BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah satu faktor utama yang menimbulkan masalah dalam TBI adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan pelanggan yang semakin cepat dengan sumber daya yang ada pada TBI. Oleh karena itu salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan penelitian mengenai budaya entrepreneurial dalam perusahaan. Dalam melakukan penelitian digunakan kuesioner yang dibagikan kepada karyawan dan manajemen jajaran atas di The British Institute berupa kuesioner EOS (Entrepreneurial Orientation Survei) dan ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire). Tidak lupa juga dilakukan pengamatan mengenai seluk-beluk perusahaan. Hal ini disebabkan analisis budaya perusahaan itu sendiri bersifat kualitatif, oleh karena itu dilakukan analisis yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui alternatif terbaik yang akan dilakukan oleh perusahaan. Sayangnya penelitian ini hanya sampai pada saran akan perbaikan, mengenai implementasi yang akan dilakukan akan bergantung pada perusahaan itu sendiri. Adapun masing-masing metode yang digunakan akan dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab berikutnya Metodologi Solusi Bisnis Telah disebutkan sebelumnya bahwa survei yang dilakukan terdiri dari dua survei: 1. EOS (Entrepreneurial Orientation Survey). Menurut Thornberry (2006) EOS adalah suatu metode atau cara yang dipakai untuk mengukur dimensi-dimensi corporate entrepreneurship secara 27

2 keseluruhan dalam suatu perusahaan. Adapun dimensi-dimensi dari corporate entrepreneurship itu sendiri akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya. 2. ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire). ELQ merupakan suatu metode yang dipakai untuk mempelajari perilaku entrepreneurial dari manajer perusahaan, lalu dilakukan penggolongan manajer berdasarkan karakteristik yang ada menurut Neal Thornberry (2006). Tahapan penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi budaya perusahaan di The British Institute mengacu pada buku Metode Penelitian Bisnis, Sugiyono (2006). Adapun tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: STUDI PENDAHULUAN OBJEK yang DITELITI PENENTUAN MASALAH PEMILIHAN TUJUAN PENELITIAN STUDI LITERATUR PENYUSUNAN/ PERSIAPAN INSTRUMEN PENELITIAN PENENTUAN RESPONDEN PENENTUAN KUESIONER PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA KESIMPULAN & REKOMENDASI Gambar 3.1 Skema Tahapan Solusi Bisnis 28

3 3.1.3 Tinjauan Pustaka Menurut Schermerhorn, Jr (2005), budaya adalah suatu cara untuk mempelajari cara berpikir dan bertidak di dalam sekumpulan orang atau masyarakat (Budaya korporat pada dasarnya adalah suatu sistem nilai yang membimbing orang-orang pada suatu institusi untuk berperilaku tertentu (Kasali, 2007). Fokus utama pengembangan manajemen saat ini adalah : 1. Peningkatan finansial 2. Peningkatan sarana dan prasarana penelitian 3. Peningkatan manajemen informasi dan kerjasama 4. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Menurut Hamel dan Prahalad (1994), sebuah perusahaan yang memiliki tujuan jelas dan terencana serta mampu mengatur sumber daya di dalam maupun di luar perusahaan untuk mencapai tujuannya itu adalah suatu perusahaan yang akan berhasil. Itulah mengapa Intrapreneurship sangatlah penting berada dalam The BritishInstitute, karena sesuai dengan visi perusahaan bahwa TBI ingin memberikan pendidikan dengan kualitas yang excellent, pelayanan terbaik kepada konsumen, dan perhatian kepada masing-masing individu. Penerapan Intrapreneurship pada budaya korporat di TBI dapat membuat visi ini menjadi kenyataan, dan juga dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia di TBI sendiri. Jika TBI berfokus kepada kepuasan pelanggan maka untuk mencapai hal tersebut TBI membutuhkan nilai-nilai Intrapreneurship, dalam memecahkan masalah dan menangkap peluang dalam pasar. Intrapreneurship ini secara luas diartikan sebagai suatu usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan (entrepreneurship) yang berasal dari perusahaan baru di dalam perusahaan yang telah ada, baik itu perusahaan menengah maupun perusahaan besar (Pinchot, 1985). 29

4 Intrapreneur dan entrepreneur memiliki kesamaan dalam hal mengembangkan visi atau framework perusahaan. Mereka mengetahui bagaimana mewujudkan suatu konsep menjadi sesuatu yang nyata melalui pembuatan visi yang ditumpahkan ke dalam bentuk aksi. Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang menciptakan proses penambahan nilai melalui penciptaan ide-ide, penggunaan resources untuk mewujudkan segala sesuatunya menjadi nyata. Entrepreurship sendiri didefinisikan sebagai proses pelaksanaan sesuatu yang baru atau kreatif dan sesuatu yang inovatif atau berbeda untuk menciptakan kemajuan finansial bagi individu dan penambahan nilai bagi masyarakat. Sedangkan Intrapreneur didefinisikan sebagai seseorang yang memainkan peran entrepreneurial dalam suatu organisasi atau perusahaan (Kao, 1995). Dalam hal risiko, seorang intrapreneur memang memiliki risiko yang lebih rendah, karena ia menggunakan sumber daya milik perusahaan dan bukan milik mereka sendiri. Jika berhasil, maka ia akan mendapat sebagian keuntungan dari kesuksesan tersebut, tetapi jika mereka gagal maka ia akan kehilangan reputasinya serta kapasitas untuk meyakinkan orang lain dalam perusahaan untuk mendukungnya di masa depan. Hal ini terjadi karena seorang intrapreneur bekerja dalam suatu perusahaan yang memiliki sistem dimana kekuatannya tidak sebesar seorang entrepreneur karena ia tidak memiliki perusahan tersebut, seorang intrapreneur harus mengikuti peraturan-peraturan dimana ia tidak memegang kontrol akan peraturan tersebut, tetapi orang lainlah yang memegang kontrol akan perusahaan-perusahaan tersebut. Selama beberapa tahun banyak perusahaan tumbuh dan menjadi lebih formal. Mereka telah kehilangan semangat dan budaya entrepreneurial dan akhirnya menjadi birokratis. Inilah penyebab mengapa pada akhirnya semangat intrapreneurial tidak mudah untuk distimulasi, maka kecepatan dalam berinovasi pun terhambat. Umumnya untuk perusahaan yang jarang berinovasi, mereka selain sudah tidak dapat lagi mempertahankan para karyawan atau pekerjanya yang 30

5 masih terbilang muda, tetapi juga tidak terlihat menarik terutama bagi para profesional muda yang baru muncul dalam dunia bisnis. Menurut Thornberry (2006), berdasarkan wawancaranya dengan beberapa rekan kerjanya dan para pebisnis handal maka jika perusahaan ingin disebut perusahaan yang bersifat entrepreneurial dan inovatif, mereka harus memiliki apa yang disebut dengan The 7 Fs dan merupakan dasar-dasar bagi EOS, yaitu: 1. Fast 2. Flexible 3. Focused 4. Friendly (to customers and employees) 5. Frugal 6. Far-reaching (markets and distribution) 7. Futuristic EOS terbagi menjadi 10 kategori utama, lalu kategori-kategori tersebut dijabarkan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik (Thornberry, 2006). Keterangan mengenai masing-masing kategorinya adalah sebagai berikut : A. Umum Survei ini dilakukan untuk melihat kondisi perusahaan secara umum dari sisi corporate entrepreneurship. B. Strategic Planning Survei ini dilaksanakan untuk mengetahui budaya perusahaan yang berhubungan dengan upaya perencanaan strategi perusahaan dan ciri-ciri sebagai perusahaan yang berjiwa entrepreneurial. C. Cross functionality Survei ini merupakan bagian survei untuk mencari tahu hubungan antar fungsi dalam perusahaan. D. Dukungan terhadap ide-ide baru 31

6 Survei ini pun merupakan bagian survei untuk mencari tahu perilaku perusahaan dalam mendukung ide-ide baru yang merupakan pencerminan budaya entrepreneurial. E. Market Intelligence Survei ini dilakukan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam melihat peluang dan trend pasar. F. Risk Aversion Suatu bagian survei untuk mencari tahu mengenai perilaku perusahaan dalam keberanian mengambil risiko yang merupakan pencerminan budaya entrepreneurial. G. Speed Survei ini dilaksanakan untuk mencari tahu mengenai kecepatan perusahaan dalam menangkap peluang dan merespon segala sesuatu yang dapat berguna bagi kepentingan perusahaan. H. Flexibility Bagian survei ini dilakukan untuk mencari tahu mengenai perilaku perusahaan yang berhubungan dengan fleksibilitas perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan. I. Focus Bagian survei ini dipakai untuk mencari tahu mengenai perilaku perusahaan yang berhubungan dengan fokus dalam melaksanakan kegiatan dan rencana perusahaan. J. Orientasi ke masa depan Bagian survei ini dilaksanakan untuk mencari tahu mengenai perilaku perusahaan dalam memandang masa depan berhubungan dengan perilaku entrepreneurial dalam pencapaiannya. Sementara penilaian ELQ dilakukan untuk menganalisis sifat-sifat entrepreneurial yang dimiliki oleh para staf manajemen di sebuah perusahaan. Thornberry (2006) 32

7 menyatakan bahwa terdapat dua kategori untuk memisahkan tipe-tipe kepemimpinan yaitu 1. Kepemimpinan berdasarkan fokusnya dalam perusahaan a. Fokus eksternal b. Fokus internal 2. Kepemimpinan berdasarkan peran dalam perusahaan a. Katalis Integrator Tipe pemimpin inilah yang biasanya memulai segala sesuatunya, karena mereka umumnya berada pada jajaran top management. Tipe ini tidak segan-segan untuk membangun perusahaan yang bersifat entrepreneurial jika mereka dipercaya dan diberi authority untuk melaksanakan hal tersebut. Accelerator Tipe ini pun tidak ragu-ragu untuk merealisasikan ide-ide miliknya ataupun milik para pegawai. Mereka umumnya menjadi pemimpin pada suatu bagian atau unit. b. Aktivis Miner Tipe ini lebih memusatkan fokusnya pada hal-hal yang berkaitan dengan bagian operasional dari perusahaan. Explorer Tipe kepemimpinan ini berdekatan posisinya dengan pasar. Oleh karena itu merekalah yang paling memahami bagaimana menangkap suatu peluang baru ataupun menciptakan peluang tersebut Sifat-sifat atau karakteristik yang telah dipaparkan sebelumnya tergambar pada matriks di bawah ini. 33

8 Entrepreneurial Leadership Focus and Roles Internal External Entrepreneurial role Activist Catalyst Miners (Operational) Accelerators (Unit) Explorers (Market) Integrators (Enterprise) Focus of Opportunity Search Gambar 3.2 Karakteristik Kepimimpinan menurut Thornberry (2006) Pengumpulan dan Pengolahan Data Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan skema pada bab sebelumnya bahwa dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan setelah identifikasi isu bisnis dan tujuan penelitian ditentukan. Setelah data dikumpulkan barulah kemudian diolah. Untuk pendekatan penelitian yang bersifat kuantitatif maka teknik analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab permasalahan yang ada, dan pengambilan datanya pun melibatkan data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penyelidikan yang sedang ditangani. Sedangkan data sekunder ialah data-data yang diperoleh dari lingkungan perusahaan Maholtra (1996). Pada penelitian yang dilaksanakan di TBI disebarkan sejumlah kuesioner untuk para responden. Kuesioner tersebut adalah kuesioner EOS dan ELQ yang berisi sejumlah pertanyaan diperuntukkan bagi para responden. Oleh karena The British Institute memiliki karyawan native maka kuesioner EOS dan ELQ 34

9 masing-masing disebarkan dalam bentuk versi bahasa Indonesia dan versi bahasa Inggris. Contoh kuesioner-kuesioner ini dapat dilihat pada lampiran A, B, C, dan D. Selain kuesioner pengamatan di lapangan juga dilakukan, proses tanya jawab juga dilaksanakan demi mendukung kelengkapan data untuk penelitian ini Teknik Pengukuran Variabel Menurut Cooper dan Schindler (2003) skala Likert adalah skala yang paling sering digunakan dan merupakan salah satu variasi dari rating scale. Rating scale digunakan ketika responden memberi nilai pada satu objek tanpa membuat perbandingan langsung dengan objek lain, jadi dalam rating scale responden tidak diminta untuk memilih salah satu objek dari beberapa objek. Berikut adalah point-point yang dipakai dalam Skala Likert: a. Poin 1 memiliki arti sangat tidak setuju. b. Poin 2 memiliki arti tidak setuju. c. Poin 3 memiliki arti netral. d. Poin 4 memiliki arti setuju. e. Poin 5 memiliki arti sangat setuju. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini bersifat kualitatif, oleh karena itu skala Likert dijadikan acuan agar penelitian bersifat kuantitatif. Proses penelitian ini dimulai dengan penyebaran kuesioner kepada para karyawan dan top management. Setelah para responden telah mengisi semua kuesioner, maka kuesioner-kuesioner yang telah dibagikan dikumpulkan kembali untuk kemudian diolah dan diberikan kepada perusahaan untuk membahas dimensi-dimensi mana yang ingin difokuskan oleh perusahaan. Dari data ini pun tipe-tipe pemimpin dalam perusahaan dapat diketahui, sehingga nantinya perusahaan mengetahui tipe pemimpin mana yang lebih membutuhkan pelatihan ataupun dorongan-dorongan lain agar tumbuh semangat entrepreneurial, karena harus tercipta keseimbangan antara pemimpin-pemimpin tersebut dalam suatu perusahaan. 35

10 3.2 Analisis Solusi Bisnis Uji Validitas Validitas dalam penelitian adalah uji pengukuran dari apa yang sebenarnya ingin diukur (Cooper dan Schindler, 2003). Nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, bisa menentukan apakah suatu instrumen valid atau tidak. Pernyataan gugur bagi suatu item dapat diketahui jika item-item tidak berkorelasi secara signifikan Uji Reliabilitas Suatu pengukuran dianggap reliable ketika memiliki hasil yang konsisten, jadi reliabilitas adalah pengukuran keakuratan dan presisi dari suatu prosedur pengukuran (Cooper dan Schindler, 2003). Yang dimaksud disini adalah ketika dilakukan tes berulang-ulang dengan subjek yang sama dan kondisi yang identical, maka hasil yang diharapkan tetap konsisten. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6 (Sekaran, 1992:287 dan Maholtra, 1996:304). Pengukuran yang paling umum untuk konsistensi internal adalah dengan menggunakan koefisien Cronbach s Alpha. Berikut adalah rumus dari koefisien Cronbach s Alpha: α = k. r 1 ( k 1) r Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha 36

11 k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain r = rata-rata korelasi antara variabel manifes Cronbach s Alpha memiliki penggunaan yang penting sebagai pengukur reliabilitas dari instrumen psikometrik (Wikipedia, 2007). Adapun hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas menurut Guilford dalam Asisthariani (2007) dapat diklasifikasikan pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan Nilai Koefisien Tingkat korelasi < 0,2 Tidak ada 0,2 0,4 Rendah 0,4-< 0,7 Sedang 0,7-< 0,9 Tinggi 0,9-< 1 Tinggi Sekali 1 Sempurna Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai reliabilitas, maka alat pengukuran yang digunakan semakin dapat diandalkan atau reliable. Dalam penelitian ini EOS merupakan kuesioner yang dipakai sebagai alat ukur, oleh karena itu dilakukan juga pengujian validitas dan reliabilitas dari survei EOS. Hasil akhirnya tergambar pada tabel di bawah ini: 37

12 Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Nilai Cronbach s Alpha dan koefisien korelasi (r) No Nama Items Cronbach s Alpha Mean Items (skala 0-1) (skala 1-5) 1 General 0,774 3,680 2 Rencana Strategi 0,806 3,475 3 Cross Functional 0,746 4,186 4 New Idea 0,742 3,758 5 Market Intelligent 0,801 3,913 6 Risk Taking 0,835 2,919 7 Fleksibilitas 0,800 3,256 8 Speed 0,798 3,814 9 Focus 0,812 3, Future 0,805 3, My Company 0,784 4, Orientasi individu 0,828 2,863 Sumber : Proyek Akhir Yasalini KD, 2007 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa EOS dapat diandalkan untuk penelitian ini karena nilai-nilai di atas yang cukup tinggi, dengan kata lain alat ukur yang dipakai valid Analisis dan Interpretasi Hasil EOS (Entrepreneurial Orientation Survei) Maksud dilakukannya EOS (Entrepreneurial Orientation Survei) adalah untuk memahami dimensi-dimensi kunci dari Corporate Entrepreneurship di suatu perusahaan. Dimensi-dimensi kunci yang digunakan dalam EOS akan dijelaskan selanjutnya, sedangkan poin-poin dalam skala Likert diubah ke dalam rentang persepsi yang terdapat pada Tabel 3.3 di bawah. Tabel 3.3 Rentang Persepsi EOS Persepsi Rentang Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju

13 Tabel di bawah adalah hasil olahan dari kuesioner yang telah disebar di The British Institute. Untuk kategori budaya perusahaan secara umum, rencana strategi, crossfunctionality, dukungan terhadap ide-ide baru, intelijen pasar, keberanian untuk mengambil risiko, kecepatan, fleksibilitas, fokus dan orientasi pada masa depan responden diminta mengisi dua kolom, kolom yang pertama berkaitan dengan hasil yang diharapkan oleh karyawan, sedangkan kolom yang kedua berkaitan dengan nilai yang sekarang, komposisi pertanyaan dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris dapat dilihat pada lampiran A dan B. Tabel 3.4 Hasil Perhitungan EOS I Kategori Nilai Kriteria Kenyataan Nilai Kriteria Harapan Umum Rencana Strategi Cross functionality Dukungan Intelijen Pasar Resiko Kecepatan Fleksibilitas Fokus Masa_Depan Sedangkan untuk kategori orientasi individu, kondisi perusahaan, dan tentang saya, nilai yang diharapkan tidak digunakan, karena ketiga dimensi ini adalah dimensi tambahan. Oleh karena itu untuk ketiga kategori ini responden diminta untuk mengisi hanya nilai kondisi saat ini. Tabel 3.5 Hasil Perhitungan EOS II Kategori Nilai Kriteria Kenyataan Orientasi_Individu 2.54 Kondisi_Perusahaan 4.15 Tentang_Saya 3.44 Semua hasil yang didapat dimasukkan ke dalam bentuk bagan pada gambar di bawah ini: 39

14 Gambar 3.3 Karakteristik Budaya The British Institute Ternyata budaya intrapreneurship di TBI masih kurang memadai, hal ini ditunjukkan dengan angka 2,54 (tidak setuju) hingga 4,15 (setuju), sedangkan skala yang digunakan adalah 5. Itulah mengapa budaya intrapreneurship perlu ditingkatkan di TBI, terutama pada dimensi-dimensi yang bernilai rendah. Untuk dimensi-dimensi yang bernilai tinggi memang perlu untuk dipertahankan, tetapi alangkah baiknya jika dapat ditingkatkan juga seperti halnya dimensi-dimensi yang bernilai rendah. Walaupun dimensi kondisi perusahaan memiliki nilai tertinggi yaitu nilai 4,15 (setuju), tetapi dimensi ini merupakan satu-satunya yang memiliki nilai di atas 4, dan dimensi ini sangat bertolak belakang dengan dimensi orientasi individu karena nilai yang didapat adalah 2,54 (tidak setuju). Itulah sebabnya budaya dalam perusahaan dikatakan cukup memadai karena terjadi ketidakseimbangan atau perbedaan yang jauh antara dimensi yang tertinggi dan dimensi yang terendah Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Perusahaan secara Umum Ternyata nilai dalam dimensi umum pada TBI adalah 2,96 (netral). Jadi secara umum kondisi-kondisi perusahaan yang berhubungan dengan intrapreneurship 40

15 masih dinilai cukup rendah, secara mendetil pertanyaan yang terdapat pada kuesioner beserta pengukurannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Dimensi Umum No Item Kondisi Saat Ini Yang Diharapkan Menekankan pengendalian anggaran secara ketat (-) Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting (+) Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru (+) Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus (+) Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran (-) Untuk item pertama yaitu menekankan pengendalian anggaran secara ketat hasil yang didapat pada masa sekarang lebih tinggi daripada yang diharapkan, itu artinya perusahaan dinilai cukup longgar dalam pengendalian anggaran sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan item yang memiliki perbedaan besar adalah item kedua yaitu memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting, memang kenyataannya dalam TBI tidak terdapat penghargaan semacam itu, hal ini patut disayangkan karena pemberian reward ini dapat memotivasi karyawan untuk memikirkan efisiensi bagi perusahaan, terutama jika terdapat pemimpin tipe miner dalam TBI yang berfokus pada bagian operasional dan efisiensi Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Rencana Strategi Dari survei nilai dalam dimensi rencana strategi pada TBI adalah 3,29 (netral). Berarti dimensi yang berkaitan dengan usaha strategi perusahaan ini perlu ditingkatkan. Pertanyaan dan pengukuran dalam survei EOS tergambar pada tabel berikut. 41

16 Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Dimensi Rencana Strategi No Item Kondisi Saat ini Yang di Harapkan 1 Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal (-) Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar (+) Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan (-) Tidak mempunyai rencana yang jelas (-) Sangat bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi (-) Terlihat dari tabel di atas dalam hal rencana strategi perusahaan, TBI Bandung sudah memiliki dan mengembangkan sebuah rencana yang jelas untuk masa depan perusahaan mereka dan para karyawannya pun menilai perusahaan tidak banyak bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi, hal ini terbukti dari nilai yang didapat yaitu 4,15 dan 4,02. Kedua hal ini berhubungan dengan item pertama bahwa perusahaan dinilai tidak terlalu menggunakan proses perencanaan strategi yang formal. Dalam hal strategi mengikuti tren pasar perusahaan memiliki nilai yang cukup baik Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Cross Functionality Ternyata dimensi Cross Functionality dalam TBI memiliki nilai 3,25 (netral), berarti hubungan antar departemen atau antar fungsi dalam TBI dinilai cukup baik, tetapi tentunya masih harus ditingkatkan. Pertanyaan dan pengukuran terutama dalam dimensi ini terjabarkan pada tabel di bawah ini. 42

17 Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Dimensi Cross Functionality No Item Kondisi Saat Ini Yang diharapkan Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen/fungsi (+) Mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain (+) Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah (+) Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi (+) Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM (+) Item kedua dan ketiga yaitu mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain, dan mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah memiliki nilai cukup tinggi, tetapi nilai yang diharapkan para karyawan cukup tinggi. Jadi walaupun terdapat komunikasi yang bagus dalam TBI tetap saja hal ini harus ditingkatkan. Begitu juga dengan rotasi karyawan, memang tidak banyak perotasian karyawan dalam TBI karena terkadang hal ini dapat membingungkan dan menyulitkan para karyawan itu sendiri, tapi secara mengejutkan para karyawan TBI menginginkan perotasian lebih sering dilakukan. Sedangkan item keempat membuktikan bahwa para karyawan sangat membutuhkan penghargaan dalam hal kerjasama, telah dijelaskan sebelumnya bahwa TBI memang tidak memiliki penghargaan jenis ini, karena hal-hal tersebut perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan pusat, inilah yang menyebabkan terhambatnya proses terlaksananya suatu ide. Hal ini menyebabkan para karyawan tidak bergairah atau tidak memiliki semangat dalam hal memikirkan ide baru apalagi mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. 43

18 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Dukungan Terhadap Ide Baru Dari hasil survei yang didapatkan dimensi ini memiliki nilai 3,42 (setuju), berarti dukungan terhadap sifat-sifat entrepreneurial dalam TBI cukup baik. Tetapi tentunya hasil ini harus ditinjau secara mendetil dari item-item yang ada. Karena terkadang terdapat beberapa item yang sangat perlu untuk ditingkatkan, dan ada pula beberapa item yang sudah memiliki nilai yang cukup baik. Adapun penjabaran itemitem ini terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Dimensi Dukungan terhadap Ide Baru No Item Kondisi Saat ini Yang Diharapkan Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu (+) Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru (+) Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ideide karyawan (+) Organisasi segan mempertanyakan/mengubah cara-cara lama yang sudah ada di dalam organisasi dalam menghadapi sesuatu (-) Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru (+) Dari hasil peninjauan tabel di atas maka item yang memiliki perbedaan atau selisih paling besar adalah item keempat yaitu organisasi segan mempertanyakan atau mengubah cara-cara lama yang sudah ada dalam menghadapi sesuatu. Kondisi pada kategori ini tidak terlalu mendekati apa yang diharapkan para karyawan. 44

19 Sedangkan kategori atau item yang paling mendekati apa yang diharapkan para karyawan TBI adalah item kedua yaitu ada satu fungsi penting di dalam organisasi yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru. Sebenarnya di TBI tidak ada satu bagian khusus yang menangani inovasi saja, hal ini dilakukan secara rangkap oleh para senior teacher di bagian guru, dimana mereka melakukan inovasi-inovasi dalam bidang pengajaran, dan customer relation manager yang melakukan inovasi-inovasi dalam hal menangkap peluang. Dalam hal ini mungkin saja para karyawan beranggapan bahwa tidak perlu lagi adanya suatu bagian khusus untuk menangani inovasi, ini akan sangat tergantung pada perusahaan, apakah mereka mau melakukan perubahan atau tidak Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Intelijen Pasar Survei membuktikan bahwa dimensi intelijen pasar di TBI menunjukkan nilai yang sudah cukup baik, yaitu 3,69. Hal ini memiliki arti bahwa kemampuan TBI dalam membaca kecenderungan atau tren-tren dalam pasar jika ditingkatkan maka akan memperbesar kemungkinan untuk meraih peluang-peluang dalam pasar. Jika dihubungkan dengan tipe kepemimpinan, maka biasanya tipe explorer-lah yang biasanya mengidentifikasi bahkan menciptakan peluang ini. Akan tetapi alangkah baiknya jika para karyawan pun dapat melakukan hal ini tanpa menunggu pemimpin melakukan hal tersebut, karena kemungkinan peluang yang akan didapat akan menjadi lebih besar, ini merupakan salah satu keuntungan adanya perspektif yang berbeda-beda dalam sebuah perusahaan. Untuk lebih detilnya, masing-masing pertanyaan beserta pengukurannya dalam dimensi ini terdapat pada tabel berikut. 45

20 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Dimensi Intelijen Pasar No Item Kondisi Saat ini Yang diharapkan Konsumen adalah raja bagi perusahaan kami (+) Kecuali anda berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang (-) Perusahaan secara rutin melakukan survei kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan (+) Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung (-) Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara kami bersama-sama mengahadapinya (+) Pada item kesatu kondisi di masa sekarang sangat mendekati kondisi yang diharapkan para karyawan, nilainya pun tinggi dan tergolong baik. TBI memang selalu menyediakan fasilitas-fasilitas yang terbaik bagi para siswanya, tidak hanya itu TBI juga selalu menyebarkan angket kepada para siswa di pertengahan level sehubungan dengan kepuasan pelanggan. Selain itu angket tersebut tidak hanya disebarkan begitu saja pada tiap kelas, tetapi dilakukan juga classroom visit oleh senior teacher dimana keluh kesah para siswa atau pelanggan didengarkan dan akan dilaporkan hasilnya secara umum kepada para guru. Hal ini berkaitan dengan item ketiga perihal dilakukannya survei kepuasan konsumen. Di sisi lain ini juga merupakan pembuktian bahwa TBI menganggap konsumennya sebagai raja, karena kepuasan konsumenlah yang didahulukan demi terbangunnya image yang baik mengenai perusahaan. Sayangnya item yang memiliki selisih paling besar adalah item kedua yaitu kurangnya dorongan untuk bertemu dengan konsumen kecuali untuk bagian pemasaran dan penjualan. Memang biasanya yang sering berhubungan dan bertatap muka dengan para siswa adalah Student advisors karena dalam hal pembayaran, pembayaran buku, atau pengurusan kelas misalnya, merekalah yang paling 46

21 bertanggungjawab dalam mengurus kebutuhan siswa, tetapi harusnya ini tidak menjadi hambatan dalam perusahaan untuk membangun komunikasi dan jalinan yang baik dengan para konsumen Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Pengambilan Risiko Survei membuktikan bahwa nilai yang terdapat pada dimensi pengambilan risiko di TBI menunjukkan nilai yang cukup, yaitu 3,05 (netral). Hal ini menandakan bahwa pengambilan risiko dalam TBI menunjukkan posisi yang aman-aman saja. Hal ini mungkin saja terhitung wajar karena berkaitan dengan posisi TBI yang hanya sebagai kantor cabang di Bandung. Sehingga beberapa pengambilan keputusan tertentu harus didiskusikan dengan TBI pusat. Beberapa pertanyaan dalam dimensi ini beserta pengukurannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Dimensi Pengambilan Risiko No 1 Item Perusahaan kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). (-) Kondisi Saat ini Yang diharapkan Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan (-) Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam (+) Orang-orang yang di dalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal (+) Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan risiko dalam perusahaan, namun kenyataannya orang-orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan tersebut (bisa karena di hukum, di pecat, dll). (-) Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. (-) Item yang memiliki nilai kondisi sekarang yang berada di atas nilai kondisi yang diharapkan adalah item kedua dan ketiga yaitu kehati-hatian dalam membuat kesalahan dan keberanian dalam melakukan investasi bisnis baru yang hanya 47

22 berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis yang mendalam. Sebenarnya nilai yang didapat cukup rendah untuk dua pertanyaan ini. Akan tetapi secara mengejutkan para karyawan TBI memang tidak berani dalam melakukan investasi bisnis tanpa perhitungan atau analisis yang mendalam, tetapi di sisi lain mereka pun tidak takut dalam membuat kesalahan. Bila dilihat dari budaya sebagian pekerja yaitu native sebenarnya hal ini cukup logis, karena orang-orang yang berbudaya barat memang cenderung tidak takut dalam melakukan sesuatu, tetapi tindakan tersebut haruslah memiliki dasar atau alasan yang kuat Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kecepatan Dalam penelitian ini nilai pada dimensi kecepatan di TBI menunjukkan nilai yang cukup baik, yaitu 3,45 (setuju). Oleh karena itu hal ini bisa berarti kecepatan TBI dalam menangkap dan memberi respon segala sesuatunya yang memberi kegunaan bagi perusahaan masih perlu dioptimalkan. Pengukuran dari masing-masing pertanyaan dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Dimensi Kecepatan No Item Kondisi Saat ini Yang Diharapkan Keluhan-keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien (+) Masalah-masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat (-) Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan (+) Konsumen menggambarkan kita sebagai perusahaan yang bergerak cepat (+) Item kedua merupakan item yang memiliki selisih paling besar. Hal ini menggambarkan bahwa masalah-masalah yang ada agak kurang cepat untuk diselesaikan. Padahal nilai pertanyaan atau item yang pertama cukup tinggi yang berarti keluhan-keluhan konsumen dapat ditangani secara cepat dan efisien. Maka 48

23 dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor eksternal cenderung lebih mudah ditangani daripada faktor internal. Kalau saja TBI dapat menumbuhkan semangat entrepreneur sehingga tidak terlalu birokratis, tentunya keluhan-keluhan atau masalah-masalah dari eksternal dapat berkurang Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fleksibilitas Survei membuktikan bahwa nilai dimensi fleksibilitas di TBI menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, yaitu 3,16 (netral). Berarti fleksibilitas perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan agak kurang dan perlu ditambahkan. Untuk lebih jelasnya, uraian masing-masing pertanyaan dari dimensi ini dapat digambarkan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Dimensi Fleksibilitas No Item Kondisi Saat Ini Yang Diharapkan Kami sangat bergantung pada team ad-hoc/jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah. (+) Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. (-) Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas (+) Kami diharapkan untuk mengikuti tahap-tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (-) Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan (+) Pertanyaan kelima memiliki selisih atau perbedaan yang paling besar. Sebenarnya nilai yang didapat untuk pertanyaan ini cukup baik, akan tetapi nilai tersebut kurang mendekati nilai yang diharapkan. Penggunaan status atau jabatan bisa jadi menjadi suatu hambatan dalam perusahaan ini. 49

