BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Mc. Clleland: Kebutuhan Berprestasi Dan Etos Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ETOS KERJA. Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM. Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Etos kerja di Indonesia, masih belum merata. Bekerja masih dianggap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

PP-PAUD & DIKMAS JABR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dibutuhkan etos kerja dalam diri karyawan karena etos kerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. ahli. Menurut Simamora (1997), manjemen sumber daya manusia adalah

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thoha (2007:5) hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Furniture Jepara yang dilakukan oleh Naniek Suryanti (2007) dan atas dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaannya Oleh karena itu keberadaan suatu perusahaan yang berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan sekaligus untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya. perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dan terorganisir sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik. pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN. Amitai Etzioni (1885:12) menyatakan Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unitunit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai mencapai tingkat kepuasan tertentu. Keterbatasan benda-benda yang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

Oleh FITRI WIJAYANTI UNDJILA NIM: ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia yang dilakukan sehari-hari untuk berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi mengenai pekerjaannya tersebut, oleh karena itu setiap pekerja

PENGARUH ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM TERHADAP ETOS KERJA PEGAWAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. karier yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil unsur yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal sesuai dengan target kerjanya. Manusia sebagai tenaga kerja atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. sasaran / kriteria / yang ditentukan dan disepakati bersama. Kinerja pegawai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan berusaha untuk

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

BAB I PENDAHULUAN. untuk pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam. perusahaan adalah karyawan atau orang yang bekerja dengan menjual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Etos Kerja. kepribadian, serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini dan cara

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Mc. Clleland: Kebutuhan Berprestasi Dan Etos Kerja McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi (2008:81) merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan: Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit, Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide, Melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku, Mengatasi kendala-kendala, Mencapai standar tinggi, Mencapai performa puncak untuk diri sendiri, Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, dan Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : a) Need for achievement Ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya. 11

Ciri-ciri : 1. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif. 2. Mencari feedback tentang perbuatannya. 3. Memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya. 4. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya. b) Need for affiliation Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melakukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Ciri-ciri : 1. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut. 2. Melakukan pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif. 3. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain. 4. Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian. 5. Selalu berusaha menghindari konflik. 12

c) Need for power Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Ciri-ciri : 1. Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan. 2. Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada. 3. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise. 4. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Mc.Clleland yaitu kebutuhan berprestasi karena menurut peneliti teori Mc.Clleland relevan untuk digunakan dalam mengkaji penelitian mengenai Pengaruh Etos Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan. Konsep kebutuhan berprestasi dipakai untuk mengkaji kemampuan dalam mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempatan dalam diri seseorang. Kebutuhan berprestasi ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu, untuk itu perlu diimbangi dengan etos kerja yang tinggi. Keterkaitan antara etos kerja dengan prestasi kerja sangat erat kaitannya, para pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan dapat bekerja sama 13

dengan baik apabila mereka bekerja dengan dilandasi oleh etos kerja yang tinggi, dengan etos kerja yang tinggi maka tidak dipungkiri juga akan meningkatkan hasrat kerja mereka, selain itu dengan etos kerja yang tinggi dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal dari segi kualitas maupun kuantitas, dengan begitu fenomena menurunnya prestasi pegawai yang terjadi pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan selanjutnya dapat dihindari untuk kedepannya. 2.2 Etos Kerja 2.2.1 Pengertian Etos Kerja Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti tempat hidup. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti teori kehidupan, yang kemudian menjadi etika. Dalam bahasa Inggris etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear, hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai sifat dasar, pemunculan, atau disposisi/watak (Hamid, 1991). Hornby (1989) dalam The New Oxford Advances Learner s Dictionary mendefinisikan etos sebagai; the characteristic spirit, moral values, ideas or beliefs of group, community or culture; karakteristik rohani, nilai-nilai moral, idea atau keyakinan suatu kelompok, komunitas, atau budaya. Dari sini dapat diperoleh pengertian bahwa etos kerja merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi 14

prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang sama. Etos kerja pada dasarnya memegang peranan penting, karena merupakan kunci sukses sekaligus fondasi untuk mencapai suatu keberhasilan. Dengan tingginya etos kerja maka akan membawa kualitas yang lebih baik terutama dalam bentuk sebuah prestasi kerja. Etos kerja yang rendah akan dapat menghambat tercapainya suatu keberhasilan pekerjaan. Tujuan pekerjaan dapat tercapai secara maksimal jika pekerja tersebut memiliki etos kerja yang tinggi sehingga dapat memungkinkan suatu usaha untuk menjaga eksistensinya. Bahwasannya setiap manusia memiliki kadar etos kerja yang berbeda-beda, karena etos kerja merupakan bagian dari sikap dan perilaku hidup manusia, dan perilaku manusia selalu diarahkan pada tujuan yang berbeda-beda. Etos kerja lahir dan dibentuk dari berbagai kebiasaan, budaya agama, serta nilai-nilai kehidupan yang dimiliki. Etos kerja dalam pandangan Abdullah (1982) adalah sikap mendasar terhadap perilaku dan dunia yang dipancarkan oleh hidup. Jadi Abdullah menganggap etos kerja merupakan suatu alat penuntun dan menjadi landasan dan perilaku bagi seseorang dalam melakukan pekerjaan. Abdullah (1982) juga menyatakan jika suatu instansi mampu meningkatkan etos kerja para pekerjanya maka akan diperoleh banyak keuntungan, karena dengan tingginya etos kerja maka prestasi kerja yang akan dihasilkan akan lebih besar jumlahnya serta kualitas yang dicapai juga akan lebih baik. Jika hal ini terjadi maka akan tercapai tingkat produktivitas yang optimal yang menggambarkan bahwa instansi tersebut senantiasa berusaha untuk maju, dan hal ini akan terlaksana apabila pihak 15

manajemen berusaha untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja sebagai pelaksana untuk berproduksi secara baik serta dengan upaya memberikan motivasi kerja yang sangat tinggi. Sinamo (2008) memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studistudi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan ini semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Etos kerja selalu berhubungan dengan pemikiran, perasaan, pembicaraan, serta tindakan manusia dalam suatu bidang pekerjaan. Termasuk di dalamnya cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku dipengaruhi oleh etos kerja yang ada dalam suatu lingkungan. Etos kerja mampu meningkatkan produktivitas, motivasi, kedisiplinan, serta gairah untuk mengerjakan suatu pekerjaan seoptimal mungkin. 2.2.2 Aspek-Aspek Etos Kerja Sinamo (2008) menyatakan bahwa setiap manusia memiliki spirit/roh keberhasilan yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab, melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Dengan ini maka orang akan berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif, dan produktif. Dari ratusan teori yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2008) menyederhanakan menjadi 4 pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan 16

yang berkelanjutan pada semua tingkatan. Keempat pilar itu lalu di konstruksikan ke dalam sebuah konsep besar yang disebut sebagai Catur Dharma Mahardika yang berarti Empat Keberhasilan Utama, yaitu: a) Mencetak prestasi dengan motivasi superior. b) Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner. c) Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif. d) Meningkatkan mutu dengan keunggulan insan. Keempat dharma ini kemudian dirumuskan pada 8 aspek etos kerja sebagai berikut: a) Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur. b) Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. c) Kerja adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. d) Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. 17

e) Kerja adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada sang khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. f) Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan motivatif. g) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan. h) Kerja adalah pelayanan; manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. 2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Menurut Siagian (1995) dan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novliadi (2009), yang berjudul Hubungan Antara Organization- Based Self-Esteem Dengan Etos Kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja yaitu: a) Agama Weber memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisplin tinggi, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses (material), tidak mengumbar kesenangan, serta menabung dan berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern. 18

b) Budaya Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja. Semangat kerja/etos kerja sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan. Etos kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan secara turun-temurun. c) Sosial Politik Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan ini harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian (achievement). d) Kondisi Lingkungan/Geografis Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. 19

e) Pendidikan Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian, dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat. f) Motivasi Instrinsik Individu Individu memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja, yang mempengaruhi juga etos kerja seseorang. 2.2.4 Indikator Etos Kerja Menurut Nitisemito (2001: 75), adapun indikator dari etos kerja untuk mengetahui apakah etos kerja pegawai di suatu instansi itu tinggi atau rendah adalah fleksibilitas kerja, penyesuaian kerja, penguasaan pekerjaan, senang bekerja, patuh dalam bekerja, kemauan menyelesaikan pekerjaan, berpendirian dan tekun dalam bekerja. Sedangkan menurut Asifudin (2004: 37), yakni agar seseorang sukses dalam bekerja harus didukung oleh etos kerja yang indikatornya adalah semangat dalam bekerja, disiplin, bertanggung jawab dan dapat bekerja sama. 20

Berdasarkan konsep pengukuran etos kerja yang telah dikemukan di atas, maka dalam penelitian ini indikator yang akan digunakan dalam etos kerja yang sesuai dengan kondisi kerja Bank Mandiri KCP Zainul Arifin yaitu terdiri dari: a) Disiplin b) Bertanggung jawab c) Dapat bekerja sama d) Tekun dalam bekerja e) Patuh dalam bekerja f) Penguasaan pekerjaan g) Semangat dalam bekerja h) Penyesuaian pekerjaan 2.3 Prestasi Kerja 2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestatie. Kata ini bila dipadankan ke bahasa Inggris bermakna achievement dan performance. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa bobot kemampuan di dalam individu maupun di dalam kelompok memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam pekerjaannya (Djamarah, 1994:19). Menurut Mangkunegara (2006: 9) pengertian prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 21

