BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

DEFINISI OPERASIONAL

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB V KESIMPULAN. setelah seseorang divasektomi maka untuk selanjutnya ia tidak lagi dapat

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi Biofisik

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN A.

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

KEADAAN UMUM LOKASI. Geografi

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur ini dapat di lihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Kelompok Umur (Tahun) Perempuan n % 25-35 14 46,66 36-45 14 46,66 46-55 1 3,34 >55 1 3,34 B. Mata Pencaharian Sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa responden hanya mengurus masalah rumah tangga sebagai Ibu rumah tangga. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian dapat di lihat pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan mata pemcaharian No Mata Pencaharian n (jumlah) % 1. Petani 23 76,67 2. Berdagang 0 0,00 3. Pegawai/Karyawan 0 0,00 4. Wiraswasta 0 0,00 5. Ibu rumah tangga 7 23,33 C. Pendidikan Responden hanya berpendidikan sampai SD dan SLTP, hal tersebut dikarenankan kebutuhan keluarga memaksa mereka untuk segera bekerja pada usia sekolah dan kemudian menikah. Responden umumnya tidak melanjutkan sekolah dan menikah pada usia dini demi meringankan beban orang tua mereka. 27

Hingga saat inipun tingkat pendidikan anak-anak mereka masih rendah. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 17. Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Responden n (jumlah) % Sekolah Dasar (SD) 19 63,34 SLTP 11 36,66 SMA/SMEA 0 0,00 PT 0 0,00 5.2 Penilaian Perempuan tentang Pola 5.2.1 Penilaian Perempuan tentang Pengelolaan hutan di Desa Bareng dikelola oleh masyarakat dan Perhutani. Pengelolaan hutan dijalankan bersama agar kedua belah pihak sama-sama mendapat keuntungan dari sumberdaya hutan yang tersedia. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan diperkenankan mengelola hutan, namun tidak boleh melakukan penebangan. Pengelolaan hutan mengandung arti upaya atau tindakan masyarakat dalam memanfaatkan hutan dengan segala isinya. Perempuan di desa Bareng sering lebih tergantung pada sumberdaya hutan dibanding laki-laki dalam memenuhi kebutuhan yakni perempuan juga mencari kayu bakar, pakan ternak dan makanan keluarga. Makanan keluarga yang dicari perempuan di hutan adalah sayur-sayuran. Penilaian berhubungan dengan pendapat individu dalam hal ini adalah perempuan. Penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan berarti bagaimana pendapat perempuan terhadap hutan. Berikut distribusi penilaian perempuan tentang pengelolaan hutan di desa Bareng dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pengelolaan hutan No Tingkat Penilaian Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah 5-10 0 0,00 2 Sedang 10,1-15 2 6,67 3 Tinggi 15,1-20 28 93,33 4 Sangat Tinggi 20,1-25 0 0,00 28

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa 93,33% responden memiliki tingkat penilaian yang tinggi terhadap keberadaan hutan. Hal ini berarti responden selama ini telah menganggap masyarakat dan Perhutani telah mengelola hutan dengan baik. Ada 6,67% responden yang mempunyai tingkat penilaian sedang terhadap pengelolaan hutan. Hal tersebut dikarenakan responden merasa manfaat hutan belum benar-benar terasa bagi mereka. Tidak ada seorang responden pun yang mempunyai penilaian rendah seputar pengelolaan hutan. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat desa sekitar hutan walaupun tingkat pendidikannya rendah, mereka telah memahami pentingnya keberadaan hutan di Desa Bareng. 5.2.2 Penilaian Perempuan tentang Peran Perempuan dalam Pelaksanaan Pengelolaan hutan di Desa Bareng dilaksanakan antara masyarakat dan Perum Perhutani dengan saling berbagi. Berbagi disini berarti adanya pembagian peran antara Perum Perhutani dengan masyarakat desa hutan dalam pemanfaatan lahan baik tanah maupun ruang, dalam pemanfaatan waktu dan pengelolaan kegiatan. Perempuan selain mengerjakan pekerjaan rumah juga melakukan kegiatan di lahan. Berikut dapat dilihat penilaian perempuan di Desa Bareng seputar pelaksanaan. Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pelaksanaan No Tingkat Penilaian Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah 5-10 0 0,00 2 Sedang 10,1-15 2 6,67 3 Tinggi 15,1-20 19 63,33 4 Sangat Tinggi 20,1-25 9 30,00 Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa 63,33% responden menyatakan bahwa keberadaan pelaksanaan yang melibatkan perempuan dan laki-laki sudah sejajar. Ada 30% atau sekitar 9 orang yang menyatakan bahwa pelaksanaan yang melibatkan perempuan dan laki-laki sudah sangat sejajar, tidak ada 29

ketidakadilan yang terjadi. Seluruh pembagian kerja antara perempuan dan lakilaki sudah dilakukan sebaik mungkin. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa pola sangat berguna bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa Bareng, tetapi beberapa responden juga mengatakan bahwa kegiatan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena itu kegiatan hanya mereka anggap sebagai pekerjaan sampingan. 5.3 Peran Perempuan dalam 5.3.1 Tingkat Kehadiran Perempuan dalam A. Tingkat Kehadiran Tahap Perencanaan Langkah awal perencanaan dimulai dari sosialisasi sampai penandatanganan kontrak kerja. Tahap perencanaan yang dilaksanakan LMDH Jati Agung III meliputi kegiatan penandatanganan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembagian lahan andil, pemasangan patok batas, pembentukan KTH dan penentuan bagi hasil. Kegiatan penandatanganan kontrak kerja antara Perhutani dalam hal ini adalah KPH Bojonegoro hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Walaupun kaum perempuan di LMDH Jati Agung III sering hadir dalam pertemuan penandatanganan kontrak tetapi keikutsertaan mereka masih pasif. Kegiatan penentuan jenis tanaman dilaksanakan oleh pihak Perhutani dan anggota LMDH Jati Agung III. Kegiatan penentuan jenis tanaman ini sudah melibatkan keikutsertaan perempuan, hanya saja kaum perempuan masih pasif. Jenis tanaman yang ditentukan adalah jati sebagai tanaman pokok dan Tanaman porang (Amarphopallus oncophilus), tanaman empon-empon seperti jahe, kencur dan kunir, lalu tanaman kacang Koro Benguk (Mucuna pruriens) sebagai tanaman. Pembagian lahan andil dilaksanakan antara ketua LMDH Jati Agung III dengan anggota-anggotanya. Luasan yang dikelola masing-masing rumah tangga berbeda-beda yakni berdasarkan kemempuan rumah tangga tersebut untuk mengelola lahan nya. Setelah lahan dibagi pengelolaannya untuk masing-masing rumah tangga anggota LMDH Jati Agung III kemudian 30

dilaksanakan kegiatan pemasangan patok batas. Kegiatan patok batas hanya dilaksanakan oleh kaum laki-laki saja, sedangkan kaum perempuan menyediakan konsumsi. Pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) merupakan salah satu strategi agar dapat berinteraksi langsung dengan hutan dan desa tertinggal. Pelaksanaan kegiatan KTH biasa dilaksanakan sebulan sekali di rumah ketua LMDH. Pertemuan LMDH biasanya dilakukan pada sore hari sehabis semua anggota telah selesai melakukan pekerjaan mereka. Kaum perempuan hanya sebagian yang ikut serta dalam pertemuan KTH karena mereka harus memberekan rumah dan menyiapkan makanan untuk keluarga. Dalam kegiatan penentuan bagi hasil, perempuan tidak ikut campur terlalu aktif. Kaum perempuan hanya ikut serta tanpa terlibat secara aktif dalam kesepakatan pembagian hasil antara Perhutani dan suami-suami mereka. Berikut distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam kegiatan perencanaan No Tingkat kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah 0-1 4 13,34 2 Sedang 2-3 23 76,66 3 Tinggi 4-5 3 10,00 Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa ada 23 orang atau 76,66% perempuan memilikki tingkat kehadiran sedang dalam kegiatan perencanaan. Banyak responden merasa kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan KTH penting untuk mengetahui perkembangan, walaupun mereka tidak turut aktif dalam proses pembuatan keputusan. Alasan yang diutarakan responden bahwa mereka hadir dalam pertemuan hanya untuk mendukung suaminya. B. Tingkat Kehadiran Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan penyuluhan dan pembinaan, pertemuan KTH, persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Berikut disajikan distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan pada tabel 21. 31

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan. No Tingkat kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah 5-10 5 16,67 2 Sedang 10,1-15 12 40,00 3 Tinggi 15,1-20 13 43,33 Setelah memperhatikan Tabel 20 maka dapat dikatakan bahwa nilai tingkat kehadiran perempuan di LMDH Jati Agung III mayoritas berada pada tingkat sedang dan tinggi, dengan persentase berurutan sebesar 40,00% dan 43,33%. Hanya sekitar 16,67% responden yang memiliki tingkat kehadiran rendah. Dalam tahap pelaksanaan, responden dalam hal ini perempuan sudah hampir secara rutin mengikuti kegiatan pelaksanaan. Di LMDH Jati Agung III diadakan penyuluhan dan pembinaan 12 kali pertemuan dalam setahun. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan di rumah Ketua LMDH Jati Agung III. Kebanyakan kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan pada siang dan malam hari atau bukan pada jam kerja masyarakat. Dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan ini sudah banyak kaum perempuan yang hadir, hanya saja kurang dapat berperan aktif karena adanya anggapan bahwa kegiatan tersebut diutamakan untuk laki-laki saja. Perempuan masih sungkan untuk unjuk bicara dan bertindak di depan umum. Dalam kegiatan persiapan lahan masyarakat mampu bekerjasama dengan Perhutani dan melaksanakannya dengan baik. Dalam kegiatan ini mayoritas yang terlibat adalah laki-laki, hal ini dikarenakan para perempuan harus mengurus pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam kegiatan ini biasanya hanya diperuntukan pekerjaan yang ringan-ringan saja, seperti menyediakan konsumsi. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan adalah kegiatan yang sangat dikontrol oleh Perhutani. Masyarakat diharapkan menanam tanaman yang tidak mengganggu tegakan jati, yang merupakan tegakan pokok Perhutani. Dalam kegiatan ini Perhutani dan masyarakat melakukan kerja sama yang cukup baik, masyarakat mematuhi aturan yang dibuat Perhutani dengan menanam tanaman yang tidak mengganggu tegakan jati. 32

Kegiatan pengamanan adalah kegiatan yang paling sulit dilakukan, karena luasnya wilayah kurang didukung oleh jumlah petugas pengamanan hutan. Perhutani melalui program ini mengharapkan tingkat kehadiran masyarakat dalam proses pengamanan hutan. Laki-laki bertugas melakukan ronda di lahan dan perempuan mengantarkan makanan serta menjaga rumah. Ronda rutin dilaksanakan oleh Polisi hutan dari Perhutani dan masyarakat secara bergantian ikut menemani. Perempuan sudah hampir seluruhnya menjalankan kegiatan pelaksanaan, baik penyuluhan dan pembinaan, pertemuan KTH, persiapan lahan dan penanaman dan pemeliharaan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan sudah cukup tinggi. C. Tingkat Kehadiran Perempuan dalam Setelah menganalisis tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan maka sekarang dapat di hitung seberapa besar sebenarnya tingkat kehadiran perempuan dalam di LMDH Jati Agung III. Tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam ini di hitung dengan menjumlahkan nilai tingkat kehadiran mulai dari kegiatan perencanaan hingga kegiatan pelaksanaan. Nilai minimum adalah 6 dan maksimum adalah 30. Berikut disajikan tingkat kehadiran perempuan dalam dalam Tabel 22. Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam No Tingkat Kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah 6-12 3 10,00 2 Sedang 12,1-18 14 46,67 3 Tinggi 18,1-24 13 43,33 4 Sangat Tinggi 24,1-30 0 0,00 Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan sebagian besar termasuk dalam kategori tingkat kehadiran sedang yakni sekitar 46,67% atau 14 orang perempuan. Sebagian besar lainnya masuk dalam kategori tingkat kehadiran tinggi (43,33%). Perempuan di LMDH Jati Agung III sudah menyadari pentingnya kehadiran mereka untuk memperoleh informasi tentang walaupun tidak 33

terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan pelaksanaan, responden sudah dilibatkan secara aktif untuk mendukung suami mereka. Responden menyerahkan segala proses perencanaan pada para suami dalam pertemuan KTH, sedangkan mereka selalu siap membantu dalam hal teknis. 5.3.2 Curahan Waktu Kerja Responden Responden dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Curahan waktu kerja responden disini berarti seberapa lama waktu yang dihabiskan responden untuk melakukan suatu pekerjaan dalam satuan waktu tertentu. Curahan waktu kerja responden dihitung mulai dari melaksanakan suatu pekerjaan hingga pekerjaan itu benar-benar selesai. Curahan waktu kerja responden dihitung dalam satuan HOK/bulan. Tabel 23 Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam kegiatan No Kegiatan Curahan waktu kerja perempuan (HOK/bulan) 1 Penanaman 0,00 2 Pemeliharaan 10,25 3 Pemanenan 10,25 Jumlah 20,50 Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa rata-rata curahan waktu kerja perempuan pada kegiatan penanaman bernilai 0. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penanaman hanya dilakukan sekali. Sedangkan penelitian ini mengkaji curahan waktu kerja perempuan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Rata-rata curahan waktu kerja perempuan pada kegiatan pemeliharaan dan pemanenan sama. Kegiatan pemeliharaan kurang lebih menghabiskan waktu 3-4 jam atau 10,25 HOK/bulan, yaitu pemberian pupuk, pemeriksaan terhadap hama penyakit dan pembersihan areal tanam. Kegiatan pemanenan juga menghabiskan waktu yang relatif sama dengan kegiatan pemeliharaan yaitu 3-4 jam atau 10,35 HOK/bulan. Kegiatan dalam bidang jasa, berdagang, kebun, sawah dan beternak termasuk dalam kegiatan non. Perempuan juga ikut serta meluangkan waktunya di dalam kegiatan ini. Curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan non dapat dilihat pada Tabel 24. 34

Tabel 24 Rata-rata curahan waktu Kerja responden dalam kegiatan non No Kegiatan Non n (jumlah) Total HOK/bulan Rata-rata HOK/bulan 1 Kebun 17 93,745 5,51 2 Sawah 5 22,50 4,50 3 Ternak 18 138,75 7,70 4 Berdagang 0 0,00 0,00 5 Jasa 0 0,00 0,00 6 Tidak Berkegiatan 8 0,00 0,00 Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa tidak terdapat kegiatan jasa dan berdagang di pada rumah tangga desa. Pada lokasi penelitian sama sekali tidak terlihat adanya warung kopi, kelontong atau bentuk perdagangan lainnya. Hal tersebut dikarenakan rumah tangga di LMDH Jati agung III lebih fokus pada kegiatan bertani, berkebun dan beternak. Dari 30 responden terdapat 17 perempuan yang juga memilikki pekerjaan berkebun dengan rata-rata curahan waktu kerja bernilai 5,51 HOK/bulan dan terdapat 5 orang responden yang juga bekerja di sawah dengan rata-rata curahan waktu kerja 22,5 HOK/bulan. Hal tersebut menunjukkan perempuan ikut meluangkan waktunya bekerja di lahan kebun dan sawah setiap harinya. Jadi bukan laki-laki saja yang datang ke kebun dan sawah. Terdapat 18 responden yang memilikki pekerjaan beternak dengan ratarata curahan waktu kerja terbesar diantara kegiatan non yang lain, yaitu 7,7 HOK/bulan. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan responden selalu meluangkan waktu untuk mengurus ternak mereka dirumah sambil mengurus kegiatan rumah tangga. Dari keseluruhan rata-rata curahan waktu kerja dalam kegiatan non tampak bahwa perempuan ikut serta dalam membantu laki-laki memenuhi kebutuhan hidup. Selain kegiatan dan non, perempuan tentu saja melaksanakan kegiatan rumah tangga. Kegiatan rumah tangga disebut juga dengan kegiatan domestik yang merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari gambaran seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga. Curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan domestik dapat dihitung dalam satuan jam/hari. 35

Berikut dapat dilihat rata-rata curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan domestik. Tabel 25 Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam kegiatan domestik No Kegiatan domestik Rata-rata curahan waktu kerja perempuan (jam/hari) 1 Memasak 1,50 2 Mencuci baju 0,717 3 Mengasuh anak 0,567 4 Membersihkan rumah 0,70 Jumlah 3,484 Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa perempuan di LMDH Jati Agung III dalam kesehariannya menghabiskan waktu 3-4 jam untuk mengerjakan kegiatan rumah tangga. 5.3.3 Kontribusi Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga A. Pendapatan Perempuan Sumber pendapatan perempuan dari sektor mempengaruhi keuangan rumah tangga. Dalam hal ini, pengeluaran keluarga tidak diperhitungkan sehingga hanya memperhitungkan pendapatan perempuan saja. Penghasilan non terdiri dari tiga sumber yaitu kebun, sawah dan ternak. Berikut dapat dilihat rata-rata pendapatan dan perubahan pendapatan perempuan dalam keluarga. Berikut dapat dilihat Rata-rata pendapatan perempuan dari kegiatan dan Non beserta Perubahan pendapatannya. Tabel 26 Rata-rata pendapatan dan perubahan pendapatan perempuan Rata-rata pendapatan perempuan (Rp/tahun) Non (Rp/tahun) Total (Rp/tahun) (Rp/tahun) Perubahan pendapatan (%) Kebun Sawah Beternak 5.830.000 2.290.000 7.060.000 508.000 506.000 1.014.000 53,28 Dari Tabel 26 dapat dilihat total rata-rata pendapatan sebesar Rp 508.000,00 sedangkan untuk kegiatan non sebesar Rp 506.000,00. Terdapat tiga sumber pendapatan dalam kegiatan non yaitu kebun, sawah 36

dan ternak. Di LMDH Jati Agung III sumber pendapatan terbesar dari kegiatan non adalah beternak. Oleh karena itu mayoritas responden juga beternak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Total keseluruhan rata-rata pendapatan perempuan sebesar Rp 1.014.000,00 dengan rata-rata perubahan pendapatan perempuan sebesar 53.28%. Pendapatan yang di dapat perempuan dalam kegiatan sedikit lebih besar daripada pendapatan yang didapat perempuan dari kegiatan non. Hal ini yang menyebabkan perempuan mulai ikut serta dalam kegiatan untuk dapat membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berikut dapat dilihat distribusi perempuan berdasarkan persentase perubahan pendapatan. Tabel 27 Distribusi perempuan berdasarkan persentase perubahan pendapatan Kategori Persentase Perubahan Responden Pendapatan n (jumlah) % Sangat baik 75-100% 7 24,00 Baik 51-75% 2 6,00 Cukup 25-50% 18 60,00 Kurang < 25% 3 10,00 Total 30 100 Dari Tabel 27 dapat dilihat sebagian besar persentase perubahan pendapatan perempuan sudah berada dalam kategori cukup yakni sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari kegiatan sudah diyakini cukup membantu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Ada 24% atau 7 responden yang persentase perubahan pendapatannya berada di kategori sangat baik, hal itu dikarenakan kegiatan adalah kegiatan utama mereka dalam membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga. B. Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kontribusi perempuan dapat diketahui dengan membandingkan masingmasing pendapatan perempuan dari dan non dengan pendapatan rumah tangga. Berikut dapat dilihat kontribusi perempuan dalam rumah tangga. 37

Tabel 28 Kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga melalui kegiatan dan non. Pendapatan perempuan (Rp/th) Pendapatan Non Total rumah tangga Kontribusi (%) Kontribusi Non (%) Total kontribusi (%) 508.000 4,85 506.000 4,83 1.014.000 9,68 10.480.000 Dari Tabel 28 dapat dilihat bahwa perempuan sudah memiliki konstribusi yang cukup dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Total kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga sebesar 9,68% atau Rp 10.480.000,00 per tahun, sehingga dapat dilihat bahwa kontribusi perempuan sudah dapat diperhitungkan dalam rumah tangga responden. 5.3.4 Pengambilan Keputusan A. Pengambilan Keputusan dalam Kelembagaan Adapun masalah yang terjadi di Desa Bareng selalu dibicarakan dalam pertemuan. Pertemuan ini biasanya dilaksanakan pada sore hari di rumah ketua LMDH Jati Agung III. Pertemuan biasanya dilaksanakan rutin satu kali dalam sebulan namun jika ada permasalahan yang mendesak untuk dibicarakan dapat dilaksanakan dua kali dalam sebulan. Dalam pertemuan biasanya dihadiri oleh masyarakat desa hutan sebagai orang-orang yang langsung berinteraksi dengan hutan, pihak Perhutani atau Dinas Kehutanan atau juga LSM sebagai penyuluh. Materi yang pernah dibicarakan adalah tentang kegiatan pengamanan hutan dari penjarah dan kebakaran hutan juga pemasaran hasil tanaman. Segala sesuatu permasalahan dalam pelaksanaan di Desa Bareng dibicarakan dalam pertemuan ini. Apabila pertemuan dilaksanakan pada malam hari dan siang hari sehabis dari kebun atau sawah hanya beberapa perempuan yang datang. Kebanyakan perempuan tidak datang dengan alasan mereka mau mengerjakan pekerjaan rumah dan sudah sangat lelah bekerja, sehingga mereka selalu menerima dan mendukung apa yang suami mereka putuskan. 38

B. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Hukum keluarga dalam suatu masyarakat merupakan patokan dan pedoman awal dari perilaku manusia perseorangan dalam masyarakat. Berbagai kegiatan yang ada dalam keluarga dijalankan melalui berbagai pilihan. Pilihanpilihan tersebut yang akan menentukan bagaimana kelangsungan hidup keluarga. Kegiatan pengambilan keputusan harus memilih pilihan yang tepat sehingga ketentraman keluarga dapat tercapai. Dilihat dari aspek gender, perbedaan perempuan dan laki-laki akan mempengaruhi pemikiran dalam pengambilan keputusan. a) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang merupakan perwujudan dedikasi Perum Perhutani kepada masyarakat sekitar hutan sebagai wujud peningkatan sosial, perekonomian, pendidikan dan kesehatan. yang hadir ditengah masyarakat membuat masyarakat mendapatkan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Pengambilan keputusan dalam keluarga tentang sektor yakni pada kegiatan produksi seperti penentuan pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH dan stakeholder yang terkait, kegiatan penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, penentuan penggunaan sarana produksi dan kegiatan pasca produksi seperti penentuan pemanfaatan hasil produksi dan penentuan penjualan hasil produksi. Berikut dapat dilihat persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan pada Tabel 29. Tabel 29 Persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan Pengambil Keputusan Penentuan jenis tanaman Pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH Penggunaan sarana produksi Pemanfaatan hasil produksi Penjualan hasil produksi n % n % n % N % n % SS 14 47,00 26 87,00 20 67,00 26 87,00 29 97,00 SI 15 50,00 3 10,00 9 30,00 3 10,00 0 0,00 IS 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3,00 30 100,00 30 100,00 30 100,0 0 30 100,00 Keterangan : Keterangan: n=jumlah, SS=Suami Sendiri, SI=Suami dan Istri, IS=Istri Sendiri 39

Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa mayoritas pengambil keputusan adalah laki-laki. Hanya sebagian kecil rumah tangga responden yang proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara istri dan suami. Hanya pada kegiatan penentuan jenis tanaman, 50% atau 15 responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Sebagian besar pengambilan keputusan dalam seluruh kegiatan masih dilakukan oleh laki-laki. Tabel 30 Distribusi responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam No Tingkat Pengambilan Kelas Nilai n (jumlah) % Keputusan 1 Rendah 5-10 28 93,34 2 Sedang 10,1-15 1 3,33 3 Tinggi 15,1-20 0 0,00 4 Sangat Tinggi 20,1-25 1 3,33 Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa tingkat pengambilan keputusan dalam oleh perempuan hampir keseluruhan berada di tingkat rendah yaitu 93,34%. Hal ini dikarenakan perempuan selalu mengikuti keputusan yang dibuat suami dan para suamipun menganggap para istri belum memiliki pengetahuan yang baik untuk membuat keputusan dalam kegiatan. Adapun satu rumah tangga responden yang berada pada tingkat sangat tinggi dikarenakan suami responden telah meninggal dunia, sehingga semua keputusan dalam rumah tangga diputuskan oleh responden sendiri. b) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang Kegiatan Domestik Dalam setiap rumah tangga pasti akan mengalami banyak permasalahan domestik seperti, menentukan jumlah keturunan, pendidikan anak, dan penentuan menu makanan sehari-hari, serta kesehatan keluarga dan kegiatan sosial di lingkungan. Karena itu peran gender sangat diperlukan dan penting dalam rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Perempuan seringkali dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga atau kegiatan domestik. Berikut ini dapat dilihat distribusi pengambilan keputusan perempuan dalam kegiatan domestik. 40

Tabel 31 Persentase pengambilan keputusan responden dalam kegiatan domestik. Pengambil Keputusan n (jumlah) % Suami sendiri 0 0,00 Suami bersama istri 27 90,00 Istri sendiri 3 10,00 Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dilakukan suami istri secara bersama-sama yakni 27 keluarga perempuan (90%). Hanya ada 3 orang responden perempuan yang melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik seorang diri. Hal tersebut dikarenakan suami dari 2 responden sama sekali tidak mau tau tentang kegiatan domestik dan menyerahkan seluruhnya kepada istri, sedang satu responden lain mengambil keputusan sendiri dikarenakan suami dari responden telah meninggal, sehingga semuanya harus diputuskan oleh responden sendiri. Pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik ini tidak ada satu pun rumah tangga dimana suami sendiri yang mengambil keputusan. Hal ini menunjukan bahwa istri sangat mengerti tentang segala kegiatan domestik dalam rumah tangga mereka. Mayoritas perempuan yang berada di desa Bareng mengartikan emansipasi wanita sebagai kesederajatan perempuan dan laki-laki dimana perempuan tidak hanya diam di rumah tetapi dapat juga bekerja mencari nafkah. Adapun media penyebaran emansipasi wanita di desa Bareng adalah televisi, radio dan buku. Perempuan memegang pearan yang sangat besar di bidang kesehatan dan gizi. Mayoritas perempuan di desa Bareng menggunakan spiral, suntik dan pil serta kondom sebagai langkah nyata dalam mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Beban untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) masih lebih banyak dipikul perempuan dibandingkan oleh laki-laki. Oleh karena itu, kesehatan perempuan sebagai aseptor harus senantiasa diperhatikan. Perempuan sebagai ibu rumah tangga juga sangat memperhatikan gizi keluarga. Gizi keluarga seperti konsumsi makanan dan minuman. Keluarga responden mengkonsumsi 4 sehat dan 5 sempurna berdasarkan tingkat penghasilanyang diperoleh. Apabila penghasilan yang diperoleh mencukupi maka keluarga dapat menikmati makanan dan minuman yang bergizi dan sebaliknya. 41

Pendidikan juga turut serta sebagai kegiatan domestik dalam keluarga yakni penentuan pendidikan bagi anak-anak. Pendidikan disini tidak hanya dipandang bertujuan untuk menambah pengetahuan tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (keahlian) sehingga dapat juga meningkatkan prokdutivitas anak-anak responden. Oleh karena itu, keputusan orang tua mengenai pendidikan anak-anaknya mempunyai dampak penting kesejahteraan keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan anak seperti harapan manfaat dan biaya sekolah. Dari sudut pandang orangtua, menyekolahkan anak merupakan investasi sehingga harus mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diterima. Manfaat yang diharapkan seperti materi yang bisa didapatkan dari anaknya pada hari tua mereka dan juga kepuasan orangtua mempunyai anak yang berpendidikan. 5.3.5 Korelasi antara Penilaian Perempuan dengan Peran Perempuan Penilaian terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, kebiasaan serta ketergantungan terhadap hutan dan kehutanan. Penilaian dalam penelitian ini adalah penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Uji korelasi Rank Spearman antara penilaian perempuan dengan peran perempuan dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara penilaian perempuan dengan peran perempuan yakni variabel tingkat kehadiran perempuan dalam, pengambilan keputusan, kontribusi pendapatan, dan curahan waktu kerja perempuan di dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Hasil pengujian korelasi Rank Spearman peran perempuan dalam Peran Perempuan Tingkat kehadiran dalam Pengambilan Keputusan Kontribusi Pendapatan Curahan Waktu Kerja di Penilaian Perempuan Correlation Coefficient -0.245-0.119-0.020 0.278 Sig (2-.192.532.918.136 tailed) N 30 30 30 30 Keterangan : ** = Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 42

Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara penilaian perempuan dengan peran perempuan yang diwakili variabel tingkat kehadiran perempuan, curahan waktu kerja, pengambilan keputusan dan kontribusi pendapatan perempuan. Dari Tabel 35 dapat dilihat bahwa penilaian perempuan berhubungan dengan variabel tingkat kehadiran dalam, pengambilan keputusan dan curahan waktu kerja di. Penilaian perempuan memiliki hubungan yang positif dengan curahan waktu kerja di dengan nilai korelasi 0,278. Semakin tinggi penilaian perempuan tentang maka curahan waktu kerja di akan semakin tinggi. Penilaian perempuan mempunyai hubungan negatif dengan variabel pengambilan keputusan, tingkat kehadiran dalam dan kontribusi pendapatan dengan nilai korelasi masing-masing -0.119, -0.245 dan -0.020. Nilai korelasi ini dianggap tidak berkorelasi karena memilikki nilai di bawah 0,25. Penilaian perempuan yang tinggi belum mampu meningkatkan tingkat pengambilan keputusan dalam rumah tangga, karena adanya kebiasaan dalam rumah tangga perempuan hanya mengurus masalah dapur atau kegiatan domestik, sedangkan urusan pekerjaan di serahkan sepenuhnya kepada para suami. Penilaian perempuan yang tinggi sudah mampu meningkatkan tingkat kehadiran perempuan, hanya saja belum maksimal karena para perempuan masih pasif dalam kegiatan. Variabel kontribusi pendapatan tidak memiliki hubungan dengan penilaian perempuan. Hal ini disebabkan perempuan hanya menggangap kegiatan adalah pekerjaan sampingan dan belum bisa dijadikan pekerjaan pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena pendapatan dari masih dianggap kurang. 43