BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2012 (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM 2012-2014) diketahui jumlah pelaku UMKM mencapai 55,2 juta unit. Dari data tersebut menunjukkan bahwa UMKM merupakan pelaku ekonomi yang dominan karena mencapai 99,99% dari seluruh pelaku ekonomi nasional. Keberadaan jumlah UMKM yang besar, dengan penyebaran hingga ke pelosok daerah, merupakan kekuatan ekonomi rakyat yang sesungguhnya dalam struktur pelaku ekonomi nasional. Ditinjau dari penyerapan tenaga kerja, data BPS pada tahun 2012 menunjukkan bahwa UMKM mampu menyerap sebanyak 107,66 juta orang tenaga kerja. Apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja pada tahun tersebut yang mencapai 118,05 juta tenaga kerja, maka sektor ini mampu menyerap 90% dari total tenaga kerja yang tersedia. Bahwa dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, sektor ini telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran dan menjadi wahana bagi bangkitnya wirausaha baru yang tangguh dan mandiri. 1
Di sisi lain, kontribusi UMKM dalam ekspor non migas pada tahun 2012 mencapai sekitar Rp 208,07 Triliun. Peran UMKM dalam ekspor ini merupakan bukti kemampuan daya saing produk UMKM di era pasar bebas, yang harus terus dipelihara untuk menjaga kesinambungan perdagangan internasional dan meraih devisa yang lebih besar. Meskipun mempunyai potensi yang besar, dalam perkembangannya sektor UMKM ini masih banyak menemui hambatan, baik hambatan internal maupun eksternal. Sunartiningsih dan Suyatna (2012:47-48) mengatakan bahwa secara internal, persoalan yang dihadapi oleh UMKM berkaitan dengan kelemahan dalam pemasaran, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam bidang teknologi, kelemahan dalam bidang organisasi, dan manajemen sumber daya manusia. Kelemahan-kelemahan inilah yang menyebabkan UMKM di Indonesia identik dengan kualitas sumberdaya manusia yang rendah, teknologi yang tertinggal, kualitas produksi yang rendah, kurang perencanaan dan sebagainya. Sedangkan secara eksternal, persoalan yang sering ditemui adalah iklim yang kurang kondusif, persaingan yang mematikan, pembinaan yang dilakukan kurang terpadu, serta lembaga perbankan yang masih belum berpihak. Oleh karena itu, agar UMKM dapat berkembang dan mampu menjawab tantangan perkembangan ekonomi di masa mendatang, maka diperlukan strategi yang tepat serta adanya bantuan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh UMKM. Salah satu strategi dalam mengembangkan UMKM adalah dengan kemitraan usaha. 2
Kemitraan seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Melalui kemitraan seperti ini, dunia usaha khususnya usaha menengah dan usaha besar dapat meningkatkan peran dan kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi nasional dengan cara ikut memberdayakan usaha kecil. Dilihat dari pelaksanaannya, kemitraan usaha di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, yaitu : (1) kemitraan usaha yang dikembangkan oleh Departemen Perindustrian dalam bentuk bapak angkat dan anak angkat. Dalam program ini, BUMN berperan sebagai bapak angkat dengan kemitraan yang tidak harus ada keterkaitan usaha; (2) Keppres Nomor 16/1994 jo Keppres 24/1995 yang mengatur kontraktor besar/menengah melakukan subkontrak dengan kontraktor kecil dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah/bumn; (3) kemitraan dalam pemilikan saham oleh koperasi dan usaha kecil dari usaha besar dan swasta. Selanjutnya pada bulan Mei 1995 dicanangkan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional. Pada usaha besar swasta dalam melakukan kegiatan kemitraan mereka membentuk kelompok usaha besar, yaitu kelompok Jimbaran dan kelompok Kunas. (Prawirokusumo, 2001 dalam Kuncoro, 2010:203) Hubungan kemitraan yang efektif mendorong setiap pihak yang bermitra untuk mencapai tujuan bersama dengan tetap menjaga kepentingan masing-masing. Namun demikian, kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil tentunya tidak 3
