BAB I PENDAHULUAN memiliki tujuan yang mulia yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
|
|
- Sucianty Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki tujuan yang mulia yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, oleh karena itu kesejahteraan umum haruslah dipahami sebagai salah satu tujuan Pemerintah Negara Republik Indonesia. Kesejahteraan umum adalah keadaan yang menunjukan bahwa masyarakat hidup aman tentram dan nyaman serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Etzioni, 1964). Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah yang kuat sebagai sendi negara kesatuan Republik Indonesia, yang dapat mengayomi masyarakatnya untuk mencapai tujuan yaitu memiliki ekonomi yang sejahtera. Kesejahteraan umum merupakan suatu capaian yang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari dukungan yang bersifat teknis maupun dukungan yang bersifat substansial (Gautama, 2013). Dari perspektif dukungan yang bersifat teknis, Kabupaten Sikka adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia yang merupakan salah satu sendi dari negara kesatuan yang memiliki tanggung jawab dalam peranannya sebagai institusi yang mensejahterakan masyarakatnya melalui pengaturan dalam lingkup kewenangannya berdasarkan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui batang tubuh Undang-Undang
2 2 Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait. Sedangkan dari perspektif substansial kesejahteraan umum terkait dengan pengakuan (recognition), perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfillment) hak-hak masyarakat yang bersifat asasi. Hak yang bersifat asasi yang pemenuhannya sangat bergantung pada kemampuan Pemerintah Kabupaten Sikka untuk mengelola dan memenuhinya adalah hak ekonomi. Hal ini jelas menggambarkan bagaimana posisi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sebagai penyelenggara yang bertanggung jawab atas keberlangsungan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pengertian otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus semua kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan demikian tujuan otonomi daerah adalah mengatur penyelenggaran pemerintahan daerah dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi dana APBN dan APBD sehingga berupaya meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah dan memperhatikan kesejahteraan pelaku UMKM, karena kontribusi UMKM terhadap pembangunan daerah sangat besar (Rifai, 2009). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki peran penting dalam pembentukan strategi untuk perkembangan dan pemulihan ekonomi di banyak negara (Gray, 2002). Faktor utama dalam keberhasilan ekonomi kapitalis di negara sedang berkembang terletak pada kewirausahaan. Lebih lanjut bahwa pengembangan UMKM
3 3 memberikan kesempatan untuk pertumbuhan lowongan kerja dalam mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi (Riley, et al., 2006). Dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha atau persaingan di daerah dengan berlakunya otonomi daerah (Rifai, 2011). Oleh sebab itu, setiap pelaku Usaha Kecil Mikro (UMKM) didaerah dituntut dapat beradaptasi menghadapi perubahan tersebut. Di suatu sisi perubahan itu akan memberikan kebebasan sepenuhnya bagi daerah dalam menentukan sendiri kegiatan-kegiatan yang produktif dan dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap masukan pendapatan asli daerah (PAD), salah satunya adalah industri-industri dengan bahan baku berasal dari sumberdaya alam daerah tersebut. Eka (2012) dalam penelitiannya menegaskan diharapkan pelaku UMKM di daerah dapat berkembang dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia sehingga mempunyai daya saing tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Pembangunan dan pemberdayaan UMKM tersebut merupakan peluang bisnis besar, baik dalam arti membangun perusahaan di industri atau perusahaan di sektor-sektor lain yang terkait dengan industri tersebut Program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam upaya memberdayakan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) selama ini sungguh menggembirakan. Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor ini semakin nampak khususnya sejak era krisis ekonomi dan keuangan pada tahun Ditengah- tengah proses restrukturisasi sektor korporat dan BUMN yang berlangsung lamban, sektor ini telah menunjukkan permberdayaan yang terus
