Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2 Landasan Teori

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

3.1 Persiapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

Statistical Process Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN LITERATUR


BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

: defect, six sigma, DMAIC,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Statistical Process Control

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011)

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CHAIR TYPE 4030 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT MAITLAND SMITH INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SEPATU MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI CV CANERA MULYA LESTARI CIBADUYUT *

ANALISA KECACATAN PROSES PENGEMASAN ALOVO PRODUK TORY CHESE CREKCER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. GARUDA FOOD PUTRA PUTRI JAYA-GRESIK

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KUALITAS PRODUK ALUMINIUM FLUORIDA. ) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. PETROKIMIA GRESIK Tbk. SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf yang artinya secara bebas adalah standar sesuatu sebagai pengukur yang membedakan suatu benda dengan yang lainnya. Dibawah ini pengertian mutu menurut beberapa para ahli: Dikemukakan oleh Philip B. Crosby (1979:3) bahwa mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan. persyaratan-persyaratan perlu dispesifikasikan secara jelas sehingga semua orang tahu apa yang diharapkannya. Dikemukakan Ahyari (2012:3) bahwa mutu adalah jumlah dari sifat-sifat produk, seperti daya tahan, kenyamanan pemakaian dan daya guna. 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu Rudy Priantoro (2012:4) mengemukakan bahwa pada intinya pengendalian mutu adalah kerja sama dan keterpaduan maksud dan tujuan dalam memproduksi barang atau jasa untuk menghasilkan mutu produk yang tinggi. Dengan melakukan pengendalian pada cycle, setiap tahap dalam proses produksi yang merupakan gugus mata rantai produksi sehingga dapat dijamin keterpaduan dan kerja sama yang baik antara kelompok karyawan pada tahap produksi dengan managemen, untuk menghasilkan mutu dan hasil kerja kelompok sebagai mata rantai produksi. 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Pengendalian mutu merupakan suatu sistem kendali yang efektif untuk mengordinasikan usaha penjagaan kualitas, dan perbaikan mutu dari kelompokkelompok dalam organisasi produksi, sehingga diperoleh suatu produksi yang

sangat ekonomis serta dapat memuaskan kebutuhan dan keingian konsumen. Beberapa alasan mengapa pengendalian mutu harus diterapkan oleh suatu perusahaan antara lain: a) Agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh pengguna sebelumnya, sehingga dapat memuaskan konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. b) Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan sehingga akan menghemat pemakaian bahan baku, dan sumber daya lainnya, serta produk-produk yang cacat atau rusak dapat dikurangi. 2.4. Six sigma 2.4.1. Pengertian Six sigma Sigma yang berarti standar deviasi yang menggambarkan variasi proses dari nilai rata-rata nilai yang bisa digambarkan dengan arah positif atau negatif. Sigma dalam statistik dikenal sebagai simpangan baku yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada rentang yang telah disepakati. Rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL dan batas bawah LSL. Proses yang terjadi diluar rentang disebut cacat. 2.4.2. Dasar Statistik Six sigma Sig Sigma terbukti menjadi pendekatan yang populer untuk mengusir variabilitas dari proses melalui penggunaan alat statistik. Sigma, (σ) adalah simbol yunani untuk pengukuran dispersi statistik yang disebut standar deviasi. Ini adalah pengukuran terbaik dari variabilitas proses, karena lebih kecil deviasi, maka variabilitas akan berkurang dalam proses. para ahli sig Sigma mengatakan, proses jarang tetap terpusat, tetap cenderung bergeser ke atas dan dibawah target, dengan nilai 1,5 Sigma. Nilai 3,4 cacat per juta kesempatan (DPMO) untuk six sigma proses diperoleh dengan asumsi bahwa batas spesifikasinya adalah 6 standar penyimpangan dari nilai proses target dan bahwa proses bisa berubah sebanyak 1,5 Sigma.

Kalau pada umumnya standar kualitas dinyatakan dalam ±3 Sigma, maka six sigma menggunakan ±6 Sigma. Nemun demikian, jika kita hitung berapa banyak produk yang akan berada diluar batas penerimaan atau produk cacat berdasarkan statistik, angkanya jauh lebih kecil daripada 3,4 DPMO. Jumlah produk cacat 3,4 dalam satu juta produk atau potensinya sebenarnya sudah sangat kecil. Ukuran 6 Sigma (six sigma) pada kurva normal mewakili tingkatan utilitas jumlah produk yang harus dalam kondisi baik dengan probabilitas 0,9999996660 (probabilitas defect yang diijinkan berarti 1-0,9999996660), yang artinya hanya diijinkan jumlah produk yang cacat adalah 3,4 per satu juta produk. Atau dengan kata lain enam Sigma adalah tingkatan yang setara dengan variasi proses sejumlah setengah dari yang ditoleransi oleh tahap desain dan dalam waktu yang sama memberi kesempatan agar rata-rata produksinya bergeser sebanyak 1,5 defiasi standar dari target. Gambar 2.1 menjelaskan konsep enam Sigma dalam kurva normal. Gambar 2.1. Six sigma Motorola

Jika rata-rata atau target dijaga maka kemungkinan terjadinya cacat diluar wilayah yang 6 Sigma kedua arah hanyalah satu per satu milyar kejadian. Jika pergeseran terjadi kedua arah, makakemungkinan cacat pafa tingkatan enam Sigma paling banyak hanyalah 3,4 per satu juta kejadian, dan jika pergeseran terjadi pada target distribusi, maka jumlah cacat hanyalah dua per satu milyar kejadian. Dengan cara yang sama dapat definisi kualitas 3 Sigma, kualitas 5 Sigma dan seterusnya, cara termudah mempelajari konsep ini adalah dengan membayangkan jarak dari target kebatas atas atau batas bawah spesifikasi (setengah batas toleransi) yang diukur oleh deviasi standar variasi yang terlibat pada tingkatan Sigma. Level kualitas (Sigma) bisa ditemukan dengan bantuan excel dengan rumus sebagai berikut: =NORMSINV (1 DPMO/1.000.000) + SHIFT Pada tabel 2.1 menunjukan perubahan nilai atau tingkat kualitas setiap pergeseran standar deviasi atau Sigma per satu juta pada satu ekor distribusi normal. Tabel 2.1 Tingkat Kualitas Sigma Yields (probabilitas tanpa cacat) DPMO (defect per million opportunitiy) Sigma 30,9% 690.000 1 69,2% 308.000 2 93,3% 66.800 3 99,4% 6.210 4 99,98% 320 5 99,9997% 3.4 6

Dalam banyak kasus, penendalian proses agar sesuai dengan target merupakan pilihan yang lebih murah dibandingkan mengurangi variabilitas proses. tingkatan Sigma dapat dengan mudah dihitung dengan excel, menggunakan formula: =NORMSINV (1 Jumlah Cacat/Jumlah Kemungkinan) + SHIFT Tidak semua proses harus beroperasi pada tingkatan kualitas six sigma, itu semua bergantung pada seberapa penting suatu proses secara strategis serta biaya perbaikan jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan. Tebel 2.2 menunjukan perbedaan level kualitas pada 3 Sigma dan 6 Sigma di perusahaan. Tabel 2.2 Level Kualittas Pada 3 Sigma Dan 6 Sigma Di Perusahaan 3 sigma 6 sigma Biaya kegagalan 10-15% dari penjualan Biaya kegagalan 5% dari penjualan 66.067 defect per satu juta CTQ 3.4 defect per satu juta kemungkinan Tergantung pada deteksi untuk temukan defect Fokus pada proses, bukan menghasilkan defect Percaya kalau kualitas yang tinggi itu mahal Menghasilkan kualitas tinggi, dan menciptakan biaya rendah Tidak tersedia pendekatan sistematik Menggunakan pengukuran analisis, perbaikan dan kontrol Membandingkan dengan pesaing terbaik dunia Definisi CTQ secara eksternal (dari costumer) 2.4.3. Metrik dan Pengukuran Six sigma Six sigma dimulai dengan penekanan cara pengukuran kualitas yang berlaku secara umum. Dalam terminologi six sigma, sebuah cacat (defect) atau ketidakcocokan (nonconformance) adalah kekeliruan atau kesalahan yang diterima pelanggan. Unit kerja adalah outpu suatu proses atau tahapan proses. kualitas output diukur dalam tingkat kecacatan per unit (defect per unit DPU). Tingkat Kecacatan Per Unit = Jumlah Cacat Yang Ditemukan/Jumlah Unit Yang Diproduksi