terlepas dari adanya permasalahan. Welirang dalam Herawati (2012:9-10) mengatakan bahwa dalam beberapa riset, disimpulkan permasalahan kegagalan UMKM Mitra yang terjadi antara lain : instansi pembina UMKM biasanya adalah birokrat/profesional, bukan entrepeneur, pola binaan tidak menyeluruh, terpotong, umumnya pelatihan saja dan tidak berkesinambungan. Selain itu, Kuncoro (2010:206) mengatakan bahwa pola bapak-anak angkat banyak yang tidak didasari prinsip saling membutuhkan. Ini berdasarkan fakta seringkali bidang usaha dari si Bapak Angkat sama sekali berbeda dan tidak ada kaitan hulu-hilir dengan bidang usaha dari usaha kecil yang menjadi anak angkatnya. Yang terjadi di lapangan adalah: (1) pembinaan yang diberikan bapak angkat dirasakan kurang efektif karena bapak angkat bagaikan sinterklas yang membagi dana pembinaan tanpa peduli dengan dinamika bisnis anak angkatnya; (2) Bapak Angkat pun merasakan kemitraan yang terjalin hanyalah sekedar memenuhi misi sosial. Dari kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa masih banyak ditemukan kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil yang tidak berjalan efektif. Kegagalan kemitraan dapat terjadi antara lain disebabkan karena usaha besar tidak memiliki keterkaitan usaha dengan usaha kecil, tidak memiliki keahlian dalam pembinaan, pola pembinaan yang tidak efektif dan berkelanjutan, serta hanya sekedar memenuhi misi sosial. Berdasarkan pendapat tentang kegagalan-kegagalan kemitraan tersebut, permasalahan tersebut diasumsikan dapat juga ditemukan dalam kemitraan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Yogyakarta dengan UMKM mitra. 4
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Yogyakarta merupakan salah satu lembaga yang menjalin kemitraan dengan UMKM, yang diwujudkan dalam salah satu program nya, yaitu Program Pengembangan Klaster. Program Pengembangan Klaster ini merupakan pengembangan UMKM melalui capacity building dengan memberikan bantuan teknis berupa pelatihan dan pendampingan usaha. Adapun yang menjadi sasaran dari program ini adalah UMKM yang merupakan kelompok/sentra dan menjadi komoditas unggulan daerah. Berdasarkan pemaparan di atas, serta memandang pentingnya program kemitraan dan peranan usaha kecil menengah bagi perkembangan perekonomian nasional, maka penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut dengan penelitian yang berjudul sebagai berikut : Kemitraan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Yogyakarta dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Program Pengembangan Klaster 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ingin diteliti adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pola pembinaan yang digunakan dalam Program Pengembangan Klaster? 5
2) Bagaimana model kemitraan Bank Indonesia KP Yogyakarta dengan usaha kecil dan menengah di Yogyakarta dalam Program Pengembangan Klaster? 1.3 Tujuan Penelitian Berpedoman dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui, mendeskripsikan serta menganalisis pola pembinaan yang dilakukan Bank Indonesia KP Yogyakarta dalam Program Pengembangan Klaster. 2) Untuk mengetahui, mendeskripsikan serta menganalisis model kemitraan Bank Indonesia KP Yogyakarta dengan usaha kecil dan menengah di Yogyakarta dalam Program Pengembangan Klaster. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi kemitraan usaha dan pemberdayaan UMKM 2) Bagi masyarakat dapat membantu memberikan gambaran mengenai kemitraan yang dilakukan oleh Bank Indonesia KP Yogyakarta dengan pelaku usaha kecil menengah di Yogyakarta dalam Program Pengembangan Klaster. 3) Bagi Bank Indonesia KP Yogyakarta dapat membantu memberikan gambaran keberhasilan program kemitraan yang telah dilakukan sehingga 6
dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan yang akan diambil selanjutnyaa. 4) Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitianpenelitian yang akan dilakukan disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai kemitraan dan pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia KP Yogyakarta. 7