4 4 meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi dan fakta tersebut sejalan dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan Demirbag et al,(2006) yang menyimpulkan bahwa keberhasilan usaha kecil dan menengah (small-mediumenterprises) memiliki dampak langsung terhadap pembangunan ekonomi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Pemberdayaan Usaha kecil dan menengah memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja dengan biaya minimum, mereka adalah pelopor dalam dunia inovasi dan memiliki fleksibilitas tinggi yang memungkinkan usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Brock dan Evans, 1986; ACS dan Audretsch, 1990). Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha tangguh dan mandiri (Wisber, 2012). Pemberdayaan UMKM juga telah teraktualisasi pada masa krisis hingga saat ini. Selama masa krisis ekonomi hingga kini, keberadaan UMKM mampu sebagai faktor penggerak utama ekonomi Indonesia. Terutama ketika krisis kegiatan investasi dan pengeluaran pemerintah sangat terbatas, maka pada saat itu peran UMKM sebagai bentuk ekonomi rakyat sangat besar. Selanjutnya, dari sisi sumbangannya terhadap PDRB hanya 56,7 persen dan ekspor non migas hanya sebesar 15 persen. Namun, UMKM tetap masih menyumbangkan 99 persen dalam jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia, serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (BPS, 2001). Peran penting pemberdayaan UMKM di
5 5 Indonesia semakin terasa dalam proses pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Pada awalnya, keberadaan kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM) dianggap sebagai sumber penting dalam penciptaan kesempatan kerja dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi daerah di pedesaan. Namun, pada era globalisasi saat ini dan mendatang, peran keberadaan kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) semakin penting yakni sebagai salah satu sumber devisa ekspor non-migas Indonesia (Tambunan, 2002). Kinerja pelaku UMKM sudah semakin maju di Indonesia, berdasarkan pengalaman saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 dimana Usaha Mikro Kecil Menengah di Indonesia mampu bertahan dan berkembang dibandingkan Usaha dengan skala yang lebih besar, maka pemberdayaan dan pengembangan UMKM di Indonesia pada era reformasi semakin mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Perhatian tersebut cukup beralasan mengingat peranan para pelaku UMKM dalam pengembangan perekonomian kerakyatan semakin besar yang dapat dilihat dari karakteristik yang melekat pada pelaku usaha, proses produksi yang cenderung padat karya mampu menyerap banyak tenaga kerja dan sekaligus dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan dan mampu bertahan pada masa krisis ekonomi (Hill dan Garet, 1998). Bila dibandingkan dengan jumlah usaha besar, pada periode paska krisis yaitu tahun 2005 hingga 2009, pertumbuhan jumlah UMKM terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 hingga 2012 rata-rata sebesar 3.20 persen dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar 3.44 sebagaimana disajikan pada Tabel 1.1
6 6 Tabel 1.1 Jumlah, Pertumbuhan UMKM dan Tenaga Kerja Nasional Tahun UMKM Tenaga Kerja Tahun Jumlah (Unit) Pertumbuhan (Persen) Jumlah (Orang) E E Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM 2013 Pertumbuhan (Persen) Pertumbuhan perekonomian masyarakat di Kabupaten Sikka tidak dapat dilepaskan dari peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Sikka merupakan mata pencaharian yang cukup diminati oleh masyarakat, hal ini dapat dilihat secara empirik oleh masyarakat karena cukup signifikan dalam kuantitas, namun belum ada ketersediaan data yang cukup representatif yang dapat menggambarkan jumlah yang sesungguhnya. Jumlah yang demikian banyak dikarenakan berbagai faktor termasuk sempitnya mendapatkan peluang kerja secara formal. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Sikka-Ntt merupakan suatu penggerak perekonomian yang sangat signifikan. Tabel 1.2 mengambarkan jumlah dan pertumbuhan UMKM dan tenaga Kerja di Kabupaten Sikka, dimana terjadi penurunan setiap tahun, hal ini merupakan perhatian utama bagi Pemerintah di Kabupaten Sikka-NTT
7 7 Tabel 1.2 Jumlah, Pertumbuhan UMKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Sikka Tahun UMKM Tenaga Kerja Tahun Jumlah (Unit) Pertumbuhan (Persen) Jumlah (Unit) Sumber : Dinas Koperasi Sub Dinas UKM Kabupaten Sikka (2014) Pertumbuhan (Persen) Berdasarkan UU N0. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang tujuan pokoknya adalah memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri serta memberikan perimbangan yang baik antara keuangan pusat dan daerah dengan meningkatkan dan memberdayakan kemampuan perekonomian daerah masing masing, maka UMKM dituntut untuk mampu melaksanakan kewenangan tersebut. Dengan demikian, setiap daerah dapat mengupayakan tindakan tindakan produktif yang dapat memacu peningkatan pendapatan asli daerah. Salah satunya dengan pemberdayaan UMKM di masing masing daerah. Dengan adanya pemberdayaan dapat membuat UMKM untuk lebih baik dan memacu tumbuhnya usaha usaha lainnya dengan tujuan untuk menambah kesejahteraan pelaku UMKM (Wisber, 2012). Secara umum modal adalah salah satu kendala yang dihadapi pelaku UMKM. Modal memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemberdayaan UMKM (Pradon, 2010). Pelaku UMKM di Kabupaten Sikka dominan menggunakan modal pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi
8 8 permasalahan modal yang dialami oleh pelaku UMKM di Kabupaten Sikka, maka Pemerintah Kabupaten Sikka mengalokasikan APBD untuk pinjaman modal dana bergulir kepada kelompok koperasi dan pelaku UMKM. Tabel 1.3 Alokasi APBD Untuk Pinjaman Modal Dana Bergulir pada Kelompok Koperasi dan Pelaku UMKM di Kabupaten Sikka, (Juta Rupiah) Tahun Jumlah Alokasi Pinjaman UMKM (Rp Juta) (Rp Juta) Sumber : Dinas Koperasi Sub Dinas UKM Kabupaten Sikka (2014) Tabel 1.3 Menunjukkan alokasi dana APBD dari tahun 2002 hingga tahun 2014 yang digunakan untuk pinjaman dana bergulir untuk kelompok koperasi dan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka tidak konsisten. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2003 sampai dengan 2004 dan tahun 2009 sampai dengan tahun tidak ada alokasi dana pinjaman untuk koperasi dan pelaku UMKM. Keadaan ini yang menjadi perhatian utama untuk dipikirkan lebih lanjut agar dapat memberikan solusi yang terbaik bagi pemerintah Kabupaten Sikka dalam mengalokasikan dana APBD setiap tahun secara konsisten untuk pinjaman modal dana bergulir pada kelompok Koperasi dan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka NTT. Tingkat pendapatan sering digunakan para ahli ekonomi sebagai pengukuran tingkat kesejahteraan (Supartono dkk, 2011). Pendapatan merupakan alat ukur dengan satuan uang yang diterima dalam satuan rupiah. Untuk
9 9 mengetahui tingkat kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka terdapat 4 indikator yaitu melalui pendapatan, pendidikan, kesehatan dan keamanan (Whithaker dan Federico dalam Sasana 2009). Melalui informasi dari hasil wawancara dengan Kapala Bagian UMKM di Kabupaten Sikka bahwa kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka masih sangat memprihatinkan hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tingkat pendapatan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka rata-rata naik 2 persen tiap tahun, tingkat pendidikan pelaku peserta UMKM di Kabupaten Sikka adalah tamat SD 65 persen, tamat SMP 15 persen, tamat SMA 15 persen dan tamat Universitas hanya 0.5 persen, tingkat kesehatan pelaku UMKM dan keluarga masih minim sekali hal ini dapat dilihat masih terjadi proses supaya para pelaku disarankan untuk masuk program BPJS, dan keamanan usaha pelaku UMKM pemerintah menganjurkan agar mengasuransikan usaha tersebut. Sejalan dengan penelitian Gautama, (2013) untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM maka diperlukan usaha untuk mengoptimalisasikan kinerja pelaku UMKM. Kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka yang masih memprihatinkan dikarena kinerja pelaku UMKM yang belum optimal. Hasil wawancara dari Kepala Bidang UMKM di Kabupaten Sikka bahwa kinerja pelaku UMKM di Kabupaten Sikka sudah ada namun kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan UMKM rata-rata 5 persen tiap tahun dari modal, pertumbuhan modal hanya naik rata-rata 3 persen tiap tahun, pertumbuhan pasar untuk usaha mikro rata-rata 4 persen, usaha kecil rata-rata 7 persen dan usaha menengah rata-rata sebanyak 10 persen, pertumbuhan tenaga
10 10 kerja hanya sebesar 2 persen tiap tahun dan pertumbuhan laba diestimasikan rata- rata sebesar 5 persen tiap tahun. Idea (20012), dalam penelitiannya menegaskan peran pentingnya pemasaran suatu produk sangat berpangaruh nyata dan signifikan terhadap kinerja. Dalam segi pemasaran produk, antar dinas berkoordinasi dengan baik untuk mengadakan kegiatan pameran tingkat lokal, nasional bahkan internasional dengan tujuan untuk memasarkan produk UMKM sehingga banyak dikenal dan dibeli oleh masyarakat. Sedangkan untuk pemasaran produk UMKM di Kabupaten Sikka masih dominan dipasarkan dipasar lokal melalui pameran lokal. Pemerintah di Kabupaten Sikka belum memiliki kemitraan diluar Kabupaten Sikka dan kurangnya promosi produk pelaku UMKM yang berdampak sedikitnya pembeli produk-produk tersebut yang mengakibatkan kurangnya minat para pelaku UMKM untuk memproduksi sehingga pertumbuhan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka menjadi semakin menurun. Ardiana dkk, (2010) berpendapat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kinerja pelaku UMKM maka dibutuhkan peningkatan pemberdayaan pelaku UMKM. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional, selain karena usaha tersebut merupakan tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar golongan pendapatan dan antar pelaku usaha, ataupun penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan. Di Indonesia pada umumnya, usaha mikro, kecil dan menengah lebih mendominasi jika dibandingkan dengan usaha besar (BPS,
