BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu pada bab ini juga akan diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis sebutkan, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dibidang koinonia, pesekutuan jemaat umumnya masih terpelihara dengan baik, hal ini tampak dalam kesadaran bergereja yang masih kuat, namun perlu disadari bahwa kesadaran warga jemaat untuk bergereja tidak semata-mata menjadi acuan untuk keberhasilan pendeta dalam pelayanan di bidang koinonia. Pendeta sebagai pemimpin seharusnya menyadari bahwa pertumbuhan jemaat bukan hanya diukur dari berapa banyak jemaat yang mengikuti kebaktian hari minggu, tetapi dilihat dari kualitas hidup jemaat, karena dengan pertumbuhan kualitas yang baik maka memampukan jemaat untuk dapat berfungsi dengan baik ditengah-tengah dunia ini dan oleh karenanya pendeta dituntut untuk tinggal bersama jemaat agar dapat mengentrol kehidupan persekutuan jemaat. b. Dibidang martuaria banyak warga jemaat, terutama pada usia anak, remaja dan pemuda masih kurang mendapat perhatian dalam pelayanan seperti pendidikan anak 1
dan remaja serta PAK dalam rangka memenuhi kebutuhan perkembangan iman. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan lemahnya pemahaman yang benar terhadap pokok-pokok ajaran GMIT serta lemahnya penghayatan dan pengalaman nilai-nilai Kristiani. Gereja perlu mengusahakan suatu metode pelayanan yang merangkul dan menjawab pergumulan warga jemaat dalam keberadaan mereka. c. Di bidang liturgi dampak negatif globalisasi dan sekularisasi mengancam eksistensi makna liturgi gereja. Selain itu model liturgi I dan II yang lasim digunakan dalam kebaktian utama memang kaya akan makna teologis tapi dalam pemanfaatannya atau penggunaannya perlu diperhatikan secara seksama agar tidak menjadi suatu hal yang membosankan bagi jemaat, liturgi yang kontekstual perlu diusahakan gereja sehingga memberi makna yang seutuhnya kepada gereja tentang makna ibadah yang bukan hanya exitensi kehidupan termasuk ketika kita berada di luar greja. d. Di bidang diakonia pada umumnya warga GMIT beranggapan bahwa pelayanan diakonia karikatif itu sudah cukup, padahal bantuan saja tidak cukup untuk dapat diandalkan mengubah kondisi sosial ekonomi yang baik. Pelayanan diakonia transformatif dan diakonia reformatif yang bertujuan untuk keadilan bagi warga jemaat dan masyarakat belum dapat dilaksanakan secara baik dan merata karena gereja belum memiliki wawasan yang jelas disertai keberanian bertindak melawan sistim dan pelaku. e. Di bidang oikonomia, ketidaktaatan dan penyimpangan terhadap pedoman organsiasi, serta pedoman lainnya tentang ketatausahaan menghambat pelayanan di bidang ini. Faktor intelektual / pendidikan, faktor sikap mental, moral, spiritual dari para pelaku pelayanan pada semua aras pelayanan juga menjadi penyebab utama. 2
Selain itu sumber daya manusia dalam jemaat perlu diperhatikan lagi agar keutuhan gereja dapat dipahami secara kuantitas dan kualitas, di mana kuantitas membicarakan mengenai tubuh atau anggota jemaat dan bangunan gereja sedangkan kualitas berkaitan dengan pemahaman pendeta dan jemaat terhadap oikumene. f. Guna menjawab panca pelayanan pendeta kepada jemaat, maka seorang pendeta membutuhkan pendidikan dan pelatihan mengenai konseling pastoral guna melengkapi pelayanan para pendeta GMIT khususnya jemaat Bukit Zaitun Oelelo. Pendidikan dan pelatihan ini ditujukan agar para pendeta memiliki pemahaman bahwa pelayanan pastoral merupakan sesuatu yang penting bagi warga jemaat, dan sesuai dengan fungsi dalam identitas pendeta sebagai pastor, bukan sebagai administrator gereja. Dengan pendidikan dan pelatihan ini, diharapkan pendeta dapat menerapkan dan mengembangkan secara kontekstual teori pastoral yang sudah diterimanya untuk warga jemaatnya. Untuk dapat melaksanakan pelayanan pastoral dengan baik pendeta juga perlu mendapatkan dukungan dan bantuan dari orang lain. Dukungan ini bisa diperoleh dari keluarga, majelis dan warga jemaat itu sendiri. Dukungan ini tidak datang sendiri kepada pendeta jemaat, tetapi harus diusahakan oleh pendeta secara aktif dengan memanfaatkan potensi yang ada pada keluarga, majelis dan jemaat. Oleh karena itu pendeta harus mampu, serta dapat membaca potensi yang dapat dimanfaatkan dalam konseling pastoral yang ada pada keluarga, majelis dan seluruh warga jemaat. Dalam hal ini dibutuhkan kerelaan pendeta untuk menyadari keterbatasannya dalam melaksanakan konseling pestoral dan memberi ruang kepada kepala keluarga, majelis, warga jemaat untuk memberikan bantuan sesuai dengan kapasitasnya. 3
g. Hal yang tak kalah penting dalam memperbaiki kinerja pendeta dalam hal pelayanan konseling pastoral adalah diri pendeta itu sendiri. Seorang calon pendeta jika sudah berkomitmen dari awal untuk melayani jemaatnya maka sebaiknya komitmen itu harus tetap dijaga dengan cara tetap melihat dirinya sebagai seorang gembala yang pada hakekatnya mempunyai tugas untuk terus menggembalakan umatnya. Oleh karena itu bagian dari Majelis Sinode GMIT yang mengatur tentang tugas dan tanggungjawab seorang pendeta harus lah mempertajam perannya lagi agar tradisi tentang pendeta weekend ini diharapkan bisa diselesaikan dengan baik dan GMIT bisa menjadi suatu organisasi gereja yang mampu menjawab kebutuhan pelayanan jemaatnya. Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah kesadaran pendeta weekend sendiri untuk tinggal dan menetap bersama jemaat apalagi jika jemaat yang dilayaninya sudah menyiapkan rumah pelayanan / pastori bagi pendeta yang akan melayani di jemaat tersebut, karena sadar atau tidak ketika seorang pendeta tinggal dan menetap bersama jemaat maka kedekatan emosional bersama jemaat akan terjalin dengan baik sehingga proses konseling postoral antara pendeta dan jemaat bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. 4.2 SARAN Berikut ini penulis mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan praktek pendampingan dan pelayanan konseling pastoral di GMIT. a. Dalam bidang koinonia, pendeta sebagai pemimpin jemaat perlu menerapkan aksi pastoral secara lebih untuk mengeratkan persekutuan dalam jemaat. b. Dalam bidang marturia, pendeta perlu meningkatkan pelayanan kesaksian yang 4
holistik baik kedalam maupun keluar gereja. c. Dalam bidang liturgia, pendeta perlu mengusahakan suatu liturgi yang benar-benar kontekstual dimana gereja itu berada dalam rangka mempertahankan makna liturgi yang sebanarnya dari pada perkembangan dan moderenitas yang mengangu eksisitensi makna liturgi. d. Dalam bidang diakonia, pendeta perlu memberi pemahaman tentang makna pelayanan diakonia transformatif dan reformatif baik kepada warga jemaat maupun kepada gereja itu sendiri. e. Dalam bidang oikonomia, pemahaman asas Presbiterial Sinodal perlu di tanamkan terus menerus kepada setiap warga Gereja salain itu pelatihan dan pendampingan peru di lakukan bagi para pengurus Gereja agar pengelolaan perbendaharan dan atministrasi Gereja dapat berjalan dengan baik. f. Semua pendeta tidak dapat menguasai semua bidang kehidupan untuk memenuhi pendampingan pastoral bagi warga jemaat. Karena itu setiap pendeta membutuhkan dukungan dan bantuan orang lain dalam pendampingan dan pelayanan konseling pastoral. Untuk itu perlu dibentuk tim pendampingan pastoral yang terdiri dari beberapa orang ahli dalam berbagai bidang, seperti ahli psikologi, ekonomi dan lain-lain. g. GMIT sebagai wadah yang mengatur tugas dan tanggungjawab pelayanan pendeta seharusnya lebih peka dan bertindak secara tegas terhadap kekurangan-kekurangan yang ada agar kekurangan itu tidak menjadi tradisi yang turun menurun, untuk itu perlu adanya kajian ulang terhadap peraturan yang ada agar sejalan dengan visi dan misi dari GMIT itu sendiri. 5
h. Fakultas teologi sebagai wadah pendidikan bagi calon pekerja gereja (pendeta) perlu menanamkan lebih dalam lagi mengenai tugas dan tanggungjawab seorang pendeta dalam melaksanakan tugas pelayanan psatoralnya bagi warga jemaat. 6