STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DILENGKAPI MODUL, METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DILENGKAPI LKS, DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR SISTEM PERTIDAKSAMAAN LINIER DI SMK PGRI 6 NGAWI TAHUN AJARAN 01/013 LUKAS SUSANTO 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI NGAWI info@stkipngawi.ac.id ABSTRAK Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, seorang guru dituntut untuk senantiasa berinovasi dengan berbagai metode pembelajaran, dimana melalui metode pembelajaran yang tepat, proses belajar akan dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi anak didiknya. Penelitian ini merupakan sebuah bentuk uji coba dalam rangka untuk mencari bentuk pembelajaran yang sesuai dengan kondisi setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara metode pembelajaran STAD dilengkapi modul, metode pembelajaran STAD dilengkapi LKS, dan metode konvensional. Setelah itu akan ditentukan metode mana yang lebih efektif dari ketiga metode tersebut. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X semester SMK PGRI 6 Ngawi tahun ajaran 01/013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan akuntansi yang berjumlah 156 siswa. Sedangkan yang menjadi sampel adalah 116 siswa, 1 siswa tidak mengikuti prosedur tes sehingga yang mengikuti adalah 95 siswa. Sampel diambil secara simple random sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji anava. Dari uji anava, diperoleh F obs = 8,44, F α = 3,11. Karena F obs > F α maka menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan menggunakan tiga metode tersebut. Selanjutnya dari uji komparasi berganda dengan metode scheffe dapat disimpulkan bahwa metode STAD yang dilengkapi modul merupakan metode yang paling cocok untuk dapat meningkatkan hasil belajar secara signifikan. Kata kunci : Metode STAD dilengkapi modul, metode STAD dilengkapi LKS, hasil belajar siswa LATAR BELAKANG Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai metode pembelajaran, di mana melalui metode pembelajaran pada proses belajar akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya, sehingga dimungkinkan diperoleh hasil belajar yang optimal (maksimal). Pada umumnya beberapa permasalahan yang dialami dalam pembelajaran matematika di dalam kelas sebagai berikut: 1. Siswa diberikan catatan materi dan siswa mempelajari dengan sendirinya.. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika, hal ini terlihat dari kurangnya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa untuk mengatasi kesulitan memahami materi. 3. Sumber belajar yang dimiliki siswa terbatas, hanya menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa), dimana dalam kapasitas pemberian materi kurang bervariasi. 4. Siswa banyak mengalami kesulitan perhitungan dalam pembelajaran matematika. Akibat dari kesulitan belajar matematika menyebabkan para siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran. Guru matematika diharapkan dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai kondisi sekolah maupun siswanya. Dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, guru diharapkan dapat menyampaikan materi matematika Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 96
dengan lebih interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan demikian siswa akan lebih antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Berkaitan dengan masalah di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dan penyajian materi matematika dengan lebih menarik, sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi buruk siswa terhadap pelajaran matematika. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang tidak saja mampu secara materi tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan juga dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu siswa menerapkan pengetahuan, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, peranan guru adalah mendorong atau mengkondisikan kelas sedemikian hingga siswa bekerja sama dalam suatu tugas bersama, dan mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas bersamanya. Demikian juga guru harus mengkondisikan agar dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang sama (Subanji, 011:9). Salah satu pembelajaran kooperatif yang sesuai yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Menurut Subanji (011:8), pembelajaran STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dengan langkah-langkah : (1) siswa dibentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya); () guru menyajikan materi pelajaran; (3) guru memberikan tugas kepada kelompok; (4) anggota yang sudah mengerti diminta untuk menjelaskan kepada anggota yang lain sampai semua anggota mengerti; (5) guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa secara individu; (6) guru mengoreksi hasil kuis; (7) guru mengumumkan hasil kuis dan pemenangnya; dan (8) guru bersama siswa membuat kesimpulan. IDENTIFIKASI MASALAH Beberapa permasalahan yang dijumpai saat studi pendahuluan sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran masih dilaksanakan dengan metode ceramah (satu arah), sehingga menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik.. Dengan menggunakan nilai UAN sebagai parameter keberhasilan proses pembelajaran, maka masih dirasa perlu untuk melakukan inovasi dalam model maupun metode pembelajaran, mengingat masih banyak capaian nilai dibawah angka 6 (Data tidak didiskripsikan). PEMBATASAN MASALAH 1. Penelitian ini hanya dilakukan di SMK PGRI 6 Ngawi tahun ajaran 01/013.. Bahan ajar yang di kaji adalah pada kompetensi dasar sistem pertidaksamaan linier. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, STAD dilengkapi LKS, dan metode konvensional?.. Manakah metode pembelajaran yang lebih efektif untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik diantara tiga buah metode yang diuji cobakan?. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, STAD dilengkapi LKS, dan metode konvensional pada kompetensi dasar sistem pertidaksamaan linier.. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang lebih efektif dalam mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, STAD Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 97
dilengkapi LKS, dan metode konvensional. MANFAAT PENELITIAN 1. Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran matematika bahwa metode STAD yang dilengkapi modul serta LKS dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.. Memberikan masukan kepada para guru bidang studi matematika dalam berinovasi menggunakan metode pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar. 3. Memberikan masukan dalam rangka menentukan kebijakan sekolah terkait peningkatan proses belajar mengajar khususnya bidang studi matematika. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika, karena ilmu matematika sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika dilalui secara berturut yang meliputi tahap observasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema teorema. Selain itu, matematika memiliki konsep struktur dan hubungan hubungan yang banyak menggunakan simbol simbol yang sangat penting dalam membantu memanipulasi aturan aturan yang beroperasi dalam struktur struktur. Simbolisasi juga memberikan fasilitas komunikasi sehingga dapat memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi, dan dari informasi inilah dapat dibentuk konsep konsep baru. Dengan demikian, simbol simbol matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara berfikir. Pada aliran konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang dipentingkan adalah bagaimana membentuk pengertian pada anak. Ini berarti bahwa belajar matematika penekanannya adalah pada proses anak belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator. Bourne (dalam Hamzah B. Uno, 007:18), mengemukakan bahwa aliran konstruktivisme dalam matematika penekanannya pada knowing how, yaitu belajar dipandang sebagai orang yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Berbeda dengan knowing that, siswa dipandang sebagai orang yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku. B. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 1990:) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu : 1. Ranah kognitif. Ranah efektif 3. Ranah psikomotorik Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar. C. Pembelajaran Pembelajaran merupakan usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan tingkah laku pada diri pebelajar yang melibatkan interaksi antara individu dengan individu maupun individu dengan lingkungannya. D. Metode Ceramah Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 98
Ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi secara lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar disuatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari pembicara kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Dalam metode ceramah, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urut-urutan langkah dalam menyampaikan isi atau materi tersebut kepada siswa. Pada pengajaran ini, guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, mendefinisikan pengertian dan penjelasan rumus-rumus dilakukan sendiri oleh guru. Pemberian contoh diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti oleh siswa. Mereka hanya meniru cara kerja dan penyelesaian yang dilakukan oleh guru. E. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang efektif adalah Student Teams Achievement Divisions ( STAD). STAD terdiri dari rangkaian pembelajaran yang sederhana, belajar kooperatif dalam memadukan kemampuan kelompok-kelompok dan kuiskuis disertai penghargaan yang diberikan kepada kelompok-kolompok yang anggotanya paling sukses melampaui nilai mereka sendiri sebelumnya. F. Modul Modul adalah suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik yang disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para pengajar. Modul merupakan pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, prates aktifitas belajar yang menungkinkan peserta didik memperoleh kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar (Wiji Suwarno, 009:90). Tujuan utama sistem modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. G. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kata lembar kerja terdiri dari tiga bagian, yaitu lembar, kerja dan siswa. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata lembar berarti helai, kerja berarti melakukan kegiatan, dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. Jadi dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi siswa untuk melakukan kegiatan (http://aliciakomputer.blogspot.com/008/05/p eran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html,). Menurut penelitian Wiji Hastuti (009), penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat digunakan untuk : a. Mengaktifkan siswa Dengan diberi LKS siswa diajak selalu aktif membaca, menulis dan berfikir atau berproses untuk dapat menemukan konsep-konsep yang dikehendaki guru agar dipahami siswa. b. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran Dengan LKS guru akan dapat memperkirakan proses kegiatan belajar yang dikehendaki di dalam kelas. c. Memberikan pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan laboratorium. d. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses LKS menuntut siswa untuk selalu berfikir baik secara individu atau kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan dalam LKS. Dalam hal ini siswa diajak berproses untuk mengembangkan ketrampilan mengamati, mengklasifikasikan prediksi, menarik hipotesa dan menyampaikan kesimpulan. e. Membantu siswa menambah informasi tentang konsep Dalam LKS biasanya terdapat konsep yang terpisah-pisah sehingga siswa akan berproses untuk menghubung-hubungkan untuk menjadi konsep baru yang lebih bermakna. H. Hipotesis Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 99
Kelom pok Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi LKS maupun metode konvensional pada kompetensi dasar sistem pertidaksamaan linier kelas X semester SMK PGRI 6 Ngawi tahun ajaran 01/013. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparasi dari tiga perlakuan, yaitu penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi LKS, dan metode konvensional yang diaplikasikan tiga klas berbeda. Untuk menghindari tingkat heterogenitas prestasi siswa antar kelompok klas, maka dipergunakan pre-test dan post-test selanjutnya selisih antara post-test dan pre-test yang merupakan peningkatan prestasi siswa antar kelompok, akan dikomparasikan, seperti tertuang dalam tabel berikut : Metode Pembelajara n Tes Awal Tes Akhir Hasil Yang Dibandingkan 1 A X 1 Y 1 Y 1 -X 1 B X Y Y -X 3 C X 3 Y 3 Y 3 -X 3 Keterangan : A : Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dilengkapi Modul B : Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dilengkapi LKS C : Metode Pembelajaran Konvensional X 1 : Tes Awal (Pretest untuk kelompok 1) X : Tes Awal (Pretest untuk kelompok ) X 3 : Tes Awal (Pretest untuk kelompok 3) Y 1 : Tes Akhir (Postest untuk kelompok 1) Y : Tes Akhir (Postest untuk kelompok ) Y 3 : Tes Akhir (Postest untuk kelompok 3) Y 1 -X 1 : Selisih tes awal dan tes akhir kelompok 1 Y -X : Selisih tes awal dan tes akhir kelompok Y 3 -X 3 : Selisih tes awal dan tes akhir kelompok 3 B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester jurusan akuntansi tahun ajaran 01/013 SMK PGRI 6 Ngawi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling untuk menetapkan tiga kelas yang diambil dari populasi. C. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data a. Observasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi untuk memperoleh data tentang tempat penelitian yaitu SMK PGRI 6 Ngawi, populasi dan sampel, sarana dan prasarana dan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. b. Dokumentasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk memperoleh catatan nilai siswa untuk mengetahui siswa mana yang mempunyai kemampuan lebih, yang selanjutnya akan ditunjuk sebagai ketua kelompok dalam kegiatan Cooperative Learning untuk menciptakan kelompok belajar yang homogen. c. Tes Pengumpulan data utama dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan tes yaitu Pra Test (Pre Test) dan Tes Akhir (Post Test) mengenai sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam penelitian. Pra Test (Pre Test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan diajarkan telah dikuasai oleh peserta didik. Tes Akhir (Post Test), yaitu tes yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 100
intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. D. Teknik Analisis Data Untuk menganalisa data penelitian akan dipergunakan prosedur pengujian statistika parametrik dalam hal ini, prosedur uji analisis varians, apabila uji prasyaratnya terpenuhi. Namun jika ternyata uji prasyarat tidak terpenuhi maka akan dilakukan analisa data menggunakan prosedur pengujian pada statistika non parametrik. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi data hasil eksperimen terhadap sampel tentang peningkatan hasil belajar disajikan dalam tabel berikut : Statistik Sampel Metode STAD dileng kapi Modul metode STAD dileng kapi LKS metode konvension al (ceramah) Ukura n Sampe l Mea n Simpanga n Baku n X s 31 30 34 3, 3 13,1 7 16,6 11,66 7,6 9,49 B. Analisis Data 1. Uji Normalitas a. Uji normalitas dengan metode pembelajaran STAD dilengkapi modul 1) Dari uji normalitas diperoleh χ = 4,08. Dari hasil konsultasi tabel chi kuadrat dengan α = 5% dan dk = 5 3 = maka χ 1 a dk. Diperoleh χ 0,95: = 5,991. Karena DK = { χ χ > 5,991} dan χ = 4,08 maka χ = 4,08 DK. ) Karena χ = 4,08 DK maka sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal. b. Uji normalitas dengan metode pembelajaran STAD dilengkapi LKS 1) Dari uji normalitas diperoleh χ = 5,951. Dari hasil konsultasi tabel chi kuadrat dengan α = 5% dan dk = 5 3 = maka χ 1 a dk. Diperoleh χ 0,95: = 5,991. Karena DK = { χ χ > 5,991} dan χ = 5,951 maka χ = 5,951 DK. ) Karena χ = 5,951 DK maka sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal. c. Uji normalitas dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah) 1) Dari uji normalitas diperoleh χ = 4,7937. Dari hasil konsultasi tabel chi kuadrat dengan α = 5% dan dk = 6 3 = 3 maka χ 1 a dk. Diperoleh χ 0,95:3 = 7,81. Karena DK = { χ χ > 7,81} dan χ = 4,7937 maka χ = 4,7937 DK. ) Karena χ = 4,7937 DK maka sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.. Uji Homogenitas a. Dari uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett diperoleh χ = 5,413. 3. Dari hasil konsultasi daftar distribusi chi kuadrat dengan α = 5% dan k = 3 maka χ (1 α)(k 1). Diperoleh hasil χ (0,95:) = 5,991. Karena DK = {χ χ > 5,991} dan χ = 5,413 DK maka hipotesis diterima. 4. Uji Anava Dari data sampel diperoleh nilai statistik Uji Anava F obs = 8,44. Dari daftar distribusi F pada tabel anava dengan α = 5% dengan dk pembilang Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 101
dan dk penyebut 9 diperoleh F α = 3,11. Dengan DK = {F F obs > 3,11}, F obs = 8,44 DK. Karena F obs > F α maka H o ditolak. Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan hasil belajar siswa antara ketiga metode yang digunakan. Selanjutnya untuk melihat metode mana yang dapat memberikan peningkatan hasil belajar siswa yang paling signifikan, akan dilakukan uji perbandingan berganda Scheffe. 5. Metode Scheffe Dengan menggunakan α = 5% dan membandingkan μ 1 = μ (metode STAD dilengkapi modul dan metode STAD dilengkapi dengan LKS), μ = μ 3 (metode STAD dilengkapi LKS dengan metode konvensional) dan μ 1 = μ 3 (metode STAD dilengkapi modul dengan metode konvensional). Dengan membandingkan F obs dengan daerah kritik tampak adanya perbedaan yang signifikan hanyalah antara μ 1 = μ (metode STAD dilengkapi modul dan metode STAD dilengkapi dengan LKS). Dari hasil perhitungan diperoleh : 1) F 1 > F tabel = 16,4 > 6, Maka rata-rata hasil belajar A lebih besar dari pada B, sehingga metode A (STAD dilengkapi modul) berbeda nyata dengan metode B (STAD dilengkapi LKS). ) F 3 < F tabel = 1,99 < 6, Karena F hitung lebih kecil dari F tabel maka metode B (STAD dilengkapi LKS) tidak berbeda nyata dengan metode C (konvensional). 3) F 13 > F tabel = 7,46 > 6, Maka rata-rata hasil belajar A lebih besar dari pada C, sehingga metode A (STAD dilengkapi modul) berbeda nyata dengan metode C (konvensional). C. Penafsiran Hasil Analisis Data 1. Karena dari prosedur pengujian Uji Anava ditolak yaitu terdapat perbedaan yang nyata dalam peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD dilengkapi modul, dan STAD dilengkapi LKS, dan metode konvensional (ceramah).. Selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode scheffe, maka diperoleh : a. Rata-rata hasil belajar dengan metode A (STAD dilengkapi modul) berbeda nyata dengan metode B (STAD dilengkapi LKS) sebab : F 1 > F tabel = 16,4 > 6, b. Rata-rata hasil belajar dengan metode B (STAD dilengkapi LKS) tidak berbeda nyata dengan metode C (konvensional) sebab : F 3 < F tabel = 1,99 < 6, c. Rata-rata hasil belajar dengan metode A (STAD dilengkapi modul) berbeda nyata dengan metode C (konvensional) sebab : F 13 > F tabel = 7,46 > 6, D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis 1. Terdapat perbedaan hasil belajar secara nyata antara siswa yang diajar melalui metode STAD dilengkapi modul dengan perolehan rata-rata hasil belajar 3,3, metode STAD dilengkapi LKS dengan perolehan rata-rata hasil belajar 13,17, dan metode konvensional dengan perolehan rata-rata hasil belajar 16,6.. Hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul dengan perolehan rata-rata belajar 3,3 lebih efektif dibandingkan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi LKS dengan perolehan rata-rata belajar 13,17 maupun metode konvensional dengan perolehan rata-rata belajar 16,6. KESIMPULAN 1. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi modul, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi LKS dan metode Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 10
konvensional pada kompetensi dasar menentukan himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier.. Hasil belajar dengan penerapan metode STAD dilengkapi modul lebih efektif dari pada metode STAD dilengkapi LKS dan metode konvensional. SARAN 1. Bagi Guru Dalam proses pembelajaran bidang studi matematika guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode pembelajaran STAD khususnya yang dilengkapi dengan modul.. Bagi Pengelola Sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bahan pertimbangan bilamana akan mengadakan pengembangan dalam bidang pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. 007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Lie, Anita. 00. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Sofyan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi. 010. Proses Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. Subanji. 011. Modul Pengembangan Model Pembelajaran MIPA. Malang : Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. Sudjana. 00. Metoda Statistika. Bandung : Tarsisto. Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Suwarno, Wiji. 009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogyakarta : Ar-ruzz Media. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.. 010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Budiningsih, Asri. 008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Budiyono. 004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press. B. Uno, Hamzah. 007. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Http://aliciakomputer.blogspot.com/008/05/pe ran-lembar-kerja-siswa-dalam.html, diakses 07 Maret 01. Media Prestasi Vol. XI No.1 Juni 013/ISSN 356-69 103