11 ). Pada tahun 2012 Kabupaten Sikka mempunyai pengusaha sebanyak Mayoritas usaha didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Usaha besar hanya mempunyai kontribusi sebesar 15 persen dilihat dari jumlah usaha (data Dinas UKM Kabupaten Sikka 2012). Pemberdayaan UMKM di Kabupaten Sikka sangat penting karena peran UMKM sebagai bentuk ekonomi rakyat sangat besar, dan sisi sumbangannya terhadap PDRB 12,45 persen dibandingkan dengan sektor industri hanya sebesar 1,40 persen serta mempunyai andil 8,53 persen dalam penyerapan tenaga kerja (BPS, 2014), disamping visi dan misi Kabupaten Sikka sebagai kota dagang dan jasa, peran penting tersebut dilihat dari jumlah UMKM di Kabupaten Sikka yang seharusnya terus meningkat dari setiap tahun tetapi kenyataannya masih tetap stagnan. Hal ini karena secara garis besar Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Sikka pemberdayaannya belum makismal dan Menengah (UMKM) digambarkan sebagai sebuah kekuatan ekonomi kerakyatan yang kemudian bergerak dalam bidang perdagangan dan industri pengelolaan dengan penggunaan teknologi yang masih terbatas. Permasalahan umum UMKM di Kabupaten Sikka mempunyai karakteristik yang hampir seragam dengan UMKM di seluruh wilayah yaitu, pertama tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekat. Kedua, rendahnya akses industri terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan
12 12 pembiayaan usahanya dari modal pinjaman dari sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pemerintah, perbankan, koperasi, pedagang perantara dan bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai belum dipunyainya status badan hukum. Permasalahan khusus yang dihadapi oleh peserta Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Sikka adalah pertama pemberdayaan UMKM sudah ada namun belum maksimal hal ini dilihat dari sosialisasi atau pengenalan UMKM oleh dinas yang terkait kepada masyarakat masih kurang maksimal. Kedua, pendayagunaan atau pemberian pelatihan kepada peserta UMKM sudah ada namun tidak bersifat kontiniue sehingga banyak UMKM tidak aktif lagi. Ketiga, pengkapasitasan atau pemberian modal atau alat dari Pemerintah Kabupaten Sikka kepada peserta UMKM belum maksimal dan belum berkesinambungan. Bantuan Modal yang diterima lebih dimanfaatkan bersifat konsumtif sehingga tidak memberikan dampak berkelanjutan terhadap usahanya yang mengakibatkan pertumbuhan modal semakin kecil. Keempat, peserta UMKM memiliki daya juang yang kecil, kurang mengembangkan usahanya, hal ini berhubungan dengan SDM dari peserta UMKM itu sendiri dan mengakibatkan pertumbuhan tenaga kerja kecil. Kelima, koordinasi antara dinas yang terkait dengan UMKM seperti Dinas Koperasi, Disperindak, Ketahanan, BPM dan Pertanian sangat lemah. Keenam hasil kinerja peserta UMKM kurang maksimal baik dilihat dari pertumbuhan penjualan, modal, tenaga kerja, pasar dan laba sehingga mengakibatkan kurangnya tingkat kesejahteraan pelaku UMKM
13 13 Pemberdayaan dan pengembangan UMKM di Kabupaten Sikka masih terus dilakukan untuk menciptakan masyarakat mandiri dan menopang perekonomian masyarakat. Penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Dalam mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan konsep pemberdayaan pelaku UMKM. Terdapat 5 konsep pemberdayaan ekonomi menurut Sumodiningrat (1999) dalam Hutomo (2000), secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri. 2) Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural. 3) Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. Langkah-langkah proses perubahan struktur, meliputi: a) pengalokasian
14 14 sumber pemberdayaan sumberdaya; b) penguatan kelembagaan; c) penguasaan teknologi; dan d) pemberdayaan sumberdaya manusia. 4) Kebijakannya dalam pembedayaan ekonomi rakyat adalah: a) pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); b) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekadar price taker; c) pelayanan pendidikan dan kesehatan; d) penguatan industri kecil; e) mendorong munculnya wirausaha baru; dan f) pemerataan spasial; 5) Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: a) peningkatan akses bantuan modal usaha; b) peningkatan akses pengembangan SDM; dan c) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat Freire (1984). Menurut Sikhondze (1999), menegaskan orientasi pemberdayaan masyarakat haruslah membantu masyarakat agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran dan segala hal yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok. Wisber (2012) dalam penelitiannya pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kota Banjar Baru menegaskan bahwa pemberdayaan menghadapi permasalahan yang meliputi keterbatasan kualitas SDM pelaku UKM
15 15 yang ditandai dengan minimnya pelaku yang berpendidikan tinggi, akses terhadap sumberdaya produktif seperti keterbatasan modal dan akses teknologi, masalah infrastuktur seperti pasar yang representatif dan sarana yang memudahkan bagi UKM untuk menjual hasil usahanya, dan masalah birokrasi pemerintah seperti kualitas dan kuantitas sumberdaya aparatur pemerintah dalam pembinaan dan pendampingan bagi UKM yang berpengaruh positif dan signifikan terhadapat kesejahteraan pelaku UKM di Kota Banjar Baru. Hubungan antara pemberdayaan terhadap kinerja dan kesejahteraan adalah positif dan signifikan. Sejalan dengan penelitian Nanik (2010) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh faktor kinerja dan modal terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga miskin melalui program PNPM di Kabupaten Jember, menyimpulkan bahwa faktor kinerja dan modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember serta faktor kinerja dan modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Jember. Dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh secara tidak langsung pemberdayaan terhadap kesejahteraan melalui kinerja masyarakat di Kabupaten Jember. Suprianto (2010) melakukan penelitian terkait dengan pemberdayaan dalam hal pendampingan pelaku UMKM memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan kinerja pelaku UMKM di Kota Semarang. Melihat fenoma diatas, maka penelitian terkait pemberdayaan UMKM terhadap kinerja dan kesejahteraan pelaku UMKM masih sangat menarik untuk dilakukan. Secara
16 16 umum informasi terkait dengan kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka belum tersedia. Agar tidak terjadi ketimpangan informasi maka riset tentang Analisis pengaruh pemberdayaan UMKM terhadap kinerja dan kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka menjadi penting untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena maka pokok masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh pemberdayaan terhadap kinerja pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT? 2) Bagaimana pengaruh pemberdayaan dan kinerja terhadap kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT? 3) Adakah pengaruh secara tidak langsung pemberdayaan terhadap kesejahteraan melalui kinerja pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang ada, maka yang akan menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis pengaruh pemberdayaan terhadap kinerja pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT. 2) Untuk menganalisis pengaruh pemberdayaan dan kinerja terhadap kesejahteraan pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT. 3) Untuk menganalisis pengaruh secara tidak langsung pemberdayaan terhadap kesejahteraan melalui kinerja pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT
17 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneliti berharap dapat memberikan manfaat peneliti sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menjadi media dalam memberikan pengembangan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan melalui berbagai penemuan secara nyata dilapangan yang sebelumnya belum pernah terungkap. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi dan wawasan mengenai pemberdayaan pelaku UMKM khususnya mengenai masalah kinerja dan kesejahteraan pelaku UMKM dan dapat mewakili kondisi UMKM di Kabupaten Sikka dengan demikian, penelitian ini dapat membuktikan teori dan dapat memperkuat hasil penelitian serta kajian sebelumnya. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan masukan pemikiran kepada Pemerintah di Kabupaten Sikka-NTT serta praktisi bidang ekonomi yang berkaitan dengan atau fokus terhadap kajian kesejahteraan pelaku UMKM. Selain itu penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi berkaitan dengan pemberdayaan pelaku UMKM dalam meningkatkan kinerja untuk kesejahteraan masyarakat khususnya pelaku UMKM di Kabupaten Sikka-NTT. Dengan demikian dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ditemukan fenomena atau fakta yang penting untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan dalam bidang sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari
BAB V PENUTUP 1.1. Kesimpulan 1. Produksi kerajinan enceng gondok sewaktu mengangkat eceng gondok dari dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari tanaman secara lengkap, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia merupakan bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam kondisi krisis ekonomi,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya
BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya A. Skema Pemberdayaan Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih bebas. Oleh karena itu, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan bersaing. negara ASEAN (Purwaningsih dan Kusuma, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pelaku usaha yang memiliki peran penting dalam kebijakan perekonomian negara adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Persaingan pada sektor UKM akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia pada dasarnya didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi makro
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012
4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciEVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN
EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Pada Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciDampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro dan usaha kecil di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional khususnya dalam penyerapan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan
Lebih terperincipemberdayaan koperasi dan usaha mikro di kabupaten Lamongan Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kabupaten Lamongan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro di kabupaten Lamongan Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kabupaten Lamongan VISI VISI DAN MISI KABUPATEN LAMONGAN "TERWUJUDNYA MASYARAKAT LAMONGAN YANG SEJAHTERA,
Lebih terperinciBAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar
BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciPENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA AHMAD RAIHAN NUARI Email : ahmadraihannuari@yahoo.com Graduate Student, Economic Department, State University of Medan
Lebih terperinciBAB I PENDUHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDUHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah saat sekarang, daerah diberi kewenangan dan peluang yang luas untuk mengembangkan potensi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebagian besar
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BANJARBARU DALAM RANGKA MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015**
PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BANJARBARU DALAM RANGKA MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015** Oleh: Wisber Wiryanto* Pusat Kajian Administrasi Internasional, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekonomi indonesia, karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi tulang punggung industri
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan sesuai dengan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut BPS pada tahun 2010, Indonesia memiliki total penduduk mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai angka 207, 2 juta jiwa atau
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciKata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan
Judul :Efektivitas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Nama : Daniel Kadju NIM : 1206105103 Abstrak Kredit Usaha Rakyat
Lebih terperinciBAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)
BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) Oleh M. RUSMIN NURYADIN, SE.M.Si I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi sudah berjalan selama 11 tahun. Seperti kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa indikator ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan
Lebih terperinciProfil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan
Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat seperti ini peran UMKM sangatlah penting dibutuhkan untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Tak kalah penting juga, UMKM merupakan salah satu langkah mengembangkan
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciwbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan AFTA, serta fase APEC sampai pada tahun 2020, selain merupakan tantangan juga merupakan peluang yang sangat strategis untuk memberdayakan
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan
Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar Nama : I Gede Ariyuda Pratama NIM : 1306105026 Abstrak Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah daerah berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (sumber: www.kemenkopmk.go.id).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO KHUSNATUL ZULFA WAFIROTIN 1), HADI SUMARSONO 2) Fakultas
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciI. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis dalam menghadapi perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada Pancasila sebagai landasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem
Lebih terperincipenyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat
Lebih terperinci