Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95
|
|
- Devi Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN ( PNPM MANDIRI KP ) KABUPATEN MUKOMUKO oleh Indra Cahyadinata Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNIB cahyadinata@yahoo.com ABSTRAK PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yang pada sektor kelautan dan perikanan dikenal dengan istilah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP). Di Kabupaten Mukomuko, pelaksanaan PNPM Mandiri KP difokuskan pada Kecamatan Air Rami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status ketahanan pangan dan status kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dipilih responden dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Status ketahanan pangan dianalisa dengan menggunakan persentase pengeluaran untuk pangan, dan status kemiskinan dianalisas dengan pengeluaran per kapita setara beras. Status ketahanan pangan menunjukkan sebanyak 57,1% masyarakat penerima termasuk dalam kategori tahan pangan, dimana masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Sedangkan sebanyak 42,9%, masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko tidak memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Berdasarkan indikator kemiskinan, masyarakat penerima termasuk dalam kategori tidak miskin sebanyak 77,4% yang berarti masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). Masyarakat yang termasuk dalam kategori miskin sebanyak 22,6%, yaitu tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa), dan hanya 1,2% termasuk dalam kategori miskin sekali, yaitu sangat tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). Kata Kunci : PNPM Mandiri KP, Ketahanan Pangan, Kemiskinan PENDAHULUAN Latar Belakang PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Secara umum, PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan menggunakan kecamatan sebagai lokus program
2 untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program, memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal, mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif, menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis dan Melalui proses pemberdayaan yang terdiri dari atas pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan. PNPM Mandiri yang diimplementasikan oleh pemerintah menyentuh semua sektor pembangunan, termasuk sektor kelautan dan perikanan, yang dikenal dengan istilah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP). Di Kabupaten Mukomuko, pelaksanaan PNPM Mandiri KP difokuskan pada Kecamatan Air Rami yang terdiri dari masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Namun pada tahap pelaksanaan program tersebut, belum diketahui status ketahanan pangan dan kemiskinan masyarakat penerima. Kondisi ini menyebabkan sulitnya menetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan program pada masa yang akan datang. Untuk itu, menjadi perlu dilaksanakan kajian tentang status ketahanan pangan dan kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP saat ini, sebagai dasar untuk penilaian keberhasilan pelaksanaan program. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui status ketahanan pangan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko. 2. Mengetahui status kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko. METODOLOGI Responden Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima PNPM Mandiri KP Kabupaten Mukomuko Tahun 2009 yang berjumlah 226 orang, yang tersebar pada 3 desa di Kecamatan Air Tami, yaitu Desa Desa Marga Mulia, Desa Cinta Asih dan Desa Talang Rio. Dari jumlah tersebut, dipilih responden sebanyak 84 orang, yang terdiri dari 24 orang di Desa Cinta Asih, 36 orang di Desa Marga Mulia dan 24 orang di Desa Talang Rio. 2
3 Analisa Data Analisa Ketahanan Pangan Analisa ketahanan pangan dilakukan untuk mengetahui status ketahanan pangan (kerawanan pangan) rumah tangga penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko. Banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur ketahanan pangan rumah tanggga. Salah satunya adalah proporsi belanja pangan terhadap belanja rumah tangga (percentage of expenditure on food). Secara singkat, formula untuk menghitung pangsa pengeluaran pangan adalah sebagai berikut (Smith and Subandoro, 2005) : pengeluara npangan % pengeluara nuntuk pangan = 100 total pengeluara n Dengan menggunakan persamaan, rumah tangga dapat didistribusikan ke dalam ketegori ketahanan pangan rumah tangga, yakni tahan pangan atau rawan pangan. Indikator penilaian status ketahanan pangan masyarakat adalah : 1. Rawan Pangan : jika persentase pengeluaran pangan > 60,6% 2. Tahan Pangan : jika persentase pengeluaran pangan 60,6% Analisa Kemiskinan Penilaian kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko bertujuan untuk memetakan status kemiskinan masyarakat, sekaligus untuk melengkapi analisis kesejahteraan yang dilakukan. Indikator penilaian kemiskinan yang digunakan adalah (Sayogyo, 1977) : 1. Tidak Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun sama atau lebih tinggi dari setara 320 kg beras untuk pedesaan dan 480 kg untuk daerah kota. 2. Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara 320 kg beras untuk pedesaan dan 480 kg untuk daerah kota. 3. Miskin sekali, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg untuk daerah kota. 4. Paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara 180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg beras untuk daerah kota. Lokasi pelaksanaan kegiatan (Desa Marga Mulia, Desa Cinta Asih dan Desa Talang Rio) dapat dikategorikan sebagai daerah pedesaan. Berdasarkan indikator 3
4 penilaian kemiskinan, maka indikator penilaian kemiskinan pada lokasi kegiatan ini adalah : 1. Tidak miskin : pengeluaran per kapita per tahun setara beras 320 kg 2. Miskin : pengeluaran per kapita per tahun setara beras kg 3. Miskin Sekali : pengeluaran per kapita per tahun setara beras kg 4. Paling miskin : pengeluaran per kapita per tahun setara beras < 180 Kg HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Informasi tentang karakteristik rumah tangga sangat penting untuk memberikan gambaran tentang kondisi aktual masyarakat. Secara deskriptif karakteristik responden yang diamati dalam survey ini meliputi umur, pendidikan formal kepala keluarga, pengalaman, dan jumlah tanggungan keluarga. Jumlah Responden yang diambil sebagai responden dalam survey ini sebanyak 84 responden yang berada di Desa Cinta Asih, Desa Marga Mulia dan Desa Talang Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko. Dimana 60 respoden petani ikan air tawar dan 24 nelayan perikanan tangkap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. Umur (tahun) Rata-Rata (tahun) Pendidikan (tahun) Rata-Rata (tahun) Tanggungan (orang) Rata-Rata (orang) Pengalaman (tahun)
5 Rata-Rata (tahun) Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010) Umur Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dalam berusahatani. Faktor usia akan mempengaruhi terhadap keadaan penyerapan motivasi teknologi, dengan umur semakin tua akan semakin lambat menerima inovasi baru (Fauzi, 2007). Petani dan nelayan di usia produktif diharapkan akan dapat bekerja dengan optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari hasil survey diketahui bahwa kisaran umur antara 23 sampai 65 tahun, dan rata-rata umur 39,5 tahun. Menurut Junaidi, A (2007), usia produktif berada pada umur 23 sampai 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani dan nelayan yang menjadi responden dalam survey ini berada pada usia produktif dan diharapkan memberikan hasil yang maksimal dalam berusaha perikanan air tawar dan perikanan tangkap sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Tingkat Pendidikan Selain umur, tingkat pendidikan juga faktor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam usahanya. Salah satu alasannya tingkat pendidikan akan menentukan seseorang dalam berfikir, bersikap, dan bertindak dalam mengelola usahanya seperti kemampuan dalam menyerap suatu inovasi baru. Pendidikan formal juga akan mempengaruhi petani dan nelayan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan usahanya. Rata-rata lama pendidikan formal petani ikan air tawar dan nelayan perikanan tangkap adalah 7,9 tahun dengan kisaran 1 sampai dengan 12 tahun. Dilihat dari rata rata ini maka dapat disimpulkan bahwa petani ikan air tawar dan nelayan perikanan tangkap hanya baru menyelesaikan tingkat sekolah dasarnya. Hal ini sangat penting dalam upaya meningkatkan pengetahuan petani dan nelayan dalam adopsi teknologi baru. Upaya ini akan dapat diakselerasi melalui pendidikan non formal misalnya pelatihan-pelatihan dan kegiatan penyuluhan pertanian dalam suatu kelompok tani. Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah semua orang yang tinggal bersama kepala keluarga dan tidak tinggal bersama kepala keluarga tetapi hidupnya 5
6 masih dibiayai. Data survey menunjukkan bahwa rata-rata tanggungan keluarga 4 orang dengan kisaran antara 2 sampai dengan 6 orang. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan akan memberikan motivasi untuk berupaya meningkatkan pendapatan usahanya. Motivasi yang kuat akan berpengaruh terhadap keinginan untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jumlah anggota keluarga yang besar dan berada dalam usia produktif merupakan sumber tenaga kerja yang potensial sehingga dapat mengurangi beban dan tanggungan di dalam keluarga Besarnya tanggungan keluarga ini memberikan konsekuensi pada makin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung oleh kepala keluarga, meskipun jumlah yang besar ini pun mungkin masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja dari dalam keluarga. Semakin besar ukuran keluarga, yang ditunjukkan oleh jumlah tanggungan keluarga ini, maka semakin besar potensi tenaga kerja keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam waktu yang bersamaan, ketersediaan tenaga kerja inipun akan mengurangi biaya tenaga kerja dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pengalaman Dalam Berusaha. Pengalaman sebagai petani ikan air tawar dan nelayan merupakan salah satu faktor yang penting bagi mereka sebagai upaya mencapai keberhasilan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman mereka dalam menjalankan usahanya adalah 15.3 tahun, hal ini karena pada umumnya msyarakat telah lama menjalankan aktivitasnya sebagai petani dan nelayan sejak mereka muda, bahkan sebelum mereka berkeluarga. Pengalaman ini akan banyak membantu mereka dalam menjalankan aktivitasnya. Bagi mereka yang sudah lama berpengalaman diharapkan akan lebih efisien dan produktif dalam melakukan aktivitas, karena biasanya mereka mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul berdasarkan pengalaman dari kegiatan sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. Kepemilikan Lahan Kepemilkan lahan disini merupakan luas dari pekarangan, kebun, sawah dan kolam yang dimiliki. Lahan merupakan salah satu faktor produksi penting, karena besarnya luas lahan yang diusahakan untuk suatu usahatani akan mempengaruhi besarnya produksi yang diperoleh dalam suatu waktu dan areal tertentu. Luas lahan 6
7 akan berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi yang dihasilkan petani sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan oleh petani. Luas lahan garapan sering menjadi bahan pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan terhadap usahataninya, misalnya menentukan jumlah benih atau bibit yang akan diusahakan. Besarnya luas lahan yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kepemilikan Lahan No Uraian Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap Total Rata-rata (Ha) Rata-rata (Ha) Rata-rata (Ha) 1 Pekaranagn Kebun Sawah Kolam Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010) Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata luas pekarangan yang dimilki Ha atau sekitar 50 m 2. Masyarakat petani perikanan budidaya pada umumnya pekarangan rumah yang menjadi tempat tinggal merupakan hak milik sendiri dan sudah dimiliki sejak tahun 1982 melalui progam Transmigrasi dari pemerintah. Sedangkan untuk nelayan perikanan tangkap yang berada di Desa Talang Rio mayoritas masyarakat penduduk suku asli Bengkulu. Luas kebun yang dimiliki rata-rata 1.10 Ha, dimana pada umumnya ditanami dengan tanaman tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Luas kolam yang dimiliki petani ikan air tawar yang berada di Desa Marga Mulia dan Desa Cinta Asih rata-rata Ha atau sekitar 850 m 2. Masing-masing petani memiliki 4 kolam sampai dengan 8 kolam, dengan rata-rata ukuran kolam 20 meter x 15 meter dan 10 meter x 15 meter. Ketahanan Pangan Pada penelitian ini dilakukan kajian tentang ketahanan pangan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko. Konsep ketahanan pangan rumah tangga dicerminkan oleh kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Ketahanan pangan rumah tangga akan terusik keberadaannya 7
8 ketika terjadi krisis ekonomi (daya beli rumah tangga menurun), tingkat produksi dan ketersediaannya terbatas. Pada skala rumah tangga, kerawanan pangan meliputi terganggunya pola makan, friksi sekitar pangan dalam rumah dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi tradisi budaya dan ritual yang berbasis pangan. Lebih lanjut, kerawanan pangan dari aspek sosial budaya dimanifestasikan dalam perilaku mendapatkan pangan dengan cara yang berbeda dengan norma sosial yang berlaku, misalkan dari mencuri, meminjam dari tetangga dan sebagainya. Ketahanan pangan bagi rumah tangga dipengaruhi oleh banyak faktor dan bervariasi antar individu ataupun rumah tangga. Pemilikan lahan (fisik) yang didukung iklim yang sesuai, disertai sumberdaya manusia (SDM) yang baik akan menjamin ketersediaan pangan yang kontinyu. Perangkat lunak berupa kebijaksanaan pertanian (pangan) amat menentukan pelaku produksi atau pasar untuk menyediakan pangan yang cukup. Sementara akses pangan hanya dapat terjadi apabila rumah tangga yang ada memiliki pendapatan yang cukup atau memiliki daya beli yang menjangkau. Namun apabila pendapatan rumah tangga tetap, sementara tingkat harga pangan naik maka daya beli masyarakat / rumah tangga menjadi berkurang dan pada gilirannya akses rumah tangga terhadap pangan juga menurun. Penentuan status ketahanan pangan pada kegiatan ini dihitung berdasarkan persentase antara pengeluaran pangan dengan pengeluaran total rumah tangga. Status ketahanan pangan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Status Ketahanan Pangan Penerima PNPM Mandiri KP No Ketahanan Pangan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Tahan Pangan % % % 2 Rawan Pangan 2 8.3% % % Rerata %-tase belanja pangan (%) 46.4% 59.7% 55.9% Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010) Berdasarkan tabel di atas, masyarakat yang termasuk dalam kategori tahan pangan sebanyak 57,1%, yang terdiri dari 91,7% masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap dan 43,3% masyarakat yang mengusahakan perikanan budidaya. 8
9 Ini berarti bahwa sebanyak 57,1% masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Sedangkan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko yang termasuk dalam kategori rawan pangan sebanyak 42,9%, yang terdiri dari 8,3% masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap dan 56,7% masyarakat yang mengusahakan perikanan budidaya. Ini berarti bahwa sebanyak 42,9% masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko tidak memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Tabel di atas juga menginformasikan bahwa untuk masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap memiliki ketahanan pangan yang relatif lebih baik dari masyarakat yang mengusahakan perikanan budidaya. Meskipun demikian, secara rata-rata masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko lebih banyak memiliki ketahanan pangan yang lebih baik. Kemiskinan Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang atau masyarakat tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). Secara anatomis, pada dasarnya kemiskinan dapat diklafikasikan dalam dua kategori yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan struktural. Kemiskinan alamiah dapat timbul karena faktor alam yang tidak mendukung, misalnya sumberdaya yang langka atau tidak bisa lagi menjadi daya dukung kebutuhan manusia. Kemiskinan struktural terjadi karena struktur sosial yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Birokrasi yang berbelit-belit dan sistem mekanisme pasar yang tidak sehat misalnya merupakan beberapa sebab kemiskinan struktural (Fauzi, 1992). Rasdani (1993) menyatakan bahwa kemiskinan struktural disebabkan oleh kurang modal, kurang pendidikan, tidak punya keahlian yang lebih produktif, tidak punya pendukung yang kuat dalam masyarakat dan tidak punya semangat untuk memperbaiki nasibnya. Selain itu, tidak punya kemampuan dari dalam untuk mengembangkan diri, posisinya lemah dan pasrah, sehingga tercipta kebudayaan kemiskinan (culture of poverty). Kusnadi (2002) menyatakan, kemiskinan dan tekanan-tekanan sosial ekonomi 9
10 yang dihadapi nelayan, berakar pada faktor kompleks yang sangat terkait. Faktorfaktor tersebut diklasifikasikan ke dalam faktor alami dan faktor non alami. Faktor alamiah berkaitan dengan fluktuasi musim penangkapan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Faktor non alamiah, berkaitan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial yang pasti, lemahnya penguasaan jaring pemasaran, dan modernisasi perikanan yang telah berlangsung sejak seperempat abat terakhir ini. Status kemiskinan penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko ditentukan berdasarkan pengeluaran total setara beras. Ini berarti, total pengeluaran setiap rumah tangga disetarakan dengan konsumsi beras, yang dihitung dengan membagikan total pengeluaran dengan rata--rata harga beras di Desa Marga Mulia, Desa Cinta Asih dan Desa talang Rio, yaitu sekitar Rp per kg. Dengan demikian, status kemiskinan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Status Kemiskinan Penerima PNPM Mandiri KP No Kategori Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Tidak Miskin Miskin Miskin Sekali Paling Miskin Rerata pengeluaran/kapita/ tahun setara beras (kg) Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010) Tabel di atas menginformasikan bahwa status kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko hanya termasuk dalam kategori miskin dan tidak miskin. Sedikit sekali masyarakat atau kelompok masyarakat yang termasuk dalam kategori miskin sekali dan dan tidak ada yang masuk dalam kategori paling miskin. Kelompok perikanan budidaya yang masuk dalam kategori miskin sekali hanya 1,7%. Untuk masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap, sebanyak 75% termasuk dalam kategori tidak miskin dan hanya 25% yang masuk dalam kategori miskin. Sedangkan untuk masyarakat yang mengusahakan perikanan budidaya, sebanyak 78,3% termasuk dalam kategori tidak miskin dan hanya 20% yang masuk 10
11 dalam kategori miskin. Ini berarti secara rata-rata (sebanyak 77,4%) masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa), sekitar 22,6 tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa), dan hanya 1,2% yang sangat tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Status ketahanan pangan menunjukkan sebanyak 57,1% masyarakat penerima termasuk dalam kategori tahan pangan, dimana masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Sedangkan sebanyak 42,9%, masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko tidak memiliki kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pangan yang mencukupi untuk kehidupan yang sehat dan produktif serta berlangsung dari waktu ke waktu. Berdasarkan indikator kemiskinan, masyarakat penerima termasuk dalam kategori tidak miskin sebanyak 77,4% yang berarti masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). Masyarakat yang termasuk dalam kategori miskin sebanyak 22,6%, yaitu tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa), dan hanya 1,2% termasuk dalam kategori miskin sekali, yaitu sangat tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan dan bukan pangan (pakaian, perumahan, dan jasa). Saran Program PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko diharapkan dapat meningkatkan status ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan masyarakat 11
12 penerimanya, sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri, khususnya PNPM Mandiri KP. Untuk itu, implementasi program harus dapat meningkatkan efisiensi dan skala usaha. Dengan demikian, diperlukan juga baseline tentang faktor-faktor produksi yang digunakan oleh masyarakat penerima, yang juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevaluasi program pada masa yang akan datang. Untuk meningkatkan keberhasilan, dalam implementasi juga diperlukan adanya pendampingan dalam pengembangan usaha masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Baliwati, Y.F Sistem Pangan dan Gizi. Dalam Baliwati Y.F. et al., (editor), Pengantar pangan dan Gizi. Depok: Penebar Swadaya. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Mukomuko, Nama-nama Kelompok dan Anggota Penerima Bantuan Langsung Masyarakat PNPM- Mandiri KP. Mukomuko Fauzi, A Suatu Telaahan Masalah Kemiskinan di Indonesia. Makalah Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardinsyah, Briawan, D Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: IPB Press. Kusnadi Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan. Penerbit LkiS, Yogyakarta. Rasdani, M Nelayan, Kehidupan dan Permasalahannya. Majalah Dinas Perikanan. Jakarta Rohimah, Esti Kajian Kesejahteraan Keluarga: Keragaan Pemenuhan Kebutuhan Pangan Dan Perumahan Pada Keluarga Nelayan Di Daerah Rawan Bencana. Skripsi (S1). Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian. Bogor 2009 Sayogyo, Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSP IPB. Bogor. Smith, Lisa C. And Ali Subandoro Measuring Food security Using Household Expenditure Surveys. IFPRI. Washington DC. Sunarti Studi Ketahan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus Pengaruhnya terhadap Kualitas Kehamilan. Tesis. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 12
Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal
Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 1, Januari 2011 Hal 253-264 ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Pertanian Paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa mengabaikan kelestarian
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT
STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT Oleh: Mewa Arifin dan Yuni Marisa') Abstrak Membicarakan masalah kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung, berarti membicarakan distribusi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciANALYSIS OF FACTORS CAUSE REDUCTION SAWAH RICE FARMERS IN CENTRAL DISTRICT TAPANULI
Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2016 Volume 20 No. 1 ANALYSIS OF FACTORS CAUSE REDUCTION SAWAH RICE FARMERS IN CENTRAL DISTRICT TAPANULI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH ELSA THESSIA YENEVA 06114052 FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si
ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN Oleh: Drs. Suyoto, M.Si PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI, 2002 UPAYA PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,
Lebih terperinciSTUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN
STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU
ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa dan Andi Ishak Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu,
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI
PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciHerman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai
Lebih terperinciseperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi
1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)
Lebih terperinciPeningkatan Penghargaan Terhadap Kompetensi Penyediaan jasa kebersihan kantor
URUSAN : Pertanian SKPD : Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan KODE 2 01 Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan 4.945.000.000 RUTIN 760.377.300 2 2.01.05 01 Program Pelayanan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 KETAHANAN PANGAN: SUATU ANALISIS KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES Siti Wahyuni 1)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian di satu sisi mempunyai peran strategis
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan
Lebih terperinciKEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)
KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan
Lebih terperinciPEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT
PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kawasan pedesaan di Indonesia akan semakin menantang dimasa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI MAMAN SUKARMAN NPM. 0910483020987 ABSTRAK Data statistik perkebunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Agroforestri adalah sistem manajemen sumberdaya alam yang bersifat dinamik dan berbasis ekologi, dengan upaya mengintegrasikan pepohonan dalam usaha pertanian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta
TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN...I.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU
189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari peranan
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT
KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah
Lebih terperinciSemakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd
BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciREVITALISASI PERTANIAN
REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)
1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciKEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN
DINAS PERTANIAN KEPEG DAN KEU TANAMAN PANGAN TANAMAN HORTIKULTURA PETERNAKAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SARANA PRASARANA TANAMAN PANGAN SARANA PRASARANA TANAMAN HORTIKULTURA SARANA PRASARANA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciBoks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS
Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan
Lebih terperinciKrisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB II TUGAS PEMBANTUAN
BAB II TUGAS PEMBANTUAN Upaya pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
60 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Partisipasi menurut Mardikanto (1987) adalah keikutsertaan seseorang atau
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinci