BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dengan ruas jalan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. terkait hasilnya belum sesuai yang diharapkan (Aryono, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 dalam Badan

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

WISNU WIJIYANTO SAPUTRO J PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

The 2 nd University Research Coloquium 2015 ISSN

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

BAB I LATAR BELAKANG

Emergency First Aid Course

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

BAB I PENDAHULUAN.

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang disegala usia adalah salah satu tujuan dari. Development Goals (SDGs). Tak luput dari sasaran SDGs angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

BAB I PENDAHULUAN. banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana merupakan. lingkungannya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016).

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

Kata Kunci: Pengetahuan, Kegawatdaruratan, Sikap Posdaya, Trauma

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan atau rumah sakit tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari

PENANGANAN KEGAWATANDARURATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut World Health Organization pada tahun 2011, setiap hari setidaknya 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Pada kawasan Asia Tenggara, setiap jam terdapat 34 orang meninggal karena kecelakaan di jalan raya. Tahun 2001 ada 354.000 orang meninggal karena kecelakaan di jalan dan sekitar 6,2 juta orang dirawat di rumah sakit. Kecelakaan lalu lintas telah menjadi penyebab 90% cacat seumur hidup (Qualiyah, 2006). Unicef (2012) melaporkan bahwa remaja usia 10 sampai dengan 19 tahun berjumlah 1,2 milyar sedunia dimana bahwa setiap tahun rata-rata 1,4 juta remaja mengalami kecelakaan di jalanan. Proyeksi yang dilakukan WHO antara tahun 2000-2020 menunjukan kematian akibat kecelakaan lalulintas akan menurun 30 persen di Negaranegara dengan pendapatan tinggi seperti Amerika Inggis dan Belanda, tetapi akan meningkat di negara-negara pendapatan rendah seperti Timor-Timor, Laos dan negara berkembang seperti Indonesia dan Vietnam. Tanpa adanya 1

2 tindakan yang nyata tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor 3 di dunia (Itha, 2008). Pada tahun 2008-2009 di Indonesia diperkirakan lebih dari 39 ribu warga meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas. Selain korban jiwa, lebih dari 79 ribu warga mengalami luka-luka akibat kecelakaan lalu-lintas untuk tahun 2009. Jika ditambah tahun sebelumnya mencapai lebih dari 150 ribu jiwa lebih yang mengalami luka-luka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2008 sebanyak 20.188 kasus dan turun 9,83 persen menjadi 18.205 kasus pada tahun 2009.( Mabes polri, 2009). Dengan kata lain, setiap hari minimal 40 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (Kasatlantas Boyolali). Penanganannya dilakukan oleh 2 lembaga pemerintahan, yaitu Ditjen Bina Marga dan Ditjen Perhubungan Darat. Kedua lembaga pemerintah tersebut dalam prakteknya di lapangan belum terintegrasi secara optimal, misalnya sering dijumpai tidak adanya rambu batas kecepatan pada tikungan jalan yang disesuaikan dengan fungsi jalan. Maka ada tiga aspek penting yang harus harus dipenuhi, yaitu forgiving road environment, self explaining road, self regulating road (Ditjen Bina Marga, 2007 & Mulyono, et al., 2009). Peningkatan angka kematian yang terjadi di jalan raya, tempat kerja, di sekolah ataupun di rumah tangga. Biasanya terjadi, salah satunya karena masyarakat Indonesia tidak tahu cara menolong korban yang baik dan benar saat menemukan korban. Tidak jarang akibat tindakan yang salah saat menolong bisa menambah cidera bahkan kematian (BPS, 2013).

3 Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah usaha-usaha untuk menangani korban kecelakaan sesegera mungkin di tempat kejadian. Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari team medis (Mashoed, 2007). Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertolongan pertama pada kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan sementara terhadap korban yang dilakukan secepat dan setepat mungkin sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter agar korban tidak menjadi lebih parah. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Supporl, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik ABC pada prosedur CPP. (Cardio Pulmonary Resusettation) yaitu: 1) A (Ainray) : Menjagajalan nafas tetap terbuka 2) B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasiyang adekuat 3) C (Circulation) :Mengadakan sirkulasi buatan dengan keompresi jantung paru. Pada 2015, AEIA (American Hearth Association) mengumumkan perubahan prosedur CPF- (Cardio Pulmonary Resuscitation) yarry

