Pengaruh terapi candara jiwa terhadap inferioritas pada tuna daksa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

TERAPI MUSIK BERNADA LEMBUT UNTUK MENURUNKAN DEPRESI PADA PENYANDANG TUNADAKSA DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA Prof. Dr.

EFEKTIVITAS PELATIHAN RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN STRES PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experimental design). Penelitian eksperimental ini meniru kondisi

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi

THESIS. Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PELATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN CITRA DIRI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. dengan hasil Pre-test skala kecemasan komunikasi interpersonal sangat tinggi,

Dizziness Handicap Inventory

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan. populasi dewasa, dengan angka kejadian terbesar pada tahun kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. XI IPS 2 yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa

EFEKTIFITAS PELATIHAN HARGA DIRI DENGAN METODE INTSRUKSI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA BBRSBD SURAKARTA

: GADING MEGA MAWARTI NIM: A

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Punggur Lampung Tengah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain Pretest-Posttest Control Group.Menurut Azwar (2012) penelitian eksperimental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, sebelum treatment diadakan Pre-Test atau tes awal. Data hasil tes awal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB III METODE PENELITIAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen (quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Kecemasan menghadapi persalinan pertama

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB V PEMBAHASAN. spiritual terhadap penurunan tingkat stress remaja di LPKA Kelas I Blitar.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL. Oleh: NAMA : FRIGE ARDINATA EKA PUTRA SISWANTO NPM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. cara mengucap rasa syukur, merawat, menjaga, dan. mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Karena diluar sana

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA KORBAN BULLYING, DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BANDAR KABUPATEN BATANG

EFEKTIFITAS PELATIHAN HARGA DIRI DENGAN METODE INTSRUKSI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA BBRSBD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Prayogo Dwi Santoso 1, Mudjihartono 2

PENGARUH METODE SENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

AYU IMASRIA WAHYULIARMY Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

SKRIPSI. Disusun Oleh : MEINAR TRIA SUSANTI

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

Transkripsi:

Pengaruh terapi candara jiwa terhadap inferioritas pada tuna daksa Rosita Yuniati 1, Prilya Shanty Andrianie 2, Dewi Sulistyawati 3 1,2,3 Universitas Setia Budi; Jl.Let.jend Sutoyo Surakarta;(0271)852518 ochita_june@yahoo.co.id, prilya.shanty@gmail.com, dewi.trop.08@gmail.com Abstrak. Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat berat serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Bagi orang yang mengalami kecacatan atau tuna daksa memiliki berbagai permasalahan baik aspek sosial maupun psikologinya. Kecacatan yang dialami menyebabkan tuna daksa mengalami kemunduran dalam melakukan aktivitas sosialnya. Sehingga membuat tuna daksa menjadi inferior, patah semangat, merasa tidak berharga serta mengalami krisis kepercayaan diri. Hasil survey awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa tuna daksa cenderung mengalami inferior atau rendah diri karena keterbatasaan fisik. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan inferioritas adalah dengan terapi candra jiwa. Terapi candra jiwa adalah terapi mengenai penanaman lima watak utama yaitu rila, narima, jujur, sabar, dan budi luhur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi candara jiwa terhadap inferioritas tuna daksa di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. dr. Soeharso Surakarta. Desain penelitian adalah single group design dengan one group pre-test dan post-test experiment. Subjek Penelitian menggunakan 8 kelayan tuna daksa usia 17-35 tahun yang memiliki nilai inferioritas sangat tinggi dan tinggi. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan ada penurunan inferioritas subjek penelitian setelah terapi candra jiwa, yaitu saat pre-test ke posttest dengan nilai Z = - 2,243 dengan p= 0,025 (p < 0,05), saat pre-test ke follow-up dengan nilai Z = -2,366 dengan p= 0,018 (p < 0,05). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terapi candra jiwa dapat menurunkan inferioritas pada tuna daksa. Kata kunci : inferioritas, terapi candra jiwa Pendahuluan Kehidupan seseorang tidak selamanya menguntungkan, bagi sebagian orang yang terlahir dengan membawa beberapa kekurangan terutama kekurangan fisik, hal tersebut bukalah hal yang menguntungkan. Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat berat serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Orang yang mengalami kecacatan atau yang lebih sering disebut tuna daksa memiliki berbagai permasalahan baik aspek sosial maupun psikologinya. Tuna daksa memiliki beberapa keterbatasan, hal ini menyebabkan tuna daksa merasa terhambat dalam melakukan beberapa aktitivas sosial maupun fisiknya. Dengan adanya keterbatasan tersebut menyebabkan penderita cacat menjadi rendah diri, patah semangat, menghambat kemampuan kerja dan sosial budaya yang bersangkutan, merasa tidak berharga serta kecemasan akan masa depan mereka. Menurut Adler ( 1999) minder atau rendah diri merupakan segala rasa kurang berharga yang timbul karena tidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna. Supraktinya (1993) mengemukakan inferioritas adalah perasaan yang timbul akibat lemahnya 139

