BAB III SOLUSI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang yang harus difokuskan. Penelitian dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Cabang ITB. Penelitian dilakukan dengan memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreeurial Leadership Questionaire), tetapi penelitian ini hanyalah sebatas masukan atau input, hal ini disebabkan karena perubahan yang akan dilakukan berdasarkan survei yang telah dilakukan para pegawai BNI dan pihak manajerial akan dirundingkan kembali sebelum diambil suatu keputusan. Merekalah yang akan menentukan nasib perusahaan mereka sendiri Metodologi Solusi Bisnis Metode penelitian dilakukan dengan dua cara. Metode pertama adalah EOS yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengukur orientasi entrepreneurial secara keseluruhan dalam perusahaan. Sedangkan ELQ adalah metode yang digunakan untuk mempelajari perilaku entrepreneurial dari manajer perusahaan. Metode penelitian ini dilakukan seperti yang terdapat pada buku Business Research Methods (Cooper dan Schindler, 2003). Susunan langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 37

2 Gambar 3.1 Skema Tahapan Solusi Bisnis Tinjauan Pustaka Menurut Cohen (2002), di dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif saat ini serta perubahan lingkungan yang begitu cepat maka corporate entrepreneurship merupakan hal yang mutlak diimplementasikan semua perusahaan yang ingin bertahan untuk jangka waktu lama. Entrepreneur yang berada dalam perusahaan sering disebut sebagai intrapreneur. Seorang intrapreneur akan lebih sering berbenturan dengan peraturan-peraturan perusahaan ketimbang dengan entrepreneur. Ia harus memiliki kepercayaan diri dalam hal menangani perubahan. Yang terberat adalah ia harus bisa memimpin para pegawainya untuk percaya bahwa perubahan-perubahan yang inovatif 38

3 akan membawa suasana baru bagi perusahaan dengan risiko akan kehilangan pekerjaannya sendiri. Terdapat 3 tipe dari corporate entrepreneurship (Stopford & Baden-Fuller, 1994), yaitu : 1. Menciptakan bisnis baru di dalam organisasi/perusahaan yang sudah ada, pelakunya biasanya disebut corporate venturing atau intrapreneurship ( Stopford & Baden-Fuller, 1994) 2. Upaya transformasi atau pembaharuan terhadap organisasi yang sudah ada, hal ini bisa disebut sebagai upaya inovasi, misalnya mengimplementasikan metode baru guna memecahkan masalah yang ada. 3. Tipe terakhir adalah pengubahan kerangka kerja/frame breaking atau perubahan yang tidak terstruktur/discontinous change. Hal ini disebut juga mengganti peraturan yang sudah ada dalam kompetisi (Stopford & Baden-Fuller, 1994), Tipe seperti ini hanya melakukan inovasi dari sisi persepsi saja. Menurut Jennings dan Lumpkin (1989:489) Corporate entrepreneurship adalah usaha pengembangan terhadap produk baru. Sedangkan menurut Nielsen, Petter dan Hisrich (1985) intrapreneurship merupakan usaha perusahaan/organisasi untuk menyempurnakan proses kerja yang ada dalam organisasi/perusahaan tersebut untuk meningkatkan profit perusahaan. Jika perusahaan sering melakukan inovasi tentunya hal ini akan menarik perhatian pasar dan bukan tidak mungkin jika nantinya perusahaan akan menjadi yang terdepan. 39

4 Thornberry (2006) dalam bukunya Lead Like an Entrepreneur menyusun EOS secara umum menjadi 10 kategori utama. Berikut adalah keterangan mengenai masing-masing kategori. a. Umum, adalah bagian survei yang dilakukan dengan tujuan melihat kondisi perusahaan secara umum dari sisi corporate entrepreneurship. b. Rencana strategi, adalah bagian survei yang dilakukan dengan tujuan mengetahui budaya perusahaan yang berkaitan dengan upaya perencanaan strategi perusahaan, apakah sudah memiliki ciri-ciri sebagai perusahaan yang berjiwa entrepreneurial. c. Cross functionality, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu hubungan antar fungsi dalam perusahaan. d. Dukungan terhadap ide-ide baru, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu perilaku perusahaan dalam mendukung ide-ide baru yang merupakan pencerminan budaya entrepreneurial. e. Intelijen pasar, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam melihat peluang, kebutuhan dan trend pasar. f. Pengambilan risiko, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu mengenai perilaku perusahaan dalam keberanian mengambil risiko, yang merupakan pencerminan budaya entrepreneurial. g. Kecepatan, adalah bagian survei yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan mengenai kecepatan perusahaan dalam menangkap peluang dan merespon hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan. h. Fleksibilitas, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu mengenai perilaku orang-orang dalam perusahaan yang berhubungan dengan fleksibilitas perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan. 40

5 i. Fokus, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu mengenai perilaku orang-orang dalam perusahaan yang berhubungan dengan fokus dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. j. Orientasi ke masa depan, adalah bagian survei yang bertujuan untuk mencari tahu mengenai perilaku orang-orang di perusahaan memandang masa depan dalam pencapaian perilaku entrepreneurial. Menurut Thornberry (2006) tipe kepemimpinan ada 2 macam, yaitu tipe katalis dan tipe aktivis. Tipe katalis adalah pemimpin yang dapat membangun suasana entrepreneurial sehingga karyawan mempunyai semangat dalam melakukan inovasi. Tipe ini terdiri dari accelerator, tipe karakter yang membina suatu unit, dan integrator, yaitu tipe karakter yang memegang kekuasaan di level senior management. Sedangkan tipe aktivis lebih berdekatan dengan pasar dalam posisinya dan mementingkan efisiensi. Tipe ini terdiri dari explorer, tipe yang berfokus pada pasar, dan miner yang berfokus pada bagian operasional. Gambar di bawah ini menunjukkan tipe-tipe pemimpin tersebut. Gambar 3.2 Karakteristik Kepimimpinan menurut Thornberry (2006) 41

6 3.1.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Teknik Pengumpulan Data Pada proses pengumpulan data dilakukan pembagian kuesioner. Kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini berupa serangkaian pertanyaan bagi pihak yang bersangkutan/responden, dan juga dilakukan wawancara singkat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah munculnya hasil pengukuran atas dimensi-dimensi corporate entrepreneurship Teknik Pengukuran Variabel Menurut Cooper dan Schindler (2003) dalam pengukuran variabel penelitian yang dicari, digunakan penerapan skala. Skala tersebut adalah prosedur penerapan angka-angka atau simbol-simbol kedalam kumpulan objek penelitian, dengan tujuan memberikan karakteristik angka (kuantitatif) terhadap objek yang diteliti. Penetapan skor atau skala pada masing-masing item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti diukur memakai skala Likert, yaitu skala yang berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu hal. Skala Likert termasuk salah satu variasi dari summated rating scale yang banyak dipakai. Skala Likert yang umum dipakai mempunyai lima poin dalam pengukurannya, yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju (Cooper & Schindler, 2003, pg 253). Mengikuti bentuk EOS dan ELQ dari Thornberry maka model skala likert dengan lima nilai pengukuranlah yang dipakai. 42

7 Selanjutnya data yang dipakai diolah untuk menghasilkan kesimpulan dari dimensi yang diukur. Tampilan hasil olahan akan dilakukan dalam bentuk diagram radar. 3.2 Analisis Solusi Bisnis Uji Validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat dipakai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006). Validasi adalah derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Contohnya bila seseorang ingin mengukur tinggi badannya, maka akan digunakan meteran ataupun alat ukur lain. Sekiranya alat ukur digunakan adalah kuesioner, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya (Umar, 1999). Pengukuran yang dilakukan pada uji validitas: Yang harus dilihat adalah nilai koefisien korelasi yang ada antara jumlah skor faktor (item) dan skor total. Taraf signifikan 5% dipakai untuk item-item yang tidak berkolerasi yang secara signifikan dinyatakan gugur. Koefisien korelasi berkisar antara 0,50 maka hasil ini dapat dikatakan cukup memuaskan. Koefisien korelasi < 0,30 maka hasil ini dapat dikatakan tidak memuaskan atau tidak valid. Oleh karena itu jika ada item yang tidak valid maka harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2006). 43

8 3.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen-instrumen dalam dunia ilmu sosial sudah ada yang baku (standar) karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Namun masih banyak yang belum baku bahkan belum ada. Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujung bila dipakai berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliable) tapi tidak selalu valid. Tidak validnya terjadi karena instrumen (meteran) tersebut sudah rusak. Reliabilitas disini maksudnya adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliable atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6 (Sekaran, 1992:287 dan Maholtra, 1996:304). Koefisien Cronbach s alpha merupakan model internal consistency score berdasarkan korelasi antara item-item yang ekivalen dan juga merupakan sebuah alat ukur penting untuk mengukur sebuah instrumen psikometrik. Korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama dapat diinterpretasikan dengan Cronbach s alpha (Wikipedia,2007). Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Besarnya koefisien reliabilitas ini berkisar antara 0,0-1,0. 44

9 Sedangkan koefisien Cronbach s alpha ditunjukkan dengan rumus: α = k. r 1 ( k 1) r Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach s alpha k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain r = rata-rata korelasi antara variabel manifes Menurut Guilford dalam Asisthariani (2007), hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas dapat diklasifikasikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan Nilai Koefisien Tingkat korelasi < 0,2 Tidak ada 0,2 0,4 Rendah 0,4 - < 0,7 Sedang 0,7 - < 0,9 Tinggi 0,9 - < 1 Tinggi Sekali 1 Sempurna Hasil akhir di bawah merupakan hasil perhitungan dari koefisien korelasi dan Cronbach s Alpha sebagai nilai dari uji validasi dan reliabilitas dari kuesioner EOS. Hasilnya tergambar pada Tabel 3.2 berikut ini: 45

10 Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Nilai Cronbach s Alpha dan koefisien korelasi (r) No Nama Items Cronbach s alpha Mean Items (skala 0-1) (skala 1-5) 1 General 0,774 3,680 2 Rencana strategi 0,806 3,475 3 Cross functional 0,746 4,186 4 New idea 0,742 3,758 5 Market intelligent 0,801 3,913 6 Risk taking 0,835 2,919 7 Fleksibilitas 0,800 3,256 8 Speed 0,798 3,814 9 Focus 0,812 3, Future 0,805 3, My company 0,784 4, Orientasi individu 0,828 2,863 Sumber : Proyek Akhir Yasalini KD, 2007 Variabel pada EOS dapat dinyatakan reliable dalam penelitian karena tingginya rentang nilai Cronbach s Alpha yang diperoleh Analisis dan Interpretasi Hasil EOS (Entrepreneurial Orientation Survei) Tujuan EOS adalah untuk mempelajari dimensi dimensi kunci dari Corporate Entrepreneurship di suatu perusahaan. Dimensi-dimensi kunci yang dimaksudkan adalah budaya perusahaan secara umum, rencana strategi, crossfunctionality, dukungan terhadap ide-ide baru, intelijen pasar, keberanian untuk mengambil risiko, kecepatan, fleksibilitas, fokus, orientasi pada masa depan dan orientasi individu. Penerapan skala Likert pada instrumen EOS menyebabkannya memiliki rentang presepsi sebagai berikut: 46

11 Tabel 3.3 Rentang Persepsi EOS Persepsi Rentang Sangat rendah Rendah Rata-rata Tinggi Sangat tinggi Hasil penghitungan EOS yang dilakukan di PT Bank Negara Indonesia, Tbk. secara umum ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut ini: Kategori Tabel 3.4 Hasil Perhitungan EOS 1 Nilai yang diharapkan Nilai kondisi saat ini Umum Rencana Strategi Cross Functionally Dukungan Intelejen Pasar Resiko Kecepatan Fleksibilitas Fokus Masa Depan Untuk kategori Orientasi Individu, Kondisi Perusahaan, dan Tentang Saya, nilai yang diharapkan tidak digunakan. Oleh karena itu nilai kondisi saat ini diisi oleh responden untuk ketiga kategori tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada tabel perhitungan EOS 2. Kategori Tabel 3.5 Hasil Perhitungan EOS 2 Nilai kondisi saat ini Orientasi Individu 2.24 Kondisi Perusahaan 4.1 Tentang Saya

12 Gambar 3.3 Karakteristik Budaya PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Dari hasil yang didapat budaya intrapreneurship di BNI masih kurang baik. Ini disebabkan karena nilai yang diperoleh 2,24 (tidak setuju) hingga 4,10 (setuju). Dimensi-dimensi yang bernilai rendah inilah yang merupakan indikator bahwa budaya intrapreneurship masih perlu ditanamkan di PT Bank Negara Indonesia. Sayangnya dimensi orientasi individu memiliki nilai terendah dengan skor 2,24. Hal ini menunjukkan masih rendahnya cara pandang individu pegawai BNI terhadap entrepreneurship. Sedang dimensi dengan nilai tertinggi adalah kondisi perusahaan dengan nilai 4,10 yang menunjukkan bahwa kondisi manajemen perusahaan telah cukup banyak mendukung tindakan entrepreneurial di dalam BNI Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Perusahaan secara Umum. Untuk dimensi umum BNI memperoleh nilai 2,84. Hal ini menunjukkan ratarata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan secara umum kondisi perusahaan saat ini yang berkaitan dengan intrapreneurship, 48

13 yang artinya kondisi PT Bank Negara Indonesia terutama yang berkaitan dengan corporate entrepreneurship masih sangat kurang. Hasil perhitungan dimensi umum dapat dilihat pada Tabel 3.6. No 1 2 Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Dimensi Umum Item Menekankan pengendalian anggaran secara ketat (-) Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting (+) Yang Diharapkan Kondisi saat ini Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru (+) Menyediakan dana untuk ide-ide yang benarbenar bagus (+) Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran (-) Jika kita lihat tabel diatas maka nilai terendah (1,60) di dapat oleh penyataan Menekankan pengendalian anggaran secara ketat. Hal ini disebabkan karena masih sangat bergantungnya PT Bank Negara Indonesia pada regulasi pemerintah. Sehubungan komposisi kepemilikan mayoritasnya oleh pemerintah menjadikan keputusan strategis perusahaan harus mendapat persetujuan pemerintah. Bahkan untuk melepas lagi sebagian sahamnya ke pasar modal BNI harus mendapatkan persetujuan dari DPR-RI (Dewan Perwakilan Rakyat-Republik Indonesia) Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Rencana Strategi Pada dimensi rencana strategi BNI memperoleh nilai 2,76. Nilai ini merupakan indikator bahwa pada dimensi rencana strategi PT. Bank Negara Indonesia, 49

14 Tbk. masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Hasil perhitungan dimensi rencana strategi dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Dimensi Rencana Strategi No 1 2 Item Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal (-) Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar (+) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan (-) Tidak mempunyai rencana yang jelas (-) Sangat bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi (-) BNI banyak menggunakan proses perencanaan strategi yang formal. Tetapi tampaknya karyawan cukup puas dengan hasil ini, karena nilai saat ini dengan yang diharapkan sama. Dari Gambar 1.5 sebelumnya juga terlihat PT Bank Negara Indonesia telah melaksanakan langkah yang tepat dalam menyusun rencana strategi karena mempunyai rencana yang jelas. Hal ini terlihat dari rencana strategi yang telah disusun perusahaan untuk periode tahun Pada 2006 BNI dapat mencapai pertumbuhan aset sampai dengan total Rp. 169,416 trilliun. Pemfokusan ulang segmen target pasar mereka menjadikan BNI lebih baik dalam memberikan pelayanan pada pelanggannya. Kenyataan ini didukung oleh hasil survei dengan pernyataan no.4 diatas. 50

15 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Cross Functionality Cross functionality mengindikasikan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan hubungan antar divisi atau antar fungsi dalam perusahaan. BNI memperoleh nilai 3,48. Hal ini menunjukkan pada dimensi cross functionality BNI sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan. Hasil perhitungan dimensi cross functionality dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Dimensi Cross Functionality No Item Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen /fungsi (+) Mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain (+) Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah (+) Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi (+) Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM (+) Yang diharapkan Kondisi Saat ini Hal yang telah dilaksanakan cukup baik oleh PT Bank Negara Indonesia adalah mendorong kegiatan rotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan departemen SDM. Hal ini ditangkap oleh hasil survei yang cukup baik dari pernyataan Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi berbeda sebagai bagian dari proses formal dengan skor 4,20. Sebaiknya untuk skor pernyataan no.1 ditingkatkan lagi, sehingga dapat menghasilkan kerjasama lintas departemen yang jauh lebih baik lagi. 51

16 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Dukungan Terhadap Ide Baru Dimensi dukungan terhadap ide baru mengindikasikan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan usaha perusahaan memberi dukungan terhadap sifat-sifat entrepreneurial. BNI memperoleh nilai 3,84. Hal ini menggambarkan pada dimensi dukungan terhadap ide baru PT Bank Negara Indonesia, Tbk. sudah cukup agar selanjutnya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hasil perhitungan dimensi dukungan terhadap ide baru dapat dilihat pada Tabel 3.9. berikut ini. Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Dimensi Dukungan terhadap Ide Baru No Item Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu (+) Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru (+) Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide karyawan (+) Organisasi segan mempertanyakan/mengubah caracara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam menghadapi sesuatu (-) Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru (+) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini Hadirnya divisi/fungsi khusus dalam organisasi yang tanggung jawabnya adalah pengembangan bisnis baru dan inovasi, merupakan salah satu faktor pendorong baiknya dimensi ini. Dalam organisasi PT. Bank Negara Indonesia kita mengenalnya dengan sebutan Divisi perencanaan strategis. Dari hasil survei terlihat skor yang diperoleh untuk pernyataan no.2 cukup tinggi, yaitu mencapai 4,20. 52

17 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Intelijen Pasar Intelijen pasar mengindikasikan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membaca pasar. BNI memperoleh nilai 3,76. Hal ini menunjukkan pada dimensi intelijen pasar PT. Bank Negara Indonesia sudah cukup baik agar selanjutnya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. BNI menerapkan moto MELAYANI NEGERI, KEBANGGAAN BANGSA. serta melakukan survei kepuasan pelanggan dan menyebarkan hasilnya ke luar dan dalam organisasi, sehubungan statusnya yang sudah menjadi perusahaan milik publik. Dari hasil penelitian yang dilakukan memang PT Bank Negara Indonesia selalu melakukan Survei Kepuasan Pelanggan yang disertakannya pada website resmi secara online dan secara off-line. Hasil survei tersebut akan dibahas di Rapat Tinjauan Manajemen yang dihadiri Dewan Komisaris dan Direksi untuk melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Hasil perhitungan dimensi intelijen pasar dapat dilihat pada Tabel No Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Dimensi Intelijen Pasar Item Yang diharapkan Kondisi Saat ini 1 Konsumen adalah raja bagi perusahaan kami (+) Kecuali anda berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang (-) Perusahaan secara rutin melakukan survei kepuasan konsmen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan (+) Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung (-) Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara kami bersama-sama mengahadapinya (+)

18 Intelijen pasar di PT. BNI sudah berjalan cukup baik namun ada hal-hal yang masih perlu ditingkatkan antara lain seperti dorongan terhadap perusahaan untuk melakukan survei kepuasan pelanggan dengan lebih teratur serta bimbingan bagi sebagian karyawan untuk mengetahui siapa para pesaing dan bagaimana cara bersama-sama menghadapinya. Pemahaman akan kebutuhan konsumen seharusnya tidak hanya dikuasai oleh karyawan yang bekerja dan bersentuhan langsung dengan pelanggan. Harapan agar manajemen puncak menyentuh langsung konsumen cukup terlihat baik. Terlihat dari skor 4,0 yang diperoleh pernyataan no4. pada tabel diatas. Pengetahuan para karyawan tentang para pesaingnya juga sangat diperlukan apalagi dengan mulai masuknya bank bank asing yang dapat memberikan fee lebih murah dengan kualitas layanan yang baik, maka seharusnya perusahaan sudah mulai untuk mendorong karyawannya sama-sama mengetahui siapa saja pesaingnya dan cara menghadapinya Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Pengambilan Risiko Dimensi pengambilan risiko mengindikasikan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kemauan perusahaan dalam mengambil risiko untuk menangkap peluang pasar. BNI mendapat skor 2,40. Hal ini menggambarkan pada dimensi dukungan pengambilan risiko PT Bank Negara Indonesia masih kurang, dan perlu ditingkatkan. Untuk menghadapi persaingan dunia bisnis jasa perbankan yang semakin sengit, maka sangat penting bagi perusahaan untuk berani mengambil risiko bahkan menciptakan peluang pasar baru seperti mengejar peluang pemberian kredit (Loan Projects) di luar negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan sindikasi 54

19 dengan instrumen keuangan asing di luar negeri. Hasil perhitungan dimensi pengambilan risiko dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Dimensi Pengambilan Risiko No 1 Item Perusahaan kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). (-) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan (-) Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam (+) Orang-orang yang didalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal (+) Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan risiko dalam perusahaan, namun kenyataannya orang-orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan tersebut (bisa karena di hukum, di pecat, dll). (-) Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. (-) Dari tabel di atas cukup jelas terlihat bahwa pengambilan risiko oleh PT. Bank Negara Indonesia cukup rendah. Karena perusahaan lebih memilih untuk tumbuh dan berkembang secara terencana dan terkontrol (skor 1,20). Orang orang di dalam organisasi tidak punya cukup kebebasan dan keberanian untuk mencoba hal baru dan gagal. Untuk bidang layanan pemberian pinjaman/kredit ketakutan ini cukup beralasan. Setelah melalui pengalaman buruk krisis moneter pada tahun 1998 BNI merasa perlu untuk lebih berhati hati dalam memberikan pinjaman (loan), tercatat lebih dari 24,9 % (Rp milyar) kredit yang dikucurkan pada masa mengalami kemacetan. Hal ini berarti kerugian di pihak BNI. Artinya sebagai bank korporasi (corporate banking) BNI akan memberikan kredit tidak sekedar berdasar pada intuisi semata, namun dengan feasibility study yang 55

20 cermat. Hal lain yang perlu untuk dicermati adalah pilihan untuk tumbuh dengan terencana dan terkontrol telah mematikan kreatifitas mereka. Walau ada sedikit harapan dari karyawan untuk lebih baik lagi. Justru cara ini memperlambat kecepatan mereka dalam menangkap peluang. Tentunya hal ini dilakukan guna menghindari kepailitan seperti yang terjadi pada beberapa bank umum lain Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kecepatan Dimensi ini mencerminkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kecepatan dalam merespon segala sesuatu yang berguna bagi perusahaan. BNI mendapat nilai 3,80. Hal ini menunjukkan pada dimensi kecepatan PT. Bank Negara Indonesia sudah cukup baik tetapi masih perlu ditingkatkan. Hasil perhitungan dimensi kecepatan dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Dimensi Kecepatan No Item Keluhan-keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien (+) Masalah-masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat (-) Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan (+) Konsumen menggambarkan kita sebagai perusahaan yang bergerak cepat (+) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini Kecepatan BNI dilukiskan cukup bagi konsumennya. Untuk itu perusahaan selalu mencoba memperbaiki hal ini dengan mengadakan Survei Kepuasan Pelanggan secara rutin pada situs internetnya. Agar dapat merespon pasar dengan cepat. Karena PT Bank Negara Indonesia termasuk perusahaan terbuka 56

21 yang sedang bertransformasi, maka para manajer mulai diberi hak yang cukup besar dalam membuat keputusan, tetapi hal ini dilakukan dalam rangka agar dapat merespon setiap peluang yang ada maupun keluhan yang datang agar dapat segera ditangani. Harapan para karyawan yang menginginkan agar keluhan dari para konsumen untuk dapat ditangani dengan lebih cepat lagi (skor 4,80), cukup menunjukkan arah BNI sebagai penyedia jasa perbankan yang dituntut sigap dalam menangani segala macam masalah dan keinginan konsumen Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fleksibilitas Dimensi ini mengindikasikan fleksibilitas perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan. BNI mendapat nilai 2,96. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi fleksibilitas PT. Bank Negara Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Hasil skor harapan untuk fleksibilitas sampai 3,36 menunjukkan karyawan BNI mengharapkan terciptanya fleksibilitas yang lebih baik lagi. Hasil perhitungan dimensi fleksibilitas dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Dimensi Fleksibilitas No Item Kami sangat bergantung pada tim ad hoc /jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah. (+) Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. (-) Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas (+) Kami diharapkan untuk mengikuti tahap-tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (-) Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan (+) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini

22 BNI tidak memiliki reaksi lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang dalam pasar, dan BNI juga sering memindahkan orangorang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas. Akan tetapi BNI harus melakukan tahap formal dalam pekerjaan, inilah yang membuat BNI agak sedikit terhambat Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fokus Dimensi ini mengindikasikan fokus perusahaan dalam bertindak sesuai rencana perusahaan. BNI mendapat nilai 3,07. Hal ini menggambarkan pada dimensi fokus PT Bank Negara Indonesia sudah cukup baik, sehingga harus dipertahankan dan perlu ditingkatkan. Skor harapan dimensi fokus yang mencapai 3,37 menunjukkan bahwa responden menginginkan agar BNI jadi lebih fokus lagi terhadap rencana mereka. Hasil perhitungan dimensi fokus dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Dimensi Fokus No Item Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakannya dengan baik. (+) Kita adalah organisasi yang terkotak-kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. (-) Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. (+) Jika anda bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi perusahaan, anda mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda. (-) Kami bersedia mengeluarkan dana, selama itu untuk hal-hal yang benar. (+) Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi perusahaan. (+) Yang Diharapkan Keadaan Saat in

23 BNI saat ini masih menjadi perusahaan yang cukup disegani dalam industri perbankan. Terlebih dengan adanya penataan ulang segmen target dari BNI pada 2004 yang membuat pesaing berpikir panjang sebelum masuk ke segmen yang sama dengan BNI Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Masa Depan Dimensi ini mengindikasikan perilaku perusahaan dalam memandang masa depan perusahaan berkaitan dengan perilaku entrepreneurial. BNI memperoleh nilai 3,60. Hal ini menggambarkan pada dimensi orientasi masa depan PT Bank Negara Indonesia telah cukup. Dengan adanya harapan responden yang mencapai skor 4,04 cukup menunjukkan keinginan karyawan agar BNI dapat menjadi lebih baik lagi. Hasil perhitungan dimensi orientasi masa depan dapat dilihat pada Tabel No 1 Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Masa Depan Item Kami sadar bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang terdepan/terbaik di bidangnya. (+) Yang Diharapkan Kondisi Saat ini Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. (-) Perusahaan kami senang menciptakan pasar yang benarbenar baru berdasarkan produk-produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. (+) Kami cenderung lebih sebagai pengikut / follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. (-) Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba hal-hal baru. (-) Dengan kondisi bisnis yang sangat dinamis seperti sekarang ini tentunya PT. Bank Negara Indonesia sudah harus mulai memikirkan untuk membuka peluang pasar baru melalui peningkatan kompetensi perusahaannya. 59

24 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Individu Dimensi ini mengindikasikan nilai-nilai entrepreneurship diterapkan oleh para karyawan di dalam perusahaan. BNI hanya mendapat nilai 2,24. Hal ini menunjukkan pada dimensi orientasi individu PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. masih sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Hasil perhitungan dimensi orientasi individu dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Individu No Item Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. (+) Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar). (-) Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaik-baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. (-) Kondisi Saat ini Saya sering berkhayal/melamun di tempat kerja. (+) Saya suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo. (+) Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. (-) Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti. (-) Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. (+) Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur/teratur. (-) Berdasarkan survei yang telah dilakukan perhitungan dimensi orientasi individu merupakan dimensi yang dinilai terendah. Sebagian besar karyawan BNI kurang memiliki jiwa entrepreneurial namun pada dasarnya mereka memiliki angan-angan yang cukup tinggi untuk menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri, terlihat dari skor mencolok yaitu 4,60. Pada dasarnya aplikasi jiwa entrepreneurial dalam perusahaan tidaklah harus dengan membuka usaha sendiri. Kedepannya orang orang ini akan membawa kemajuan bagi 60

25 perusahaan karena dengan semangat entrepreneurship, akan terbuka peluangpeluang bisnis bagus yang dapat diambil. Penghargaan yang layak dan pantas untuk individu pemberi inovasi yang merupakan terobosan di BNI sampai hari ini belum ada. Sungguh sangat disayangkan, karena ditengah ketatnya persaingan BNI membutuhkan individu-individu dengan kemampuan untuk berinovasi dan mendatangkan keuntungan besar Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kondisi Perusahaan Dimensi ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh para karyawan terhadap perusahaannya berdasar pada sisi kinerja, pemberdayaan sumber daya manusia, inovasi dan penggajian dibandingkan dengan kompetitornya. Walaupun hanya dimensi tambahan, analisis terhadap kondisi perusahaan secara umum dijelaskan sebagai berikut: Pada kriteria kinerja perusahaan dibanding kompetitornya dapat dilihat pada gambar sbb: Gambar 3.4 Kinerja Perusahaan dibanding Kompetitor Terlihat 27 % karyawan menilai kinerja BNI sudah pada posisi rata-rata, 45 % mengatakan ada diatas rata-rata dan 18% menyatakan BNI sudah memiliki 61

26 kinerja sangat baik. Sehingga disimpulkan sebagian besar karyawan BNI sudah memandang perusahaanya sudah melakukan kinerja yang cukup. Hal ini sesuai dengan konfirmasi dari dimensi fokus yang sudah cukup baik. Dapat diartikan BNI telah berusaha secara konsisten untuk mencapai rencana strategis sebagai perusahaan yang baik dalam kinerja dan layanan. Pada kriteria pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dibanding kompetitornya dapat dilihat sbb: Gambar 3.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terlihat 27% karyawan memandang pemberdayaan SDM di PT. Bank Negara Indonesia berada dalam taraf rata-rata. 40% menyatakan berada pada kondisi diatas rata-rata dan 27% mengatakan dalam keadaan sangat baik. Pemanfaatan SDM yang dipandang baik sesuai dengan konfirmasi dimensi fleksibilitas khususnya pernyataan tentang rotasi karyawan yang mendapat skor 4,60. Pada kriteria inovasi dalam perusahaan dibanding kompetitornya dapat dilihat pada gambar sbb: 62

27 Gambar 3.6 Inovasi Dalam Perusahaan Dari diagram diatas terlihat bahwa 43% karyawan BNI memandang perusahaannya hanya melakukan inovasi dalam batasan rata-rata, kemudian 33% menyatakan telah melakukan inovasi diatas rata-rata dan 18% mengatakan dalam keadaan sangat baik. Besarnya reponden yang menyatakan dalam keadaan rata-rata dan diatas rata-rata, dikonfirmasi oleh dimensi dukungan terhadap ide baru. Terutama pernyataan tentang adanya fungsi khusus dalam organisasi yang berfokus pada pengembangan produk dan usaha baru. Pada kriteria sistem penggajian dibanding kompetitornya dapat dilihat pada gambar sbb: Gambar 3.7 Sistem Penggajian 63

28 Hasil survei menunjukkan ada 53% menyatakan bahwa penggajian di PT. Bank Negara Indonesia berada hampir sama dengan kompetitornya. Lalu 31% menyatakan sesuai kinerja dan 14% mengatakan masih dibawah kompetitor lain. Hal ini menyimpulkan bahwa PT. Bank Negara Indonesia telah cukup baik dalam sistem penggajian Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Dimensi Tentang Saya Dimensi Tentang Saya mengindikasikan karakteristik dan kepercayaan para karyawan yang berkaitan dengan entrepreneurial. BNI mendapat nilai 3,14. Hal ini menggambarkan pada dimensi Tentang Saya PT. Bank Negara Indonesia masih dalam rentang cukup. Hasil perhitungan dimensi tentang saya dapat dilihat pada Tabel No Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Dimensi Tentang Saya Item Saya lebih bangga terhadap keberhasilan dari keahlian teknis saya dibandingkan dengan kemampan saya dalam memimpin Saya lebih memilih menjalankan organisasi yang sudah terorganisasi dan terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan organisasi belum mapan dan tidak terorganisasi Sebagian besar orang di organisasi kami menggambarkan saya sebagai orang yang maverick (pemberani dan independent) Saya bangga terhadap diri saya sebagai orang yang mengerti politik di dalam perusahaan Rekan kerja menggambarkan saya sebagai orang kreatif yang suka kerja sendiri Kondisi Saat ini 6 Saya yakin entrepreneur itu dilahirkan bukan diciptakan Saya yakin entrepreneur dapat belajar beberapa hal namun harus memiliki banyak kualifikasi/ karakter lain yang tepat Saya yakin entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal dan pembelajaran Saya yakin entrepreneur bisa belajar banyak bagaimana menjadi seorang entrepreneur Saya yakin sebagian besar entrepreneur adalah hasil dari pembelajaran dan pengalaman bukan dari karakter personal

29 Para karyawan tidak merasa dirinya sebagai (maverick) orang yang pemberani dan independen (nilai 2,80). Sifat ini sangat diperlukan oleh seorang intrapreneur, misalnya saja dalam hal keberanian mengambil risiko untuk memberikan pinjaman. Dari tabel diatas juga terlihat bahwa karyawan BNI masih merasa bahwa entrepreneur itu di lahirkan bukan diciptakan Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire) Tujuan dari survei ini adalah untuk mengukur tingkat kepentingan dari beragam perilaku, yang pimpinan/supervisor dapat lakukan dan mengukur sampai sejauh mana pimpinan dan supervisor menjalankan perilaku tersebut. Tentu perilaku yang dimaksud tersebut masih berada dalam konteks corporate entrepreneurship. Pada penelitian kali ini ELQ dipakai untuk menilai para manajer dan top management di PT. Bank Negara Indonesia. Sehubungan sedikitnya jumlah middle manager dan top management di BNI kantor cabang ITB, maka penulis menyebarkan ELQ ke seluruh pegawai yang ada. Dari total 60 set ELQ yang dibagikan penulis hanya mendapatkan kembali 57 buah namun hanya 55 set yang telah diisi dengan cermat. Dari data yang diperoleh diharapkan dapat di lihat gambaran jelas dari perilaku entrepreneurial dari para pimpinan di PT. Bank Negara Indonesia, khususnya kantor cabang ITB. Menurut (Thornberry, 2006) penggolongan intrapreneur dibagi menjadi empat tipe, yaitu Miners, Explorers, Accelerators, dan Integrators. Serta sebagai tambahan adalah kategori General Entrepreneurial Leadership (GEL). Klasifikasi tipe-tipe tersebut beserta skalanya yang dikembangkan Neal Thornberry dapat kita lihat sebagai berikut. 65

30 Tabel 3.18 Klasifikasi Tipe Intrapreneur Berdasarkan ELQ Nilai GEL Explorer Miner Accelerator Integrator H M L Setelah melakukan penghitungan dari data ELQ yang dihimpun, didapati hasil seperti yang tertera pada Tabel 3.19 berikut ini. Tabel 3.19 Hasil Perhitungan ELQ PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Cabang ITB TIPE GEL EXPLORER MINER ACCELERATOR INTEGRATOR NILAI SKALA GAP I 33.6 M F 32.8 M 0.80 I 43.2 H F 41 H 2.20 I 33 H F 30.8 H 2.20 I 44.8 H F 42.2 H 2.60 I 63 H F 58.2 H 4.80 Keterangan: I = Importance F = Frequency M = Medium H = High Terlihat bahwa penilaian umum terhadap Explorers, Miners, Accelerators dan Integrators berada pada frekuensi pelaksanaan dan tingkat kepentingan kategori yang sama (High) walaupun tetap ada selisih/gap antara importance dan frequency. Dengan GAP terbesar (4,80) terjadi pada tipe integrators. Untuk tipe GEL hanya berada pada tingkat kepentingan (importance) dan frekuensi medium. Dibawah ini adalah tampilan diagram jaring dari hasil pengolahan data ELQ. 66

31 Gambar 3.8 Karakteristik Kepemimpinan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Skala nilai Dari hasil pengolahan terdapat nilai gap antara kepentingan dan frkuensi terbesar pada tipe Integrator. Tipe entrepreneurial leader ini merupakan pemimpin dengan tujuan bukan hanya menciptakan strategi entrepreneurial bagi perusahaan tapi juga mengemban tanggung jawab mengembangkan sumber daya manusia, struktur organisasi, proses bisnis dan budaya yang tepat untuk mendukung strategi tersebut (Thornberry, 2006). Melihat hasil penelitian diatas dengan gap yang cukup besar, menggambarkan bahwa adanya kebutuhan akan pimpinan yang mengapikasikan corporate entrepreneurship dengan lebih baik. Harapan dari bawahan agar pimpinannya mengaplikasikan jiwa entrepreneurial dengan frekuensi yang lebih tinggi ini menunjukkan di BNI kantor cabang ITB masih mengalami kekurangan pemimpin dengan tipe tersebut, yang mengaplikasikan intrapreneurship. Jika kita kaitkan dengan rendahnya orientasi individual (2,24) dari data EOS maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa orientasi entrepreneurial di BNI cabang ITB masih rendah diakibatkan salah satunya karena ketiadaan figur pemimpin yang cukup berjiwa entrepreneur. Kesimpulan ini cukup beralasan 67

32 sehubungan tipe integrator biasanya adalah pemimpin dengan kekuasaan cukup tinggi di suatu perusahaan. Pengukuran tipe-tipe pemimpi menggunakan ELQ dilakukan dengan memakai sejumlah pertanyaan. Selanjutnya selain GAP/selisih maka untuk menganalisis entrepreneurial leadership di PT. Bank Negara Indonesia digunakan juga persentase dilaksanakannya tiap pernyataan oleh manajer dan top management terhadap tingkat kepentingan pernyataan tersebut (F/I). Tabel 3.20 menunjukkan perbandingan tersebut. Tabel 3.20 Persentase Pemenuhan Tipe Entrepreneurial Leader Pemenuhan F/I (%) GEL explorer miner accelerator integrator Dari tabel diatas terlihat tingkat pemenuhan yang cukup tinggi 90%. Hasil diatas menunjukkan cukup tingginya tingkat pemenuhan oleh para supervisor atau leader Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai General Entrepreneurial Leadership (GEL) Dari survei yang dilakukan penilaian terhadap General Entrepreneurial Leadership (GEL) di BNI, dimana terdapat selisih atau kesenjangan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sesungguhnya sebesar 0,8 dan (F/I = 97,62%). Kesenjangan ini merupakan yang terkecil dibandingkan tipe yang lain. Lebih detil kesenjangan pada tipe GEL dapat dilihat pada Tabel

33 Tabel 3.21 Kesenjangan pada Tipe GEL No Pertanyaan Selisih Mendukung untuk tidak mengikuti peraturan instansi bila dianggap peraturan tersebut menghambat pencapaian tujuan bisnis Menyelesaikan tugas dengan baik walau harus menyimpang dari sistem yang berlaku Dengan yakin tetap melaksanakan cara baru yang menjanjikan, meskipun orang lain mungkin tidak akan melaksanakannya 27 Menciptakan lingkungan yang mendukung pengambilan risiko Mendorong karyawan untuk mengakali birokrasi instansi Secara cepat menggunakan pendekatan berbeda untuk mengatsai hambatan ketika pendekatan lama yang digunakan tidak menunjukkan hasil Menunjukkan sifat- sifat kewirausahaan/ entrepreneurial dalam pekerjaan 34 Secara aktif memerangi birokrasi yang berlebihan dalam instansi Memiliki kemauan untuk mendengarkan saran dari orang lain mengenai bagaimana suatu hal dapat dikerjakan dengan cara berbeda Dari Tabel 3.21 dapat kita lihat kesenjangan terbesar terdapat pada pernyataan pemimpin memiliki kemauan untuk mendengarkan saran dari orang lain mengenai bagaimana suatu hal dapat dikerjakan dengan cara berbeda yaitu 0,40. Kesenjangan ini terjadi karena karyawan BNI mengharapkan pemimpinnya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi namun pada kenyataan masih kurang yang dirasakan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan karyawan BNI mengharapkan seorang pemimpin yang memiliki jiwa kewirausahaan dan mau mendengarkan saran dan ide bawahannya Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai Tipe Explorers Tergambar pada survei bahwa penilaian terhadap pemimpin dengan tipe Explorer di BNI memiliki kesenjangan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sesungguhnya sebesar 2,20, ini merupakan pertanda tipe ini antara tingkat kepentingan dan frekuensi tindakan hampir sama, sedangkan 69

34 persentase pemenuhannya adalah 94,91%. Kesenjangan tiap pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe eksplorer dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.22 Kesenjangan pada Tipe Explorers No Pertanyaan Selisih 1 Meluangkan waktu untuk mengembangkan bisnis baru Memperhatikan kelemahan pesaing dan mencari cara untuk memanfaatkan kelemahan mereka Mendengarkan dan melakukan tindakan atas keluhan konsumen Bersemangat untuk mencari cara- cara baru dalam mengembangkan bisnis Memotivasi bawahan untuk berpikir cara- cara inovatif dalam mengalahkan pesaing Secara efektif meyakinkan atasan tentang ide- ide bisnis baru Menyampaikan kepada bawahan dimana posisi instansi terhadap pesaing Secara aktif mencari peluang- peluang bisnis baru Memastikan bahwa kita memiliki tim yang tepat untuk memanfaatkan peluang bisnis baru 0.07 Tabel diatas memperlihatkan secara jelas bahwa pernyataan secara efektif meyakinkan atasan tentang ide-ide bisnis baru memiliki kesenjangan terbesar yaitu 0,60 diikuti oleh pernyataan meluangkan waktu untuk mengembangkan bisnis baru dengan selisih sebesar 0,53. Dari kedua pernyataan tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa karyawan di PT. Bank Negara Indonesia menginginkan pemimpin yang mampu meyakinkan atasan tentang ide-ide bisnis baru dan mampu meluangkan waktu untuk mengembangkan bisnis baru tersebut. Namun sungguh disayangkan kedua keinginan tersebut belum dapat dipenuhi dengan cukup baik. (Thornberry, 2006) menjelaskan tipe explorers adalah tipe pemimpin yang secara aktif terlibat dalam kegiatan dan aktivitas pembuatan nilai (value-creating). 70

35 Melalui hasil penelitian ELQ diatas didapat bahwa kurang lebih tipe explorers yang ada di BNI saat ini dan mendapat pemenuhan yang cukup baik adalah leader yang memiliki kemampuan menyampaikan pada bawahan bagaimana posisi perusahaan terhadap pesaing dan mampu memastikan bahwa BNI memiliki tim yang tepat untuk memanfaatkan peluang bisnis baru. Hal ini dapat mengindikasikan BNI saat ini memiliki executive yang ahli dalam strategi bisnis dan dukungan sumber daya manusia yang cukup mumpuni di bidang keuangan Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ mengenai Tipe Miners Tergambar pada survei ini bahwa penilaian terhadap pemimpin dengan tipe Miners di BNI memiliki kesenjangan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sesungguhnya sebesar 2,20 ini merupakan indikasi tipe ini antara tingkat kepentingan dan frekuensi tindakan masih ada beda, sedangkan persentase pemenuhannya (F/I) adalah 93,33%. Kesenjangan tiap pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tipe miners dapat dilihat lebih detil pada Tabel Menurut Thornberry (2006), pemimpin dengan tipe miners adalah pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneurial mirip dengan tipe explorers akan tetapi mereka tidak memfokuskan energinya pada pasar secara langsung. Miners justru melakukan penataan ulang terhadap aset yang sudah ada pada perusahaan dan value chain sehingga dapat menciptakan nilai preposisi baru untuk para pelanggan. Tentu akhir dari ini semua adalah tumbuhnya perusahaan dengan baik. Sering kali miners melakukan efisiensi biaya/cost cutting dalam usaha menciptakan nilai baru untuk para pelanggan. Cost cutting hanya dapat dikatakan sebagai entrepreneurial jika menciptakan pertumbuhan organik dan nilai ekonomis bagi perusahaan. 71

36 Tabel 3.23 Kesenjangan pada Tipe Miners No Pertanyaan Selisih 6 7 Secara positif berkomunikasi dengan atasan menyangkut hal- hal yang bisa dilakukan dengan lebih baik Mencari cara- cara kreatif dalam mengatur dan menggunakan aset dan sumber daya instansi Memastikan bahwa kepentingan konsumen diperhatikan ketika kita membuat perubahan dalam organisasi Mengajak bawahan untuk secara kreatif menemukan cara menghasilkan lebih dengan ongkos rendah Menganalisis sumber daya, proses, dan aliran kerja untuk hasil yang lebih baik bagi instansi dan konsumen Mengharapkan bawahan untuk secara konstruktif mengidentifikasi dan memecahkan masalah- masalah lintas organisasi Mendukung bawahan dalam mengusahakan perubahan demi perbaikan kerja Dari hasil penyebaran ELQ diatas terlihat gap terbesar ada pada pernyataan no 6 dan 7. Dimana terlihat karyawan BNI khususnya leader masih kurang mampu untuk mencari cara-cara kreatif dalam mencari, mengatur dan menggunakan aset dan sumber daya instansi. Juga kekurangmampuan mereka untuk secara positif berkomunikasi dengan atasan menyangkut hal-hal yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Hal yang cukup menggembirakan adalah adanya zero gap yang berarti terpenuhinya kebutuhan akan pimpinan yang mengharapkan bawahan untuk secara konstruktif mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah lintas organisasi Analisis dan Interpretasi Hasil Tipe Accelerator Tergambar pada survei ini bahwa penilaian terhadap pemimpin dengan tipe Accelerators di BNI memiliki kesenjangan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sesungguhnya sebesar 2,60 ini merupakan indikasi tipe ini antara tingkat kepentingan dan frekuensi tindakan masih ada perbedaan, sedangkan 72

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian yang menggunakan instrumen Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dapat dinyatakan bahwa secara umum corporate

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. Graves, D., (1986) Corporate Culture Diagnosis and Change: Auditing and Changing the Culture

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Adonisi,Mandla, 2003, The Relationship Between Corporate Entrepreneurship, Market Orientation, Organisational Flexibility and Job Satisfaction, University of Pretoria, South Africa. Christensen,Karina,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung. DAFTAR PUSTAKA Asisthariani (2007) Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS dan ELQ. Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: 29105344 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Mandiri berupaya untuk menjadi dominant specialist bank pada tahun 2010.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin.

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin. DAFTAR PUSTAKA Aucion, P., 1990. Administrative Reform in Public Management: paradigms, principles, paradoxes and pendulums, Governance, Vol. 3., No. 2., p. 116. Biantong, Alvin T, 2007. Analisis Budaya

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS : KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG UTAMA WILAYAH JABODETABEK PT BANK CENTRAL ASIA TBK PROYEK AKHIR Oleh: RIFNI IVANA AZIS 29105006 Program Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam menjelaskan dan menjawab permasalahan yang dikemukakan, diperlukan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data yang tepat dan akurat agar tujuan dari penelitian dapat

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data adalah Bank Bukopin cabang Esa Unggul yang bertempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket 1) Validitas Pengujian validitas penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjukkan sejauh mana alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy terhadap kinerja manajer, penulis melakukan observasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dan diperoleh melalui menyebar kuesioner secara langsung kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja

BAB III METODE PENELITIAN. (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel a. Populasi : Populasi merupakan subyek penelitian secara keseluruhan (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja Kristen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya a. Sejarah UD. Ria Jaya adalah toko yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Makan Ayam Bakar Pak Gendut yang berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengetahui serta menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena metode penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada penelitian ini adalah 1 orang pemilik, 1 orang sekretaris dan 2 orang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh : ASHIE WARA ANINDYA 29105025 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana dalam ilmu sosial pendekatan ini mengacu kepada keakuratan deskripsi dari suatu variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:147) statistik deskriptif adalah: Statistik

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, Depok, Sleman Yogyakarta. Waktu. pelaksanaan penelitian bulan Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, Depok, Sleman Yogyakarta. Waktu. pelaksanaan penelitian bulan Juni 2015. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, Depok, Sleman Yogyakarta. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap fase pembelajaran organisasi dengan mekanisme pembelajaran organisasi sebagai mediator, menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), dengan verifikatif, yang mana tujuan dari penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Kuesioner disebar kepada 100 orang nasabah Bank Tabungan Negara cabang Pekalongan dengan kriteria nasabah yang akan atau sedang memanfaatkan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap bentuk usaha baik profit maupun nonprofit memerlukan seorang pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. Kebijaksanaan dan keputusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Sumber Data 3.1.1 Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan sumber berupa tulisan yang berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah produk fashion pada online shop. Online shop atau Toko online

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV. Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Usaha Usaha Soto Selan ini awalnya didirikan oleh Ibu Kiem Roam pada tahun 1955. Pada tahun 1955 warung Soto Selan ini berada di sebuah tempat sederhana yang

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR Oleh: YULIANTO NIM: 29105356 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis data dan pembahasan. Adapun urutan analisis data adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas data, analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian komparatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian komparatif dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian komparatif dan penelitian asosiatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan,

Lebih terperinci

Dukungan Manajerial dan Budaya Organisasi untuk Menuju Efektivitas Sistem Informasi

Dukungan Manajerial dan Budaya Organisasi untuk Menuju Efektivitas Sistem Informasi Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi Vol. 01 No. 02, Agustus 2013 Hal: 29-36 ISSN Online: 2338-6576 Dukungan Manajerial dan Budaya Organisasi untuk Menuju Efektivitas Sistem Informasi Dinar Hariani Theresia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN xxxviii BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah Usaha Kecil dan Menengah yang berlokasi di kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Desain Riset Metode Unit Analisis Penelitian Time Horizone T1 Deskriptif Survey T2 Asosiatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Dalam hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai hasil uji coba instrumen penelitian dan menggambarkan hasil analisis yang dilakukan melalui dua tahap analisis yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Gallery Smartfren Wayhalim, Jl. Arif rahman Hakim No. 18,Bandar Lampung. 3.2 Jenis Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey menurut Sugiyono, (2010) adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia usaha sekarang ini banyak yang secara sadar berorientasi pada konsumen. Hal yang harus dipahami oleh perusahaan selaku produsen,

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (2): 593-604 ISSN 2477-2458(online), ISSN 2477-2631 (Print) ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 62 BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data langkah selanjutnya yang berupa nilai kepuasan pelanggan. Pada Tugas Akhir ini nilai kepuasan pelanggan dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ataupun industri sejenisnya, pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba yang optimal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah agar penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan pada rumah makan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan BAB III BAHAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey Survey kepuasan dosen dan tenaga kependidikan di Unswagati rutin dilakukan pada setiap tahun, hal ini sesuai dengan prosedur mutu yang telah ditetapkan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang metode yang digunakan pada penelitian ini yang meliputi objek penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang beralamat di Jl. Demang. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk Bab 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis sebuah model yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya. Langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam

Lebih terperinci