2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

dokumen-dokumen yang mirip
ACARA IV POLA PENGALIRAN

4/8/2011 PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA. Permasalahan atau. isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi. pemetaan geomorfologi?

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

03. Bentangalam Struktural

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Karakteristik morfometri DAS Bulano dan DAS Paleleh yang meliputi. sungai; kerapatan pengaliran; dan pola pengaliran.

METODE. Waktu dan Tempat

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI. didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI. terbagi dalam tujuh (7) satuan fisiografi, yaitu : Dataran Rendah Timur (Eastern

LEMBAR PENGESAHAN. Semarang, 18 April 2014 NIM NIM

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pemetaan Geologi Skala 1:50000 dengan Menggunakan Citra Radarsat 2 dan Landsat 8 (Studi Kasus : Nangapinoh Provinsi Kalimantan Barat)

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

Nugroho Hari Purnomo Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial 1 Universitas Negeri Surabaya, 2015

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

Ilmu yang menguraikan tentang bentuk bumi, dengan sasaran utama relief permukaan bumi. Geomorphology is the study which describes landforms and the

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

ANALISA BENTANG ALAM

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

Beberapa definisi tentang geomorfologi setelah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB I PENDAHULUAN. geologi khususnya mempelajari tentang batuan sebagai objek utama, prosesproses

Pemetaan Geologi Menggunakan Analisa Integrasi Citra Radarsat-2 dan Landsat (Daerah Studi : Puttusibau, Kalimantan Barat)

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

Geomorfologi Terapan INTERPRETASI GEOMORFOLOGI CITRA SATELIT SEBAGAI DASAR ANALISIS POTENSI FISIK WILAYAH SELATAN YOGYAKARTA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

5 PEMBAHASAN. Landsat (citra sejenis)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

Oleh : Imron Bashori*, Prakosa Rachwibowo*, Dian Agus Widiarso (corresponding

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

GEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geomorfologi Daerah Majalangu dan Sekitarnya, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adipandang YUDONO

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

Aplikasi data penginderaan jauh untuk geologi telah

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh 2.3.7.1.Analisis Visual Analisis visual dilakukan untuk mendapatkan algoritma terbaik untuk menggabungkan data Landsat ETM+. Analisis visual dilakukan dengan menguji tingkat interpretabilitas (tingkat kemudahan interpretasi) citra yaitu tingkat kemampuan pembedaan, pengenalan dan identifikasi objek yang terekam pada citra (sesuai dengan tema penelitian yaitu identifikasi bentuklahan). Kriteria yang digunakan dalam menguji tingkat kemudahan interpretasi ialah : 1 1. Relief Relief diperinci berdasarkan amplitude, bentuk punggung, bentuk lereng, dan bentuk lembah. 2 a. Amplitude merupakan beda tingi antara puncak timbulan dan dasar lekukan (lembah). Amplitude dibedakan menjadi : Datar (D), Landai (L), Berombak (B), Bergelombang (Gb), Berbukit kubah (Bk), Berbukit (Bt), dan Bergunung (G), 3 b. Bentuk punggung, dibedakan menjadi : tajam, membulat, membulat lebar, dan bentuk meja, 4 c. bentuk lereng, dibedakan menjadi : lurus, cembung, cekung, cembung-cekung, tidak teratur, 5 d. bentuk lembah, dibedakan menjadi : huruf v, huruf v lebar, huruf u, huruf u landai, dan berteras (penjelasan komponen relief pada Lampiran 4). 1 2 2. Drainase (kerapatan dan pola aliran). Sistem drainase dikontrol oleh resistensi perlapisan batuan serta dibentuk oleh proses geologi. Kerapatan aliran dibedakan menjadi : Sangat rapat (SR), Rapat (R), Kerapatan sedang (M), Jarang (J), dan Sangat jarang (SJ). Pola aliran dasar (A.D. Howard (1967) dalam Zuidam, R.A. van et al (1979)) dibedakan menjadi: dendritic, parallel, trellis, rectangular, radial, annular, multi-basinal, contorted. Selain pola aliran dasar juga terdapat pola aliran modifikasi yaitu subdendritic, pinnate, anastomotic, distributary, subparallel, colinear, directional trellis, recurved trellis, fault trellis, joint trellis, angulate, centripetal, complex, compound, dan palimpsest (Lampiran 5-6). 3 3. Indikator struktur, yaitu dengan menguji tingkat kemudahan interpretasi fenomena struktur, yaitu : Lipatan, Sesar (Patahan), Kontinyuitas bidang lapisan batuan, Kelurusan

(lineament), Sumbu antilklinal, Sumbu sinklinal, dan lain-lain, serta sikap perlapisan batuan (dip dan strike), 4 5 4. Batas litologi, yaitu dengan menguji tingkat kemudahan interpretasi satuan batuan dan mengetahui batas setiap unit litologi pada citra. Jenis batuan berkaitan dengan genesa suatu bentuklahan. 6 7 5. Rona atau warna Rona menyatakan tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra dalam wujud hitam putih, sedangkan warna menyatakan tingkat kegelapan di dalam warna merah, hijau, biru, kuning dan lainnya. 8 2.3.8 Tahap Penyusunan Peta Bentuklahan 9 2.3.8.1. Interpretasi citra Interpretrasi citra dilakukan secara visual dengan mendelineasi (membatasi) wilayah liputan citra dengan membedakan menjadi satuan bentang lahan utama (major landscape unit) berdasarkan Land System atau Satuan Fisiografi terlebih dahulu. Kemudian diperinci ke dalam unit-unit bentuklahan. Land System yang sama terbentuk karena asal mula pembentukan (genesa) dan sumber material yang sama. Interpretasi dilakukan dengan digitasi layar (on screen digitizing) menggunakan software ArcView versi 3.3. Untuk menjaga objektifitas hasil interpretasi maka interpretasi dilakukan pada skala yang sama yaitu skala 1 : 50.000 (sesuai dengan klasifikasi bentuklahan yang digunakan). Interpretasi visual dilakukan berdasarkan kemampuan pikiran secara komprehensif, berdasarkan aspek fotomorfik dan unsur-unsur interpretasi (rona atau warna, bentuk, pola, tekstur, pola, situs, dan asosiasi) untuk melakukan identifikasi dengan mendasarkan pada pengenalan ciri (karakteristik) obyek secara keruangan (spasial). Selain menggunakan unsur interpretasi tersebut, intrepretasi juga menggunakan unsur yang berkaitan dengan tema pemetaan yaitu komponen (unsur) : 1 1. Relief 2 a. amplitude (beda tinggi antara lembah dan puncak),

3 b. bentuk punggung, 4 c. bentuk lereng, dan 5 d. bentuk lembah 6 2. Drainase 7 a. pola aliran 8 b. kerapatan aliran 9 3. Struktur geologi 10 a. sikap perlapisan batuan (attitude) berupa : dip, strike, dip-slope, face-slope, scarp, 11 b. indikator struktur (kontinyuitas bidang lapisan batuan, sesar, sumbu antiklinal/ sinklinal, lipatan, patahan, Kelurusan (lineament), 12 4. Batas litologi 13 5. Rona/ warna 14 Interpretasi citra dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur interpretasi yaitu rona (tone), bentuk, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Klasifikasi bentuklahan yang digunakan pada penelitian ini ialah klasifikasi bentuklahan pada peta geomorfologi skala 1 : 50.000 sesuai dengan klasifikasi Verstappen (1975) yaitu: 1) bentuklahan asal struktural, 2) bentuklahan asal vulkanik, 3) bentuklahan asal denudasional, 4) bentuklahan asal fluvial, 5) bentuklahan asal marin, 6) bentuklahan asal glasial, 7) bentuklahan asal aeolin, 8) bentuklahan asal solusional (karst), dan 9) bentuklahan asal organik. Dari bentuklahan utama tersebut kemudian dirinci menjadi unit-unit bentuklahan. 15 16 Hasil interpretasi menghasilkan Peta Bentuklahan Tentatif Daerah Penelitian. Peta ini bersifat tentatif atau sementara karena masih perlu dicocokkan dengan kondisi di lapangan melalui tahap kerja lapangan. 1 2.3.8.2. Kerja Lapangan Kerja Lapangan dilakukan untuk mencocokkan peta bentuklahan hasil interpretasi dengan kondisi di lapangan dan mendapatkan data lapangan. Metode sampling yang digunakan ialah stratified sampling yaitu berdasarkan strata unit bentuklahan. Alasan

dipilihnya metode ini ialah bentuklahan (populasi) terdiri dari bermacam-macam unit bentuklahan (unsur), sehingga populasi dapat dibagi menjadi beberapa stratum. Strata didasarkan pada setiap unit bentuklahan. Banyaknya sampel pada setiap unit bentuklahan sebanding dengan luasnya. Semakin luas unit bentuklahan, semakin banyak jumlah sampelnya, dan sebaliknya. 2.3.8.3. Interpretasi Ulang Interpretasi ulang dilakukan untuk memperbaiki Peta Tentatif Bentuklahan. Data hasil cek lapangan digunakan untuk mengkoreksi dan membenahi peta tentatif bentuklahan, sehingga dihasilkan peta bentuklahan akhir. Pembuatan Peta Bentuklahan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu : 1 1. Desain peta dasar Peta dasar digunakan untuk menyajikan data-data tematis yang akan digambarkan. Peta yang digunakan sebagai peta dasar dalam penelitian ini adalah peta rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000. Bagian-bagian yang digunakan dalam peta dasar yaitu : sungai, bentuk perhubungan (jalan, rel kereta api), dan administrasi (nama dan batas kecamatan dan kabupaten). 2. Desain isi peta Menurut dimensi data secara geografis, bentuklahan disajikan dengan simbol area, menurut tingkatan data yang dipetakan bentuklahan termasuk klas nominal, variabel visual yang digunakan adalah warna, Figure ground concept adalah aspek bentuklahan, Persepsi spontan adalah asosiatif. cara penggambaran simbol dengan menggunakan huruf, angka dan garis. Huruf dan angka digunakan untuk menunjukkan satuan bentuklahan. Huruf digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuklahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis bentuklahan pada masing-masing bentukan asal. Garis digunakan untuk mengekspresikan elemen-elemen bentuklahan dan batas satuan peta bentuklahan. Warna digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal. Untuk masing-masing bentuklahan diberi simbol warna sesuai dengan warna dasar bentukan asal. Hal tersebut mengacu pada

simbolisasi bentuklahan sistem ITC seperti yang dikemukakan oleh Verstappen dan Van Zuidam (1975).

Tabel 2.2 Simbol Warna Satuan Bentuklahan Utama No Bentuklahan Warna simbol 1 1. Struktural Ungu 1 2. Vulkanik Merah 1 3. Denudasional Coklat 1 4. Fluvial Biru gelap 1 5. Marin Hijau 1 6. Glasial Biru muda 1 7. Aeolin Kuning 1 8. Solusional Orange Sumber : Verstappen dan Van Zuidam (1975) 1 2 3. Desain layout Ukuran kertas yang digunakan untuk menyajikan peta bentuklahan pada penelitian ini ialah A4 (21 x 29,7 cm). Peta bentuklahan daerah penelitian jika disajikan pada format tersebut skalanya ialah 1 : 170.000. Informasi tepi (marginal information) peta yang ditulis pada peta yaitu : 1) garis tepi peta (frame), 2) Judul peta (Peta Bentuklahan Daerah Penelitian dan Peta Citra Daerah Penelitian), 3) Skala peta menggunakan skala angka dan grafis, 4) Orientasi (simbol arah), 5) Legenda berupa simbol titik, garis, maupun area, 6) Inset berupa posisi daerah penelitian di wilayah Propinsi Jawa Tengah, 7) Grid menggunakan sistem grid UTM (Universal Transverse Mercator) dan grid geografis, 8) Sumber Peta berupa peta rupabumi Indonesia, peta geologi, dan citra Landsat ETM+ hasil penggabungan menggunakan algoritma terbaik untuk pemetaan bentuklahan, 9) Pembuat, dan 10) Tahun pembuatan peta.