BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang
|
|
- Budi Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang tuanya. Namun tidak semua anak yang lahir ke dunia dalam keadaan yang sama. Mereka terlahir dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Beberapa anak terlahir dengan kondisi yang sempurna, sementara yang lainnya terlahir dengan keterbatasan fisik maupun psikis. Menurut Hallahan & Kauffman (2006), anak-anak yang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan fisik ataupun psikis, baik yang bersifat bawaan atau terjadi ketika masa pertumbuhan disebut anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus tersebut dapat mengalami gangguan seperti gangguan penglihatan (tunanetra), gangguan emosional atau perilaku, gangguan komunikasi, gangguan fisik (tunadaksa), kesulitan belajar (tunalaras), gangguan pendengaran (tunarungu), atau mengalami retardasi mental (tunagrahita). Anak tunagrahita dikelompokkan sebagai anak berkebutuhan khusus karena memiliki karakteristik adanya gangguan dalam bentuk fungsi intelektual dan kemampuan adaptasi sosial yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, yang telah tampak sejak masa anak-anak (Durand & Barlow, 2006). Klasifikasi tunagrahita menurut DSM-IV (1994 dalam Lumbantobing, 2006) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu tunagahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat, 1
2 2 dan tunagrahita sangat berat. Berdasarkan pembagian tingkatan-tingkatan intelegensi, untuk IQ pada tunagrahita ringan yaitu 50-70, tunagrahita sedang yaitu 35-49, tunagrahita berat yaitu dan tunagrahita sangat berat <20 (Hallahan & Kauffman, 2006). World Health Organization (WHO, 2008 dalam Dewi, 2011) memperkirakan bahwa prevalensi tunagrahita di dunia sebesar 3% dan akan cenderung mengalami peningkatan sepanjang tahunnya. Jika populasi penduduk di dunia sekitar 6,5 milyar, maka dapat diperkirakan sebesar 195 juta jiwa menyandang tunagrahita, dan dari perkiraan WHO ini dapat dianalogikan bahwa semakin besar populasi penduduk suatu negara, maka semakin besar pula jumlah penyandang tunagrahita di negara tersebut. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 1-3% dari jumlah penduduk di Indonesia menderita tunagrahita (Maramis, 2009). Berdasarkan hasil Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2006 (Wahyuandre, 2009 dalam Dewi, 2011), ditemukan bahwa dari penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau jiwa adalah penyandang cacat, anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia sekolah (5-18 tahun), dan angka paling besar ditempati oleh populasi anak dengan tunagrahita. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Bali jumlah kecacatan di SLB seluruh Bali baik dari tingkat SDLB sampai SMALB sebanyak 1697 orang, sebagian diantaranya adalah anak dengan tunagrahita. Sementara itu, hasil rekapitulasi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial tahun 2010 oleh
3 3 Dinas Sosial Provinsi Bali menyebutkan jumlah penderita cacat mental sebanyak orang. Berdasarkan data di atas, dapat dibayangkan besarnya jumlah penyandang tunagrahita di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali. Menurut American Association on Mental Retardation (Dewi, 2011), besarnya jumlah penyandang tunagrahita tersebut akan berdampak pada munculnya masalah bagi masyarakat, keluarga, dan anak itu sendiri, termasuk secara tidak langsung berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Besarnya jumlah penyandang tungrahita di suatu negara akan memicu meningkatnya beban negara tersebut karena mengurangi produktivitas penduduk. Keterbatasan anak tunagrahita dalam area fungsi adaptif, seperti keterampilan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, keterampilan interpersonal atau sosial, keterampilan akademik, penunjukan diri, pekerjaan waktu senggang dan kesehatan serta keamanan (Napolion, 2010) menjadi alasan tingginya tingkat ketergantungan anak tunagrahita terhadap keluarga atau caregiver. Caregiver adalah seseorang dalam keluarga yang memberikan perawatan untuk anggota keluarga lain yang sakit atau yang tidak mampu (Oyebode, 2003 dalam Dewi, 2011). Salah satu anggota keluarga yang biasa menjadi caregiver adalah orang tua. Menurut Byrne, Cunningham & Sloper (1988; Harahap, 2005), keluarga atau caregiver adalah pihak yang sebaiknya mendapatkan informasi pertama mengenai diagnosa tunagrahita pada anggota keluarganya. Pemberian informasi tersebut akan melibatkan dua kelompok individu yang berasal dari dua dunia yang