kondisi psikologis dan sosial yang dirasakan secara pribadi atau perasaan yang timbul karena kelemahan yang dimiliki atau cacat tubuh yang ada. Sedangkan Adler (1999) menambahkan bahwa inferior adalah perasaan lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Perasaan ini menjadi sebab semua perbaikan dan tingkah laku manusia antara lain dapat menyebabkan individu menarik diri dan melakoni gaya hidup yang tidak berguna. Lima watak adalah faktor yang penting dalam hidup manusia karena mempengaruhi tindakan manusia dalam berbagai situasi. Hal tersebut juga sangat penting guna mencapai titik kesadaran yang tertinggi sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Maka dari itu lima watak utama ini hendaknya dimiliki setiap individu termasuk penyandang tuna daksa. Tidak semua individu sudah tentu memiliki panca sila, termasuk juga individu penyandang tuna daksa yang dianugrahi keterbatasan fisik. Pada umumnya, penyandang tuna daksa kurang bisa rila dan narima dikarenakan oleh pandangan lingkungan yang kurang baik sehingga menimbulkan perasaan tidak berharga dan rendah diri. Hal ini menjadikannya kurang memiliki kesabaran dalam menjalani hidup. Penyandang tuna daksa dapat menjadi putus asa, dan menjadi kurang jujur, artinya tidak dapat memenuhi kesanggupannya untuk mengaktualisasikan potensinya dan tentunya belum dapat mencapai tingkatan budi luhur. Terbentuknya lima watak utama diatas tentunya melalui suatu proses kehidupan, tidak bisa seketika. Manusia harus selalu berusaha membangun lima watak tersebut sejak kecil hingga tutup usia. Manusia memerlukan interaksi dengan lingkungannya, baik itu lingkungan fisik ataupun lingkungan sosial. Melalui interaksi tersebut maka dapat diupayakan membangun lima watak utama (rila, narima, jujur, sabar dan budi luhur) yang juga biasa di sebut dengan candra jiwa. Lima watak utama adalah hal yang nyata tercermin dalam perilaku manusia sehari-hari, dapat dipelajari dan diamati. Dalam buku sasangka jati, Soenarto (Hardjporakosa dkk, 1983) menjelaskan bahwa lima watak utama (panca sila) adaah sebagai berikut:1.rila, Rila ialah ketulusan hati, menyerahkan segala milik, hak dan semua hasil karyanya kepada Tuhan dengan ikhlas. 2.Narima, banyak mengarah ke ketentraman hati. Narima bukan berarti individu yang enggan bekerja, tetapi dengan rasa tawakal menerima apapun yang menjadi bagiannya. 3.Jujur,Arti pokok jujur yaitu menepati janji atau menepati kesanggupan baik yang terlahir dalam katakata maupun yang masih di dalam hati (niat). 4.Sabar, berarti berhati lapang, kuat menderita segala cobaan, tetapi bukan orang yang putus asa melainkan individu yang berhati teguh..5. Budi Luhur, Individu yang berbudi luhur hendaknya suka menolong dan melindungi tanpa pamrih apapun. Dalam berkorban tidak hanya berwujud harta, tenaga dan pikiran, tetapi bila perlu juga sampai jiwanya. Pengertian Tuna Daksa Tunadaksa berasal dari kata Tuna yang berarti rugi, kurang dan daksa berarti tubuh. Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul Physical and Health Impairments (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Faktor penyebab Seperti kondisi ketunaan yang lain, kondisi kelainan pada fungsi anggotatubuhatau tuna daksa dapat terjadi sebelum anak lahir (prenatal), saatkelahiran (neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal). Kecacatan yang dimiliki oleh para kaum difabel menyebabkan mereka mengalami kemunduran dalam melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan sosialnya. Berbagai masalah yang dapat dialami oleh difabel antara lain rendah diri, patah semangat, menghambat kemampuan kerja dan sosial budaya yang bersangkutan, merasa tidak berharga serta kecemasan akan masa depan mereka. Ditinjau dari segi psikologis, perubahan dan keterbatasan penderita dalam bergerak, berkomunikasi, berpikir sangat mengganggu bagi difabel yang dirasakan sebagai kekecewaan atau krisis. Penderita merasa kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh dengan teman-temannya, 140

dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan, kecemasan, serta frustrasi dalam menghadapi hari esok bahkan sampai mengalami depresi. Individu yang mengalami cacat tubuh akan merasa malu, ketakutan dan menderita batinnya, hari depan merasa gelap dipenuhi rasa malu, ketakutan dan merasa ragu (Kartono, 1983). Dalam kondisi tersebut maka individu penyandang tuna daksa menjadi kurang dapat menerima kenyataan hidupnya, menjalani hidupnya dengan kurang ikhlas dan kurang sabar, kehilangan motivasi hidup, sehingga tidak dapat mengaktualisasikan diri. Melihat ketidaksiapan sumber daya penyandang difabel dalam persaingan usaha dan memperoleh pekerjaan tentunya menjadi tantangan bagi pengelola tuna daksa terutama yang dikelola oleh pemerintah untuk mengembangkan program-program pemberdayaan agar bisa mencetak sumber daya difabel yang handal, mempunyai mental yang kuat dan terampil. Kehidupan di dunia hendaknya dijalani manusia dengan penuh keikhlasan, manusia harus mau dan mampu menerima kenyataan hidup walau dalam kondisi apapun. Lima watak diatas adalah faktor yang penting dalam hidup manusia karena mempengaruhi tindakan manusia dalam berbagai situasi. Hal tersebut juga sangat penting guna mencapai titik kesadaran yang tertinggi sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Maka dari itu lima watak utama ini hendaknya dimiliki setiap individu termasuk penyandang tuna daksa. Pertanyaan dari penelitian ini adalah adakah pengaruh terapi candra jiwa terhadap inferiritas pada tuna daksa di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakata?. Untuk menjawab pertanyaan hipotsis dibuktikan kebenarannya ecara empiris yaitu : ada pengaruh terapi candra jiwa terhadap inferioritas pada tuna daksa di BBRSB Prof.Dr.Soeharso Surakarta. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh terapi candra jiwa terhadap inferioritas di BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta. Penelitian ini memiliki manfaat teoritis yaitu memperkaya ilmu psikologi terutama dalam bidang pengembangan terapi dan manfaat praktis bagi lembaga adalah menjadikan terapi candra jiwa sebagai terapi untuk menurunkan inferioritas bagi tuna daksa. Metode Penelitian ini dilakukan di BBRSBD Prof.Dr. Soeharso, dengan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa tuna daksa di BBRSBD berusia 17-35 tahun, memiliki nilai inferioritas dalam kategori sangat tinggi dan tinggi, laki-laki maupun perempuan,sejumlah 8 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala inferioritas. Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design dengan pengukuran pada waktu pre-test, post-test dan follow-up. Peserta disreening awal dengan cara memisahkan subjek yang memiliki skor inferioritas sangat tinggi dan tinggi menjadi kelompok yang akan dipergunakan sebagai subjek penelitian dan mendapatkan intervensi berupa terapi candra jiwa, dan kelompok lain adalah yang memiliki skor inferioritas rendah dan sedang, yang selanjutnya tidak dipergunakan sebagai subjek penelitian. Eksperimen quasi merupakan salah satu metode penelitian eksperimen yang menggunakan partisipan dalam jumlah yang terbatas. Jumlah subjek yang terbatas. Intervensi dalam bentuk terapi candra jiwa diberikan selama lima hari berturut-turut. Subjek penelitian diberi pengukuran dengan menggunakan skala inferioritas, pemberiaan skala 141

dilakukan pada saat sebelum dilakukan terapi, sesudah dilakukan terapi dan dua minggu setelah dilakukan post test. Hasil Proses Screening dilakukan dengan pengisian skala inferioritas oleh siswa di BBRSBD dibantu dengan fasilitator, mengingat siswa mengalami kesulitan dalam menulis. Pengisian skala dilakukan selama 2 tahap yaitu pada tanggal 22 April dan 25 April 2017. Proses selanjutnya setelah pengisian skala skoring hasil. Hasilnya dari jumlah subjek sebanyak 78 subjek, terdapat 20 orang subjek yang memiliki skor inferioritas sangat tinggi dan tinggi, sedangkan 58 lainnya memiliki skor inferioritas sedang dan rendah. Setelah ditentukan 20 subjek penelitian, selanjutnya diberikan intervensi dalam bentuk terapi candra jiwa yang dilakukan lima hari berturut-turut dimulai mulai tanggal 3 Juli smpai dengan 7 juli 2017. Pemberian terapi dilakukan selama 2 jam dengan pertimbangan apabila diberikan terlalu lama subjek akan mengalami kejenuhan. Dari 20 subjek penelitian yang diberi terapi candra jiwa yang dapat dianalisis sejumlah 8 subjek, 12 subjek lainnya tidak dapat dianalisis dikarenakan tidak mengikuti semua proses terapi dari awal sampai akhir dengan lengkap dikarenakan sakit, pulang kampung dan keperluan lainnya. Hasil akhir yang diharapkan oleh peneliti adalah untuk mengetahui pengaruh terapi candra jiwa terhadap inferioritas pada tuna daksa. Dari data penelitian di peroleh hasil sebagai berikut : Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney ( uji hipotesis) didapatkan hasil bahwa nilai Z = -2,054 dengan taraf signifikansi 0,040 ( p < 0,05 ) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dapat di terima, yang artinya ada pengaruh antara terapi candra jiwa terhadap inferioritas pada tuna daksa. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan inferioritas pada subjek penelitian pada saat pre-test, post-test, follow-up. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan ada penurunan pada saat pre-test ke post test dengan nilai Z=-2,243 dengan taraf signifikansi 0,025 (p,0,05). Akan tetapi hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test tidak menunjukkan ada penurunan yang signifikan pada saat post-test ke follow-up dengan nilai Z=-0,775 dengan taraf signifikansi 0,438 (p>0,05) yag berarti bahwa antara post-test dengan hasil follow-up tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan atau dapat dikatakan tidak ada perbedaan antara post-test dan follow-up. Dan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test antara pre-test dan follow-up menunjukkan ada penurunan inferioritas pada subjek penelitian dengan nilai Z=-2,366 dengan taraf signifikansi 0,018 (p <0.05) yang artinya ada penurunan yang signifikan antara pre-test dengan follow up. Secara lengkap hasil uji hipotesis sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pre Post Post Follow Pre Follow Z -2,243-0,775-2,366 Sig (I-tailed) 0,025 0,438 0,018 142

Perbedaan antara pre-test, post test dan follow-up dapat dilihat dengan memandingkan rerata atau mean skor sebagaimana dapat dilihat dalam grafik berikut : 100 80 60 40 inferioritas 20 0 pre-test post-test follow-up Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan bahwa terapi candra jiwa yang diberikan pada saat intervensi berpengaruh untuk menurunkan inferioritas pada subjek penelitian. Penurunan inferioritas tersebut terlihat dari mean rank pada tiap-tiap pengukuran. Ranks ( -) untuk pre-test post-test sebesar 34,0 sedangkan ranks ( + ) sebesar 2,0 artinya sebagian besar nilai post-test menurun jika dibandingkan dengan pre-test. Mean ranks untuk pre-test - follow-up untuk nilai ( -) sebesar 23,50 dan nilai rank ( +) sebesar 12,50 yang artinya tidak ada perbedaan yang berarti antara post-test dengan follow-up, penurunan inferioritas untuk pre-test - follow-up sebesar 4,00 (-) dan nilai rank (+) sebesar 0. Yang artinya ada perbedaan antara pre-test dengan follow-up. Diskusi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa terapi candra jiwa mampu menurunkan inferioritas pada tuna daksa, artinya ada efek dari terapi candra jiwa terhadap inferioritas tuna daksa. Dalam Candrajiwa dijelaskan bahwa dalam hidupnya, manusia wajib berusaha mencapai titik kesadaran yang tertinggi (alam sejati : hakekat hidup). Apabila manusia sudah mencapai pada titik kesadaran tetap ada di alam sejati maka setelah panembah (ibadah) selesai, suasana heneng-hening (kedamaian) tidak hilang. Sifat dan watak individu yang selalu diliputi suasana heneng-hening berbeda sekali dengan watak dari individu yang titik beratnya terletak di badan jasmani kasar atau badan jasmani halus. Peralihan titik berat kesadaran tidak mungkin dicapai tanpa membangun lima watak utama yaitu: rila, narima, jujur, sabar, dan budi luhur (Hardjoprakosa, 1973). Menurut Candra Jiwa kehidupan manusia hendaknya dijalani dengan penuh rasa syukur, ikhlas menerima semua kenyataan dalam kehidupan. Mampu menerima apapun kondisi yang tengah dialami, baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Lima watak diatas adalah faktor yang penting dalam hidup manusia karena mempengaruhi tindakan manusia dalam berbagai situasi. Dengan lima watak utama manusia akan mencapai pada proses aktualisasi diri. sehingga manusia akan mampu menerima apapun kondisinya dan mencari hikmah serta mensyukuri papun kondisi hidupnya. 143

