METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat yaitu di kawasan Cikaniki dan Koridor TNGHS. Waktu pelaksanaan rangkaian kegiatan penelitian berlangsung selama ± 1 tahun, meliputi periode pengumpulan data lapangan mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei Alat dan Bahan Bahan dan alat yang digunakan untuk pengamatan di lapangan antara lain peta kawasan TNGHS (citra landsat, peta RBIdan peta kontur), pita spotlight, teropong binokuler, Global Positioning System (GPS) Garmin 76CSx, kamera Nikon Coolpix 8400, handycam, Nikon fisheye lens, perlengkapan analisis vegetasi, perlengkapan pembuatan herbarium, buku pengenal flora, tally sheet dan alat tulis. Perangkat lunak (perangkat lunak) yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data antara lain Hemiview ver 2.1, SPSS 16, Microsoft Excel 2007, Global Mapper v8.01, Erdas 9.1 dan ArcGis Metode Pengumpulan Data Studi literatur Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi umum habitat surili, bio-ekologi surili, penyebaran dan kondisi populasi surili berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya sebagai pendukung penelitian, serta peta-peta yang diperlukan dalam pengolahan data, meliputi: citra landsat (7TM zone 48 S, WGS 84), peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) TNGHS (meliputi jalan, sungai), peta kontur (format SRTM).

2 Observasi Pengumpulan data melalui pengamatan lapang secara langsung dilakukan untuk memperoleh data dan informasi sebagai berikut: a. Habitat preferensi surili, dengan cara melakukan pengamatan perilaku makan dan penggunaan pohon tidur surili menggunakan metode Focal Animal Sampling. Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan surili terhadap jenis pakan yang dikonsumsi. Waktu pengamatan perilaku makan dan penggunaan pohon tidur dilakukan mulai dari pukul WIB sampai dengan WIB. Pada perilaku makan surili diamati jenis pakan dan bagian yang dimakan oleh surili. Surili yang diamati dibagi berdasarkan perbedaan kelas umur yaitu dewasa dan muda. b. Pengumpulan data spasial meliputi titik-titik perjumpaan dengan surili dan titik koordinat pada lokasi pengambilan data Hemispherical photography. c. Kondisi fisik habitat, dengan cara melakukan pengamatan terhadap radiasi matahari, ketinggian lokasi pengamatan, kemiringan lahan, keberadaan pemukiman, jalan dan sungai. d. Kondisi biotik habitat, dengan menggunakan metode Hemispherical photography untuk memperoleh nilai penutupan tajuk. Metode analisis vegetasi dengan melakukan pengukuran terhadap struktur dan komposisi vegetasi, jenis dan karakteristik pohon yang digunakan surili sebagai tempat beraktivitas termasuk pohon tidur, potensi sumber pakan, dan keanekaragaman jenis pakan. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan menggunakan 3 unit contoh pada tiap lokasi penelitian. Tiap unit contoh berukuran 20 m x 500 m dan di dalamnya dibagi ke dalam petak-petak untuk pengamatan vegetasi pada tingkat pertumbuhan pohon dan tiang. Metode survei vegetasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode jalur yang disajikan pada gambar 3.

3 24 20 m B B B arah A A A rin tis 500 m Gambar 3 Desain petak contoh menggunakan metode jalur (Soerianegara & Indrawan 1982). Petak A Petak B Wawancara = lebar 20 m dengan petak-petak berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan tingkat pertumbuhan pohon = lebar 10 m dengan petak-petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan tingkat pertumbuhan tiang Wawancara dengan pengelola TNGHS dan masyarakat sekitar kawasan untuk mengetahui tingkat gangguan manusia terhadap keberadaan surili di TNGHS. Teknik wawancara yang dilakukan merupakan wawancara langsung yang tidak terstruktur (tidak menggunakan questioner) Metode Analisis Data Analisis komponen dominan habitat Penentuan komponen dominan habitat yang dipilih oleh surili dianalisis dengan menggunakan pendekatan regresi berganda. Persamaan regresi berganda adalah persamaan regresi dengan satu peubah tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah bebas (X 1, X 2,..., X i ). Peubah tidak bebas (Y) adalah jumlah surili pada suatu tempat sedangkan peubah bebas (X) adalah peubah-peubah yang berasal dari komponen fisik dan biotik habitat yang diduga mempengaruhi kehadiran surili pada tempat tersebut. Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan (Mattjik & Sumertajaya 2006): Y = ß³?á + ß³?á X?á + ß³?á X?á +?³ + ß³?á X?á + e³?á

4 25 Y = jumlah surili yang dijumpai ß 0 = nilai intersep ßž i = nilai koefisien regresi ke-i X 1 = radiasi matahari X 2 = kelerengan tempat ( o ) X 3 = penutupan tajuk (LAI) X 4 = ketinggian tempat (m dpl) X 5 = jarak dari jalan (m) = jarak dari sungai (m) X 6 Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H 0 H 1 = tidak ada faktor dominan yang mempengaruhi preferensi habitat surili = ada faktor dominan yang mempengaruhi preferensi habitat surili Analisis komponen dominan habitat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16 dengan metode stepwise. Metode stepwise merupakan fasilitas yang tersedia dalam SPSS 16 yaitu metode yang mengeluarkan komponen-komponen yang tidak terlalu berpengaruh dalam analisis regresi, sehingga hasil yang diperoleh merupakan komponen yang paling berpengaruh Analisis habitat preferensi surili Preferensi habitat oleh surili dihitung dengan menggunakan nilai indeks Neu. Jika indeks preferensi lebih dari 1 (w= 1) maka habitat tersebut disukai (Bibby et al. 1998). Tahap perhitungan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel yang diamati untuk menduga preferensi habitat menurut metode Neu Jenis Pakan P N U e W B 1 p 1 n 1 u 1 e 1 w 1 b 1 2 p 2 n 2 u 2 e 2 w 2 b 2 K p k n k u k e k w k b k Total 1.00 S n i 1.00 S e i Sáw i 1.00 p = proporsi jumlah lokasi habitat surili n = jumlah surili yang dijumpai u = proporsi jumlah surili yang dijumpai (n i / Sìn i ) e = nilai harapan (p i x Sxn i )

5 26 w = indeks preferensi pakan (u i / p i ) b = indeks preferensi yang distandarkan (w i / Sàw i ) Habitat yang disukai surili dianalisis dengan menggunakan asumsi bahwa semakin tinggi keberadaan surili pada suatu tipe habitat, maka habitat tersebut semakin disukai oleh surili. Hubungan antara keberadaan surili dengan habitat diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan uji Chi-square (Khi-kuadrat). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:?i X?á?? =?"?oo -k E?o?á E O E = frekuensi pengamatan = frekuensi harapan Batasan yang digunakan adalah jika?c 2 hit >?c 2 (0.05, k-1) maka terdapat preferensi habitat dan jika? 2 hit <?á 2 (0.05, k-1) maka tidak terdapat preferensi habitat. Hipotesis yang dibangun dalam analisis ini adalah: Ho H1 : Tidak ada preferensi habitat oleh surili : Adanya preferensi habitat oleh surili Analisis kondisi fisik dan spasial Kondisi fisik habitat surili yang akan dianalisis terdiri dari radiasi matahari, ketinggian tempat, kemiringan lereng, keberadaan sungai dan jalan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis spasial. Data yang dianalisis dengan SIG berupa peta batas kawasan (polygon), peta kontur (format SRTM), citra landsat TNGHS, peta RBI TNGHS (jalan dan sungai), titik koordinat keberadaan surili dan titik koordinat foto penutupan tajuk. Data tersebut akan diolah menjadi 6 layer untuk membangun model kesesuaian habitat surili di TNGHS. Layer kesesuaian yang akan dibuat antara lain layer ketinggian, layer kemiringan lereng, layer penutupan tajuk, layer area radiasi matahari, layer jarak terhadap jalan dan layer jarak terhadap sungai. Bagan alir penelitian disajikan pada Lampiran 1.

6 Peta preferensi habitat berdasarkan ketinggian tempat Peta ketinggian dibuat dari data SRTM yang diolah menggunakan perangkat lunak Global Mapper v8.01 dengan interval 25 m. Peta kontur yang dihasilkan kemudian diolah menggunakan ArcGis 9.3. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan ketinggian disajikan pada Gambar 4. Data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) Generated Contours (Global Mapper v8.01) Peta kontur (vektor) Create TIN (ArcGis 9.3) Convert TIN to Raster Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan ketinggian Gambar 4 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan ketinggian.

7 Peta preferensi habitat berdasarkan kemiringan lereng Peta kesesuaian berdasarkan kemiringan lereng dibuat dari peta kontur yang telah diolah menjadi TIN menggunakan ArcGis 9.3. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan kemiringan lereng disajikan pada Gambar 5. Data TIN kontur Surface Analysis - Slope (ArcGis 9.3) Peta kemiringan lereng (raster) Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan kemiringan lereng Gambar 5 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan kemiringan lereng Peta preferensi habitat berdasarkan penutupan tajuk Hemispherical Photography menghasilkan suatu gambar yang dapat dianalisis untuk membedakan bagian langit yang terlihat maupun yang tidak terlihat akibat terhalang oleh bentang alam, tajuk tumbuhan, atau bangunan buatan manusia. HP dapat digunakan untuk menghitung pemancaran cahaya matahari dan karakteristik tajuk tumbuhan seperti leaf area index (Rich et al. 1998). Hasil gambar yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Hemiview ver 2.1.Peta penutupan tajuk diperoleh dari nilai LAI hasil Hemispherical Photography yang dihubungkan dengan peta Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) menggunakan analisis regresi. Citra landsat (7TM zone 48 S, WGS 84) diolah menjadi Peta NDVI menggunakan perangkat

8 29 lunak ERDAS 9.1. Hasil regresi antara LAI dan NDVI digunakan untuk melakukan klasifikasi pada proses pembuatan peta preferensi habitat. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan penutupan tajuk disajikan pada Gambar 6. Rumus NDVI: NDVI =?Çband 4 -Ãband 3?Ç?ÇNear Infra Red -ÃRed?Ç =?>band 4 + band 3?>?>Near Infra Red + Red?> Citra Landsat Hemispherical photography Image Interpreter Indices NDVI (ERDAS 9.1) Peta NDVI Koordinat Image (JPEG) Calculate (Hemiview 2.1) Nilai Nilai LAI Linear Regression (SPSS 16) Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan penutupan tajuk Gambar 6 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan penutupan tajuk.

9 Peta preferensi habitat berdasarkan radiasi matahari Peta kesesuaian berdasarkan radiasi matahari diperoleh dari nilai radiasi matahari hasil Hemispherical Photography yang dihubungkan dengan peta area radiasi matahari dengan menggunakan analisis regresi linier. Citra landsat (7TM zone 48 S, WGS 84) diolah menjadi peta area radiasi matahari menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.3. Hasil regresi antara keduanya digunakan untuk melakukan klasifikasi pada proses pembuatan peta preferensi habitat. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan radiasi matahari disajikan pada Gambar 7. Citra Landsat Hemispherical photography Spatial Analysis Radiasi matahari (SR) (ArcGis 9.3) Peta SR Koordinat Image (JPEG) Calculate (Hemiview 2.1) Nilai SR Nilai SR Linear Regression (SPSS 16) Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan radiasi matahari Gambar 7 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan radiasi matahari.

10 Peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari jalan Peta jarak terhadap jalan diperoleh dari peta RBI jalan (vektor) yang diolah menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.3. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari jalan disajikan pada Gambar 8. Peta Jaringan Jalan (vektor) Spatial Analyst Distance (ArcGis 9.3) Peta jarak dari jalan (raster) Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari jalan Gambar 8 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari jalan Peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari sungai Peta jarak terhadap sungai diperoleh dari peta RBI jalan (vektor) yang diolah menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.3. Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari sungai disajikan pada Gambar 9.

11 32 Peta Jaringan Sungai (vektor) Spatial Analyst Distance (ArcGis 9.3) Peta jarak dari sungai (raster) Classify Reclassify Peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari sungai Gambar 9 Proses pembuatan peta preferensi habitat berdasarkan jarak dari sungai Peta kesesuaian habitat preferensi surili Pada saat pembuatan tiap layer kesesuaian dilakukan tahap pengkelasan yang juga merupakan skor. Nilai pengkelasan tersebut yaitu kelas 1 (sangat rendah), kelas 2 (rendah), kelas 3 (sedang), kelas 4 (tinggi) dan kelas 5 (sangat tinggi). Data spasial yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan berupa 40 titik koordinat surili. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda pada perangkat lunak SPSS 16 menggunakan metode enter. Metode enter merupakan fasilitas yang tersedia pada perangkat lunak SPSS 16, yaitu suatu metode yang memasukkan semua variabel dalam analisis regresi linier. Hasil analisis regresi digunakan dalam proses pembobotan pada tahap pembuatan peta kesesuaian habitat berdasarkan 6 layer yang sudah dibuat sebelumnya. Bobot yang digunakan untuk proses selanjutnya berupa koefisien yang telah distandarkan, kemudian diolah menggunakan raster calculator pada ArcGis 9.3. Pengolahan menggunakan raster calculator memperoleh nilai kesesuaian habitat. Nilai tersebut kemudian diklasifikasi melalui proses reclassify pada ArcGis 9.3.

12 33 Klasifikasi dilakukan berdasarkan pembagian tiga tingkat kesesuaian habitat sebagai berikut: a) Kelas kesesuaian tinggi = (mean+standar deviasi) < X < (maksimum) b) Kelas kesesuaian sedang = (mean-standar deviasi) < X < (mean+standar deviasi) c) Kelas kesesuaian rendah = (minimum) < X < (mean-standar deviasi) Proses pembuatan peta kesesuaian habitat surili disajikan pada Gambar 10. Hasil dari pengolahan data berupa peta kesesuaian habitat surili untuk mengidentifikasi preferensi habitat oleh surili berdasarkan topografi (ketinggian dan kemiringan lereng), penutupan tajuk, radiasi matahari, kondisi jalan dan kondisi sungai. Layer Ketinggian Layer Kemiringan Lereng Layer Penutupan Tajuk Layer Radiasi matahari Layer Jarak Dari Jalan Layer Jarak Dari Sungai Raster Calculator Skor (ArcGis 9.3) Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Habitat Reclassify Gambar 10 Proses pembuatan peta kesesuaian habitat surili. Setelah diperoleh peta kesesuaian habitat preferensi surili, kemudian dilakukan proses validasi. Validasi dilakukan berdasarkan jumlah titik koordinat surili yang diperoleh di lapangan. Validasi =?á?1 x 100% Peta Kesesuaian Habitat Preferensi Surili

13 34 n N = Jumlah titik koordinat surili pada suatu klasifikasi kesesuaian = Jumlah total titik koordinat surili Analisis kondisi biologi Komponen biotik habitat yang dianalisis terdiri dari tegakan vegetasi yang terdapat pada lokasi penelitian. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kerapatan dan keanekaragaman jenis vegetasi yang digunakan oleh surili sebagai sumber pakan, pohon tempat tidur, dan tempat surili beraktivitas Analisis jenis tumbuhan pakan surili Preferensi jenis pakan bagi satwa dihitung dengan menggunakan nilai indeks Neu. Jika indeks preferensi lebih dari 1 (w=n1) maka jenis pakan tersebut disukai karena penggunaan lebih besar daripada ketersediaan (Bibby et al. 1998). Tahap perhitungan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Variabel yang diamati untuk menduga preferensi pakan menurut metode Neu Jenis Pakan P N U e W B 1 p 1 n 1 u 1 e 1 w 1 b 1 2 p 2 n 2 u 2 e 2 w 2 b 2 K p k n k u k e k w k b k Total 1.00 Sön i 1.00 Söe i Sáw i 1.00 p = proporsi jumlah perjumpaan pakan yang dimakan surili n = jumlah pakan yang teramati dimakan surili u = proporsi jumlah pakan yang teramati dimakan (n i / SWn i ) e = nilai harapan (p i x S n i ) w = indeks preferensi pakan (u i / p i ) b = indeks preferensi yang distandarkan (w i / S&w i ) Jenis pakan yang disukai surili dianalisis dengan menggunakan asumsi bahwa semakin tinggi frekuensi surili mengkonsumsi suatu jenis pakan, maka jenis pakan tersebut semakin disukai oleh surili. Hubungan antara frekuensi keberadaan surili dengan jenis pakan diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan uji Chi-square (Khi-kuadrat), dengan persamaan sebagai berikut:

14 35 X?ù?á?»?» =?Ò?O - E??á E O E = frekuensi pengamatan = frekuensi harapan Batasan yang digunakan adalah jika?á 2 hit >?á 2 (0.05, k-1) maka terdapat preferensi habitat dan jika?; 2 hit <?á 2 (0.05, k-1) maka tidak terdapat preferensi habitat. Hipotesis yang dibangun dalam analisis ini adalah: H 0 H 1 : Frekuensi kunjungan surili untuk makan sama untuk semua jenis pakan : Frekuensi kunjungan surili untuk makan tidak sama untuk seluruh jenis Analisis jenis pohon tempat tidur surili Preferensi jenis pohon tidur surili akan dibahas menggunakan analisis secara deskriptif. Parameter yang dianalisis berupa karakteristik jenis pohon yang disukai, berupa tinggi pohon, ketinggian pohon yang digunakan surili ketika memilih posisi tidur serta diameter pohon Analisis kerapatan jenis tumbuhan Analisis kerapatan yang dilakukan berdasarkan persamaan kerapatan menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), sebagai berikut:?á??????????????????????????????????? Analisis keanekaragaman jenis tumbuhan Untuk mengetahui keanekaragaman jenis pakan digunakan pendekatan indeks Keragaman Shannon-Wiener (Ludwig & Reynolds 1988) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: H?á = -}?}?}?á. ln?}?á Keterangan : H = indeks Keragaman Shannon-Wiener p i = proporsi jumlah individu ke-i (n i /N)

15 Analisis pola sebaran pakan surili Analisis pola sebaran spasial bagi vegetasi pakan surili dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi spesies dalam penggunaan ruang. Pola sebaran spasial ditentukan dengan menggunakan pendekatan indeks penyebaran Morisita (Krebs 1989) sebagai berikut:?f?f =?f?³s³??á -á s³??³?*s*?&?*?á -á s*?& Id n x 2 x = Derajat penyebaran Morisita = Jumlah unit contoh = Jumlah kuadrat dari total individu suatu jenis pada suatu komunitas = Jumlah total individu suatu jenis pada suatu komunitas Uji statistik spasial, sebagai berikut: χ Mu = keterangan: uji Chi-square dilakukan untuk menentukan pola sebaran n + x i ( x ) 1 i Mu = indeks Morisita untuk pola sebaran seragam (uniform) 2 χ = Nilai chi-square pada db (n-1), selang kepercayaan 97.5%. x i = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i. n = Jumlah unit contoh Untuk menentukan derajat pengelompokkan (clumping index) suatu spesies maka dihitung dengan menggunakan persamaan: χ Mc = keterangan: n + x i ( x ) 1 i Mc = indeks Morisita untuk pola sebaran agregatif (clumped) 2 χ = Nilai chi-square pada db (n-1), selang kepercayaan 97.5%. x i = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i. n = Jumlah unit contoh a). Standar derajat Morisita (Ip) dihitung dengan empat rumus sebagai berikut: Bila Id Mc > 1.0, maka dihitung: Id Mc Ip = n Mc

16 37 b). c). d). Bila Mc> Id 1.0, maka dihitung: Id 1 Ip = 0. 5 Mc 1 Bila 1.0>Id>Mu, maka dihitung: Id 1 Ip = 0. 5 Mu 1 Bila 1.0 > Mu >Id, maka dihitung: Id Mu Ip = Mu Pola sebaran jenis-jenis pada suatu komunitas tumbuhan berdasarkan nilai Ip mengikuti kaidah keputusan sebagai berikut: Bila Ip = 0, maka pola penyebaran acak (random) Bila Ip > 0, maka pola penyebaran mengelompok (clumped) Bila Ip < 0, maka pola penyebaran merata (uniform) Analisis kemerataan jenis pakan surili Tingkat kemerataan jenis pakan surili pada seluruh unit contoh pengamatan dianalisis dengan menggunakan pendekatan indeks kemerataan (evenness) berdasarkan Ludwig dan Reynolds (1988) melalui persamaan sebagai berikut:?å=?w'w ln?d E = nilai evenness (0-1) H = indeks keragaman Shannon-Wiener S = jumlah jenis

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

12/29/2010. PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT TAPIR (Tapirus indicus Desmarest 1819) DI RESORT BATANG SULITI- TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT

12/29/2010. PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT TAPIR (Tapirus indicus Desmarest 1819) DI RESORT BATANG SULITI- TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT TAPIR (us indicus Desmarest 1819) DI RESORT BATANG SULITI- TAMAN NASIONAL KERINCI-SEBLAT Dieta Arbaranny Koeswara / E34050831 1. Latar Belakang Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan November 010 sampai dengan bulan Januari 011 di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Peta lokasi pengamatan dapat dilihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Taman Nasional Lore Lindu, Resort Mataue dan Resort Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri. Gambar 3.1. Peta Kerja

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal hutan kerangas yang berada dalam kawasan Hak Pengusahaan Hutan PT. Wana Inti Kahuripan Intiga, PT. Austral Byna, dan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PEELITIA 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Peleng Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilakukan pada empat tipe habitat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk membuat model kesesuaian habitat orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) dilakukan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang pola sebaran, kerapatan edelweis (Anaphalis javanica) serta faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian didasarkan pada penelitian Botanri (2010) di Pulau Seram Maluku. Analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu hutan kerangas primer (Rimba), hutan kerangas sekunder (Bebak)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 hingga Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di daerah Semenanjung Ujung Kulon yaitu Cigenter, Cimayang, Citerjun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode belt transek. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mempelajari suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus, Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa Namang, dan Hutan Dusun Air

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Vegetasi 5.1.1. Kondisi Habitat Daerah Aliran Sungai Analisis vegetasi dilakukan pada tiga lokasi dengan arah transek tegak lurus terhadap Hulu Sungai Plangai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur selama 9 hari mulai tanggal

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung 21 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung Balak Resort Muara Sekampung Kabupaten Lampung Timur. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor untuk menganalisis sifat fisik tanah. Pengukuran lapang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekrekan (Presbytis comata fredericae Sody, 1930) merupakan salah satu primata endemik Pulau Jawa yang keberadaannya kian terancam. Primata yang terdistribusi di bagian

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 15 4 METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (Mei Juni 2012) di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar, Bogor, Jawa Barat. Lokasi studi secara administratif terletak di wilayah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian autekologi Myristica teijsmannii dilakukan di kawasan hutan campuran dataran rendah Cagar Alam Pulau Sempu (CAPS), Jawa Timur. Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur 11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian 12/20/2011. Tujuan. Manfaat

METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian 12/20/2011. Tujuan. Manfaat Priska Rini Herdiyanti E34104056 Holoparasit dan Diaceous Dosen Pembimbing: Dr.Ir.Lilik B Prasetyo, MSc. Dr.Ir.Agus Hikmat, MSc.F CagarAlam Leuweung Sancang Tumbuhan langka DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4 Peta area studi Resort Cibodas TNGGP

METODOLOGI. Gambar 4 Peta area studi Resort Cibodas TNGGP IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu pada bulan Mei 2012 di kawasan Resort Pengelolaan Taman Nasional Model Mandalawangi pada Seksi Pengelolaan Taman Nasional

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat Dengan demikian, walaupun kondisi tanah, batuan, serta penggunaan lahan di daerah tersebut bersifat rentan terhadap proses longsor, namun jika terdapat pada lereng yang tidak miring, maka proses longsor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, terdiri dari tiga tahapan kegiatan: Tahap

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Nopember 2010. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya, Provinsi

Lebih terperinci

RIZKY ANDIANTO NRP

RIZKY ANDIANTO NRP ANALISA INDEKS VEGETASI UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KERAPATAN VEGETASI HUTAN GAMBUT MENGGUNAKAN CITRA AIRBORNE HYPERSPECTRAL HYMAP ( Studi kasus : Daerah Hutan Gambut Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu bulan di blok Krecek, Resort Bandialit, SPTN wilayah II, Balai Besar Taman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga September 2010 dan mengambil lokasi di wilayah DAS Ciliwung Hulu, Bogor. Pengolahan data dan analisis

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN Potensi Sagu Indonesia BESAR Data Potensi Kurang Latar Belakang Sagu untuk Diversifikasi Pangan Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi penyebaran sagu di Pulau Seram Menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. B. Alat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, TINJAUAN PUSTAKA Cagar Alam Dolok Sibual-buali Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan Suaka Alam ialah kawasan hutan yang karena sifatnya diperuntukkan secara khusus untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya Desa Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Gambar

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Ada 3 data utama yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang pertama adalah data citra satelit Landsat 7 ETM+ untuk daerah cekungan Bandung. Data yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat (Gambar 2).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Pada bulan September 2013 sampai dengan Oktober 2013. B. Alat

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

PEMETAAN KESESUAIAN HABITAT OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

PEMETAAN KESESUAIAN HABITAT OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK Media Konservasi Vol. XII, No. 1 April 2007 : 1 9 PEMETAAN KESESUAIAN HABITAT OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (Habitat Suitability Mapping of Sylvery Gibbon

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Dramaga, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat (Gambar 4.1). Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yakni dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District Ridwansyah, Harnani Husni, Reine Suci Wulandari Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 10 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 dan berakhir pada bulan Oktober 2011. Penelitian ini terdiri atas pengamatan di lapang dan analisis

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sungai Luar Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang pada bulan April 2014 dapat dilihat pada (Gambar 2). Gambar

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki kekayaan spesies burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies burung

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan dan Distribusi Sagu (Metroxylon Spp.) di Pulau Seram, Maluku Penutupan lahan dan penggunaan lahan di Pulau Seram sesuai dengan hasil analisis dari peneliti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011. B. Objek dan Alat Penelitian Objek pengamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 17 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai Juni 2008 hingga Agustus 2008 di kawasan hutan Batang hari, Solok selatan, Sumatera barat. Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci