IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandar lampung pada kelas X 2

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 15 Bandar

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada kelas X 1

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10

III. METODE PENELITIAN. di jalan Soekarno-Hatta No. 1 Tanjung Senang. Subyek dalam penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, proses pembelajaran merupakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi: 4. Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul.

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester genap SMA N 7

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Tridharma Gorontalo di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. semester genap Tahun Pelajaran Kelas yang dijadikan subjek

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. di SMA Persada Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TES HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN BLOG PADA MATERI ALKANA, ALKENA, DAN ALKUNA

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas agar siswa

I. PENDAHULUAN. penguasaan konsep pada materi pokok Hidrokarbon pada tahun pelajaran 2008-

III. METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan terhadap sampel, kemudian dilakukan pengamatan. model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru bidang studi Kimia kelas

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada umumnya identik dengan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa yang bersangkutan. Dalam

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : SMA N Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SILABUS. Alokasi Sumber/ Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 44 orang terdiri dari 22 siswa lakilaki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 9 HIDROKARBON. Gambar 9.1 Asam askorbat Sumber: Kimia Dasar Konsep-konsep Inti

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

LKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM KIMIA KELAS X TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II PEMBAHASAN PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 5 SMA Perintis 2 Bandar

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAME SIMULATION

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

I. PENDAHULUAN. cara-cara berkomunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan sebagai. kemampuan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UKBM A. IDENTITAS UKBM

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) HIDROKARBON (Senyawa Alkana)

Transkripsi:

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandar lampung pada kelas X 2 dengan jumlah siswa 28 orang mulai tanggal 29 April 2010 sampai 17 Mei 2010. Data hasil penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data hasil observasi aktivitas on task siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berlangsung. Data kuantitatif berupa penguasaan konsep yang diperoleh dari rata-rata tes formatif setiap siklus. 1. Data Kualitatif Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktivitas yang diamati pada penelitian ini adalah berdiskusi aktif dalam kelompoknya, mengisi LKS, bertanya pada guru, dan membuat kesimpulan. Data persentase aktivitas siswa ditunjukkan pada Gambar 3, data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 13 halaman 219.

46 Gambar 3. Grafik Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Ket : DA=Berdiskusi aktif ; MLK=Mengisi LKS ; BPG=Bertanya pada guru ; MK=Membuat kesimpulan 2. Data kuantitatif Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari data tes siklus I, siklus II, dan siklus III. Tes dilaksanakan di luar jam pelajaran. Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa dan data ketuntasan belajar siswa tiap siklus ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5, data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 13 halaman 219. Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Penguasaan Konsep

47 Gambar 5. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa B. Pembahasan SIKLUS I Siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 1 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon berdasarkan percobaan. Pertemuan kedua selama 2 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon, membedakan atom C primer, sekunder, tertier, dan kuarterner, serta mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan ikatan. Pertemuan ketiga selama 1 x 45 menit yang digunakan untuk tahap latihan soal. Tes siklus I dalam bentuk tes essay sebanyak 4 soal dengan bobot soal yang berbeda dilaksanakan di luar jam sekolah selama 1 x 45 menit. Sebelum proses pembelajaran siklus I dimulai, siswa diberi penjelasan tentang tahap-tahap pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Hal ini dilakukan agar siswa tidak asing dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

48 Pada pertemuan pertama, siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan dan guru membagikan LKS 1 tentang identifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon berdasarkan percobaan. Di dalam proses pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan contoh senyawa hidrokarbon yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya gula/glukosa. Siswa sudah mengetahui bahwa rumus kimia glukosa adalah C 6 H 12 O 6. Setelah memberikan apersepsi, guru melakukan demonstrasi dibantu oleh 2 orang siswa. Sebelum percobaan dimulai, guru memberitahukan nama alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Selama percobaan, semua siswa melihat langkahlangkah yang dilakukan, mengamati yang terjadi selama percobaan, dan mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan dalam LKS. Demonstrasi tersebut membuat siswa tertarik karena selama proses pembelajaran kimia di kelas X belum pernah dilakukan praktikum, siswa melihat rangkaian alat percobaan, mengamati proses pembakaran dan perubahan warna kobalt biru menjadi menjadi merah muda. Kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1, dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan agar siswa dapat menemukan konsep pembelajaran dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari. Pada pertemuan kedua, siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan pada LKS 2 tentang kekhasan atom karbon dan LKS 3 tentang penggolongan hidrokarbon, dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan agar siswa dapat menemukan konsep pembelajaran dan

49 mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS. Pada pembelajaran ini, supaya siswa tidak mengalami kesulitan dalam menemukan konsep hidrokarbon, guru perlu mendekatkan sesuatu yang abstrak tersebut menjadi lebih konkret melalui suatu permodelan, yaitu dengan menggunakan molymood sebagai alat bantu untuk menyampaikan informasi yang diperlukan. Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberitahukan tentang molymood, warna-warna yang berbeda menunjukkan jenis atom yang berbeda, serta penggunaan ikatannya karena perbedaan panjang ikatan. Siswa tampak antusias dalam menggunakan molymood, tetapi banyak siswa sambil bermain dengan menggunakan molymood itu sehingga diskusi tidak berjalan dengan baik. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari. Pada pertemuan ketiga, siswa melakukan tahap latihan soal dalam kelompoknya dan memberi penghargaan untuk kelompok kooperatif dengan total poin tertinggi. Adanya banyak latihan soal membantu siswa untuk lebih memahami konsep. 1. Aktivitas Belajar Siswa Observasi aktivitas on task siswa dengan lembar pengamatan aktivitas belajar dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, aktivitas on task yang dilakukan siswa hanya didominasi oleh siswa yang sama, yaitu siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi. Aktivitas berdiskusi aktif dalam kelompok dilakukan siswa sebesar 50,48%. Dalam diskusi, tidak semua siswa aktif berdiskusi, dalam satu