Maka dari itu lima watak utama ini hendaknya dimiliki setiap individu termasuk penyandang tuna daksa. Tidak semua manusia sudah tentu memiliki panca sila, termasuk individu penyandang tuna daksa yang dianugrahi keterbatasan fisik. Pada umumnya, penyandang tuna daksa yang kurang bisa rila dan narima disebabkan oleh pandangan lingkungan yang kurang baik sehingga menimbulkan perasaan tidak berharga dan rendah diri. Hal ini menjadikannya kurang memiliki kesabaran dalam menjalani hidup. Penyandang tuna daksa dapat menjadi putus asa, mereka menjadi kurang jujur, artinya tidak dapat memenuhi kesanggupannya untuk mengaktualisasikan potensinya dan tentunya belum dapat mencapai tingkatan budi luhur. Terbentuknya lima watak utama diatas tentunya melalui suatu proses kehidupan, tidak bisa seketika. Manusia harus selalu berusaha membangun lima watak tersebut sejak kecil hingga tutup usia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Melalui interaksi tersebut maka dapat diupayakan membangun lima watak utama (rila, narima, jujur, sabar dan budi luhur) yang dapat dikatakan sebagai terapi candra jiwa. Terapi candra jiwa diarahkan untuk merekonstruksi pemikiran yang mengarah kepada penerimaan diri atas apa yang dimiliki, sehingga manusia akan termotivasi dan menjadi semangat untuk mencapai perasaan yang positif dan merasa lebih percaya diri. Dengan memiliki watak rila dan narima dapat menerima dan mensyukuri kondisi yang dimilikinya, jujur atau temen yang artinya dapat memenuhi kesanggupannya dan mengaktualisasikan potensinya yang dimilikinya dalam arti dapat optimalisasi potensinya, sabar yang berarti tidak mudah menyerah dan berhati lapang, yang terakhir budi luhur berusaha untuk mendelani sifat-sifat Tuhan dan mampu menerapkan dalam kehiduapannya sehari-hari. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terapi candra jiwa memiliki pengaruh terhadap inferioritas pada tuna daksa.hasil penelitian diharapkan para peserta terapi candra jiwa dapat mempraktekkan apa yang sudah diperoleh selama menjalani terapi. Hal ini dimaksudkan agar para peserta dapat menjalani kehidupan dengan baik dan tidak lagi mengalami perasaan rendah diri karena keterbatasan fisik yang dimilikinya. Bagi pengelola diharapkan dapat sebagai bahan informasi untuk menyusun program terapi candra jiwa untuk mengatasi inferioritas pada tuna daksa. Bagi peneliti selanjutnya terapi candra jiwa cukup efektif untuk mengatasi inferioritas pada tuna daksa, oleh karena itu terapi ini dapat diterapkan pada subjek yang lain dengan permasalahan yang berbeda. Kepustakaan Adler, R.B. & Rodman, G. 1999. Understanding human communication. Toronto: Holt Rinehart and Winston. Chaplin, J.P. 2001. Kamus Psikologi. (Penterjemah : Kartono). Jakarta : PT. Raja Grafindo persada 144

Encyclopedia Britannica, 2006. Impairity Disability and Rehabilitation. NewYork : Simon & Schuster and Prentice Hall International. Hadi S dan Pamardiningsih Y. 2000. Manual SPS Paket Midi. Yogyakarta : Fak. Psikologi UGM. Hardjoprakoso, S. 1973. Arsip Sarjana Budi Santosa. Jakarta: Proyek Penerbit dan Perpustakaan Pangestu Pusat. 1972.Candrajiwa Sebagai Dasar Suatu Psikhoterapi. Bagian I. (Terjemahan Oleh Dibyo Siswoyo). 1986. Candrajiwa Sebagai Dasar Suatu Psikhoterapi. Bagian II. (Terjemahan Oleh Muhamad Husodo) Harjaprakosa dan Sumadiharja, T. 1983. Pustaka Sasangka Jati. Cetakan Ke Lima. Jakarta: Badan Penerbitan Dan Perpustakaan Pengestu Pusat. Tarsidi, MSW. 1998. Peraturan Standar Tentang Persamaan Kesempatan Bagi Para Penyandang Cacat 1. Jakarta: Biro HLN-DPP Pertuni Ubaydillah. 2009. Mengatasi Inferioritas.www.epsikologic.com. Akses 12 Maret 2010. 145