24 Selain itu item kesatu dan keempat memiliki nilai yang cukup rendah yaitu mengenai ketergantungan pada team ad-hoc atau jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah dan penyelesaian suatu pekerjaan dengan tahaptahap formal. Akan tetapi nilai pada pertanyaan kesatu memiliki nilai yang sama antara kondisi yang sekarang dengan kondisi yang diharapkan yaitu 2,87 (netral). Hal ini memiliki arti bahwa memang para karyawan di TBI tidak melihat perlunya ada sebuah team ad-hoc atau khusus untuk menangani masalah-masalah yang ada. Oleh karena itu mungkin saja perusahaan tidak ingin melakukan perubahan lebih lanjut. Tetapi seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan memiliki hak untuk melakukan hal tersebut mengingat penelitian ini hanya sampai pada saran saja. Sedangkan untuk pertanyaan keempat nilai kondisi saat ini lebih tinggi daripada nilai kondisi yang diharapkan. Ini berarti bahwa dalam menyelesaikan pekerjaan TBI masih terhitung birokratis karena harus mengikuti tahapan dari pusat, kalau saja ada kelonggaran maka tentunya TBI Bandung akan lebih mudah mendapat kesempatan dalam meraih peluang pasar. Sementara untuk item kedua dan ketiga nilai yang didapat cukup baik dan netral. Dalam TBI memang jarang ada perpindahan orang ke beberapa departemen, sedangkan dalam pengalokasian sumber daya untuk meraih peluang TBI sudah cukup sering melakukan hal tersebut pada akhir-akhir ini. Terbukti dengan adanya kelas ibt TOEFL International berbagai sumber daya pun disiapkan, seperti halnya komputer dan jaringan internet, mengingat ujian ini dilakukan melalui internet Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fokus Dari hasil survei nilai untuk dimensi fokus dalam TBI adalah 3,25 (netral). Ini berarti fokus TBI dalam hal pelaksanaan kegiatan dan rencana perusahaan cukup baik, tetapi akan lebih baik lagi jika ada usaha peningkatan. Penjabaran masing-masing pertanyaan dan pengukurannya pada dimensi ini terdapat pada tabel berikut 50

25 Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Dimensi Fokus No Item Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakannya dengan baik. (+) Kita adalah organisasi yang terkotak-kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. (-) Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. (+) Jika anda bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi perusahaan, anda mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda. (-) Kami bersedia mengeluarkan dana, selama itu untuk halhal yang benar. (+) Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi perusahaan. (+) Kondisi Saat Ini Yang Diharapkan Item yang memiliki perbedaan yang terbesar adalah item kedua dimana perusahaan adalah organisasi yang terkotak-kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. Memang dimensi ini memiliki nilai yang netral, akan tetapi kondisi yang sekarang kurang mendekati kondisi yang diharapkan. Sedangkan item atau pertanyaan dengan nilai terendah adalah item keempat dimana ketika dua orang yang berbeda ditanya mengenai strategi perusahaan, maka akan didapat dua jawaban yang berbeda. Dalam analisis sebelumnya telah dijelaskan bahwa perusahaan memiliki strategi yang cukup jelas, ini juga terbukti dari nilai yang cukup tinggi untuk pertanyaan ketiga bahwa manajemen puncak memiliki visi yang jelas mengenai ke mana arah perusahaan dan bagaimana cara mencapainya. Akan tetapi mungkin saja penyamaan persepsi mengenai strategi perusahaan saat ini belum tercapai sepenuhnya, ini terlihat dari rendahnya nilai pada item terakhir di mana orang-orang yang bekerja pada level terbawah tidak terlalu tahu mengenai visi perusahaan. 51

26 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Masa Depan Nilai yang didapat TBI pada dimensi ini adalah 3,36 (netral). Hal ini menandakan bahwa perilaku perusahaan dalam memandang masa depan perusahaan berhubungan dengan perilaku entrepreneurial cukup baik, oleh karena itu perlu dipertahankan dan lebih baik lagi jika dapat dioptimalkan. Pengukuran masingmasing pertanyaan dari dimensi ini terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Masa Depan No Item Kondisi Saat ini Yang Diharapkan 1 Kami sadar bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang terdepan/terbaik di bidangnya. (+) Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. (-) Perusahaan kami senang menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produk-produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. (+) Kami cenderung lebih sebagai pengikut/follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. (-) Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba halhal baru. (-) Item atau pertanyaan yang memiliki nilai terendah adalah yang kedua yaitu tidak banyak berinvestasi di Research and Development, memang TBI tidak memiliki bagian khusus untuk riset dan pengembangan, padahal banyak juga para karyawan yang menginginkan investasi dalam bidang ini. Sementara, pertanyaan yang memiliki perbedaan nilai terbesar adalah pertanyaan terakhir atau kelima bahwa para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba hal-hal baru. Seperti yang telah dijabarkan pada analisis sebelumnya memang belum ada penghargaan semacam ini dalam TBI, hanya saja terkadang program baru atau program yang sudah selesai dikerjakan biasanya 52

27 diumumkan di dalam rapat internal, tentunya termasuk diumumkan karyawan mana yang ikut dalam pengerjaan program tersebut, tetapi hanya sebatas itu saja. Dari segi psikologis wajar saja jika nilai yang diharapkan pada pertanyaan ini tinggi, karena bagi beberapa orang pengakuan akan kemampuan atau penghargaan memiliki arti yang penting. Sedangkan untuk pertanyaan yang memiliki nilai terbesar yaitu sangat baik adalah pertanyaan pertama di mana para karyawan sadar bahwa perusahaan mereka adalah yang terbaik atau terdepan di bidangnya. Ini menunjukkan bahwa para karyawan memiliki kebanggaan akan perusahaan. Item yang ketiga memiliki selisih yang terkecil, dimana perusahaan senang menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produk-produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. Pertanyaan ini mendekati nilai yang diharapkan, dan hal ini juga terbukti dengan TBI sebagai satu-satunya tempat kursus yang menyelenggarakan tes IELTS dan ibt TOEFL secara internasional di Bandung Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Individu Berdasarkan survei hasil yang didapat pada dimensi orientasi individu di TBI adalah 2,54 (tidak setuju). Nilai ini merupakan yang terendah diantara dimensi lainnya. Hal ini mempunyai arti bahwa nilai-nilai entrepreneurship yang diterapkan oleh para karyawan di dalam perusahaan masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan. Penguraian akan pertanyaan-pertanyaan dan pengukurannya terdapat pada tabel berikut: 53

28 No Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Individu Item Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. (+) Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar). (-) Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaik-baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. (-) Kondisi saat ini Saya sering berkhayal/melamun di tempat kerja. (+) Saya suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo. (+) Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. (-) Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti. (-) Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. (+) Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur/teratur. (-) Dapat dilihat bahwa pertanyaan yang mendapat nilai terendah adalah pentingnya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti bagi para karyawan. Hal ini membuktikan bahwa para karyawan memiliki keinginan untuk memperoleh kepastian dan kenyamanan dengan gaji yang pasti tanpa ada risiko, tetapi di sisi lain para karyawan sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri, terlihat bahwa nilai pada pertanyaan ini mendapatkan nilai yang paling tinggi. Di samping itu, karyawan lebih menyukai suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur atau teratur, berbeda sekali dengan lingkungan kerja yang bersifat entrepreneurial. Lalu karyawan juga senang berkhayal dan melamun di tempat kerja, bagi mereka jalan tercepat mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya para karyawan memiliki potensi besar menjadi 54

29 seseorang yang kreatif, tetapi karyawan tidak mau melakukan sesuatu yang bukan tugasnya. Para karyawan juga tidak terlalu sering mempertanyakan dan mengubah status quo, hal ini disebabkan karena para karyawan menilai dirinya bukan sebagai pemberontak, padahal lingkungan intrapreneurial membutuhkan orang-orang yang memiliki sifat suka mengubah hal-hal yang statis, dari situlah biasanya kreativitas muncul. Item kedelapan juga mendapatkan nilai yang cukup rendah dimana para karyawan tidak rela menukar gajinya sekarang dengan gaji yang lebih rendah dan kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. Ini merupakan pembuktian bahwa para karyawan di TBI belum mempunyai semangat entrepreneurial, kalaupun ada hal ini dihalangi oleh barrier yang disebut comfort zone dimana para karyawan memiliki ketakutan untuk keluar dari zona nyamannya sendiri, apalagi ditambah dengan fakta dalam situasi ekonomi yang ada saat ini bahwa lapangan pekerjaan makin sulit didapat Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kondisi Perusahaan Pada survei berikut para responden diminta untuk mengisi empat pertanyaan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dibanding kompetitor, pemberdayaan SDM, inovasi, dan penggajian. Berikut di bawah ini adalah penjabaran mengenai pengukuran keempat pertanyaan tersebut. 55

30 Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Dimensi Kondisi Perusahaan Kondisi Perusahaan Saat ini Kondisi_Perusahaan1 Perbandingan dengan kompetitor 4.33 Kondisi_Perusahaan2 Pemberdayaan SDM 3.95 Kondisi_Perusahaan3 Inovasi 3.73 Kondisi_Perusahaan4 Penggajian 4.60 Gambar 3.4 Kondisi Perusahaan The British Institute Kinerja Perusahaan Vs Kompetitor Berdasarkan pada grafik diatas dapat diketahui bahwa karyawan berpendapat kinerja perusahaan secara umum diatas kompetitor mereka atau mereka berpendapat kinerja perusahaan ada di atas rata-rata. Hal ini merupakan hal yang wajar karena dengan adanya kebanggaan para karyawan yang tinggi untuk bekerja di TBI. Terbukti dengan skor tinggi yang diperoleh yaitu 4,33. Pemberdayaan SDM Berdasarkan pada grafik di atas dapat diketahui dalam hal pemberdayaan SDM, perusahaan dianggap di atas rata rata yaitu 3,95. TBI sering kali mengadakan training bagi umum, bahkan TBI merupakan satu-satunya tempat kursus yang mengadakan pelatihan GITE (General Introduction to 56

31 Teaching English dan ITEC (Introduction to Teaching English to Children). Selain itu TBI juga memiliki workshop-workshop bagi karyawannya sendiri. Hal ini berlaku tidak hanya untuk para guru tetapi juga staf administrasi. Inovasi Dalam hal melakukan inovasi semua karyawan TBI berpendapat bahwa mereka merupakan perusahaan yang cukup terdepan. Hal ini dikarenakan TBI cukup mengedepankan inovasi dalam mengembangkan produk-produk dan layanan mereka. Hasil yang cukup baik 3,73 menunjukkan bahwa TBI masih perlu meningkatkan inovasi mereka, sehingga dapat menciptakan sumber sumber baru untuk pendapatan perusahaan. Penggajian Dalam bidang penggajian, para karyawan berpendapat gaji di TBI merupakan gaji yang berada diatas rata-rata yang diberikan di industri sejenis, bahkan merupakan yang paling baik. Terlihat dari skor 4,6 yang didapat. Dengan maraknya aksi bajak membajak staf di dalam dunia pendidikan membuat TBI menetapkan strategi untuk memberikan gaji yang lebih tinggi untuk menjaga kesetiaan karyawan mereka. Penggajian dapat menjadi salah satu pendorong munculnya keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan sehingga jika TBI memiliki sistem reward atau penghargaan berupa uang bagi karyawan yang paling inovatif misalnya, maka karyawan akan semakin termotivasi untuk berpikir kreatif Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Dimensi Tentang Saya Survei membuktikan bahwa dimensi ini memiliki nilai yang cukup baik yaitu 3,44 (setuju). Berarti pribadi para karyawan dalam hubungannya dengan sifat-sifat intrapreneurship masih perlu ditingkatkan, akan tetapi ini akan tergantung pada masing-masing individu, sebab sesuai dengan nama dari dimensi ini, bahwa survei yang dilakukan hanya memberi gambaran umum tentang pribadi individu. Di 57

32 bawah ini adalah hasil pengukuran dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada dimensi Tentang Saya. Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Dimensi Tentang Saya No Item Kondisi Saat ini Saya lebih bangga terhadap keberhasilan dari keahlian teknis saya dibandingkan dengan kemampuan saya dalam memimpin Saya lebih memilih menjalankan organisasi yang sudah terorganisasi dan terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan organisasi belum mapan dan tidak terorganisasi Sebagian besar orang di organisasi kami menggambarkan saya sebagai orang yang maverick (pemberani dan independent) Saya bangga terhadap diri saya sebagai orang yang mengerti politik di dalam perusahaan Rekan kerja menggambarkan saya sebagai orang kreatif yang suka kerja sendiri 6 Saya yakin entrepreneur itu dilahirkan bukan diciptakan Saya yakin entrepreneur dapat belajar beberapa hal namun harus memiliki banyak kualifikasi/ karakter lain yang tepat Saya yakin entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal dan pembelajaran Saya yakin entrepreneur bisa belajar banyak bagaimana menjadi seorang entrepreneur Saya yakin sebagian besar entrepreneur adalah hasil dari pembelajaran dan pengalaman bukan dari karakter personal Dari hasil survei yang didapat pertanyaan kelima mendapatkan nilai paling rendah, itu berarti bahwa karyawan kurang tergambar sebagai pribadi yang kreatif. Inilah yang menjadi tantangan bagi TBI yaitu menciptakan cara atau teknik untuk mendorong para karyawan berpikir secara kreatif. Sedangkan pertanyaan terakhir atau yang kesepuluh mendapatkan nilai paling tinggi. Ini membuktikan bahwa para karyawan TBI sudah memahami konsep dari entrepreneur yang merupakan hasil atau muncul dari proses pembelajaran dan pengalaman, ini menandakan bahwa sebenarnya para karyawan sudah memiliki dasar konsep mengenai entrepreneurship dan jika dipupuk atau dikembangkan terus-menerus oleh perusahaan maka bukan tidak mungkin bila nantinya semangat dan lingkungan yang bersifat intrapreneurship akan muncul. 58

33 3.2.4 Analisis dan Interpretasi Hasil ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire) Untuk menilai perilaku para manajer dan top management di TBI digunakanlah survei ELQ. Karena top management di TBI hanya terdiri dari 5 orang maka akhirnya seluruh karyawan diberikan survei ELQ, hanya bedanya para karyawan menilai para manajer, sedangkan para manajer menilai sesamanya (peer). Oleh karena itu jumlah responden ELQ sama dengan jumlah responden EOS yaitu 55. Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut Thornberry (2006) analisis survei ELQ ini melibatkan kategori General Entrepreneurial Leadership (GEL), serta empat tipe dari intrapreneur yaitu Miners, Explorers, Accelerators, dan Integrators. Klasifikasi tipe-tipe intrapreneur beserta rentangnya terdapat pada Tabel 3.19 Tabel 3.19 Klasifikasi Tipe Intrapreneur Berdasarkan ELQ Nilai GEL Explorer Miner Accelerator Integrator H M L Sedangkan pengukurannya menggunakan apa yang disebut dengan importance untuk mengukur pentingnya suatu perilaku atau tidak, dan frequency untuk mengukur jumlah atau frekuensi dilakukannya perilaku tersebut. Tabel 3.20 memperlihatkan hasil perhitungan ELQ The British Institute, sedangkan karakteristik kepemimpinan yang terdapat pada TBI terdapat pada gambar di bawah ini. 59

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara

Lebih terperinci

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian yang menggunakan instrumen Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dapat dinyatakan bahwa secara umum corporate

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Mandiri berupaya untuk menjadi dominant specialist bank pada tahun 2010.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. Graves, D., (1986) Corporate Culture Diagnosis and Change: Auditing and Changing the Culture

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Adonisi,Mandla, 2003, The Relationship Between Corporate Entrepreneurship, Market Orientation, Organisational Flexibility and Job Satisfaction, University of Pretoria, South Africa. Christensen,Karina,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS : KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG UTAMA WILAYAH JABODETABEK PT BANK CENTRAL ASIA TBK PROYEK AKHIR Oleh: RIFNI IVANA AZIS 29105006 Program Magister

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: 29105344 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR Oleh: YULIANTO NIM: 29105356 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia usaha sekarang ini banyak yang secara sadar berorientasi pada konsumen. Hal yang harus dipahami oleh perusahaan selaku produsen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), dengan verifikatif, yang mana tujuan dari penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA Felicia Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 7, felicia_fc@ymail.com Agung Gita Subakti,

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin.

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin. DAFTAR PUSTAKA Aucion, P., 1990. Administrative Reform in Public Management: paradigms, principles, paradoxes and pendulums, Governance, Vol. 3., No. 2., p. 116. Biantong, Alvin T, 2007. Analisis Budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, sehingga menciptakan persaingan bisnis yang amat ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, sehingga menciptakan persaingan bisnis yang amat ketat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan ekonomi berjalan sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi, sehingga menciptakan persaingan bisnis yang amat ketat. Persaingan ini

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pegawai merupakan asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. begitu para karyawan akan terdorong untuk memikirkan hal-hal yang inovatif

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. begitu para karyawan akan terdorong untuk memikirkan hal-hal yang inovatif BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dengan adanya tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh The British Institute, maka perusahaan perlu memiliki budaya corporate entrepreneurship, sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah Cooper dan Emory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:147) statistik deskriptif adalah: Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Lampiran 1 Alat Ukur Iklim Kerja KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Kristen Maranatha Bandung, saya membutuhkan beberapa informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian Populasi adalah jumlah keseluruhan subyek atau obyek yang akan diteliti. Populasi dapat diartikan sebagai jumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Dalam bukunya yang berjudul Corporate Culture: Challenge to Excellence, Moeljono mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap fase pembelajaran organisasi dengan mekanisme pembelajaran organisasi sebagai mediator, menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Desain Riset Metode Unit Analisis Penelitian Time Horizone T1 Deskriptif Survey T2 Asosiatif

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Untuk membantu perusahaan dalam mempersiapkan diri mengimplementasikan MBCfPE di dalam organisasi, maka penulis mencoba untuk membuat suatu model yang bertujuan: - Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONSEP DAN DEFINISI JASA Keanekaragaman makna dalam hal pemakaian istilah service dijumpai dalam literatur manajemen. Namun demikian, secara garis besar konsep service mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah Tebing View Resort yang berada di

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah Tebing View Resort yang berada di BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah Tebing View Resort yang berada di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya terletak di desa Karya Wangi RT 02/02 Kampung Nyampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy terhadap kinerja manajer, penulis melakukan observasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendefinisikan nilai dari variaelvariabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 28 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Moh. Nazir (2008;56), objek merupakan sesuatu yang dibicarakan dan yang dipikirkan sesuatu yang menjadi perhatian. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI AXA FINANCIAL INDONESIA KANTOR BANDUNG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: ADE TRIANGGA NIM :

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI AXA FINANCIAL INDONESIA KANTOR BANDUNG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: ADE TRIANGGA NIM : ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI AXA FINANCIAL INDONESIA KANTOR BANDUNG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: ADE TRIANGGA NIM : 29105348 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis & Manajemen Institut

Lebih terperinci

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu Bab 1. Pendahuluan Tingginya tingkat persaingan telah membawa pengaruh yang signifikan dalam dunia usaha. Persaingan tidak hanya mengandalkan segi kualitas tetapi juga mengutamakan segi pelayanan. Parasuraman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Analisis Industri Analisis SWOT - Perpektif Finansial - Perspektif Pelanggan - Perspektif Proses Bisnis Internal - Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi No.229,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk menemukan, menjelaskan, dan memperoleh gambaran keterkaitan antara motivasi diri dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Makan Ayam Bakar Pak Gendut yang berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung. DAFTAR PUSTAKA Asisthariani (2007) Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS dan ELQ. Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 3 AA-BB Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey menurut Sugiyono, (2010) adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah gambaran utama yang digunakan untuk menganalisa penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, tentunya untuk dapat bersaing sebuah perusahaan memerlukan adanya sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data adalah Bank Bukopin cabang Esa Unggul yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Gallery Smartfren Wayhalim, Jl. Arif rahman Hakim No. 18,Bandar Lampung. 3.2 Jenis Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Data yang

Lebih terperinci