Lower dan Porter dalam Wijaya (1989) menyebutkan bahwa prestasi kerja merupakan perpaduan antara motivasi dan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau prestasi seseorang tergantung kepada keinginan untuk berprestasi dan kemampuan yang bersangkutan untuk melakukannya. Motif berprestasi merupakan salah satu dari tiga motif pada diri manusia dan secara lengkap menurut Robbins (1996) yaitu, motif berprestasi, motif untuk berafiliasi, dan motif untuk berkuasa. Disebutkan bahwa motif berprestasi tercermin pada orientasinya terhadap tujuan dan pengabdian demi tercapainya tujuan dengan sebaik-baiknya. Setiap pencapaian prestasi diikuti perolehan yang mempunyai nilai bagi pegawai yang bersangkutan, baik berupa upah, promosi, teguran, maupun pekerjaan yang lebih baik. Hal ini tentunya memiliki nilai berbeda bagi orang yang berbeda. Masalahnya adalah bagaimana atasan menghargai prestasi kerja para pegawai sehingga dapat memotivasi. Hal ini tidak kalah pentingnya terkait dengan prestasi kerja, yaitu siapa yang menilai sebab hasil penilaian yang tidak benar atau kesalahan dalam menilai akan menimbulkan masalah serius dan dampaknya tidak memotivasi, justru akan menurunkan prestasi kerja pegawai. 22

2.3.2 Aspek-Aspek Prestasi Kerja Menurut Hasibuan (2008: 143), bahwa aspek-aspek yang dinilai dari prestasi kerja mencakup sebagai berikut: a) Kesetiaan Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan pegawai menjaga dan membela perusahaan/organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab. b) Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. c) Kedisplinan Penilai menilai displin pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. d) Kreativitas Penilai menilai kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. e) Kerjasama Penilai menilai kesediaan pegawai berpartisipasi dan bekerja sama dengan pegawai lainnya secara vertikal dan horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik. 23

f) Kepribadian Penilai menilai pegawai dari sikap, perilaku, kesopanan, memberi kesan menyenangkan, serta berpenampilan simpatik dan wajar. g) Tanggung Jawab Penilai menilai kesediaan pegawai dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya. 2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Menurut Sulistiyani (2003: 200) dan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bodroastuti (2012), yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja (Studi Pada Karyawan Kantor Kementrian Agama Provinsi Jawa Tengah), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu: a) Pengetahuan Kemampuan yang dimiliki pegawai yang lebih berorientasi pada intelejensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih luas. b) Keterampilan Kemampuan dan penguasaan teknis operasional dibidang tertentu yang dimiliki pegawai. c) Kemampuan Suatu yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai. d) Sikap Suatu kebiasaan yang terpolakan. 24

e) Tingkah Laku Perilaku kerja seorang pegawai dalam melaksanakan berbagai kegiatan atau aktivitas kerja. 2.3.4 Indikator Prestasi Kerja Menurut Nasution (2000: 99) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan dan kesungguhan serta waktu. Adapun indikatorindikator dari prestasi kerja adalah teliti dalam bekerja, ketepatan dalam bekerja, selalu mengikuti instruksi kerja, taat waktu kehadiran, dan selalu aktif. Menurut Heidjrachman dan Husnan (2000: 124 ) indikator-indikator prestasi kerja adalah teliti dalam bekerja, rapi dalam bekerja, dapat menyelesaikan pekerjaan tambahan (lembur), rajin, kreatif dan berinisiatif. Menurut Sutrisno (2010: 153), menyatakan bahwa indikator-indikator dari prestasi kerja yaitu dapat memanfaatkan waktu dengan baik, berinisiatif, selalu mengikuti instruksi kerja, professional dan taat waktu kehadiran. Sedangkan menurut Sunyoto (2012: 22) prestasi kerja seseorang dapat diukur melalui dapat menyelesaikan pekerjaan tambahan (lembur), terampil dalam bekerja, kreatif, dan taat waktu kehadiran. Berdasarkan konsep pengukuran etos kerja yang telah dikemukan di atas, maka dalam penelitian ini indikator yang akan digunakan dalam prestasi kerja yang sesuai dengan kondisi kerja Bank Mandiri KCP Zainul Arifin yaitu terdiri dari: 25

a) Teliti dalam bekerja b) Selalu mengikuti instruksi kerja c) Taat waktu kehadiran d) Dapat menyelesaikan pekerjaan tambahan (lembur) e) Kreatif f) Terampil dalam bekerja 2.4 Kerangka Pemikiran Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam skema di bawah ini: Etos Kerja ( X ) - Disiplin - Bertanggung Jawab - Dapat bekerja sama - Tekun dalam bekerja - Patuh dalam bekerja - Penguasaan pekerjaan - Semangat dalam bekerja - Penyesuaian pekerjaan Prestasi Kerja ( Y ) - Teliti dalam bekerja - Selalu mengikuti instruksi kerja - Taat waktu kehadiran - Dapat menyelesaikan pekerjaan tambahan (lembur) - Kreatif - Terampil dalam bekerja Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 26

2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah kuantitatif. Menurut Kerlinger dalam Silalahi (2015: 265) hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih. Hipotesis menjadi kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian ini hanya bisa dilakukan melalui penelitian dengan menemui data di lapangan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua arah yaitu hipotesis positif ataupun negatif, yaitu semakin tinggi etos kerja maka semakin tinggi pula prestasi kerja pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan sebaliknya, jika semakin rendah etos kerja maka semakin rendah pula prestasi kerja pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan atau: Ha : terdapat pengaruh etos kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan. Ho : tidak terdapat pengaruh etos kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Bank Mandiri KCP Zainul Arifin Medan. 27