BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

JURNAL LIAN FITRIAN ABDULLAH

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

P R O F I L DESA DANUREJO

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN


BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Statistik Daerah. Kecamatan Andam Dewi. Katalog BPS : Sopo Godang Raja U

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo yang disahkan melalui Undang-undang nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Secara geografis lebih dari 75 persen wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah pesisir, dengan panjang garis pantai mencapai 320 kilometer persegi (Km 2 ), sekaligus merupakan garis pantai terpanjang di Provinsi Gorontalo yang berhadapan dengan Samudera Pasifik. Kabupaten Gorontalo Utara Awalnya baru mempunyai 5 kecamatan namun pada tahun 2011 5 kecamatan ini dimekarkan menjadi 7 kecamatan dan sampai dengan saat ini jumlah kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara berjumlah 11 Kecamatan (Kecamatan Kwandang, Atinggola, Sumalata, Tolinggula, Anggrek, Gentuma Raya, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Monano, Sumalata Timur, Biau) dengan luas wilayah 1.777,30 Km 2, (BPS Kabupaten Gorontalo Utara, 2013). Kecamatan Ponelo Kepulauan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Kwandang pada tahun 2011 yang memiliki luas wilayah terkecil disbanding dengan kecamatan lain dengan luas wilayah 10,40 Km 2 dengan persentase 0,59%. Kecamatan Ponelo Kepulauan terdiri dari 4 desa (Desa Ponelo sebagai ibukota Kecamatan Ponelo Kepulauan, Desa Malambe, Otiola dan Tihengo) dan memilki 12 dusun. Jumlah penduduk di Kecamatan Ponelo Kepulauan adalah 4109 dengan jumlah penduduk laki-laki 2051 dan perempuan 2058 jiwa. Desa Ponelo merupakan ibukota Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan batas wilayah secara administrasi adalah: Sebelah Utara Sebelah Selatan : Kabupaten Bolmong Utara : Desa Molingkapoto

Sebelah Timur : Desa Otiola Sebelah Barat : Desa Malambe Desa Ponelo merupakan pusat dari kecamatan Ponelo Kepulauan, yang sebagian besar penduduknya sebagai nelayan. Jumlah penduduk yang berada didesa Ponelo sebanyak 1035 orang, yang terdiri dari laki laki 338 orang, dan perempuan 697 orang, serta jumlah kepala keluarga yang berada di desa Ponelo sebanyak 201 kepala keluarga (Kantor Desa Ponelo, 2013). Masyarakat Desa Ponelo umumnya berprofesi sebagai nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Sehingga pendapatan mereka pun bergantung dari sumber daya laut yang ada di sekitar mereka. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Sementara hanya sebagian kecil dari nelayan Ponelo memiliki pekerjaan alternatif seperti bertani atau menjadi tukang kayu atau tukang batu. Setiap masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tentunya mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda keadaan umum masyarakat setempat dapat diketahui dari mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Mata pencaharian masyarakat di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Jenis Pekerjaan Nelayan Desa Ponelo, 2013 NO. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan 1. Petani 47 orang 3 orang 2. Nelayan 60 orang - 3. PNS 5 orang 9 orang 4. Bidan - 1 orang 5. Perawat - 1 orang 6. TNI 1 orang - 7. Pensiunan PNS/TNI/POLRI - 1 orang 8. Dukun Kampung Terlatih - 2 orang Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 1 di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan bermata pencaharian

sebagai Nelayan dengan jumlah 425 orang selanjutnya adalah petani 50 orang, PNS 14 orang, bidan 1 orang, perawat 1 orang, TNI 1 orang, Pensiunan 1 orang dan yang terakhir adalah dukun kampong 2 orang. Luas wilayah menurut penggunaan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Ponelo, 2013 NO Wilayah Menurut Penggunaan Luas Ha/M 2 1. Pemukiman 3,5 2. Persawahan - 3. Perkebunan 63 4. Pekarangan 33,05 5. Perkantoran - Sumber: Data Sekunder Setelah diolah, 2013 Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa luas wilayah menurut penggunaan untuk wilayah perkebunan dengan luas terbesar 63 Ha.M 2 selanjutnya untuk wilayah pekarangan seluas 33,05 Ha.M 2 dan terakhir adalah wilayah pemukiman 3.5 Ha.M 2. B. Identitas Responden Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di bidang pertanian yang meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan termasuk penangkapan ikan dan pemungutan hasil laut. Pengenalan identitas responden sangat diperlukan guna untuk melengkapi hasil penelitian dengan diwakili oleh petani sebagai responden dan bisa menggambarkan ataupun memberikan informasi yang sangat akuran sesuai dengan keadaan sebenarnya. Secara rinci identitas petani responden yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lama berusahatani adalah sebagai berikut:

