43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan minapolis, yaitu Kecamatan Pallangga, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Bontonompo dan Kecamatan Bontonompo Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, peta lokasi penelitian dapat lihat pada Gambar 4 dan gambar 5. Daerah Hinterland Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian.
44 Sumber: www.bappedasulsel.go.id Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan.
45 Penetapan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut: 1. Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia. 2. Sinergi dengan program pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat dengan pemerintah pusat. 3. Potensi lahan yang memungkinkan untuk pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis budidaya ikan air tawar dan payau serta didukung dengan sarana dan prasarana umum yang memadai. 4. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan budidaya ikan air tawar. 4.1.1. Lokasi Pendukung Minapolitan Kawasan Minapolitan Bontonompo telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati Gowa No. 362/VII/2008 sebanyak 5 (lima) kecamatan minapolis dan 5 (lima) kecamatan hinterland antara lain: Kecamatan Barombong, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomaranu, Kecamatan Parangloe dan Kecamatan Tinggi Moncong. Hubungan antar kota dan daerah sekitarnya (hinterland) adalah hubungan timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan hinterland perikanan mengembangkan produk primer dan produk olahan skala rumah tangga, sebaliknya pusat kawasan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengembangan usaha budidaya dan usaha-usaha lain yang berkaitan. Selain kawasan hinterland yang telah disebutkan, daerah yang berbatasan langsung dengan Kawasan Minapolitan juga dapat dikelompokkan ke dalam daerah pendukung minapolitan seperti Kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Gowa yaitu, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar. 4.2. Teknik Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling secara proposional (Jogiyanto, 2008; Nasution, 2007). Responden dalam penelitian ini meliputi berbagai pihak terkait (stakeholder) yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan.
46 serta kalangan pakar terpilih, yang diambil berdasarkan kesesuaian keahlian dengan bidang yang dikaji. Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dapat dianggap mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Tabel 10. Jumlah Responden Pakar No Sampel Jumlah (jiwa) 1 Dinas Pekerjaan UMUM 2 3 Dinas Perikanan dan Kelautan 2 4 BAPEDA 1 5 PEMDA 10 6 Pokja 1 7 BPP 5 8 Koptan 2 JUMLAH 23 4.3. Jenis dan Sumber data Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa atribut-atribut yang terkait dengan berbagai parameter penilaian, yang bersumber dari responden terpilih serta hasil pengamatan langsung dilokasi penelitian. Data sekunder berupa data penunjang seperti kondisi geografis wilayah, kondisi sosiodemografi (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencarian, dll) potensi wilayah, produksi pertanian, sarana prasarana yang ada, kebijakan pemerintah, kegiatan ekonomi masyarakat. Data sekunder bersumber dari dinas, instansi, lembaga maupun berasal dari publikasi hasil penelitian yang berhubungan dan representatif dengan tujuan penelitian. 4.4. Rancangan Penelitian Secara garis besar, penelitian dilakukan dalam 4 tahapan studi, yaitu: (1) Analisis Potensi Wilayah, (2) Analisis Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa, (3) Analisis Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa Dan (4) Skenario Pengembangan.
47 4.4.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, diskusi dan observasi di lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian. 4.4.2. Variabel Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini merupakan atributatribut yang merupakan penjabaran dari berbagai indikator penilaian yang digunakan sesuai dengan tujuan dalam penelitian, secara rinci beberapa parameter yang digunakan terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Indikator dan Beberapa Atribut Penilaian Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo No Tujuan Parameter Metode Output yang Penilaian Analisis diharapkan Produksi dan Nilai Komoditas Analisis Potensi wilayah yang ada di tiap Kecamatan 1 Potensi Wilayah Kecamatan, Location dalam Kabupaten owa Kabupaten Gowa Produksi dan Nilai Quotient dan Potensi perikanan Komoditas Kabupaten (LQ) dalam Kawasan Minapolitan 2 3 4 Status kinerja minapolitan Status keberlanjutan kawasan minapolitan Skenario pengembangan kawasan minapolitan Usahatani, Agroindustri, Pemasaran, Infrastruktur, Suprastruktur Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya, Infrastruktur dan Teknologi, Hukum dan Kelembagaan Atribut- atribut Sensitif/ Dominan dalam keberlanjutan kawasan. Multi Dimensional Scaling (MDS), Analisis Laverage, Analisis Monte Carlo, Analisis Hierarki Proses (AHP) Peningkatan Skor Status perkembangan dan faktor-faktor mempengaruhi perkembangan Status keberlanjutan dan faktor pengungkit keberlanjutan kawasan Rekomendasi skenario kawasan minapolitan 4.4.3. Metode Analisis a. Analisis Location Quotient (LQ) Penentuan kecamatan sampel berdasarkan hasil analisis Location Quotient yaitu untuk menentukan keadaan apakah suatu kecamatan merupakan sektor basis atau non basis dalam hal produksi ikan. Kecamatan yang dijadikan sampel adalah kecamatan yang produksi ikannya merupakan sektor basis, sedangkan
48 petani yang dijadikan sampel diambil secara acak. Metode ini dapat juga digunakan terhadap beberapa komoditas penting lainnya. Rumus Location Quotient (LQ) adalah sebagai berikut (Budiharsono, 2008), adalah: X ij /X. LQ ij = -------- X. j /X. Dimana: Xij = Produksi sektor tertentu (i) di kecamatan j. Xi. = Produksi seluruh sektor di kecamatan j. X.j = Produksi total sektor (i) di kabupaten. X. = Total produksi seluruh sektor di seluruh kecamatan. Jika LQ>1, maka aktivitas yang diamati tersebut adalah aktivitas basis, artinya sektor tersebut menjadi komoditi bagi wilayah tersebut. Jika LQ=1, maka aktivitas yang diamati di wilayah kecamatan adalah aktivitas yang sama dengan produksi keseluruhan. Jika LQ<1, maka aktivitas yang diamati adalah aktivitas non basis, artinya sektor tersebut tidak menjadi kegiatan utama dalam wilayah tersebut. b. Analisis Multidimensional Scaling (MDS) Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS). Setiap dimensi yang digunakan, dibangun berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain: 1. Penentuan atribut dari setiap dimensi yang dibangun. 2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria tujuan pengukuran. 3. Penyusunan indeks dan status dari setiap tujuan yang ingin dicapai. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 2 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari penilaian yang rendah (buruk) sampai dengan tinggi (baik). Penyajian atributatribut dan skor dari tiap dimensi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12.
49 Tabel 12. Atribut-atribut dan Skor Perkembangan/ Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Dimensi dan Atribut Kriteria Penilaian Hasil Skor Penilaian Dimensi 1 1. (atribut)... 2. (......)... Dimensi 2 1. (atribut)... 2. (......)... Dimensi n 1. (atribut)... 2. (......)... 4.5. Analisis Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo. Penentuan kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa didasarkan pada keriteria yang dikeluarkan Departemen Pertanian (2002) yaitu membagi tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan atas (3) tiga kategori antara lain (1) Pra Kawasan Minapolitan I; (2) Pra Kawasan Minapolitan II dan (3) Kawasan Minapolitan. Analisis dilakukan dengan mengamati dan mengidentifikasi kondisi kawasan dengan berbagai indikator penilaian yang terkait dengan ciri-ciri berkembangnya suatu kawasan agropolitan yang salah satunya terlihat dari keberadaan sistem agribisnis dikawasan tersebut (Deptan, 2002). Selain itu Supriatna et al (2005) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) diwilayah sekitarnya. Sehingga dimensi yang dibangun dalam penilaian status tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo terdiri dari aspek input produksi, usahatani (agronomi), pengolahan (agroindustri), pemasaran (agroniaga) dan pendukung (infrastruktur dan suprastruktur). Tabel 13. Kategori Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo Nilai Indeks Kategori 0,00-33,30 Pra Kawasan Minapolitan I 33,31-66,30 Pra Kawasan Minapolitan II 66,31-100,00 Kawasan minapolitan Setiap aspek penilaian akan didukung oleh berbagai atribut penjelas yang menggambarkan tingkat kinerja kawasan berdasarkan kondisi existing yang