Akan tetapi jenis pengukuran output seperti ini cenderung lebih berfokus pada produk akhir, buka pada proses yang menghasilkan produk tersebut. Selain itu, cara ini sulit diterapkan pada proses dengan tingkat kesulitan yang berbeda, terutama aktivitas jasa. Dua proses yang berbeda bisa saja memiliki jumlah peluang kesalahan yang amat berbeda, sehingga menyulitkan perbandingan konsep. Six sigma mendefinisikan ulang pengertian kinerja kualitas sebagai tingkat kecacatan per juta kemungkinan. (defect per million opportunities DPMO). Deffect DPMO = Unit inspected deffect Opportunity 1000000 Keterangan: Deffect: Jumlah cacat yang ditemukan Unit inspected: Jumlah unit yang diproduksi Deffect opportunity: Kemungkinan kesalahan 2.4.4. Metodologi Six sigma Didalam implementasinya metode six sigma memerlukan sejumlah tahap yang dikenal dengan DMAIC, yaitu: 1. Define Langkah awal dalam pelaksanaan metodologi six sigma adalah proses define. Dimana manajemen perusahaan yaitu pimpinan-pimpinan perusahaan yang ingin mencoba six sigma, yang pertama perusahaan atau manajemen harus mengidentifikasi secara jelas problema-problema yang dihadapi. Tidak menutup kemungkinan, manajemen harus memetakan proses kegiatan guna memahami dan melokalisir masalah. Kedua, memilih sebuah alternatif tindakan sebagai proyek untuk menanggulangi meluasnya problema atau menyelesaikannya. Ketiga, perusahaan perlu merumuskan tolak ukur atau parameter keberhasilan proyek yang dipilih menyangkut luasnya ruang gerak, tingkat penyelesaian masalah sebagai sasaran yang dibidik, tersedianya alat-alat atau perlengkapan dan tenaga pelaksana, waktu serta biaya.

Define bertujuan untuk mengidentifikasi produk atau proses yang akan diperbaiki dan menentukan sumber-sumber (resources) apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Untuk memperoleh tingkat kualitas tertentu dari sebuah hasil yang diinginkan, manajemen perusahaan bisa mengukur, mengkaji, mengendalikan dan menyempurnakan faktor-faktor kunci yang amat berpengaruh terhadap hasil tersebut. 2. Measure Pada tahap ini, terlebih dulu manajemen harus memahami proses internal perusahaan yang sangat potensial mempengaruhi mutu output (disebut critical to quality/ CTQ). Kemudian mengukur besaran penyimpangan yang terjadi dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan pada CTQ. Artinya dalam tahap ini kita harus mengetahui kegagalan atau cacat yang terjadi dalam produk atau proses yang akan kita perbaiki. Secara umum tahap Measure bertujuan untuk mengetahui CTQ dari produk atau proses yang ingin kita perbaiki, selanjutnya mengumpulkan beberapa informasi dasar (baseline information) dari produk atau proses dan terakhir kita menetapkan target perbaikan yang kita ingin capai. Penyimpangan merupakan karakteristik yang dapat diukur yang dijumpai pada proses atau output, namun tidak berada di dalam batas-batas penerimaan pelanggan. Setelah besaran penyimpangan teridentifikasi, manajemen bisa menghitung penghematan dana yang diperoleh jika penyimpangan tersebut tereliminasi. Selanjutnya manajemen perlu membandingkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan proyek penanggulangan simpangan dengan penambahan laba sebagai akibat dari penghematan yang diperoleh. Jika biaya proyek lebih besar atau sama dengan penghematan yang diperoleh, maka six sigma ditolak, dan jika lebih kecil daripada penghematan yang diperoleh, maka six sigma harus diwujudkan.