4 4 sangat berbeda, yaitu pihak keluarga dan tenaga profesional. Setelah keluarga memperoleh informasi tersebut, maka keluarga selanjutnya akan mengalami suatu periode krisis. Periode krisis ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu pertama, tahap penolakan atau penyangkalan, dimana orang tua atau pihak keluarga akan menyangkal dan berusaha mencari ahli kesehatan lain yang akan menyatakan bahwa anaknya normal, sampai orang tua akhirnya menyerah baik dengan terpaksa atau dengan sadar setelah pergi dari satu ahli kesehatan ke ahli kesehatan lain secara berganti-ganti. Kedua, tahap duka cita dan kesedihan yang mendalam, dimana disebabkan oleh karena kondisi anak yang tidak diharapkan, dan merasa seolah-olah mereka kehilangan sesuatu. Ketiga, tahap penerimaan, dimana orang tua menerima keadaan anak, baik secara sadar maupun secara terpaksa (Sembiring, 2002 dalam Dewi, 2011). Masing-masing orang tua akan memiliki respon yang unik dalam menyikapi kondisi yang menimpa anaknya. Respon pada masing-masing tahapan memerlukan waktu yang berbeda untuk setiap orang tua dan tidak semua orang tua yang memiliki anak tunagrahita melalui ketiga tahapan tersebut (Dewi, 2011). Respon orang tua atau keluarga terhadap setiap tahapan tersebut perlu dikaitkan dengan konsep keluarga sebagai sistem pendukung untuk individu. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka disfungsi apapun yang terjadi pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga atau bahkan keseluruhan keluarga (Achjar, 2010). Pada keluarga dengan anak tunagrahita, meningkatnya beban keluarga karena merawat anak tunagrahita akan mempengaruhi fungsi keluarga (Gulseren, dkk., 2010 dalam Dewi, 2011).
5 5 Hal tersebut secara tidak langsung akan memicu munculnya masalah psikososial pada keluarga. Salah satu masalah psikososial tersebut yaitu ansietas. Gangguan ansietas adalah kondisi tegang yang dialami oleh seseorang secara berlebihan atau tidak pada tempatnya dan ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut (Maramis, 2009). Pada keluarga dengan anak tunagrahita, gangguan ansietas muncul dikarenakan adanya tuntutan ekonomi dan waktu yang tidak singkat dalam perawatan, ketergantungan anak dengan keluarga/caregiver, dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menghadapi emosi anak, adanya stigma sosial tentang tunagrahita, serta ketidakmampuan keluarga dalam mengelola stres (Jarvelin, 2002 dalam Dewi, 2011; Tsai & Wang, 2008 dalam Dewi, 2011). Selain itu, beberapa keluarga dihinggapi oleh munculnya kecemasan tentang masa depan anaknya terkait adanya kemunduran produktivitas orang tua serta kekhawatiran bahwa anak tidak mampu berfungsi optimal secara ekonomis dikarenakan keterbatasannya (Hassall, Rose & McDonald, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Maes, Broekman, Dosen & Nauts, (2003 dalam Dewi, 2011) juga membuktikan bahwa masalah psikiatrik dan perilaku pada anak tunagrahita mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada keluarganya. Berdasarkan permasalahan tersebut, tentu diperlukan penatalaksanaan atau intervensi sedini mungkin untuk mengurangi ansietas keluarga khususnya orang tua dalam merawat anak tunagrahita karena orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan dini dan perawatan intensif untuk membantu kesembuhan anak retardasi mental (Heward, 2003 dalam Sari, 2013). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Miltiades dan Pruchno (2001 dalam
6 6 Dewi, 2011) yang menyatakan bahwa sebaiknya intervensi tidak hanya berfokus pada anak tunagrahita sebagai individu, namun juga melibatkan kebutuhan keluarga. Selama ini telah diupayakan berbagai intervensi untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anak tunagrahita dan mengatasi masalah psikososial yang muncul pada orang tua dari anak tunagrahita. Berbagai terapi generalis maupun terapi spesialis ansietas, sudah cukup baik dalam mengatasi ansietas keluarga. Namun, beberapa orang tua masih menunjukkan respon negatif terhadap terapi yang diberikan. Berpengaruh atau tidaknya suatu terapi terhadap masalah ansietas pada orang tua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal dari orang tua itu sendiri. Salah satu faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat ansietas orang tua tersebut adalah tingkat harga diri (self-esteem). Harga diri (self-esteem) adalah penilaian positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep diri individu. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga dapat menghargai secara negatif (Lerner dan Spanier,1980 dalam Ghufron dan Risnawita, 2012). Pada keluarga dengan anak tunagrahita, stigma sosial mengenai anak tunagrahita akan dirasakan oleh setiap anggota keluarga termasuk orang tua. Beberapa orang tua yang memiliki anak tunagrahita merasa malu dan tertekan dengan stigma dari lingkungannya sehingga mereka cenderung menyembunyikan anaknya (Napolion, 2010). Perasaan malu yang dialami orang tua cenderung menyebabkan orang tua merasakan harga diri yang menurun (Dsouza, 2001 dalam Sari, 2013).