50 terdapat dikawasan Minapolitan Bontonompo. Pemberian skor akan dianalisis dengan multi dimensional. Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap tingkat kinerja Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 13. Pra Kawasan Buruk I Pra Kawasan II Kawasan Minapolitan Baik 0 33,30 50 66,30 100 Gambar 6. Ilustrasi Nilai Indeks Perkembangan dalam Skala Ordinasi. Diagram Batang Indeks Perkembangan Aspek 5 Aspek 4 4.3 4.5 Aspek 3 3.5 Aspek 2 2.5 Aspek 1 2 0 1 2 3 4 5 Gambar 7. Ilustrasi Indeks Perkembangan dalam Diagram Batang. 4.6. Analisis Status Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo. Analisis status keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo dilakukan berdasarkan pengembangan dimensi-dimensi yang terdapat dalam pembangunan berkelanjutan antara lain dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, ditambah dimensi hukum dan kelembagaan dan dimensi infrastruktur dan teknologi. Setiap dimensi akan dilengkapi dengan atribut-atribut
51 penjelas yang menggambarkan dukungan akan keberlanjutan dari setiap dimensi yang dijelaskan. Hasil skor dari setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional. untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Nilai Indeks 0,00-25,00 25,01-50,00 50,01-75,00 75,01-100,00 Kategori Buruk (tidak berkelanjutan) Kurang (kurang berkelanjutan) Cukup (cukup berkelanjutan) Baik (sangat berkelanjutan) Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% hingga 100%. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan terlihat pada Gambar 8. Buruk Baik 0 25 50 75 100 Gambar 8. Ilustrasi Nilai Indeks Keberlanjutan dalam Skala Ordinasi.
52 Diagram Batang Indeks Keberlanjutan Dimensi 5 Dimensi 4 4.3 4.5 Dimensi 3 3.5 Dimensi 2 2.5 Dimensi 1 2 0 1 2 3 4 5 Gambar 9. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan dalam Diagram Batang. Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan. Analisis-analisis yang dilakukan diatas akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya nilai stress (nilai stress dapat diterima jika nilai <25%) (Kavanagh, 2001). Sehingga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi pengembangan Kawasan Minapolitan akan digunakan Analisis Monte Carlo. 4.7. Penyusunan Skenario Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo. Skenario pengembangan berkelanjutan Kawasan Minapolitan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan Kawasan Minapolitan dalam menentukan berbagai alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk
53 pengembangan kawasan dimasa yang akan datang. Skenario ini dibentuk dengan menggunakan faktor dominan/sensitif yang berpengaruh terhadap kinerja sistem yaitu terlihat dari berbagai atribu-atribut yang merupakan faktor pengungkit setiap dimensi pada penentuan tingkat keberlanjutan kawasan, atau dapat diinterpretasikan sebagai tindakan yang harus segera dilaksanakan atau diperhatikan dalam pengembangan Kawasan Minapolitan yang berkelanjutan. Penggabungan berbagai faktor pengungkit dari setiap dimensi akan dijadikan acuan dalam menentukan berbagai kemungkinan yang terjadi ke depan, yang dirumuskan dalam tiga kelompok skenario pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo yang berpeluang besar terjadi dimasa yang akan datang dalam pengembangan kawasan secara berkelanjutan antara lain untuk pembentukan skenario dilakukan dengan meningkatkan skor atribut-atribut sensitif/dominan pada dimensi yang tidak berkelanjutan dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Skenario II dilakukan peningkatan skor pada atribut sensitif/dominan kelima dimensi dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Sedangkan skenario III, peningkatan skor kelima dimensi pada atribut sensitif/dominannya dengan skala nilai RMS atributnya diatas 50% dari nilai maksimal RMS. Berbagai skenario yang terbentuk akan dirumuskan sebagai rekomendasi bagi kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupeten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Bagan skenario Kawasan Minapolitan Bontonompo yang dilakukan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan kawasan dapat dilihat pada Gambar 10.
54 Gambar 10. Bagan Skenario Peningkatan Indeks Keberlanjutan Kawasan dalam Rangka Memformulasikan Rekomendasi Kebijakan. 4.8. Prakiraan Dampak Minapolitan Terhadap Lingkungan Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan yang diterapkan di beberapa kawasan seperti di Kabupaten Gowa bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produksi dibidang perikanan sehingga dalam rangka memenuhi tujuan tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas lingkungan.