4 sebelumnya menggunakan A-B-C (Airway- Breathing - Circulation)sekarang menjadi C-A-B (Circulation - Ai:rw ay - Breathing). Tanggal 18 oktober 2015 lalu AFIA (Amerioan Hearth Association) mengumumkan perubahan prosedur CPF. (Cardio Pulmornry Resuscitation) atau dalam bahasa Indonesia disebut RIP (Resusitasi Jantung Paru) yang berbeda dari prosedur sebelumnya yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir. Perubahan tersebut ada dalam sistematikany4 yaitu sebelumnya menggunakan A-B-C (Airway-Bleathing-Circulation) sekarang menjadi C-A- B (Circulation - Airway - Breathing). Namun perubahan yang ditetapkan AHA tersebut hanya berlaku pada orang dewasa, anak, dan bayi. Perubahan tersebut tidak berlaku pada neonatus. Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) menjadi solusi terpilih terbaik untuk memberi bantuan bagi seseorang dengan kriteria gawat darurat. Pusponegoro (2005) menyatakan bahwa suatu sistem yang baik akan tercermin dari waktu tanggap (Respon Time) sesaat setelah cedera terjadi. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat itu tergantung kepada tiga hal yaitu kecepatan ditemukannya penderita, kecepatan meminta bantuan pertolongan dan kecepatan dan ketepatan bantuan yang diberikan dan dilakukan oleh orang yang kompeten. Melihat ketiga faktor tersebut dapat dimengerti bahwapertolongan pertama di tempat kejadian (On The Spot) sebaiknya dilakukan oleh penolong yang memahami prinsip resusitasi dan stabilisasi, ekstrikasi dan evakuasi, serta cara transportasi penderita dengan benar. Tenaga PMR di sekolah yang terlatih di tahap prahospital memiliki

5 posisi sangat strategis. Kondisi penderita yang membutuhkan jalan napas yang bersih, ventilasi paru adequat, sirkulasi darah yang baik dan terhindar dari perdarahan lanjut serta terlindungi dari kecacatan menjadi poin penting bahwa seorang penolong pertama harus mempunyai dasar keilmuan yang memadai tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Pendidikan kesehatan dengan simulasi pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yaitu salah satu metode untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada siswa tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Keunggulan dari metode simulasi ini adalah perhatian responden dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik dan mencoba mempraktikkan secara langsung proses pendidikan yang telah diberikan sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti (Notoatmodjo, 2010). Menurut Sanjaya (2006) metode simulasi merupakan suatu bentuk dari metode pemberian yang diatur sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar yang dilakukan oleh kelompok atau masyarakat. Budiharjo, 1996 dalam Sanjaya (2006) mengatakan bahwa dengan adanya metode simulasi yang tertata dapat mengubah sikap serta perilaku. Bedasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap tentang pertolongan pertama pada kecelakaan siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali.

6 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap tentang pertolongan pertama pada kecelakaan siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali? C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap tentang pertolongan pertama pada kecelakaan siswa SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali. b. Untuk mengetahui distribusi tingkat pengetahuan siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali. c. Untuk mengetahui distribusi tingkat sikap siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali. d. Untuk mengetahui perbedaan Pre test dan Post test pengetahuan siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali. e. Untuk mengetahui perbedaan Pre test dan Post test sikap siswa di SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi SMK Negeri 1 Mojosongo Boyolali Memberikan masukan untuk melakukan penyuluhan tentang kegawatdaruratan agar dapat mengambil langkah-langkah yang terbaik bagi masayarakat dan siswa dan selanjutnya diharapkan tingkat kegawatdaruratan dapat ditangani dengan baik sebelum dibawa ke rumah sakit. 2. Bagi masyarakat Sebagai wahana untuk meningkatkan kepedulian serta peran yang aktif dalam akan keselamatan pengguna jalan raya dan membantu menyalurkan pengetahuan kesehatan dan ketrampilan dalam kegawatdaruratan. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai wahana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat. 4. Bagi peneliti a. Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawat profesional sebagai peneliti. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri mengenai pengetahuan tentang manajemen kegawatdaruratan pada kecelakaan.

8 E. Keaslian Penelitian 1. Latifatul, (2006) meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Keselamatan Kerja dengan Pelaksanaan Pencegahan Kerja pada Karyawan bagian spinning di PT. Primatexco Indonesia Batang. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan metode survey dan pendekatan crossectional. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan Keselamatan kerja dengan pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja diperoleh, diperoleh P sebesar 0,001. Tampak bahwa nilai p= 0,001< 0,05 sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keselamatan kerja dengan pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja pada karyawan. Sedangkan koefisien kontingensi sebesar 0,426 maka dapat diketahui bahwa hubungan antara pengetahuan keselamatan kerja dan pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja adalah cukup kuat. Perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu metode penelitiannya, pada penelitian di atas menggunakan metode Survey dan pendekatan Crossectional, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Eksperiment dengan rancangan penelitian Pretest and Posttest Design 2. Cahayaningrum, Tenti (2011) meneliti tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalulintas Pada Siswa SMA Negeri 1 Kartasura. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dan pengambilan sampel

9 menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 70 siswa. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pada kelompok eksperimen sebelum diberikan pendidikan kesehatan 25 siswa mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan hasil sesudah diberikan pendidikan kesehatan 28 siswa mempunyai tingkat pengetahuan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol 21 siswa berpengetahuan cukup. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada variabel bebas yaitu metode ceramah, sedangkan penelitian penulis memiliki variable yaitu metode metode simulasi. Perbedaan lainnya adalah desain penelitian dimana penelitian terdahulu menggunakan quasi eksperimen sedangkan peneliti menggunakan jenis eksperimen dengan pendekatan pre test post test design.