab diam, artinya dalam menjawab pertanyaan siswa cukup memulai dengan angkat tangan dan tidak boleh bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan Kartu Merah. Pada bagian ini penskoran masih dilakukan oleh guru kemudian dikumpulkan untuk ditotal saat pokok bahasan ini selesai.

Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama. Keaktifan siswa juga masih terlihat pada pertemuan ini. Selesai pembelajaran pada pertemuan kedua guru mengumumkan pada siswa untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan turnamen, siswa diminta untuk menyiapkan diri semaksimal mungkin. Pertemuan ketiga pada kelas ini sama halnya pada pertemuan sebelumnya hanya saja pada pertemuan ketiga tahapan game diganti dengan turnamen. Siswa sangat antusias untuk mengikuti turnamen tersebut, guru juga memotivasi siswa untuk bertanggung jawab atas kelompoknya dengan cara menjawab pertanyaan dengan baik dan benar agar kelompok mereka dapat menjadi kelompok yang memenangkan turnamen. Guru menginformasikan kepada siswa tentang tata cara pelaksanaan turnamen. Siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang tersedia di meja turnamen secara bergantian, dimana setiap orang mendapatkan giliran sebagai pembaca soal dan kunci jawaban. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapatkan poin. Guru mengawasi jalannya turnamen, Setelah turnamen selesai, guru mengumpulkan lembar penilaian kelompok dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru dan siswa mentotal jumlah skor masing-masing kelompok dari pertemuan pertama sampai ketiga, kelompok yang memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan. Guru juga mengumumkan siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik dan kelompok baik, siswa tampak senang. Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal yang kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berbagi ide-ide. Selain itu karena adanya game dan tournament membuat siswa terpacu untuk menjadi yang terbaik, hal ini menambah suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan terhindar dari rasa jenuh. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses pembelajaran dengan TGT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapantahapan pada TGT baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti, 41

42 2) Kelas eksperimen 2 Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 2 yang mana dikenai model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan kegiatan. Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada Lampiran 11. Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa dibentuk dalam kelompok, tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok sama seperti pada kelas eksperimen 1, siswa kurang antusias karena anggota kelompoknya sudah ditentukan dan mereka tidak satu kelompok dengan teman yang biasa akrab dengan mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya siswa mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang sudah ditentukan. Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 2 yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT membahas tentang materi membaca bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Siswa dibentuk dalam kelompok, setiap kelompok diberikan nomor kepala oleh guru dari no 1-5. Selama diskusi dalam kelompok, siswa terlihat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompok, meskipun masih ada yang sibuk sendiri. Guru membagikan kartu masalah kepada setiap kelompok untuk dipikirkan bersama, meskipun didapati siswa yang tidak begitu antusias berdiskusi memecahkan masalah karena mereka beranggapan tidak semua siswa dipanggil untuk mempresentasikan hasil jawaban. Setelah waktu berpikir bersama habis guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil jawaban mereka. Sebbagai usaha untuk mengatasi keramaian di kelas, guru memberikan sebuah peraturan. Peraturan tersebut yaitu jawab diam, artinya dalam menjawab pertanyaan siswa yang dipanggil namanya cukup memulai dengan angkat tangan dan tidak boleh bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan Kartu Merah.Setiap

kelompok berusaha mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya yang akan di total pada saat pokok bahasan selesai. Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama hanya saja kartu masalah yang diberikan berbeda. Keaktifan siswa juga masih terlihat pada pertemuan ini. Pertemuan ketiga diisi dengan guru memberikan permasalahan kepada siswa mengenai materi pada pertemuan pertama dan kedua. Siswa mempresentasikan temuan mereka menurut nomor yang dipanggil oleh guru. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan skor dari pertemuan pertama sampai ketiga mendapatkan penghargaan dari guru. Guru juga mengumumkan siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik dan kelompok baik, siswa tampak senang. Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal yang kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berbagi ide-ide. Tetapi didapati juga siswa yang tidak antusias dalam berdiskusi menyelesaikan permasalahan, hal ini dikarenakan anggapan siswa yang berpikiran bahwa tidak semua siswa terpanggil mempresentasikan hasil mereka jadi ada siswa yang memilih bermalas-malasan sementara permasalahan yang diberikan guru dilimpahkan kepada siswa yang dianggap mampu menguasai materi. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses pembelajaran dengan NHT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapantahapan padanht baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti. b. Deskripsi Data Kemampuan Akhir Hasil belajar melalui posttest didata seperti halnya pada pretest yaitu dihitung mean dan standar deviasi setiap variabel dalam penelitian, serta dilihat nilai maximum dan mimimumnya untuk masing-masing kelas. Data hasil belajar menurut pedoman penskoran yaitu skor tertinggi 100 dan skor terendah 0. Data diolah melalui SPSS versi 16. Hasil pengolahan melalui SPSS 16 terlihat dalam Tabel 4.6 43

44 Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Melalui Posttest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation eksperimen1 27 46.10 100.00 78.6111 15.15120 eksperimen2 20 46.10 100.00 68.4300 17.82329 Valid N (listwise) 20 Hasil dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttes dari kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 78.61 > 68.43.. Nilai minimum dari kedua kelas sama yaitu 46,10, begitu juga dengan nilai maksimumnya adalah sama yaitu 100. Dengan Standar deviasi kelas ekperimen 1 adalah 15.151 dan kelas eksperimen 2 yaitu 17.823 c. Uji Hipotesis 1) Uji Normalitas Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data posttest. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai posttest berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang menggunakan Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS. Hasil uji normalitas untuk Posttest dari kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Uji Normalitas nilai Posttest Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. eksperimen1.196 27.009.928 27.061 eksperimen2.201 20.033.914 20.076 a. Lilliefors Significance Correction Hasil normalitas Dari Tabel 4.7 menunjukan nilai signifikan dari kedua lebih besar dari 0,05 yang dapat dilihat dalam tabel Shapiro- Wilk. Kelas eksperimen 1 nilai signifikanya 0,061 > 0,05 untuk kelas

45 eksperimen 2 adalah 0,076 > 0,05. Berdasarkan uji normalitas maka H 0 diterima dengan kata lain sebaran data dari kedua kelas berdistribusi normal. Selain dapat dilihat dari tabel dapat dilihat dari kurva bahwa data berdistribusi normal. Kurvanya adalah sebagai berikut: Gambar 4.2 Kurva Uji Normalitas Nilai Posttest Gambar 4.2 kurvanya menunjukan data berdistribusi normal. Kurva berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berdistribusi normal dan dapat dilakukan uji lanjutan. 2) Uji Homogenitas dan Independent Sampel T-Test untuk Nilai Posttest Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom levene s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel 4.8.

46 Tabel 4.8 Uji Independent Sampel T-Test Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Std. Error Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper Po Equal ste variances st assumed 1.95 2.169 2.113 45.040 10.18111 4.81852.47612 19.886 10 Equal variances not assumed 2.062 37.0 31.046 10.18111 4.93818.17568 20.186 54 Nilai signifikan pada kolom levene s test for equality of variances adalah sebesar 0.169> 0,05 maka H o diterima dan dapat disimpulkan bahwa variansi kedua populasi adalah sama (homogen). Probabilitas signifikansi (2-talled) sebesar 0,040, karena P < 0,05 maka diketahui H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar metematika kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 setelah diberikan perlakuan. Rata rata hasil belajar matematika menggunakan model NHT adalah 68.43lebih rendah daripada yang menggunakan model TGT yang rata-rata hasil belajarnya adalah 78.61. Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatiif tipe NHT. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas yang sudah diuji kemampuan awalnya. Uji kemampuan awal dilihat dari hasil uji beda rerata pada rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat

dilihat dari hasil uji t, dan diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,665 > 0,05 maka H 0 diterima yang artinya rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 sama dengan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 2 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas memliki kemampuan yang setara atau homogen. Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 adalah bilangan Romawi, yang membedakan antara kedua kelas tersebut adalah perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas. Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan pada kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Data uji hipotesis dilihat dari uji beda rerata pada rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat dilihat dari hasil uji t. Data hasil uji t menunjukan sig ( 2-tailed) yaitu 0,040 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa H 0 ditolak artinya terdapat perbedaan perbedaan hasil belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas IV SD Negeri Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang. Hasil posttest siswa kelas eksperimen 1 yang menggunakan tipe TGT menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 78.61, sedangkan hasil posttest siswa kelas eksperimen 2 yang menggunakan tipe NHT menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 68.43 Jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan tipe NHT. Berdasarkan hasil tersebut, maka H 0 ditolak artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada kelas IV SD Negeri dalam Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang diterima. Dari hasil pengamatan pada kelas ejsperimen 1 yang dikenakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya masing-masing. Hal ini sependapat dengan Slavin yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi. Pembagian kelompok secara heterogen memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membantu dalam memahami konsep pelajaran. Siswa yang mempunyai 47

48 tingkat penguasaan materi yang lebih baik dapat memberikan pemahaman bagi siswa lain dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompoknya dapat menguasai materi dengan baik. Pembelajaran disini akan lebih menyenangkan karena adanya game dan Tournament. Adanya sebuah kompetisi dalam proses pembelajaran yang semua siswa sudah pasti akan mengikuti kompetisi tersebut, maka akan memacu siswa untuk lebih bertanggung jawab dan memahami materi lebih dalam. Sedangkan di dalam kelas eksperimen 2 dikenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Karena guru akan memanggil salah satu nomor dari setiap kelompok, maka setiap kelompok dalam NHT harus memahami dan mengetahui materi yang diberikan. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, meskipun dijumapi juga siswa yang tidak mau berdiskusi di dalam kelompoknya. Dikarenakan Rasa tanggung jawab siswa untuk memahami materi dalam pembelajaran NHT lebih sedikit, karena tidak pasti setiap siswa berpeluang untuk menjawab pertanyaan. Rasa terpacu mereka untuk menyelesaikan masalah juga sedikit. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe NHT membutuhkan waktu yang cukup lama pada tahap penyesuaian model pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa pada umumnya sudah terbiasa dengan pembelajaran model ceramah, drill, dan mencatat yang cenderung lebih banyak menerima materi, sedangkan dalam model pembelajaran kooperatif ini guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Pada dasarnya kedua tipe model pembelajaran kooperatif tersebut melatih siswa untuk saling bekerja sama, mendengarkan dan menerima pendapat dari orang lain sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman siswa secara bersama-sama dalam kelompok. Sehingga penelitian ini sejalan dengan Rahmawati (2011) dengan judul Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournamen (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier dua Variabel Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan TGT dan NHT, dimana kelas yang diberi perlakuan TGT lebih baik dari NHT.