7 7 Selain itu, orang tua menganggap bahwa kondisi anaknya disebabkan karena kecelakaan atau hukuman dari Tuhan sehingga keluarga merasa tidak mampu, rendah diri, gagal, dan berperilaku menghindari atau menarik diri dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Bila ditinjau dari teori kognitif, evaluasi diri yang negatif menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ansietas seseorang (Ghufron dan Risnawita, 2012) atau dengan kata lain, tingkat ansietas yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat harga dirinya. Hal ini dikarenakan seseorang dengan harga diri tinggi tidak akan terpengaruh pada penilaian dari orang lain tentang sifat atau kepribadiannya, baik itu positif ataupun negatif, mampu menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang belum jelas, tidak akan terpaku pada dirinya sendiri atau tidak hanya memikirkan kesulitannya sendiri, serta akan lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaan sehingga tercipta tingkat ansietas dan perasaan tidak aman yang lebih rendah. Sedangkan, individu dengan harga diri rendah cenderung mudah mengakui kesalahan, mempunyai perasaan inferior, takut atau mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial, merasa tidak diperhatikan atau diasingkan, serta kurang mampu mengekspresikan diri (Coopersmith dalam Siregar, 2006). Penelitian sebelumnya yang terkait dengan harga diri dan masalah psikososial adalah penelitian oleh Juniartha (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara harga diri (self-esteem ) dengan tingkat stres narapidana wanita di Lapas Klas IIA Denpasar. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
8 8 Sukmandari (2010) juga menyatakan ada hubungan antara harga diri dengan depresi pada penderita hipertensi di UPT Abiansemal I. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SLB C Negeri Denpasar (2013, 28 September), ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah siswa dengan tunagrahita ringan dalam 3 bulan terakhir yaitu dari Bulan Juli-Sepetember Pada Bulan Juli jumlah siswa dengan tunagrahita ringan sebanyak 180 siswa, Bulan Agustus 181 siswa, dan Bulan September 2013 adalah sebanyak 189 siswa. Dengan uraian pada Bulan September, yaitu: SDLB sebanyak 102 siswa, SMPLB 47 siswa, SMALB 37 siswa. Hasil wawancara oleh peneliti kepada Kepala SDLB C Negeri Denpasar (2013, 28 September), diperoleh informasi bahwa selama ini sekolah sudah memfasilitasi orang tua dalam mendapat informasi mengenai tunagrahita dengan menyediakan jasa konseling dengan guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Beberapa orang tua mulai menerima kondisi anaknya, namun beberapa orang tua masih mengeluh stres dalam merawat anaknya, selain itu orang tua mengeluh cemas dengan kondisi anaknya, khususnya mengenai masa depan anaknya. Sementara itu, hasil wawancara oleh peneliti terhadap sepuluh orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar (2014, 11 Februari) diperoleh bahwa seluruh orang tua menyatakan cemas dengan kondisi anaknya, terutama dengan masa depan anaknya dan penilaian negatif masyarakat mengenai anak tunagrahita. Pada saat studi pendahuluan kedua di SDLB C Negeri Denpasar (2014, 11 Februari), peneliti menemukan bahwa beberapa orang tua dari anak tungrahita yang sedang menunggu anaknya pulang sekolah tampak duduk
9 9 berkelompok sambil mengobrol dengan orang tua lainnya. Sedangkan, beberapa orang tua dari anak tunagrahita lainnya tampak memilih duduk menyendiri. Saat diwawancarai oleh peneliti beberapa orang tua tampak malu-malu atau bahkan tidak bersedia menceritakan kondisi anaknya sementara yang lain menunjukkan hal sebaliknya. Perbedaan karakteristik tersebut menurut Coopersmith (dalam Siregar, 2006) dapat dikaitkan dengan harga diri masing-masing orang tua. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang adanya hubungan antara tingkat harga diri (self-esteem) dengan tingkat ansietas orang tua dalam merawat anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan Adakah hubungan antara tingkat harga diri (self-esteem) dengan tingkat ansietas orang tua dalam merawat anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat harga diri (self-esteem) dengan tingkat ansietas orang tua dalam merawat anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar.
10 Tujuan Khusus Tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui arah tujuan yang dicapai dengan penelitian yang dilakukan, maka dalam penelitian ini tujuannya adalah: a. Mengidentifikasi tingkat harga diri (self-esteem) orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar. b. Mengidentifikasi tingkat ansietas orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar. c. Menganalis hubungan tingkat harga diri (self-esteem) dengan tingkat ansietas orang tua dalam merawat anak tunagrahita di SDLB C Negeri Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan : Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu keperawatan jiwa khususnya dalam lingkup keluarga terkait dengan hubungan tingkat harga diri (self-esteem) dengan tingkat ansietas orang tua yang merawat anak tunagrahita. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan kerangka pemikiran pada penelitian yang akan datang, khususnya yang berkaitan dengan tingkat harga diri (self-esteem) dan tingkat ansietas.
11 Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat jiwa dalam menentukan intervensi yang tepat untuk mengurangi ansietas orang tua yang memiliki anak tunagrahita. b. Sebagai sumber informasi bagi lembaga pelayanan terkait dan sekolah luar biasa mengenai tingkat harga diri dan tingkat ansietas yang dialami keluarga khususnya orang tua selama merawat anak tunagrahita. c. Untuk menyusun program konseling, baik pada anak tunagrahita maupun keluarga
HUBUNGAN TINGKAT HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DENGAN TINGKAT ANSIETAS ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB C NEGERI DENPASAR
HUBUNGAN TINGKAT HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DENGAN TINGKAT ANSIETAS ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB C NEGERI DENPASAR Ni Wayan Lisnayanti, Ni Made Dian Sulistyowati, I Wayan Surasta Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seorang ibu sedang mengandung, tentunya ia mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya itu akan lahir dengan sehat dan sempurna. Biasanya para orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tak terkecuali orang tua. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna (jasmani dan rohani). Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga menginginkan semua anggota keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan oleh keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan berdaya guna dalam lingkungannya. Sebagai manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP TINGKAT ANSIETAS KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA
PENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP TINGKAT ANSIETAS KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA Erti Ikhtiarini Dewi 1, Achir Yani S.Hamid 2, Mustikasari 3 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau mengalami hambatan perkembangan, contohnya anak dengan retardasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya orang tua mengharap anak dengan perkembangan yang sempurna, baik fisik, psikologi, maupun kognitif. Kebanyakan orang tua sulit menerima kenyataan apabila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Anneahira,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dan teori serta hasil penelitian yang terkait dengan bidang
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, peneliti mengemukakan beberapa konsep dan teori serta hasil penelitian yang terkait dengan bidang penelitian yang meliputi: 2.1
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan serta puncak pemenuhan dari kebutuhan pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL
PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang mungkin saja berbeda dan terbentuk dengan cara-cara yang juga beragam. Namun sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang autisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna Grahita atau Cacat Ganda adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau dalam kandungan atau masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sakit merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial (Perry & Potter,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah
BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan dan perlindungan dari orang lain. Tanpa bantuan dari orang lain dan lingkungan sosial maka manusia tidak mudah
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DENGAN TINGKAT ANSIETAS ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB C NEGERI DENPASAR
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DENGAN TINGKAT ANSIETAS ORANG TUA DALAM MERAWAT ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB C NEGERI DENPASAR OLEH: NI WAYAN LISNAYANTI NIM. 1002105084 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang terbilang pokok bagi kehidupan setiap manusia. Mengapa demikian, karena dengan pendidikan seorang manusia bisa mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh manusia menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan yang harus di jaga dan di pelihara dengan baik. Seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak adalah sepenuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang
Lebih terperinciBagaimana? Apa? Mengapa?
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori 2.1.1. Retardasi Mental 2.1.1.1. Definisi Retardasi mental adalah kondisi tidak lengkapnya perkembangan jiwa, yang ditandai dengan adanya penurunan keterampilan selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciAdaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.
Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS
PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehadiran seorang anak di tengah keluarga merupakan sebuah karunia yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai tumbuh saat orang tua menanti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinci