BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak memadai, ditunjukan dengan hasil survei EOS pada kisaran angka antara 2,36 s.d. 3,55 (dalam skala 5). Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperbaiki pelaksanaan corporate entrepreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung adalah: - Orientasi Individu di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung menunjukkan nilai terendah di antara dimensi-dimensi lainnya, dengan nilai 2,36. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung kurang bersifat entrepreneurial. Kondisi ini muncul dikarenakan : Karyawan dalam melakukan pekerjaannya hanya berpatokan pada pedoman yang sudah disusun Karyawan hanya berusaha mengikuti saja peraturan yang berlaku di organisasi Lebih memilih penilaian standar gaji yang pasti-pasti saja, sehingga tidak berkeinginan untuk menambah performa/ ide-ide kerja baru Karyawan merasa nyaman dengan lingkungan organisasi yang terstruktur seperti yang terdapat di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. - Dalam hal pengambilan risiko, karyawan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung terlalu berhati-hati untuk tidak berbuat salah. Dalam hal ini Politeknik Manufaktur Negeri Bandung harus dapat mendorong karyawannya untuk berani mengambil risiko dan tidak terlalu konservatif apabila organisasi melihat peluang yang diyakini dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi. - Fleksibilitas sangat diperlukan oleh organisasi agar dapat mengalokasikan sumber daya dengan cepat untuk dapat menangkap peluang yang merupakan faktor penting dalam menentukan kesuksesan organisasi. Rendahnya fleksibilitas akan 69
memberi dampak terhadap kemampuan organisasi untuk merespons terhadap perubahan situasi global yang sedang terjadi. - Politeknik Manufaktur Negeri Bandung telah memiliki rencana strategi yang jelas tetapi dilevel penerapannya masih kaku. Dari hasil survei terlihat bahwa organisasi kurang bisa membiarkan strategi tumbuh dan berubah mengikuti perubahan tren pasar. Dari analisis dimensi Kondisi Organisasi didapat kesimpulan : Kinerja Politeknik Manufaktur Negeri Bandung berada pada level di atas rata-rata dibanding kompetitornya, dengan nilai 3,51 Pemberdayaan SDM di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dinilai 3,03 (ratarata) oleh para karyawannya. Dalam hal Inovasi, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dinilai nilai 2,94 (ratarata) oleh para karyawannya. Dalam hal penggajian, 51% karyawan menilai bahwa organisasi telah memberikan gaji sesuai dengan kinerja. Dari analisis dimensi Tentang Saya didapat kesimpulan: Kurangnya kreatifitas dan kemampuan bekerja secara mandiri para karyawan, dengan nilai 3,12 Rendahnya kebanggaan para karyawan terhadap dirinya sebagai orang yang mengerti politik di dalam organisasi, dengan nilai 2,86 Para karyawan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung memiliki keyakinan yang tinggi bahwa entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal dan pembelajaran (nilai 4,35). Hasil ELQ menunjukkan adanya kesenjangan antara kepentingan tiap dimensi dan kenyataan di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung untuk sifat-sifat General Entrepreneurial Leadership (GEL), explorers, miners, accelerators, dan integrators. Dari hasil analisis ini bisa disimpulkan bahwa Politeknik Manufaktur Negeri Bandung lebih membutuhkan pemimpin dengan tipe katalis (integrators, accelerators) dan tipe aktivis explorers, yang ditunjukkan oleh adanya kesenjangan yang nyata dimana nilai I (important) lebih tinggi dari nilai F (frekuensi). Adapun 70
kesenjangan yang terjadi pada tipe (1) integrators 20,73 (F/I=64,33%), (2) accelerators 10,57 (F/I=75,47%) dan (3) explorers sebesar 10,47(F/I=72,76%). Hal ini membuktikan bahwa jajaran managemen jarang mempraktekan sifat-sifat yang dinilai dalam dimensi ini meskipun karyawan menilai sifat-sifat manajerial tersebut penting. 4.2 Rekomendasi Di usianya yang telah mencapai 32 tahun, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dituntut untuk tetap exist ditengah-tengah persaingan institusi pendidikan yang semakin ketat. Pendekatan yang bisa dilakukan oleh Politeknik Manufaktur Negeri Bandung untuk bisa tetap competitive adalah dengan pendekatan corporate entrepreneurship. Berikut rekomendasi yang ditawarkan oleh peneliti dalam kaitannya dengan implementasi corporate entrepreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung : Untuk menciptakan iklim intrapreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, perlu dikembangkan lingkungan yang bersifat entrepreneurial dan karakteristik kepemimpinan yang bersifat entrepreneurial. Lingkungan yang terlalu birokratis akan menghambat jiwa intrapreneur para karyawan. Walaupun tetap bisa menghasilkan keuntungan dan tetap beroperasi pada tingkat efisiensi, organisasi menjadi kehilangan daya inovasi mereka, yang pada akhirnya tidak memberi value added bagi organisasi. Budaya pengambilan risiko harus lebih ditingkatkan dan bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu: Memotivasi karyawan untuk mewujudkan ide-ide barunya Tidak menghukum karyawan yang gagal dalam mencoba ide barunya. Dalam hal ini sebaiknya karyawan diberi toleransi dan tidak langsung dihukum apabila melakukan kesalahan. Memperbaiki reward system untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam berkreasi dan memberikan ide-ide baru dalam mewujudkan atau menangkap peluang. Jajaran managemen di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung harus meningkatkan entrepreneurial leadership mereka untuk menyamakannya dengan harapan para karyawan, yang pada akhirnya bisa memberikan value 71
added bagi organisasi. Dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mendapatkan pemimpin yang memiliki entrepreneurial leadership seperti yang diharapkan adalah : Build; yaitu dengan cara membangun entrepreneurial leadership jajaran managemen di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung melalui penyelenggaraan pelatihan-pelatihan berbasis intrapreneurial leadership bagi para jajaran managemen, baik oleh internal organisasi atau dengan bantuan pihak/lembaga profesional. Buy; yaitu dengan cara mendatangkan/mempekerjakan orang dari luar lingkungan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dengan sifat-sifat entrepreneurial yang diharapkan untuk duduk di jajaran managemen. Kesenjangan yang muncul dalam penilaian ELQ dapat diminimalkan melalui suatu sistem yang memungkinkan karyawan bisa mengkomunikasikan harapanharapannya terhadap pihak manajemen, misalnya saja dengan menggunakan penilaian 360 degrees feedback yang berfokus pada intrapreneurial leadership. 72
4.3 Rencana Implementasi Dari hasil analisis terhadap survei EOS dan ELQ yang dilakukan di Politeknik Manufaktur negeri Bandung, maka rencana implementasi perbaikan budaya corporate entrepreneurship bisa dilakukan melalui langkah-langkah seperti yang terlihat pada Gambar 4.1. Cross Functionality & support for new idea Integrators& accelerators Explorers Focus - Recruitment - Training - Idea box - Work environment - Empowerment of individuals - 360 degrees feedback Personal Orientation - Creative idea - Loyalty Flexibility, speed & Risk Aversion Innovation Opportunities Performance based Career path - Risk management - Tolerance for failure - Reward system - Availability of resources - Management support - Recognition for creative work - Decentralized decision making Corporate Entrepreneurship as a sustainable competitive advantage Gambar 4.1. Langkah Implementasi Perbaikan Budaya Corporate Entrepreneurship di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 73