BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

WARUNG TIBERIAS. (Suatu studi kasus tentang aspek pelayanan diakonia di lingkungan warga jemaat. GKI Salatiga) Skripsi

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB II TANGGUNGJAWAB GEREJA TERHADAP KEMISKINAN. kehidupan masyarakat bahkan juga ditengah-tengah dunia. Kemiskinan dalam arti,

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

DASAR-DASAR KOPERASI KREDIT

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu wal-kila b karya Najib Machfuzh, maka

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap. ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan.

1.2 Menegakkan Kerajaan Allah dalam Modernisasi Indonesia: O. Notohamidjojo...33

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

Bab 1. Pendahuluan UKDW

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

SKRIPSI. Memperoleh. Oleh : Nanda Permana C

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesempatan kerja bagi setiap warga Negara Indonesia merupakan hak yang dijamin

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, dan mandiri yang berakar dalam masyarakat serta mampu memajukan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kekomplekkan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah aktivitas, baik yang dilakukan perorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan kemampuan suatu

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam pendidikan yang berkulitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga. Bahkan lebih parah lagi, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuan pangan, sandang, dan papan secara terbatas. 1 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%) dari jumlah penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang berjumlah 30,02 juta (12,49%), jumlah penduduk miskin berkurang 0,13 juta orang selama enam bulan tersebut. 2 Gustavo Guiterrez menjelaskan bentuk-bentuk dan yang menyebabkan kemiskinan tersebut, yaitu individual dan struktural; dan material dan spiritual. 3 Bentuk kemiskinan individual adalah kemiskinan yang disebabkan oleh malas, tidak kreatif, dan tidak kompetitif, tidak tekun dan tidak disiplin. Bentuk kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh penghisapan dan penindasan dimana adanya penyimpangan-penyimpangan struktur dan yang cenderung korup dan adanya praktek pengabaian hak-hak rakyat. Sedangkan kemiskinan material ialah kemiskinan yang mengalami ketiadaan barang-barang yang mutlak perlu demi kelangsungan hidup. Kemiskinan spiritual ialah sikap seseorang yang 1 Agustinus Pengarapenta Purba, Menuju Kemandirian Dana GBKP, Kabanjahe: Abdi Karya, 2010, 55 2 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 diunduh tanggal 16 Juni 2012 3 Martin Chen Pr, Teologi Gustavo Guiterrez, Yogyakarta: Kanisius, 2002, 52-54 1

secara aktif terbuka dan terarah kepada pewahyuan Kerajaan Allah. Kemiskinan spiritual juga berarti sikap miskin dihadapan Allah, dan bisa juga berarti terikat kepada barang-barang duniawi. Sementara J.B. Banawitratma, SJ dan J. Muller, SJ menjelaskan pembagian kemiskinan yang terdiri dari kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif. 4 Kemiskinan mutlak berarti kebutuhan-kebutuhan pokok yang primer seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, kerja yang wajar dan pendidikan dasar yang tidak terpenuhi; apalagi kebutuhan sekunder seperti misalnya partisipasi, rekreasi atau lingkungan hidup yang menyenangkan. Jadi, orangorang miskin hidup dalam kemelaratan yang sangat jelas, sehingga kemiskinan mutlak harus diberantas bagaimana pun caranya. Kemiskinan relatif menyangkut pembagian pendapatan nasional dan berarti bahwa ada perbedaan yang mencolok antara berbagai lapisan atau kelas dalam masyarakat. Melihat realita perekonomian warga jemaat dan masyarakat yang semakin sulit seperti itu Gereja terpanggil untuk melakukan tugas panggilan Gereja yakni Marturia, Koinonia, dan Diakonia dalam menyatakan cinta kasih Allah kepada ciptaannya. 5 Tugas panggilan Gereja, bukan hanya memberitakan Berita Kesukaan secara verbal akan tetapi harus secara holistik. Tugas panggilan Gereja yang sangat dibutuhkan oleh jemaat dan masyarakat dalam realita perekonomian sekarang adalah Diakonia (Pelayanan). Pada umumnya cara berdiakonia dapat dibagi 3 (tiga), yaitu diakonia karitatif, diakonia reformatif (developmentalist-pembangunan) dan diakonia transformatif (pembebasan). 6 Diakonia karitatif merupakan bentuk diakonia paling tua yang dipraktekkan oleh Gereja dan pekerja sosial yang sering diwujudkan dalam bentuk pemberian makanan, pakaian 4 J.B. Banawitratma, SJ dan J. Muller, SJ, Berteologi Sosial Lintas Ilmu, Yogyakarta:Kanisius, 1993, 126 5 Jusden Sinaga, Sola Ekonomika.htm di unduh tanggal 2 maret 2012 6 Josef. P. Widyatmadja, Diakonia sebagai Misi Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2009, 109 2

untuk orang miskin, menghibur orang sakit dan perbuatan amal kebajikan lainnya. 7 Diakonia ini mendapat dukungan dari Gereja khususnya sebelum tahun 1950 karena dapat memberikan manfaat langsung yang dapat dilihat, memberikan penampilan yang baik terhadap sipemberi, memusatkan perhatian pada hubungan pribadi, bisa menarik seseorang yang dibantu menjadi anggota Gerejanya, menciptakan hubungan subjek-objek (ketergantungan). Diakonia Reformatif lebih dikenal sebagai diakonia pembangunan. 8 Selama dekade pembangunan, diakonia ini banyak dipakai oleh banyak Gereja. Secara sepintas, pembangunan ini seolah-olah memberikan harapan pada orang miskin dan negara dunia ketiga tetapi nyatanya harapan itu hanyalah impian. Kata pembangunan bisa menjadi ideologi untuk merampas hak asasi rakyat kecil untuk bersuara dan berserikat, dan mengusir mereka dari tempat asalnya. Diakonia reformatif/pembangunan bisa dikatakan tidak mampu menyelesaikan kemiskinan rakyat, sebab diakonia ini hanya memberi perhatian pada pertumbuhan ekonomi, bantuan modal dan teknik, tetapi mengabaikan sumber kemiskinan yaitu ketidakadilan dan pemerataan. Diakonia Transformatif/pembebasan adalah diakonia yang bertujuan membebaskan rakyat kecil dari belenggu struktur yang tidak adil, bukan sekedar diakonia yang berfungsi sebagai palang merah yang menolong korban tanpa berusaha mencegah dan mengurangi sebab terjadinya korban sosial. 9 Diakonia transformatif dimaksudkan agar terjadi perubahan total dalam fungsi-fungsi dan penampilan dalam kehidupan bermasyarakat, suatu perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Metode diakonia transformatif antara lain adalah pengorganisasian masyarakat. Dengan menggunakan pengorganisasian masyarakat dalam melayani orang miskin dan 7 Ibid, 109 8 Ibid, 112 9 Ibid, 114-115 3

tersisih, maka fokus dari diakonia transformatif adalah masyarakat sebagai subjek dari sejarah bukan objek, tidak karitatif melainkan preventif, tidak didorong oleh belas kasihan tetapi keadilan, menstimulir partisipasi rakyat, dan memakai analisis sosial dalam memahami sebab-sebab kemiskinan. Tanah Karo merupakan sebuah kabupaten yang mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah dan tanah yang sangat subur. Adanya sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur tidak dibarengi oleh sumber daya manusia yang memadai dan juga modal yang cukup dalam mengolah sumber daya alam dan tanah yang subur. Sehingga menyebabkan adanya masyarakat Karo yang berada dalam situasi kemiskinan. Selain tidak adanya sumber daya manusia yang memadai dan modal yang kurang, kemiskinan yang ada dalam masyarakat Karo juga disebabkan oleh adanya struktur yang salah dalam pemerintahan serta ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat yang berada dalam situasi kemiskinan. Dilihat dari statistik yang ada, masih banyak masyarakat Karo yang berada dalam situasi kemiskinan. Berdasarkan statistik daerah kabupaten Karo tingkat kemiskinan di Kabupaten Karo pada tahun 2009 tercatat 41,82 ribu jiwa (14,2 %) dari jumlah penduduk Karo hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 283.713 jiwa dan diperkirakan pada pertengahan tahun 2009 mencapai 370.619 jiwa. 10 Situasi kemiskinan seperti ini ternyata dimanfaatkan oleh sebagian pihak. Kurangnya modal untuk melakukan usaha menyebabkan masyarakat miskin meminjam dari rentenir (ijon) yang memberlakukan bunga yang tinggi. Hal ini tidaklah membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan, melainkan menciptakan kemisikinan yang baru. Sehingga tercipta yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Melihat realita seperti ini, GBKP yang merupakan Gereja yang terbesar dan berpusat di Tanah Karo tidak dapat lepas tangan. Gereja perlu membangun sebuah lembaga keuangan 10 Statistik Daerah Kabupaten Karo 2010 diunduh tanggal 16 Juni 2012 4

yang membangun kehidupan perekonomian jemaat dan masyarakat yang tidak mengikuti sistem kapitalis, melainkan bersifat kemitraan dan memberdayakan. Untuk mewujudkan pelayaan Gereja yang diakonal sudah saatnya Gereja turut aktif dalam pemberdayaan ekonomi jemaat. Kepedulian Gereja kepada kehidupan ekonomi masyarakat tidak hanya retorika tetapi harus ada wujud nyata yang dilakukan di tengah-tengah warga Gereja dan masyarakat sebagai keikutsertaan dalam membangun dan peningkatan ekonomi masyarakat untuk menuju kehidupan yang sejahtera. Credit Union (CU) merupakan salah satu bentuk pelayan GBKP yang bertanggungjawab melakukan pelayanan secara lebih luas dan menyentuh kehidupan anggotanya untuk membebaskan jemaat dan masyarakat dari kemiskinan, kesengsaraan, kejahatan, penyakit, kebodohan, ketidakadilan, keputusasaan dan ketidaksejahteraan. 11 Credit Union (CU) menjadi salah satu alternatif yang dapat diakses oleh jemaat dan masyarakat miskin yang membutuhkan modal, keterampilan, dan jaringan pemasaran produksi untuk mengembangkan usaha. 12 Program pembentukan dan pengembangan Credit Union (CU) masih perlu terus dilakukan karena masih banyak jemaat dan masyarakat membutuhkan modal meningkatkan usaha karena masih tergantung pada rentenir, lintah darat, tidak tersedianya anggaran/dana Gereja untuk dimanfaatkan jemaat dan masyarakat dalam pengadaan modal, tidak tersedianya lembaga keuangan formal yang dapat diakses masyarakat miskin dan memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah. Credit Union (CU) pada awalnya dibentuk oleh Friedric Wilhelm Raiffeisen seorang Walikota Flammersfeld di Jerman Barat pada tahun 1849 karena masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi akibat revolusi industri. 13 Buruh-buruh pabrik yang di PHK dengan terpaksa berusaha menciptakan pekerjaan baru sebagai petani yang awalnya tidak mempunyai 11 Agustinus Pengarapenta Purba, Menuju Kemandirian Dana GBKP, 56 12 Ibid, 58 13 Ibid, 57 5

modal usaha. Situasi dan kondisi petani Jerman yang demikian itu menggugah hati F.W. Raiffeisen untuk memberikan bantuan. Ia berusaha menghimpun dana dari para dermawan untuk menolong kaum miskin. Dana yang terkumpul dijadikannya sebagai modal usaha bagi kaum miskin-para petani Jerman. Namun uang yang dibagikannya itu tidak pernah cukup karena penggunaannya tidak terkontrol. Raiffeisen kemudian mengumpulkan roti dari pabrik dan membagikannya kepada kaum melarat. Tetapi usaha ini pun gagal karena hanya menciptakan ketergantungan bagi kaum miskin. Pengalaman tersebut membawa F.W. Raiffeisen berkesimpulan: Derma tidak akan menolong manusia tetapi merendahkan martabat manusia yang menerimanya. Kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Gagasan Credit Union (CU) oleh Friedric Wilhelm Raiffeisen berhasil menghapuskan usaha-usaha lintah darat (rentenir) yang pada masa itu sudah merajalela melakukan pemerasan terhadap petani. Credit Union (CU) menjadi salah satu gerakan pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan swadaya kemampuan/potensi yang ada. Berdasarkan kesimpulan tersebut F.W. Raiffeisen bersama dengan kaum buruh mencetuskan Tiga prinsip utama Credit Union (CU) yaitu: 1. Tabungan hanya diperoleh dari para anggotanya (asas swadaya). 2. Pinjaman hanya diberikan pada para anggota (asas dari, oleh, dan untuk anggota). 3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak peminjam itu sendiri (asas solidaritas). 6

Ketiga prinsip tersebut dianut karena mencerminkan adanya usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib sepenanggungan, berdasarkan naluri kerjasama, karena dilakukan DARI, OLEH dan UNTUK ANGGOTA. Usahanya adalah melalui simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya. Filosofi yang harus dipahami oleh seluruh anggota adalah Credit Union bukan mencari keuntungan semata, bukan untuk tujuan amal/derma tetapi adalah untuk pelayanan. Pemahaman tentang Credit Union (CU) GBKP dan upaya peningkatan ekonomi masyarakat Karo (suatu tinjauan dalam perspektif Diakonia Transformatif) berdasarkan teori diakonia yang ada dalam Gereja khususnya Diakonia Transformatif. Credit Union (CU) juga melakukan diakonia kepada jemaat GBKP dan masyarakat yang mengalami permasalahan ekonomi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul : Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif) I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, akhirnya pertanyaan yang timbul adalah: 1. Apa falsafah Credit Union (CU) GBKP dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat. 2. Apa upaya dan dampak Credit Union (CU) dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat? 7

I.3. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah: 1. Mendeskripsikan falsafah Credit Union (CU) GBKP dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat 2. Mendeskripsikan upaya dan dampak Credit Union (CU) dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat. I.4. Signifikansi Penulisan 1. Membangkitkan motivasi Gereja dan jemaat dalam melakukan pembebasan bagi sesama. 2. Memberikan konsep dasar bagi para teolog untuk membangun Teologi Pembebasan di Indonesia. 3. Memberikan sumbangan pemikiran akademik dalam hal ini lembaga fakultas Teologi UKSW terkhususnya mata kuliah Teologi Kontekstual. I.5. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. 14 Penulis menggunakan kualitatif agar penelitian tentang Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif) dapat dijelaskan secara mendalam. 14 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, 29 8

Teknik pengumpulan data di lapangan yang dipakai penulis adalah dengan menggunakan metode wawancara dan Focus Group Discussion ( FGD ). Wawancara merupakan salah satu metode pengumulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (informan). Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung menggunakan daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden, dan responden menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Secara langsung, wawancara dilakukan dengan face-to-face, artinya pewawancara berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan, dan jawaban responden dicatat pewawancara. 15 Dalam menggunakan metode ini saya menggunakan model wawancara terbuka, yaitu responden menyadari dan mengetahui tujuan wawancara. 16 Untuk melakukan wawancara, terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara, namun pada situasi tertentu, wawancara dilakukan secara spontan, seperti dalam pembiacaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian. Fasilitas telekomunikasi seperti handphone juga menjadi salah satu alat penting yang mendukung terjalinnya komunikasi yang baik antara peneliti dengan informan, disamping wawancara langsung yang lebih dominan. FGD yang dimaksud adalah peneliti melakukan Wawancara secara bersama atau kelompok dengan beberapa informan agar lebih terfokus kepada permasalahan penelitian. Selain menggunakan teknik wawancara dan Focus Group Discusion (FGD), penulis juga mengunakan metode studi pustaka. Studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan dari berbagai buku dan dokumen lainnya, yang dapat mendukung dan membantu dalam proses penelitian ini. 15 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial & Hukum, Jakarta: Ranit, 2004, 72 16 Burhan Bungin, Metodologi penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, 155 9

Dalam penyusunan dan penulisan karya ini, penulis mendapatkan informasi dengan membaca, lalu menganalisa sebuah bahan. Kemudian analisa-analisa yang didapatkan akan dibanding-bandingkan dan akhirnya akan ditarik sebuah kesimpulan. Informasi-informasi diperoleh dari wawancara, buku-buku, majalah, artikel di perpustakaan. Selain itu, bahanbahan informasi juga diperoleh penulis dari pencarian di internet. I.6. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Tanggungjawab Gereja Terhadap Kemiskinan Dalam bagian ini akan dibicarakan secara teoritis tentang tanggungjawab gereja terhadap kemiskinan diakonia Gereja BAB III : Credit Union (CU) GBKP Pada bagian ini, penulis akan meneliti Credit Union (CU) yang ada dalam GBKP dalam upaya GBKP memberdayakan Ekonomi masyarakat Karo. BAB IV : Credit Union (CU) dalam Perspektif Diakonia Transformatif Pada bagian ini penulis akan menganalisa hasil dari penelitian terhadap Credit Union (CU) yang ada dalam GBKP. Selanjutnya akan dikaitkan dengan teori diakonia transformatif, untuk menemukan hubungan Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif). 10

BAB V : Penutup Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan apa yang telah dideskripsikan pada bab-bab terdahulu dan memberikan saran-saran praktis baik itu bagi Gereja maupun bagi lembaga fakultas Teologi UKSW. 11