50 kelompok hanya 2 orang yang berdiskusi, interaksi antar anggota kelompok kurang baik, ada yang tidak terjadi interaksi antar siswa, tidak adanya saling mengemukakan pendapatnya atau memberikan sanggahan, sehingga tidak terjadi diskusi dalam kelompok dan tidak ada peran asisten untuk memberikan bantuan dalam kelompoknya. Pada pembagian kelompok di awal pembelajaran, siswa terlihat tidak nyaman berkerja dengan teman satu kelompok, siswa belum terbiasa dengan teman sekelompoknya karena bukan berasal dari teman bergaulnya seharihari di sekolah sehingga proses pembelajaran kurang berjalan sesuai yang diharapkan. Selain itu, kurangnya rasa tanggung jawab sebagai asisten untuk membantu teman yang lemah dalam kelompoknya. Guru juga kurang memberikan motivasi kepada asisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai asisten. Guru hanya memperhatikan sebagian kelompok yang dianggap paling aktif sehingga masih banyak siswa yang hanya diam, mengobrol, melamun, bermain telepon genggam, dan ada juga yang menggambar. Persentase aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS sebesar 68,27%. Indikator mengerjakan LKS yaitu jika siswa mengerjakan lebih dari 60% pertanyaan yang ada dalam LKS dengan benar. Dari data tersebut, diketahui sudah sebagian siswa mencapai indikator keberhasilan mengerjakan LKS, namun kepedulian dan kerjasama antar tim kurang tampak, sebagian siswa malas mengerjakan LKS, kebanyakan siswa hanya mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan hanya melihat pekerjaan temannya. Hal ini dikarenakan siswa belum terlatih menggunakan LKS yang membangun konsep. Selama ini mereka hanya mendapatkan informasi dari guru saja.

51 Persentase aktivitas bertanya yang dilakukan siswa sebesar 16,03%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keinginan, antusiasme, dan keberanian siswa untuk bertanya masih rendah, hanya beberapa orang yang bertanya dan mereka termasuk siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah pada percobaan, apakah tabung tidak pecah bila dipanaskan terus menerus, zat apa yang terdapat pada dinding tabung, kenapa kertas kobalt dapat berubah warna, tentang kekhasan atom karbon, dalam satu golongan kenapa atom karbon punya ciri yang unik sedangkan atom yang lain tidak seperti atom karbon, pada penentuan atom C primer, sekunder, tersier, kuarterner, apabila atom C mengikat atom O, apakah juga terhitung. Banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep kekhasan atom karbon. Aktivitas siswa dalam membuat kesimpulan dilakukan siswa sebesar 12,18%. Ini menunjukkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan ide dan menyampaikan suatu argumen masih rendah, hanya beberapa orang yang menyimpulkan meskipun dengan kata-kata yang kurang tepat, misalnya siswa hanya menyimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam senyawa hidrokarbon adalah C dan H, tidak memberikan penjelasan berdasarkan hasil pengamatan. Guru juga kurang memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa, sehingga siswa yang lainnya lebih memilih diam. Pada saat dilaksanakan tahap latihan soal, awalnya semua siswa mengerjakan soal tes A, namun banyak siswa yang kurang serius dalam mengerjakannya, dan hanya mencontek pekerjaan temannya sehingga sportivitas dan kejujuran dari siswa tidak tampak. Selain itu, banyak siswa yang terlihat bingung dalam mengerjakan soal

52 dan langkah-langkah yang harus dilakukan, belum memahami tahap-tahap latihan soal tersebut dan belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, guru juga tidak tanggap memberikan pengarahan langkah selanjutnya kepada siswa dan kurang baik dalam pengelolaan waktu, sehingga tahap latihan soal pada siklus I tidak berjalan dengan baik. Setelah siswa selesai mengerjakan soal tes A dan dikoreksi oleh asisten, ternyata ada 11 orang yang belum memenuhi kriteria, sehingga diberikan bimbingan kembali oleh guru dan kemudian mengerjakan tes B, sedangkan siswa yang lain, yaitu 17 siswa, mengerjakan tes unit. Dari latihan soal yang dilakukan siswa, banyak siswa sudah paham dalam menentukan atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner, serta menggolongkan berbagai macam senyawa hidrokarbon, sedangkan kesulitan yang dialami siswa adalah mengerjakan soal identifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa karbon dan tentang kekhasan atom karbon, yaitu siswa sulit menghubungkan kedudukan atom karbon dalam SPU dengan kekhasan yang dimiliki atom karbon, maka guru perlu menjelaskan kembali konsep tersebut. Pada saat pembagian piagam dan bingkisan kecil kepada kelompok terbaik, siswa mulai ribut dan seolah-olah tidak rela kelompok lain mendapatkan piagam tersebut. Hal ini terbukti ada seorang siswa yang ingin sekali mendapatkan piagam dengan berusaha mengumpulkan poin namun teman satu kelompoknya kurang kompak sehingga total poin didapat masih di bawah teman dari kelompok lain. 2. Hasil Penguasaan Konsep Berdasarkan data hasil uji siklus I, rata-rata nilai penguasaan konsep adalah 64,89. Jumlah siswa yang mendapat nilai 61 hanya 18 orang (64,28%), sedangkan

53 siswa yang mendapat nilai < 61 sebanyak 10 orang (35,72%). Pada siklus I ini, rata-rata hasil penguasaan konsep siswa menunjukkan bahwa kelas X 2 SMAN 15 Bandar lampung masih belum tuntas, sebab jumlah siswa yang mendapat nilai 61 belum mencapai 100%, tidak sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah tersebut. Siswa yang memperoleh nilai 61 merupakan siswa yang aktif, sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 61 merupakan siswa yang kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Rata-rata penguasaan konsep dan sedikitnya jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar ini disebabkan aktivitas siswa masih rendah, dapat dilihat pada Tabel 10. Dari data hasil penguasaan konsep, ternyata adanya tahap latihan soal memberikan pengaruh baik terhadap nilai penguaasan konsep hidrokarbon siswa. Dari 11 siswa yang mengikuti tes B, ada 4 siswa yang bisa mencapai KKM, sedangkan 7 siswa lainnya masih belum mencapai KKM, dan ada 3 siswa yang tidak mengikuti tes B tetapi belum mencapai KKM pada tes formatifnya. Hal tersebut terjadi karena siswa tidak serius dalam mengerjakan soal dan hanya mecontek pekerjaan temannya, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, guru juga kurang memberikan bimbingan secara perorang dan kurang memperhatikan karakteristik belajar siswa. Peran guru masih kurang baik dalam mengajar selama proses pembelajaran. Guru belum cukup baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tidak tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, dan dalam menindak siswa yang tidak serius belajar. Guru kurang memotivasi minat siswa untuk bertanya

54 dan menuntun siswa untuk membuat suatu kesimpulan. Selain itu, siswa yang belum tuntas dikarenakan pada saat kegiatan belajar mengajar ada siswa yang tidak hadir dan merupakan siswa yang kurang aktif, ada juga siswa yang belum belajar saat tes formatif dilakukan sehingga tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang ada dalam tes, dan kurang teliti dalam menjawab sehingga tidak memperoleh nilai sempurna. Sebagian besar siswa yang tuntas adalah siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Refleksi Setelah dilakukan tes siklus I diperoleh hasil nilai rata-rata tes penguasaan konsep, peneliti mengadakan refleksi dengan guru mitra. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan yang ada pada siklus I. Pada refleksi I didapatkan fakta-fakta berikut : a. Aktivitas on task siswa ketika berdiskusi kelompok masih rendah, aktivitas on task yang dilakukan siswa hanya didominasi oleh siswa yang sama, yaitu siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi. b. Dalam diskusi, tidak semua siswa berdiskusi aktif, dalam satu kelompok hanya 2 orang yang berdiskusi, interaksi antar anggota kelompok kurang baik, ada yang tidak terjadi interaksi antar siswa dan tidak terjadi diskusi dalam kelompok itu. c. Kurangnya rasa tanggung jawab sebagai asisten untuk membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Guru juga kurang memberikan motivasi kepada asisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai asisten. d. Kepedulian dan kerjasama antar tim kurang tampak, sebagian siswa malas mengerjakan LKS, kebanyakan siswa hanya mengandalkan siswa yang

55 memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan hanya melihat pekerjaan teman. e. Keinginan dan antusias bertanya siswa masih rendah, hanya beberapa orang yang bertanya. f. Hanya beberapa orang yang menyimpulkan meskipun dengan kata-kata yang kurang tepat, sedangkan siswa yang lainnya lebih memilih diam. g. Pada tahap latihan soal, banyak siswa yang terlihat bingung dalam mengerjakan soal, belum memahami tahap-tahap latihan soal tersebut, tidak serius dalam mengerjakan soal, belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa tidak serius dalam mengerjakan soal dan hanya mencontek pekerjaan temannya sehingga sportivitas dan kejujuran dari siswa tidak tampak. h. Guru tidak tanggap memberikan pengarahan langkah selanjutnya kepada siswa dan kurang baik dalam pengelolaan waktu, sehingga tahap latihan soal pada siklus I tidak berjalan dengan baik. i. Pada saat pemberian bimbingan kepada siswa yang tidak dapat menjawab tes A dengan benar, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, guru juga kurang memberikan bimbingan secara perorang dan kurang memperhatikan karakteristik belajar siswa. j. Masih ada beberapa siswa yang memiliki penguasaan konsepnya belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah, dengan demikian kelas tersebut belum tuntas. k. Guru hanya memperhatikan sebagian kelompok yang dianggap paling aktif. Guru belum cukup baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok

56 belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi, tidak tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, dan menindak siswa yang tidak serius belajar. Guru kurang memotivasi minat siswa untuk bertanya dan menuntun siswa untuk membuat suatu kesimpulan. SIKLUS II Sebelum melaksanakan penelitian ke siklus II, berdasarkan hasil refleksi I, peneliti membuat perbaikan-perbaikan pada siklus I yang akan digunakan untuk membuat rencana siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah: 1. Memberikan penjelasan pada siswa secara detail tentang tahap-tahap latihan soal selama pembelajaran. 2. Menjelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok. 3. Memberikan motivasi kepada asisten agar melaksanakan tugasnya sebagai asisten dengan baik. 4. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan semangat melalui nasehat-nasehat, supaya siswa dapat bekerjasama dan saling berinteraksi dengan teman satu kelompoknya, meningkatkan sportivitas dan kejujuran siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. 5. Guru berlaku adil, tidak membedakan siswa yang aktif dan siswa yang pasif. 6. Meningkatkan kinerja guru, guru harus lebih baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam berdiskusi dan mengerjakan LKS untuk menemukan konsep, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung. 7. Guru memberi teguran dan sanksi kepada siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan dalam proses pembelajaran.

57 8. Guru lebih mampu menggunakan waktu pembelajaran secara efisien. 9. Guru lebih tanggap dalam memberikan pengarahan langkah selanjutnya kepada siswa, sehingga tahap latihan soal pada siklus II dapat berjalan dengan baik. 10. Guru lebih memberikan bimbingan kepada siswa dan memperhatikan karakteristik belajar siswa, khususnya siswa yang belum bisa menjawab dengan benar tes A dan harus mengerjakan tes B, 11. Guru memberi sanksi kepada siswa yang tidak hadir tanpa keterangan saat pembelajaran berlangsung. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah memberi nama senyawa alkana, alkena dan alkuna. Pertemuan kedua selama 1 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah menentukan isomer struktur (kerangka, posisi) atau isomer geometri (cis, trans). Pertemuan ketiga selama 2 x 45 menit yang digunakan untuk melanjutkan materi pada pertemuan kedua (1 x 45 menit) dan tahap latihan soal (1 x 45 menit). Tes siklus II dalam bentuk tes essay sebanyak 4 soal dengan bobot soal yang berbeda dilaksanakan di luar jam sekolah selama 1 x 45 menit. Sebelum proses pembelajaran siklus II dimulai, siswa diberi penjelasan kembali tentang tahap-tahap latihan soal selama pembelajaran TAI supaya siswa tidak bingung dan mengerti apa yang harus mereka lakukan selama proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan dan guru membagikan LKS 4, yaitu tentang tata nama senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengingatkan

58 kembali tentang kekhasan atom karbon, dan ikatan yang terjadi pada senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 4, dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan agar siswa dapat menemukan konsep pembelajaran dan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS. Siswa berdiskusi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memberi nama suatu senyawa dari strukturnya ataupun membuat struktur dari nama senyawa hidrokarbon yang telah diketahui, siswa dapat menemukan konsep tersebut dari petunjuk aturan tata nama yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa juga dibantu dengan menggunakan molymood sehingga siswa lebih mudah membuat strukturnya dan menentukan rantai terpanjang sebagai rantai induknya. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari. Pada pertemuan kedua, siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan dalam LKS 5, yaitu tentang isomer senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masingmasing dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan agar siswa dapat menemukan konsep pembelajaran dan mengerjakan latihan soal yang terdapat dalam LKS. Siswa berdiskusi tentang perbedaan isomer kerangka dan posisi, serta isomer cis dan trans, dengan bantuan molymood siswa dapat melihat langsung perbedaan bentuk struktur dari jenis-jenis isomer tersebut. Pertemuan kedua berlangsung selama 1 x 45 menit, dan diskusi siswa dalam mengerjakan latihan soal yang terdapat dalam LKS dilanjutkan di pertemuan ketiga.

59 Pada pertemuan ketiga, diskusi dilanjutkan selama 1 x 45 menit. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari. Kemudian, 1 x 45 menit, satu jam pelajaran kedua, digunakan untuk melakukan tahap latihan soal dalam kelompoknya dan memberi penghargaan untuk kelompok kooperatif dengan total point tertinggi. 1. Aktivitas belajar siswa Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II, aktivitas aktif berdiskusi dalam kelompok dilakukan siswa sebesar 69,65%. Dibandingkan dengan siklus I, aktivitas berdiskusi aktif di siklus II meningkat sebesar 19,17%. Kepedulian siswa dan kerjasama antar kelompok sudah mulai meningkat walaupun masih ada siswa yang melakukan aktivitas tidak sesuai dengan proses pembelajaran. Hal ini terlihat ketika melakukan diskusi, siswa yang biasanya bergurau sudah mulai berkurang, walaupun mereka tidak mengetahui jawaban untuk pertanyaan yang terdapat di LKS, mereka duduk diam dan mendengarkan jawaban dari temannya. Tugas sebagai asisten sudah dilaksanakan, asisten sudah mulai membantu teman dalam kelompoknya dengan berdiskusi bersama langkah-langkah memberikan nama senyawa hidrokarbon, menghafal bersama deret homolog, dan membuat struktur isomer dari suatu senyawa dengan menggunakan molymood. Beberapa siswa yang kurang pandai, sudah mau meminta bantuan asisten jika mengalami kesulitan, hal tersebut sesuai dengan pendapat para ahli (Trianto, 2007:44), yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama

60 menyelesaikan tugasnya, tetapi masih ada siswa yang bersikap acuh dalam kelompoknya, seperti hanya diam dan melamun, ataupun bermain molymood. Peran guru juga sudah sedikit mengalami perubahan yakni guru sudah mampu menumbuhkan sikap siswa untuk bekerja sama dengan anggota kelompok, guru mampu melakukan pengelolaan kelas dengan membimbing siswa tanpa membedakan kelompok yang aktif dan yang pasif. Dari tindakan guru tersebut, siswa merasa sedikit diperhatikan sehingga pada siklus II ini banyak siswa yang lebih aktif, namun guru masih kurang bertindak tegas pada siswa yang melakukan kegiatan tidak relevan dengan pembelajaran. Persentase aktivitas siswa mengerjakan LKS sebesar 87,50%. Dibandingkan dengan siklus I, aktivitas mengerjakan LKS di siklus II meningkat sebesar 19,23%. Hal ini dikarenakan siswa mulai terlatih dengan adanya LKS yang bersifat membangun konsep. Kemalasan siswa dalam mengerjakan LKS mulai berkurang, meskipun ada beberapa siswa yang masih mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan hanya melihat pekerjaan temannya. Persentase aktivitas bertanya yang dilakukan siswa sebesar 25,00%. Dibandingkan dengan siklus I, aktivitas bertanya pada guru terjadi peningkatan sebesar 8,97%. Ini menunjukkan bahwa keinginan dan antusias siswa dalam bertanya terjadi peningkatan, tidak hanya siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi saja yang bertanya, siswa yang lain juga sudah mulai berani untuk bertanya, misalnya cara menentukan rantai induk dalam senyawa alkana dan alkena atau alkuna, penulisan nama cabang, menentukan senyawa cis atau trans dari struktur geometri suatu senyawa. Masih ada siswa yang enggan untuk bertanya dan akhirnya hanya diam

61 saja, namun masih tetap mendengarkan hasil diskusi dan penjelasan dari guru. Ada beberapa siswa yang tidak bertanya pada guru namun lebih berani bertanya pada asisten, atau teman satu kelompoknya sehingga diskusi kelompok berjalan dengan baik. Persentase aktivitas siswa dalam membuat kesimpulan sebesar 17,86%, sedangkan peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sebesar 5,68%. Ini terlihat bahwa siswa sudah mulai berani membuat kesimpulan, seperti pengertian isomer posisi dan kerangka, serta perbedaan senyawa cis dan trans. Hal tersebut disebabkan guru yang telah meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan kelas, lebih menuntun siswa untuk membuat kesimpulan, sehingga siswa mulai sedikit demi sedikit mengalami ketertarikan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Pada saat dilaksanakan kegiatan latihan soal, awalnya semua siswa mengerjakan soal tes A. Pada siklus II ini terlihat suatu perubahan yakni siswa mulai memahami langkah-langkah yang harus dilakukan, namun masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengerjakannya dan hanya mencontek pekerjaan temannya, dan beberapa siswa yang terlihat bingung dalam mengerjakan soal. Guru tanggap memberikan pengarahan langkah selanjutnya kepada siswa dan asisten tanggap dalam melaksanakan tugasnya. Setelah siswa selesai mengerjakan soal tes A dan dikoreksi oleh asisten, ternyata ada 10 orang yang belum memenuhi kriteria, sehingga diberikan bimbingan kembali oleh guru dan kemudian mengerjakan tes B, sedangkan siswa yang lain, yaitu 18 siswa, mengerjakan tes unit. Hal tersebut membuktikan bahwa antusias dan kemauan siswa dalam mengikuti tahap ini sudah mulai meningkat walaupun masih saja terdapat siswa yang acuh dan tidak

62 melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik dan guru masih kurang baik dalam pengelolaan waktu. Kesulitan yang dialami siswa yaitu siswa tidak memahami yang diminta pada soal, siswa mengalami kesulitan dalam membuat struktur isomer dari suatu senyawa, dan siswa kurang teliti dalam mengoreksi kebenaran nama senyawa hidrokarbon. Pada saat pembagian penghargaan kelompok, persaingan antar kelompok mulai terlihat, siswa berusaha mengumpulkan poin, semua kelompok merupakan tim hebat. Hal ini terlihat hanya ada dua kelompok dengan poin terendah dan perbedaan poin dengan kelompok lain hanya sedikit. Empat kelompok lain memperoleh poin yang sama. 2. Penguasaan konsep Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai penguasaan konsep siswa sebesar 69,18 (Gambar 4). Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai penguasaan konsep pada siklus I, terjadi peningkatan sebesar 6,61%, yaitu dari 64,89 menjadi 69,18 pada siklus II, sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai 61 adalah 21 orang (75%), sedangkan siswa yang mendapat nilai < 61 sebanyak 7 orang (25%), terjadi peningkatan sebesar 10,72%, yaitu dari 64,28% menjadi 75% pada siklus II. Pada siklus ini, dari hasil penguasaan konsep siswa menunjukkan bahwa kelas X 2 SMAN 15 Bandar lampung masih belum tuntas, sebab jumlah siswa yang mendapat nilai 61 belum mencapai 100% sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah tersebut, namun dari siklus I ke siklus II sudah terjadi peningkatan. Belum terpenuhinya KKM tersebut dikarenakan guru masih kurang memperhatikan karakteristik tiap siswa terutama siswa yang belum mencapai KKM dalam belajar

