2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Resort Gunung Bedil Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012, dan pengolahan data dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan September 2012- Januari 2013. Pengolahan data dilakukan di Bagian Hutan Kota dan Jasa Lingkungan serta Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian beserta fungsinya, yaitu : Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Alat dan Bahan Fungsi A. Alat 1. Kamera Mengambil gambar 2. GPS (Global Positioning Untuk menandai dan mengambil System) Garmin 76 csx posisi koordinat geografi lapangan 3. Alat Tulis Mencatat hasil penelitian 4. Software ArcGIS 9.3 Mengolah data spasial 5. Software Erdas Imagine 9.1 Mengolah data spasial 6. Software SPSS 18 Mengolah data regresi logistik 7. Komputer Menjalankan software B Bahan 1. Peta ASTER GDEM Untuk mendapatkan data kelerengan lahan, data ketinggian, dan aspect 2. Citra Satelit Landsat TM 7 Untuk mendapatkan peta penutupan lahan, 3. Peta batas TNGHS Untuk mengetahui batas TNGHS 4. Peta jaringan sungai Untuk mengetahui jaringan sungai 5. Peta jalan Untuk mengetahui jarak jalan 6. Peta tanah dan curah hujan Untuk mengetahui jenis tanah dan curah hujan 7. Kuisioner Mengumpulkan data dari responden berdasar wawancara
3 Jenis Data Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data-data seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis data yang diambil No Aspek Jenis data Metode Sumber 1 Sebaran spasial 2 Potensi pemanfaatan 3 Regenerasi a. Lokasi persebaran b. Kesesuaian habitat a. Bentuk pemanfaatan b. Cara pemanfaatan a. Kerapatan dan frekuensi a. Wawancara b. Observasi lapang a. Wawancara b. Penelurusan dokumen c. Observasi lapang a. Pembuatan plot berbentuk lingkaran b. Data lapangan c. Buku, internet b. Data lapangan c. Buku, internet b. Data lapangan c. Buku, internet Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data yang langsung diambil di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari Landsat, ASTER GDEM, dan literatur berupa buku atau studi pustaka lainnya. Wawancara Data mengenai bentuk pemanfaatan, cara pemanfaatan, kegiatan budidaya, dan persebaran diambil dengan menggunakan metode wawancara. Pemilihan responden dilakukan secara purposive, dengan kriteria masyarakat yang memanfaatkan dan mengolah untuk kebutuhan sehari-hari. Teknik pengambilan responden secara purposive adalah jenis teknik yang paling efektif untuk mempelajari sesuatu hal di dalam ranah budaya (Tongco 2007) Observasi lapang Observasi lapang dilakukan secara langsung guna mendapatkan data-data yang akurat dan spesifik mengenai bentuk pemanfaatan, cara pemanfaatan, kegiatan budidaya, dan persebaran. Pembuatan plot contoh untuk regenerasi Regenerasi diamati melalui pembuatan plot contoh yang ditetapkan secara purposive sampling. Plot contoh diletakkan di tempat ditemukannya dewasa. Bentuk plot contoh berupa lingkaran dengan jari-jari 17,8 m (Gambar 1).
4 Titik pusat dari lingkaran adalah dewasa. Dalam pelaksanaan di lapang pembuatan petak ukur lingkaran sangat mudah dan sederhana dan memiliki ketelitian yang lebih akurat dibandingkan petak ukur persegi (Simon 1993). Regenerasi diidentifikasi dengan menggunakan plot lingkaran seperti tersaji pada Tabel 3.Data yang dicatat berupa jumlah individu dan jumlah plot ditemukan untuk setiap tumbuhan. Tabel 3 Plot pengukuran regenerasi No Tingkat pertumbuhan Luas (ha) Keterangan 1 Dewasa 0,1 Berbatang, t > 1,3 m 2 Muda 0,01 Tidak berbatang, t > 1,3 m 3 Anakan 0,001 t 1,3 m Sumber : Kaewkorm et al. (2007) a = petak ukur untuk anakan b = petak ukur untuk muda c = petak ukur untuk dewasa Gambar 1 Inventarisasi menggunakan metode lingkaran. Metode Analisis Data Parameter kuantitatif dalam analisis regenerasi Pengukuran tingkat regenerasi dihitung dengan menggunakan parameter kerapatan dan frekuensi berdasarkan tingkat pertumbuhan, yaitu semai dan muda. Kerapatan K = Frekuensi F = Jumla h individu tingkat pertumbu han Luas plotconto h (Ha ) Jumla h plot conto h tingkat pertumbu han yang ditemukan Jumla h seluru h plot conto h Metode PCA (Principal Component Analysis) Kesesuaian habitat di kawasan dilakukan dengan menggunakan metode PCA dalam perhitungannya. Gagasan utama PCA adalah untuk mengurangi dimensi data yang terdiri dari sejumlah besar variabel yang saling terkait namun juga tetap mempertahankan sebanyak mungkin variasi yang hadir dalam data. Hal ini dilakukan dengan mengubah satu set baru variabel sebagai komponen utama yang tidak berkorelasi dan dijadikan sebagai nilai pertama yang dipertahankan dalam variasi yang hadir dari semua variabel yang ada (Joliffe IT 2002). Data dianalisis dengan menggunakan SPSS.
5 Model kesesuaian habitat Peta yang diperoleh sebelumnya dipotongterlebih dahulu sesuai dengan wilayah TNGHS (Gambar 2). Gambar 2 Bagan alur pemotongan lokasi penelitian. Peta mengenai ketinggian dan kemiringan lereng kawasan TNGHS dari ASTER GDEM diperlukan untuk mengetahui penyebaran dan kesesuaian habitat (Gambar 3).Data spasial lereng merupakan data yang memberi informasi kemiringan suatu lahan yang mempunyai nilai satuan persen (%) berdasarkan derajat sudut kemiringan derajat ( o ). Lereng dengan nilai 100 % = 45 o sudut kemiringan. Data dikelompokkan berdasar klasifikasi kecuraman suatu kawasan (klasifikasi lereng). Gambar 3 Bagan alur tahapan pembuatan kemiringan lereng. Peta jarak dari sungai dianalisis terlebih dulu menggunakan Software ArcGIS 9.3.Bagan alir pembuatan peta jarak dari sungai seperti tersaji pada Gambar 4. Gambar 4 Bagan alur pembuatan peta jarak dari sungai.
6 Peta yang diperoleh digunakan untuk menganalisis kesesuaian habitat yang dibuat dalam bentuk model persebaran. (Gambar 5). Gambar 5 Bagan alur proses analisis peta kesesuaian habitat Arenga pinnata. Hasil analisis dari PCA selanjutnya digunakan untuk menentukan bobot masing-masing variabel habitat yang diteliti untuk analisis spasial sehingga diperoleh persamaan kesesuaian habitat sebagai berikut : Y = (af 1 + bf 2 + cf 3 + df 4 ) Y = skor akumulasi kesesuaian habitat a-d = nilai bobot setiap variabel F1 = faktor ketinggian F2 = faktor kemiringan lereng F3 = faktor jarak dengan sungai F4 =faktor NDVI Kesesuaian habitat Arenga pinnata dibagi menjadi 4 kelas kesesuaian yaitu tidak ada data, kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang, dan kesesuaian rendah. Kelas tidak ada data ini dibuat ka terdapat stripping, awan dan bayangan awan pada nilai NDVI. Untuk mendapatkan nilai selang digunakan persamaan sebagai berikut Selang = Smaks Smin K Smaks = nilai indeks kesesuaian habitat tertinggi Smin = nilai indeks kesesuaian habitat terendah K = banyaknya kelas kelas kesesuaian habitat Untuk validasi model dilakukan untuk mengetahui nilai akurasi klasifikasi kesesuaian habitat. Validasi = ( n x 100%) N n = jumlah Arenga pinnata pada satu kelas kesesuaian N = jumlah total Arenga pinnata