Pada saat menelusuri atau mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ, pengumpulan data harus dilakukan dengan benar, untuk itu di bawah ini beberapa pertanyaan untuk membantu pada saat pengumpulan data: 1. Pertanyaan apa saja yang harus dijawab? 2. Data jenis apa yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan? 3. Siapa yang dapat menyediakan data tersebut? 4. Bagaimana mengumpulkan data yang optimal tanpa melakukan kesalahan? 3. Analyze Disini manajemen berupaya memahami mengapa terjadi penyimpangan dan mencari alasan-alasan yang mengakibatkannya. Maka dari tiu, manajemen harus mengembangkan sejumlah asumsi sebagai hipotesis. Hipotesis atau dugaan-dugaan sementara mengenai faktor-faktor penyebab penyimpangan harus diuji. Jika hasil uji terhadap hipotesis diterima berarti faktor-faktor penyebab simpangan berpengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan yang ada. Apabila hasil uji terhadap hipotesis ditolak berarti faktor-faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan yang ada. Setelah mendata faktor-faktor yang dominan mengakibatkan penyimpangan, manajemen harus melangkah ke tahap improve. 4. Improve Pada tahap improve setlah sumber-sumber dan akr penyebab dari masalah kualitas teridentifikasi, maka dilakukanlah penetapan rencana tindakan untuk melaksanakan usaha peningkatan kualitas six sigma. Pengembanan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang penting dalam program peningkatan kualitas six sigma, yang berarti bahwa dalam tahap ini tim peningkatan kualitas six sigma harus memutuskan apa yang akan dicapai (berkaitan dengan target yang ditetapkan), mengapa rencana tindakan itu harus dilakukan, dimana rencana tindakan itu akan dilakukan, bagaimana melaksanakan rencana perbaikan itu, dan siapa yang akan bertanggung jawab pada pelaksanaan rencana tindakan itu. Analisis menggunakan

metode 5w+1h dapat digunakan pada tahap pengembangan dan pemberian usulan perbaikan pada rencana perbakan yang akan dilakukan. Tabel 2.3 Penggunaan Metode 5w+1h Untuk Rencana Tindakan Perbaikan Jenis 5W+1H Deskripsi Tindakan Apa yang menjadi target Tujuan Utama What Merumuskan target tujuan dari perbaikan sesuai dengan Alasan Mengapa rencana tindakan Why kebutuhan pelanggan Kegunaan itu diperlukan Lokasi Where Dimana rencana tindakan itu akan dilakukan Mengubah urutan Urutan Proses Kapan rencana tindakan itu aktivitas atau When Waktu akan dilakukan mengkombinasikan Siapa yang akan aktivitas-aktivitas Orang Who pebaikan mengerjakan dan terkena yang dapat dampak rencana tindakan dilakukan bersama Metode How Menyederhanakan Bagaimana mengerjakan aktivitas-aktivitas aktivitas rencana tindakan rencana tindakan perbaikan itu yang ada 5. Control Pada tahap terakhir ini, manajemen harus mempertahankan perubahan-perubahan yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel x dalam rangka melestarikan hasil (Y) yang senantiasa memuaskan pelanggan. Secara berkala manajemen tetap wajib membuktikan kebenaran sambil memantau proses kegiatan yang sudah disempurnakan melalui alat-alat ukur dan metode yang telah ditentukan sebelumnya untuk menilai kapabilitas perusahaan.

2.5. Seven Tools Didalam membantu pelaksanaanya metode six sigma didalamnya terdapat alat-alat bantu yang bisa membantu memaksimalkan kegunaan metode tersebut, seven tools adalah alat bantu yang bisa digunakan untuk memetakan suatu persoalan sengan cara menyusun data di dalam suatu diagram agar lebih mudah dimengerti dan dipahami serta untuk mengetahui inti penyebab dari suatu permasalahan. 2.5.1 Check Sheet Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat data produk termasuk juga waktu pengamatan, permasalahn yang dicari, dan jumlah cacat pada setiap permasalahan. Tabel 2.4 checksheet JAM KERJA DEFECT 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL A B C D E TOTAL 2.5.2 Scatter Diagram Scatter Diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antar dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas. Pada sumbu x menunjukan nilai variabel independen, sedangkan Pada sumbu y menunjukan nilai variabel dependen.

Quality SCATTER DIAGRAM 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 20 40 60 80 100 120 Price Gambar 2.3 scatter diagram 2.5.3 Fishbone Diagram Diagram sebab akibat juga sering disebut ishikawa diagram karena diagram ini diperkenalkan oleh dokter Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan deskripsi masalah. Penebabpenyebab masalah digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang menunjukan masalah. Kegunaan dari diagram sebab akibat adalah: 1. Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah 2. Menentukan penyebab permasalahan. 3. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-sumber variasi. Problem Gambar 2.4 diagram sebab akibat

2.5.4 Pareto Chart Fungsi dari pareto diagram adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukan seberapa besar frekuensi berbagai maca tipe permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada sumbu x dan jumlah atau frekuensi kejadian pada sumbu y. Kategori masah diidentifikasikan sebagai masalah utama dan maslah yang tidak penting. Prinsip pareto adalah 80% masalah (ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20% penyebab. Pronsip pareto ini sangat penting karena prinsip ini mengidentifikasi kontribusi terbesar variasi proses yang menyebabkan performansi yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu pihak manajemen untuk secara cpat menemukan permasalahan yang kritis yang membutuhkan perhatian secepatnya sehingga dapat segera diambl kebijakan untuk mengatasinya. Pareto Chart 20.000 15.000 10.000 5.000 0 A B C 150,00% 100,00% 50,00% 0,00% Jumlah Cacat (unit) Persentase Cacat Kumulatif Gambar 2.5 Diagram Pareto 2.5.5 Stratifikasi Stratifikasi adalah suatu upaya untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan. 2.5.6 Histogram Histogram adalah diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi

jumlah cacat frekuensi. Histogram menunjukan karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Ada histogram frekuensi, sumbu x menunjukan nilai pengamatan nilai dari tiap kelas. Histogram dapat berbentuk normal atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukan bahwa banyak data yang tdak berada pada nilai rata-ratanya, tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah.fungsi dari histogram adalh sebagi berikut: 1. Menentukan apakah suatu produk dapat diterima atau tidak. 2. Menentukan apakah proses produk sudah sesuai atau belum. 3. Menentukan apakah diperlukan langkah-langkah perbaikan. 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Histogram periode Gambar 2.6 Histogram 2.5.7 Control Chart Peta kendali merupakan sekumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik dan digunakan unuk membuat penilaian status pengendalian kualitas pada sebuah proses produksi. X chart adalah jenis kontrol chart yang menggunakan angka rata-rata dari contoh yang diambil dari suatu paket produk output yang akan diukur variabel atau atribut dalam angka untuk mengetahui status proses produksi atau tingkat pengendalian

kualitas dan biasa dinamakan sample average. X chart mempunyai tiga parameter penting yang ditentukan dengan cara perhitungan dari data-data historis, yaitu: Nilai rata-rata Batas pengendalian atas Batas pengendalian bawah Gambar 2.7 Peta Kendali 2.6.Istilah-Istilah Dalam Konsep Six sigma Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep six sigma, perlu dikemukakan beberapa istilah yang berlaku dalam metode six sigma agar untuk selanjutnya metode ini lebih dipahami. Istilah-istilah itu antara lain adalah critical to quality (CTQ), defect, defect per opportunity (DPO), defect per milion opportunities (DPMO). Critical To Quality (CTQ) Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak pada kepuasan pelanggan. Defect Kegagalan untuk memberikna apa yang diinginkan oleh pelanggan atau konsumen.

Defect Per Opportunity (DPO) Ukuran kegagalan yang dihitung dalam program peningkatan kualitas six sigma, yang menunjukan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan. Dihitung menggunakan formula: DPO = banyaknya cacat atau kegagalan yang ditemukan dibagi dengan (banyak unit yang diperiksa dikalikan banyaknya CTQ potensial yang menyebabkan cacat atau kegagalan itu). Defect Per Milion Opportunities (DPMO) Ukuran kegagalandalam program peningkatan kualitas six sigma,yang menunjukan kegagalan per sejuta kesemparan. Target dari pengendalian kualitas Six sigma sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterprestasikan sebagai 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi, tetapi diinterprestasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karakteristik CTQ (critical-to-quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO). 2.7. Teori Kemasan Kemasan adalah suatu metode pemasaran yang digunakan dalam perindustrian untuk menjaga produk yang dikemas didalamnya agar mutu dan kualitas didalamnya tetap terjaga sebelum sampai ditangan konsumen atau dipasarkan. Kemasan yang di desain dengan menarik secara langsung akan menarik perhatian konsumen untuk membeli produk yang berada di dalamnya. Selain menarik kemasan juga harus bisa melindungi isi dari produk didalamnya. Diantaranya tujuan dari kemasan dipakai adalah sebagai berikut: Melindungi produk dari luar. Membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Menarik perhatian dari konsumen. Menjelaskan informasi dalam kemasan.