63 dan siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal, jawaban yang diberikan siswa kurang lengkap sehingga poin yang diperoleh tidak sempurna. Pada tahap latihan soal, dari 10 siswa yang mengikuti tes B, ada 5 siswa yang bisa mencapai KKM pada tes formatif, hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya latihan soal membantu siswa untuk memahami konsep. 5 siswa lainnya masih belum mencapai KKM, pada saat diberikan bimbingan kembali, guru belum memahami karakteristik belajar siswa tersebut. Ada 2 siswa yang tidak mengikuti tes B tetapi belum mencapai KKM pada tes formatifnya, hal tersebut terjadi karena siswa masih saja mencontek pekerjaan temannya pada saat dilaksanakan tes A dan tidak teliti dalam mengerjakan soal tes formatif. Selain itu, guru juga kurang tegas dalam menindak siswa yang mencontek, kurang memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memperhatikan penjelasan guru, lebih serius dalam diskusi dan latihan soal sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik. Pada siklus ini, aktivitas siswa tidak hanya didominasi oleh siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi tetapi siswa lain juga mulai berani untuk bertanya dan membuat kesimpulan, siswa tidak mengandalkan hapalan saja, tetapi lebih memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Sebagaimana pendapat Djamarah (2000) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, aktivitas memegang peranan penting dalam mencapai hasil belajar. Aktivitas siswa yang baik diharapkan hasil belajarnya pun baik. 3. Refleksi Setelah dilakukan tes siklus II diperoleh hasil nilai rata-rata tes penguasaan konsep, peneliti kembali mengadakan refleksi dengan guru mitra. Pada refleksi II

64 didapatkan fakta-fakta berikut : a. Aktivitas on task siswa dalam pembelajaran meningkat. Banyak siswa yang aktif berdiskusi dalam kelompoknya dan mengerjakan LKS. Aktivitas bertanya dan membuat kesimpulan juga tidak hanya dilakukan oleh siswa yang sama tetapi ada juga siswa lain yang mau melakukan aktivitas tersebut. b. Asisten sudah bertanggung jawab atas tugasnya, membantu teman dalam kelompoknya sehingga siswa aktif dalam diskusi kelompok. c. Masih ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan mengisi LKS dengan melihat pekerjaan temannya. d. Masih ada siswa yang enggan untuk bertanya dan hanya diam saja, namun masih tetap mendengarkan hasil diskusi dan penjelasan dari guru. e. Saat latihan soal, sebagian besar siswa mulai memahami langkah-langkah yang harus dilakukan, namun masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengerjakannya dan hanya mencontek pekerjaan temannya, dan beberapa siswa yang terlihat bingung dalam mengerjakan soal. Antusias dan kemauan siswa dalam mengikuti tahap ini sudah mulai meningkat walaupun masih saja terdapat siswa yang acuh dan tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik. f. Penguasaan konsep sebagian besar siswa meningkat. Beberapa siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. g. Guru sudah baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam diskusi, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, namun guru masih kurang baik dalam mengelola waktu pada saat latihan soal, guru juga kurang tegas

65 dalam menindak siswa yang mencontek, kurang memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memperhatikan penjelasan guru, lebih serius dalam diskusi dan latihan soal sehingga siswa dapat memahami konsep dan dapat mengerjakan soal latihan dengan baik, dan guru belum cukup baik dalam memperhatikan karakteristik tiap siswa dalam belajar. SIKLUS III Sebelum melaksanakan penelitian ke siklus III, berdasarkan hasil refleksi II, peneliti membuat perbaikan-perbaikan pada siklus II yang akan digunakan untuk membuat rencana siklus III. Perbaikan-perbaikan tersebut adalah: 1. Mengingatkan siswa tentang tahap-tahap latihan soal dalam pembelajaran. 2. Menjelaskan tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok. 3. Guru lebih memberikan motivasi kepada tim agar mampu berkerjasama dengan baik. 4. Meningkatkan kinerja guru dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan cara memberikan semangat melalui nasehat-nasehat, mempertahankan kinerja guru yang telah dilakukan dengan baik dan meningkatkannya supaya menjadi lebih baik lagi. 5. Guru harus dapat mengelola waktu dengan baik. 6. Guru bertindak tegas terhadap siswa yang mencontek. 7. Guru lebih memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memperhatikan penjelasan guru, lebih serius dalam diskusi dan latihan soal sehingga siswa dapat memahami konsep dan dapat mengerjakan soal latihan dengan baik.

66 8. Guru harus lebih memperhatikan karakteristik siswa dalam belajar dan mengelola waktu dengan baik, khususnya pada tahap latihan soal. Siklus III terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 1 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah menyimpulkan hubungan titik didih senyawa hidrokarbon dengan massa molekul relatif dan strukturnya. Pertemuan kedua selama 2 x 45 menit dan indikator yang dicapai adalah menuliskan reaksi sederhana dari senyawa alkana, alkena, dan alkuna (reaksi oksidasi, reaksi adisi, reaksi substitusi). Pertemuan ketiga selama 1 x 45 menit yang digunakan untuk tahap latihan soal. Tes siklus III dalam bentuk tes essay sebanyak empat soal dengan bobot soal yang berbeda dilaksanakan di luar jam sekolah selama 1 x 45 menit. Sebelum proses pembelajaran siklus III dimulai, siswa diingatkan kembali tentang tahap-tahap latihan soal pembelajaran TAI supaya siswa lebih memahami tahap pembelajaran yang dilakukan. Pada pertemuan pertama, siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan dan guru membagikan LKS 6 tentang sifat fisik senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pada pertemuan kedua, siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan pada LKS 7 tentang reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Di dalam proses pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali tentang isomer senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa yang saling berisomer itu merupakan senyawa berbeda yang dapat dilihat dari sifat fisik dan sifat kimianya, dan apa saja yang mempengaruhi perbedaan sifat itu akan siswa pelajari pada siklus III ini. Kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing

67 untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dengan meminta asisten atau guru untuk membantu bila diperlukan dan dibantu dengan media molymood supaya siswa lebih mudah dalam menemukan konsep pembelajaran dan mengerjakan latihanlatihan soal yang terdapat dalam LKS. Setelah selesai melakukan diskusi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang baru mereka pelajari. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk melakukan tahap latihan soal dalam kelompoknya dan memberi penghargaan untuk kelompok kooperatif dengan total poin tertinggi. 1. Aktivitas belajar siswa Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus III, aktivitas aktif berdiskusi dalam kelompok dilakukan siswa sebesar 85,19%. Dibandingkan dengan siklus II, aktivitas berdiskusi aktif di siklus III meningkat sebesar 15,54%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa interaksi antar anggota kelompok juga sudah mulai baik. Siswa berdiskusi tentang hubungan perbedaan massa molekul relatif dan struktur dengan titik didih dan titik lelehnya berdasarkan contoh yang terdapat dalam LKS, serta reaksi yang terjadi dan tahap-tahap reaksinya. Asisten dapat mengorganisasikan anggota kelompoknya dengan baik sehingga siswa mulai terbiasa untuk berdiskusi, mengungkapkan pendapat, bertanya, ataupun memberikan sanggahan, tidak ada lagi rasa canggung dengan teman. Guru bisa menumbuhkan sikap siswa untuk bekerja sama dengan anggota kelompok, tidak hanya kelompok tertentu yang dianggap bisa saja yang mendapat perhatian. Dari tindakan guru tersebut siswa merasa diperhatikan oleh guru sehingga pada pertemuan di siklus III ini banyak siswa yang lebih aktif. Beberapa siswa masih kurang aktif dalam diskusi, mereka hanya diam dan mendengarkan saja.

68 Persentase aktivitas siswa mengerjakan LKS sebesar 96,30%. Dibandingkan dengan siklus II, aktivitas mengerjakan LKS di siklus III meningkat sebesar 8,80%. Hal ini dikarenakan siswa sudah terlatih menyelesaikan LKS yang konstruktivisme dan sistematis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prianto dan Harnoko (1997), bahwa dengan menggunakan LKS yang bersifat konstruktivisme dan sistematis dapat membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Persentase aktivitas bertanya yang dilakukan siswa sebesar 29,63%. Dibandingkan dengan siklus II, aktivitas bertanya pada guru terjadi peningkatan sebesar 4,63%. Hal ini menunjukkan minat siswa pada proses pembelajaran juga sudah mulai baik, tidak hanya siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi saja yang bertanya. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa misalnya diantara senyawa alkana, alkena, dan alkuna, bagaimana urutan titik didihnya, jika hasil reaksi pembakaran terdapat zat CO 2, CO, dan H 2 O, maka tergolong reaksi pembakaran sempurna atau tak sempurna, tentang tahap-tahap reaksi dan reaksi totalnya. Peningkatan persentase aktivitas tersebut disebabkan oleh guru sudah bisa melakukan pengelolaan kelas dengan baik sehingga siswa semakin tertarik pada pembelajaran, siswa sudah berani untuk bertanya, dan semakin banyak siswa yang aktif di dalam kelas. Persentase aktivitas siswa dalam membuat kesimpulan sebesar 22,22%, sedangkan peningkatan persentase dari siklus II ke siklus III sebesar 4,36%. Hal ini menunjukkan minat siswa pada proses pembelajaran sudah baik, siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang diberikan, mau membuat kesimpulan, seperti hubungan antara massa molekul relatif atau rumus struktur dengan titik

69 didih dan lelehnya, serta reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Guru juga telah meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan kelas sehingga siswa mulai sedikit demi sedikit mengalami ketertarikan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Pada saat dilaksanakan kegiatan latihan soal pada siklus III, terlihat suatu perubahan yaitu siswa sudah memahami dan tanggap dalam melaksanakan langkahlangkah yang harus dilakukan, hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Seperti biasanya, pada tahap ini awalnya semua siswa mengerjakan tes A. Setelah siswa selesai mengerjakan soal tes A dan dikoreksi oleh asisten, ternyata ada 8 orang yang belum memenuhi kriteria, sehingga diberikan bimbingan kembali oleh guru dan kemudian mengerjakan tes B, sedangkan siswa yang lain, yaitu 20 siswa, mengerjakan tes unit. Pada siklus III, asisten sudah terbiasa dan tanggap dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut membuktikan bahwa antusias dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan ini sudah meningkat walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik. Kesulitan yang dialami siswa yaitu pada materi reaksi senyawa hidrokarbon, siswa sedikit sulit menuliskan persamaan reaksi dengan rumus strukturnya, dan kurang memahami reaksi adisi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa semua jenis aktivitas yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus ke siklus walaupun persentasenya tidak sama. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI mampu mengarahkan cara siswa belajar yang disesuaikan

70 dengan keinginannya serta dengan adanya bimbingan guru mereka merasa diperhatikan. Pada saat pembagian penghargaan kelompok, persaingan antar kelompok semakin ketat, siswa berusaha mengumpulkan poin, semua kelompok merupakan tim yang hebat. Hal ini terlihat poin kelompok yang mereka dapat sama, hanya ada satu kelompok poin tertinggi, dan kelima kelompok lain mendapat poin yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008:9), dengan adanya penghargaan khusus, siswa ingin agar timnya berhasil, memacu siswa untuk bersaing antar kelompok, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya. 2. Penguasaan konsep Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada siklus III adalah 74,25 (Gambar 4). Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai penguasaan konsep pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 7,33%, yaitu dari 69,18 menjadi 74,25 pada siklus III. Jumlah siswa yang mendapat nilai 61 adalah 23 orang (82,14%), sedangkan siswa yang mendapat nilai < 61 sebanyak 5 orang (17,86%). Rata-rata hasil penguasaan konsep siswa pada siklus III menunjukkan bahwa kelas X 2 SMAN 15 Bandar Lampung belum tuntas, sebab jumlah siswa yang mendapat nilai 61 belum mencapai 100% sesuai dengan ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah. Pada tahap latihan soal, dari 8 siswa yang mengikuti tes B, ada 4 siswa yang bisa mencapai KKM pada tes formatif, hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya latihan soal juga dapat meningkatkan hasil penguasaan konsep hidrokarbon siswa dan membantu siswa untuk lebih memahami konsep. 4 siswa lainnya masih belum

71 mencapai KKM dan merupakan siswa yang memiliki tingkat akademik rendah. Pada saat diberikan bimbingan kembali, siswa tersebut sulit sekali memahami konsep yang diberikan dan guru belum memahami karakteristik belajar siswa itu. Ada 1 siswa yang tidak mengikuti tes B tetapi belum mencapai KKM pada tes formatifnya, hal tersebut terjadi karena siswa masih berani mencontek pekerjaan temannya pada saat dilaksanakan tes A meskipun sudah diberikan teguran oleh guru. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, khususnya siswa yang lemah, agar siswa tersebut dapat memperhatikan penjelasan guru, lebih serius dalam diskusi dan latihan soal sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik dan dapat mencapai KKM yang ditetapkan. Terjadinya peningkatan persentase penguasaan konsep dari siklus ke siklus dikarenakan semakin optimalnya proses pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif tipe TAI yang digunakan sehingga banyak siswa yang terpacu daya tariknya untuk rajin belajar dan pada saat uji siklus, nilai mereka mengalami peningkatan walaupun tidak 100% tuntas. Pada saat uji siklus siswa bisa mengerjakan dengan baik karena siswa telah paham mengenai materi yang akan diujikan. 3. Refleksi Setelah dilakukan tes siklus III diperoleh hasil nilai rata-rata tes penguasaan konsep, peneliti kembali mengadakan refleksi dengan guru mitra. Pada refleksi III didapatkan fakta-fakta berikut : a. Aktivitas on task siswa dalam pembelajaran meningkat.

72 b. Saat latihan soal, sebagian besar siswa sudah memahami dan tanggap dalam melaksanakan langkah-langkah yang harus dilakukan, hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Antusias dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan ini sudah meningkat walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota kooperatif yang baik. c. Asisten sudah terbiasa dan tanggap dalam melaksanakan tugasnya. d. Penguasaan konsep sebagian besar siswa meningkat. Beberapa siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan. e. Guru sudah baik dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing siswa dalam diskusi, tanggap dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan saat pembelajaran berlangsung, menindak siswa yang tidak serius belajar, dan mengelola waktu dengan baik, namun guru masih belum cukup baik dalam memperhatikan karakteristik tiap siswa dalam belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama satu sama lain, untuk belajar, bertanya, meminta bantuan dari teman sebayanya, dan banyak melakukan latihan soal untuk lebih memahami konsep, serta dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan berpikir mereka dalam membangun konsep sehingga dapat meningkatkan aktivitas on task siswa dan penguasaan konsep hidrokarbon.