1. Umur Responden Menurut Kotler dan Amstrong, (1997) dalam Prasetyo, (2004:33) Umur merupakan salah satu faktor demografi yang mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusa, menerima segala sesuatu sebagai hal yang baru dan dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap beberapa barang dan jasa. Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang diukur setiap tahun sejak dari tahun lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu umur sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik dari segi kemampuan fisik, dan cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani, maka dengan sangat mudah petani tersebut menerima informasi serta penggunaan teknologi dalam bidang pertanian dibandingkan dengan petani yang sudah berumur tua yang nyatanya sudah sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk bekerja. Hal ini disebabkan karena petani yang masih muda berani menanggung resiko. Berdasarkan kriteria umur, umur kurang dari 15 tahun dikategorikan umur belum produktif, 16 60 tahun dikategorikan umur produktif, dan umur lebih dari 60 tahun dikategorikan umur tidak produktif lagi. Umur petani responden dapat dilihat secara rinci pada Gambar 2 di bawah ini. 35 35 30 25 20 15 10 5 0 0 0-15 16-60 61-70 2 Gambar 2. Keadaan Umur Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013

Berdasarkan Gambar 2 di atas maka dapat dilihat bahwa petani responden yang memiliki usia belum produktif (antara 0-15) tidak ada (0) dan untuk usia yang tergolong produktif atau petani yang mempunyai kemampuan fisik dan dapat bekerja dengan baik (antara 16-26 tahun) berjumlah 35 orang, sedangkan yang memiliki usia tidak produktif atau petani yang mempunyai kemampuan fisik terbatas misalnya dalam mengolah usaha taninya sudah tidak mampu lagi atau tenaga yang sudah berkurang ( > dari 60 tahun ) berjumlah 2 orang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia responden didominasi oleh usia 16-60 tahun yang berarti sebagian besar petani nelayan responden berusia produktif. 2. Tingkat Pendidikan Responden Ilmu pengetahuan sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih mudah untuk berfikir serta mampu untuk mengimplementasikan teori langsung kelapangan. Tingkat pendidikan yang diperoleh petani berasal dari dua sumber, yaitu pendidikan formal dan in formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal adalah pengetahuan yang diperoleh petani tanpa melalui sekolah seperti pengalaman, informasi dari tetangga, petani lain, pamong desa, petugas penyuluh, dan lain-lain. Tingkat pendidikan petani responden menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataniya. Tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

24% 0% 8% SD SMP SMA 68% Gambar 3. Keadaan Pendidikan Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013 Pada Gambar 3. Diketahui bahwa, petani responden yang ada dilokasi penelitian masih tergolong rendah dalam hal ilmu pengetahuan, dimana setelah dilakukan penelitian maka didapati sebanyak 25 orang atau 68% petani yang memiliki pendidikan SD (Sekolah Dasar) hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menimbah ilmu. Selanjutnya petani yang pendidikannya sampai tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 3 orang atau 8%, dan terakhir adalah jumlah petani yang tingkat pendidikannya sampai ketingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 9 orang atau 24%. Dengan demikian maka secara keseluruhan jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar pendidikannya asdalah SD yang kemudian disusul oleh petani responden yang pendidikannya sampai ketingkat SMA dan terakhir adalah tingkat pendidikan SMP.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab dalam membiayai kehidupan semua anggota keluarga dalam rumah tangga. Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga petani atau semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani responden. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan petani. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan termotifasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga petani responden disajikan pada Gambar 4 di bawah ini. 2 3 4 5 6 7 8% 3% 5% 27% 38% 19% Gambar 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013 Pada Gambar 4. Menunjukkan bahwa petani responden yang ada dilokasi penelitian sebagian besar memiliki 3 tanggungan keluarga yaitu berjumlah 14 orang atau 38% dan kemudian disusul oleh petani responden yang memiliki 5 tanggungan keluarga dengan 10 orang atau 27%, selanjutnya yang memiliki 4 tanggungan keluarga hanya 19% atau berjumlah 7 orang, kemudian petani responden yang memiliki 6 tanggungan keluarga berjumlah 3 orang atau 8% dan disusul oleh petani responden yang memiliki 2 tanggungan keluarga dengan jumlah 2 orang atau 5% dan terakhir adalah petani responden yang memiliki 7 tanggungan keluarga yang berjumlah 1 orang atau 3%. Dengan demikian sebagian besar petani responden yang berada di lokasi penelitian memiliki 3 tanggungan

keluarga yang berarti petani responden harus bekerja keras untuk menghidupi atau membiayai 3 orang yang termasuk dalam tanggungan keluarga. 4. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang sedang dikembangkan. Selain itu, petani-petani muda biasanya mengambil pengalaman dari orang tuanya dalam melaksanakan usahataninya, dan akhirnya akan mengambil tanggung jawab orang tuanya yang semakin tua. Pengalaman berusahatani petani responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. 25 20 15 24 10 5 0 1-20 tahun 12 21-40 tahun 1 41-60 tahun Gambar 5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013 Berdasarkan Gambar 5. Menunjukkan bahwa petani responden yang ada dilokasi penelitian didominasi oleh yang memiliki pengalaman berusahatani selama 1-20 tahun yaitu berjumlah 24 orang, sementara yang memiiki pengalaman berusahatani yang berkisar antara 21-40 tahun adalah 12 orang dan terakhir adalah petani responden yang memiliki pengalaman berusahatani selama 41-60 tahun

hanya berjumlah 1 orang, ini berarti bahwa petani nelayan responden sudah cukup mempunyai pengalaman untuk melaksanakan usahataninya dengan baik. 5. Luas Daerah Penangkapan Responden Luas daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penentu dalam menghasilkan besarnya jumlah produksi oleh petani nelayan responden. Semakin besar luas daerah penangkapan maka semakin banyak pula jumlah hasi produksi dari usahatani yang dikerjakan oleh petani responden. Luas daerah penangkapan oleh petani responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. 3 3 1 30 1-100 mil 101-200 mil 201-300 mil 301-400 mil Gambar 6. Luas Lahan Petani Responden di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013 Berdasarkan Gambar 6. Dapat diketahui bahwa petani responden yang memiliki luas daerah penangkapan berkisar 1-100 mil berjumlah 30 orang, kemudian yang memiliki luas daerah penangkapan antara 101-200 mil berjumlah 3 orang, selanjutnya untuk petani yang memiliki luas daerah penangkapan 201-300 mil berjumlah 3 orang dan terakhir untuk petani yang memiliki luas daerah penangapan berkisar 301-400 hanya berjumlah 1 orang, maka luas daerah penangkapan di lokasi penelitian lebih didominasi oleh petani yang memiliki luas daerah penangkapan yang berkisar 1-100 mil.

C. Kondisi Aktual Rumah Tangga Nelayan Masyarakat Desa Ponelo umumnya berprofesi sebagai nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Sehingga pendapatan mereka pun bergantung dari sumber daya laut yang ada di sekitar mereka. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Sementara hanya sebagian kecil dari nelayan Ponelo memiliki pekerjaan alternatif seperti bertani atau menjadi tukang kayu atau tukang batu. Selain itu, Desa Ponelo belum memiliki infrastruktur yang memadai (listrik, air bersih, pendidikan, kesehatan, perbankan dan pasar tradisional). Hal ini menyebabkan segala aktivitas ekonomi masyarakat selalu terpusat di Ibukota Kabupaten, sehingga roda perekonomian di Desa Ponelo berjalan sangat lambat. Realita kehidupan di wilayah pesisir pada umumnya merupakan kantong-kantong kemiskinan struktural yang acapkali sangat mencemaskan. Secara internal sifat hasil produksinya yang mudah busuk. Kedua jebakan perangkap hutang pada tengkulak atau juragan akibat irama musim ikan yang tidak menentu, kondisi perairan yang sudah tangkap lebih, modernisasi penangkapan, kerasnya persaingan usaha dan mekanisme pasar, tekanan kenaikan dan kebutuhan pokok membuat suatu pilihan sulit bagi keluarga nelayan. Seringkali pula mereka harus menjual sebagian atau bahkan semua aset produksi yang dimiliki untuk menutupi hutang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. D. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang diterima dalam bentuk uang yang berasar dari usaha perikanan maupun diluar usaha perikanan dalam kurun waktu satu tahun pengeluaran. Pendapatan keluarga nelayan pada sub sektor perikanan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan rata-rata sebesar Rp. 9.228.648/tahun, sedangkan untuk jumlah biaya non sektor perikanan rata-rata sebesar Rp. 465.054. untuk lebih jelasnya pendapatan keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat pada hasil perhitungan dibawah ini:

. (1) Y = Rp. 9.228.648,65 + Rp. 465.054,05 = Rp. 9.692.702 / Thn Jadi dari perhitungan analisis pendapatan nelayan di Desa ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan di atas dapat dilihat bahwa hasil dari pendapatan nelayan dalam sub sektor perikanan (Rp/thn) ditambah dengan pendapatan diluar sub sektor perikanan (Rp/Thn) memperoleh hasil rata-rata sebesar Rp. 9.692.702 /Thn E. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pengeluaran rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan hidup manusia pada penelitian ini terbagi atas kebutuhan pangan (beras, lauk pauk, garam, gula, kopi, rokok/tembakau, sabun, minyak tanah) sedangkan untuk kebutuhan non pangan terbagi atas (pendidikan anak, pakaian, kesehatan, menabung, rekreasi, perbaikan rumah, listrik pembelian barang dan pajak bumi dan bangunan), perhitungan pengeluaran rumah tangga neleyan ini diperoleh dari jumlah kebutuhan kebutuhan pangan (Rp/thn) dan kebutuhan non pangan (Rp/thn), untuk perhitungan pengeluaran rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dapat dilihat secara rinci di bawah ini:. (2) C = Rp. 6.746.027 + Rp. 2.522.864 = Rp. 9.268.891 /Thn Jadi, berdasarkan perhitungan pengeluaran rumah tangga nelayan di atas maka di peroleh hasil total pengeluara rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan hasilm rata-rata sebesar Rp. 9.268.891 /Thn

E. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Besarnya Pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraann rumah tangga nelayan. Kriteria tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria kemiskinan dari Sajogyo dan kriteria kemiskinan dari BKKBN. a. Tingkat Kesejahteraan Menurut BKKBN Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sesuai hasil penelitian sebagian besar keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dalam kehidupan sehari-hari rata-rata mempunyai 4 orang jumlah tanggungan sehingga dapat meningkatkan biaya pendidikan anak serta jenis pengeluaran lainnya, keluarga nelayan Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sebagian besar jika dilihat dari tempat tinggal (rumah) sudah memiliki rumah beton dan hanya sebagian keluarga nelayan memiliki transportasi seperti motor dll. Keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dimana keluarga nelayan hanya mengharapkan tenaga surya (matahari) untuk menerangi tempat tinggal serta melengkapi kegiatan baik dipagi hari maupun dimalam hari. Keluarga nelayan di Desa Ponelo yang melakukan kegiatan menabung hanya sekitar 8% atau hanya sekitar 3 orang dari jumlah responden yang ada pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan menurut BKKBN termasuk pada indikator kelauarga Sejahtera I atau Miskin dimana menurut indikator jika keluarga nelayan tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi memiliki tabungan keluarga, mengikuti kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan, rekreasi bersama dan menggunakan sarana transportasi seperti motor dan mobil. Maka dengan itu rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan sesuai hasil penelitian termasuk pada rumah tangga Sejahtera I.

b. Tingkat Kesejahteraan Menurut Sajogyo Pendapatan dan pengeluaran per kapita pertahun diperoleh dengan membagi total pendapatan dan pengeluaran suatu rumah tangga dalam setahun dengan jumlah anggota dalam rumah tangga tersebut (Sajogyo, 1997). Pendapatan dan pengeluaran per kapita pertahun pada rumah tangga nelayan dapat dilihat pada lampiran 7 dan 10. Suatu rumah tangga dikatakan miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah perkotaan diukur dengan nilai daerah setempat. Kecamatan Ponelo Kepulauan termasuk dalam daerah pedesaan sehingga pengeluaran per kapita per tahun untuk suatu rumah tangga agar tidak dikatakan miskin harus lebih besar dari 320 kg beras atau dengan harga sebesar Rp. 2.880.000. Harga beras pada saat penelitian Rp. 9000/kg. Bila dilihat dari segi pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun berdasarkan kriteria ini, rumah tangga nelayan termasuk pada kategori miskin. Rata-rata pendapatan sebesar Rp. 9.692.702,70 /Thn dengan pendapatan rata-rata per kapita per tahun untuk rumah tangga nelayan adalah setara dengan 288 kg beras atau dengan harga sebesar Rp. 2.593.675,9 /Thn dan untuk total pengeluaran per kapita per tahun rata-rata sebesar Rp. 1.729.600 atau setara dengan 192 kg beras. Berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa rumah tangga nelayan di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan secara rata-rata tingkat pendapatan pengeluaran per kapita per tahun kurang dari nilai tukar 320 kg beras. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan responden telah tergolong Miskin berdasarkan kriteria dari Sajogyo.