BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari
|
|
- Hadian Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM) (Riskesdas, 2013). Tahun 2008 angka kematian di dunia mencapai 57 juta dan 63% dari angka kematian tersebut disebabkan oleh PTM yang salah satunya adalah penyakit kardiovaskular (WHO, 2011). Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu risiko terjadinya henti jantung. Henti jantung merupakan penyebab kematian utama di Eropa. Insiden henti jantung terjadi sebanyak 38 per populasi di luar rumah sakit dan 1-5 per kasus di dalam rumah sakit dengan keberhasilan penyelamatan di dalam rumah sakit sebesar 17,6% (Gräsner & Bossaert, 2013). Kasus henti jantung juga menjadi penyebab kematian di Amerika Serikat dengan sekitar kasus terjadi di unit gawat darurat setiap tahunnya dengan angka keberhasilan penyelamatan masih rendah (Johnson et al., 2013). Insiden henti jantung di Inggris pada orang dewasa tercatat sebanyak 1,6 per kasus di rumah sakit dengan angka keberhasilan penyelamatan 18,4% (Nolan et al., 2014). Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan salah satu bentuk penyelamatan pertama untuk seseorang yang mengalami henti jantung. RJP yang baik dapat dilakukan sesuai dengan langkah chain of survival (AHA, 2010 cit ERC, 2010). Masyarakat terutama mereka yang memiliki pekerjaan yang riskan menemui 1
2 2 kasus henti jantung perlu mendapatkan pelatihan RJP. Salah satu dari lapisan masyarakat tersebut adalah perawat (AHA, 2010). Perawat sebagai bagian dari profesi kesehatan harus mampu melakukan tindakan kegawatdaruratan khususnya Basic Life Support (BLS) yang termasuk di dalamnya adalah RJP. Berdasarkan kurikulum S1 keperawatan, pada tahap akademik kompetensi yang harus dikuasai berupa pemberian asuhan keperawatan pada klien gawat darurat dengan salah satu komponennya adalah melakukan RJP dan tahap profesi pada stase VI terdapat materi kegawat daruratan (AIPNI, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan RJP adalah dengan mengikuti pelatihan RJP. Pelatihan RJP di negara berkembang terbukti dapat mengurangi angka kematian (Meaney et al., 2012). RJP yang berkualitas akan menghasilkan outcome yang dapat menolong seseorang yang mengalami henti jantung (Sutton et al., 2011). Sebuah institusi sebagai penyelenggara pelatihan RJP membutuhkan suatu metode agar peserta pelatihan dapat menguasai keterampilan RJP yang berkualitas tinggi sesuai standar yang telah direkomendasikan (Meaney et al., 2012). Pelatihan RJP di negara berkembang menghasilkan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meaney et al. (2012) hal ini disebabkan oleh metode demonstrasi RJP pada pelatihan RJP di negara berkembang belum terstandarisasi. AHA (2010) merekomendasikan untuk melakukan pelatihan RJP dengan menggunakan feedback device dan meminimalisasi peran instruktur namun, hasil penelitian tentang metode pelatihan RJP masih beragam dan pelatihan RJP dengan
3 3 berbagai metode belum ada yang memberikan hasil signifikan. Metode pelatihan dengan menggunakan feedback device tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan menggunakan metode direct instruction (Meaney et al., 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Plant dan Taylor (2013) pelatihan RJP dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode yang beraneka ragam. Hasil dari beberapa penelitian dengan menerapkan beberapa metode pelatihan RJP belum ada yang memberikan hasil signifikan. Beberapa metode yang diterapkan pada pelatihan RJP antara lain pelatihan dengan direct instruction (Semeraro et al., 2013). Pada pelatihan dengan direct instruction yang diberikan saat melakukan RJP menghasilkan peningkatan pada kompresi dada (Martin et al., 2013). Metode yang lain adalah pelatihan menggunakan feedback device saat melakukan RJP (Martin et al., 2013) dan metode pelatihan sederhana dengan 2 jam pelatihan menggunakan audiovisual feedback device yang dikombinasikan dengan tinjauan kuantitatif pada performa RJP (Rehberg et al., 2009). Audiovisual feedback device sederhana dapat meningkatkan performa RJP yang dilakukan oleh teknisi medis tanpa memperhatikan tingkat pengetahuan (Kim et al., 2011). Mini- VREM (Mini-Virtual Reality Enhanced Manequin) juga mampu meningkatkan laju dan kedalaman kompresi dada yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat awam (Semeraro et al., 2013). Pelatihan dengan menggunakan metode simulasi menunjukkan bahwa pelatihan RJP menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan efektivitas pada performa RJP (Mundell et al., 2013).
4 4 Pada tahun 2010 Kardong-Edgren, et al. melakukan penelitian pada 604 siswa keperawatan dari 10 sekolah perawat di Amerika Serikat untuk membandingkan efektivitas metode pelatihan menggunakan feedback device dan direct instruction. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada perbedaan laju kompresi pada dua metode yang digunakan. Pelatihan RJP yang dilakukan pada 120 siswa farmasi juga menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara pelatihan menggunakan pembelajaran mandiri yang dikombinasikan dengan instruksi dari video ditambah audio feedback device dibandingkan dengan pelatihan menggunakan direct instruction (Mpotos et al., 2011). Sumber lain menyatakan bahwa metode pelatihan RJP yang dilakukan dengan menggunakan tiga feedback device yaitu Pocket CPR, CPR Meter, dan Iphone App Pocket CPR memberikan hasil yang kurang efektif pada kompresi yang dilakukan. Ketiga feedback device tersebut mengakibatkan penundaan untuk memulai RJP dan memperburuk hasil penyelamatan (Zapletal et al, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu institusi di Yogyakarta, pelatihan RJP dilakukan menggunakan metode demonstrasi dengan direct instruction yang dikombinasikan dengan visual feedback device. Berdasarkan hasil pelatihan tersebut keterampilan RJP dari peserta masih kurang memuaskan dan kualitas RJP yang dihasilkan masih di bawah rata-rata dari standar kualitas RJP yang direkomendasikan oleh AHA (2010). Dari 10 peserta yang diamati hanya 1 peserta yang melakukan RJP mendekati standar yang ditentukan.
5 5 Hasil wawancara yang dilakukan pada Pengelola Skill Lab PSIK FK UGM didapatkan keterangan bahwa 60-70% mahasiswa mendapatkan nilai keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) di bawah rata-rata kualitas RJP yang diharapkan. Pengelola Skill Lab juga menegaskan bahwa para dosen pengampu telah melakukan persamaan persepsi dan menggunakan metode demonstrasi dengan kombinasi direct instruction dan visual feedback device namun, angka remediasi yang terjadi masih tinggi sehingga perlu diteliti tentang metode yang tepat dalam pelatihan keterampilan RJP. Wawancara mengenai keberanian untuk melakukan RJP pada 43 mahasiswa profesi PSIK FK UGM diperoleh keterangan bahwa hanya 2 mahasiswa yang berani melakukan RJP di dalam maupun di luar rumah sakit. Sembilan mahasiswa berani melakukan RJP jika terdapat pendamping dari tim medis lain, 21 mahasiswa berani melakukan RJP di dalam rumah sakit tetapi, belum berani melakukan RJP di luar rumah sakit, dan 11 mahasiswa belum berani melakukannya baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Uraian di atas menggambarkan bahwa pelatihan RJP masih menggunakan berbagai macam metode dan belum memberikan hasil yang signifikan. Kenyataan lapangan yang diperoleh antara lain peserta pelatihan RJP belum memberikan hasil yang memuaskan, nilai keterampilan RJP yang masih di bawah standar keterampilan RJP yang direkomendasikan dan masih banyak mahasiswa profesi keperawatan yang belum berani untuk melakukan RJP baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Melihat fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk
6 melakukan penelitian tentang metode pelatihan RJP berupa metode demonstrasi menggunakan direct instruction pada mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diangkat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh dari metode demonstrasi menggunakan direct instruction terhadap peningkatan kualitas RJP peserta pelatihan RJP mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi di Yogyakarta?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penggunaan metode demonstrasi menggunakan direct instruction terhadap peningkatan kualitas RJP peserta pelatihan RJP mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi di Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kualitas RJP sebelum diberikan metode demonstrasi menggunakan direct instruction pada peserta pelatihan RJP mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi di Yogyakarta. b. Mengetahui kualitas RJP setelah diberikan metode demonstrasi menggunakan direct instruction pada peserta pelatihan RJP mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi di Yogyakarta.
7 7 c. Membandingkan kualitas RJP sebelum dan setelah diberikan metode demonstrasi menggunakan direct instruction pada peserta pelatihan RJP mahasiswa S1 keperawatan tahap profesi di Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai tambahan informasi tentang metode pelatihan RJP sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan ke depannya. 2. Bagi Masyarakat Manfaat sosial dari penelitian ini diharapkan masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat RJP yang kurang tepat. 3. Bagi Institusi Penyelenggara Pelatihan RJP Sebagai tambahan informasi dalam pengembangan ilmu tentang metode pembelajaran keterampilan RJP agar peserta didik memiliki keterampilan RJP yang sesuai dengan standar. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran kepustakaan, penelitian serupa sudah banyak dilakukan di luar negeri namun, di Indonesia penelitian mengenai RJP/CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) belum banyak dikembangkan. Penelitian mengenai metode pelatihan RJP yang pernah dilakukan antara lain:
8 8 1. Penelitian oleh Wutzler et al. pada tahun 2015 yang berjudul Performance of chest compressions with the use of a new audio-visual feedback device: A randomized manikin study in health care professionals dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah kompresi dada akan lebih efektif jika menggunakan audiovisual feedback device yang mengacu pada standar untuk kompresi dada. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan yang signifikan pada performa tenaga kesehatan dalam melakukan kompresi dengan audiovisual feedback device. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu mengetahui apakah ada peningkatan kualitas kompresi dada pada responden setelah diberikan feedback. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah intervensi yang diberikan pada penelitian yang akan dilakukan tidak menggunakan audiovisual feedback device melainkan menggunakan direct instruction. 2. Penelitian oleh Kirkbright et al. pada tahun 2014 dengan judul Audiovisual feedback device use by health care proffesionals during CPR: A systematic review and meta-analysis of randomised and non-randomised trials yang memiliki tujuan untuk mengetahui apakah audiovisual feedback device dapat memperbaiki kualitas RJP yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan apakah audiovisual feedback device dapat memperbaiki kualitas hasil penyelamatan terhadap henti jantung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan meta-analisis. Peneliti mencari sumber penelitian Cochrane Central Register of Controlled Studies (CENTRAL) pada jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari Cochrane Library, MEDLINE, EMBASE, CIHAHL dan AUSTHEALTH pada bulan Mei
9 untuk metode eksperimental dan observasional (manusia dan manekin) dengan studi penelitian dampak dari penggunaan audiovisual feedback device pada tenaga kesehatan dalam mengatasi henti jantung. Hasil dari penelitian tersebut adalah tidak ada perubahan signifikan pada hasil penyelamatan. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti adalah mengukur kualitas RJP setelah dan sebelum intervensi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode pre eksperimental pre-test dan post-test dan menggunakan intervensi direct instruction. 3. Penelitian oleh Meaney et al. pada tahun 2012 dengan judul Training hospital providers in Basic CPR skills in Botswana: Acquistion, retention and impact of novel training techniques yang memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan RJP. Metode pelatihan dengan feedback device tidak terdapat perbedaan dengan menggunakan direct instruction. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui pengaruh metode pelatihan RJP. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penelitian ini hanya akan meneliti peningkatan kualitas RJP sebelum dan setelah pemberian direct instruction menggunakan satu kelompok penelitian. 4. Penelitian oleh Lynch & Einspruch pada tahun 2010 dengan judul With or without an instructor, brief exposure to CPR training produces significant attitude change yang memiliki tujuan untuk membandingkan pengaruh sikap berhubungan dengan cara konvensional dan self directed learning. Hasil dari
10 10 penelitian ini adalah dari ketiga kelompok yang diteliti menunjukkan perubahan dari pre dan post kuesioner yang dibagikan. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu menggunakan metode pretest dan post-test untuk melihat perubahan sikap dalam melakukan RJP. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti hanya mengamati peningkatan kualitas RJP sebelum dan setelah intervensi menggunakan metode direct instruction pada satu kelompok.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit jantung menduduki peringkat pertama dari sepuluh penyakit penyebab kematian di dunia dengan jumlah 7,4 miliar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penelitian Basic Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan
Lebih terperinciBASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course
BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course PENDAHULUAN Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat Kecelakaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 % dari
Lebih terperinciDinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN KOMPRESI DADA DAN VENTILASI MENURUT AHA GUIDELINES 2015 DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RSUD. dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN or Khalilati, Supinah,
Lebih terperinciAdult Basic Life Support
Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia
Lebih terperinciPKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)
PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) Nurul Hidayah 1 *, Muhammad Khoirul Amin 2 1 Program Studi Profesi Ners/Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di Indonesia. Pada kenyataannya aktivitas berenang ini diikuti oleh banyak orang mulai anak-anak,
Lebih terperinciPROPOSAL
PROPOSAL Basic Life Support & Advanced Cardiovascular Life Support (BLS & ACLS) ============================================ Accordance with the curriculum of the American Heart Association (AHA) ============================================
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbesar kedua setelah stroke. Hal ini dibuktikan
Lebih terperinciEmergency First Aid Course
Emergency First Aid Course Bulan Sabit Merah Indonesia cabang Jakarta Pusat EMERGENCY FIRST AID COURSE Executive Summary Nama Kegiatan Emergency First Aid Course (EFAC) Penyelenggara Bulan Sabit Merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung khususnya penyakit jantung koroner memiliki tingkat kegawatdaruratan paling tinggi dibanding penyakit tidak menular lainnya. Henti jantung adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Karakteristik Responden Terdapat 100 orang yang bersedia menjadi responden dan didapatkan 76 orang yang memenuhi kriteria inklusi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Tempat Penelitian Penelitian quasi eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode OSCE (Objective Structure Clinical Examination) terhadap kesiapan dan motivasi
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi
PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO *Mulyadi *Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Lebih terperinciFakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE PENDIDIKAN KESEHATAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS) AUDIOVISUAL DENGAN DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN LIFE SAVING PADA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN FIK UNIVERSITAS KADIRI THE DIFFERENCES
Lebih terperinciEFEK METODE PEMBELAJARAN TRADISIONAL (TUTORIAL) TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU
EFEK METODE PEMBELAJARAN TRADISIONAL (TUTORIAL) TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU Effect of Tutorial Teaching Method for Knowledge and Skill of CPR Tony Suharsono1), Riza Fikriana2)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)
Lebih terperinciMoh. Fachrizal Rosyid 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) ABSTRAK
PERBEDAAN PEMBERIAN PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP SKILL RESUSITASI JANTUNG PARU PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI SMK PERTANIAN PEMBEMBANGUNAN WIYATA BAKTI SENGKALING Moh. Fachrizal Rosyid 1),
Lebih terperincia. ITD (Independence Threshold Device)
a. ITD (Independence Threshold Device) ITD adalah sebuah katup yang membatasi jumlah udara yang masuk ke paru-paru saat dada mengembang (di antara 2 kompresi dada). Hal ini menurunkan tekanan intratoraks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi yang diperlukan sebagai dokter (Kevin, 2010). Disebutkan dalam Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan, tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian material, disfungsi atau kerusakan alat atau bahan, cidera,
Lebih terperinciejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013
PENGARUH PELATIHAN TEORI BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENGETAHUAN RESUSITASI JANTUNG PARU SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 TOILI Christie Lontoh Maykel Kiling Djon Wongkar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Lebih terperinci1. Melakukan kajian situasi
Kode Unit Judul Unit : O.842340.052.01 : Melakukan PertolonganPertama Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat secara bermakna setelah mengikuti pelatihan pemberian feedback konstruktif (t (18) = -3,491,
Lebih terperinciPENGARUH KOMPRESI DADA BERDASARKAN RULE OF FIVE TERHADAP KEDALAMAN DAN FREKUENSI KOMPRESI DADA
PENGARUH KOMPRESI DADA BERDASARKAN RULE OF FIVE TERHADAP KEDALAMAN DAN FREKUENSI KOMPRESI DADA Rendi Editya Darmawan 1, Oktavianus 2 1,2 Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Kompresi
Lebih terperinciThe Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police
The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police Gambaran Motivasi Menolong Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada Polisi Kota Yogyakarta Irawati Hidayah 1, Titiek Hidayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung
Lebih terperinciEFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA
EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DWI PAWIT ANGGI YATMA 201310201153
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat Skills lab) memiliki peran penting untuk melatih mahasiswa S1
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT ANTARA VIDEO EDUKASI DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN MAHASISWA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi yang disebut dengan beban gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi
PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Selama berabad-abad lamanya sejarah manusia telah beradaptasi dengan berbagai metode pengobatan dan perkembangannya. Salah satu hal yang konsisten dalam perjalanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap jam setiap hari lebih dari 40 orang kehilangan nyawa mereka akibat tenggelam. Seperti anak kecil tergelincir di kolam renang, remaja berenang di bawah pengaruh
Lebih terperinciProgram Studi Magister Keperawatan FK Universitas Brawijaya. Kata Kunci : Kompresi dada, Ventilasi, Resusitasi Jantung Paru, Umpan balik.
PERBEDAAN NILAI KOMPRESI DADA DAN VENTILASI PADA PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DENGAN UMPAN BALIK INSTRUKTUR, AUDIOVISUAL DAN KOMBINASI DI YOGYAKARTA Sutono 1, Retty Ratnawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan
Lebih terperinciPT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3
PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K SILABUS PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PK) TINGKAT DASAR (BASIC FIRST AID) I. INTRODUKSI Keadaan gawat darurat tidak hanya diakibatkan oleh kecelakaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Ringroad
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh : ANI RIYANI
PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG KEGAWATDARURATAN DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU
BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak
Lebih terperinciPELATIHAN SIAGA BENCANA (DISASTER PREPAREDNESS) UNTUK SISWA SMU MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO
ARTIKEL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN SIAGA BENCANA (DISASTER PREPAREDNESS) UNTUK SISWA SMU MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO Asiandi 1, Endiyono 1, Sodikin 1 1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi kematian manusia pada usia 15-29 tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, dan menjadi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Hal ini terjadi sepanjang hidup sejak permulaan adanya kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AGUSTIN RETNO DEWI 201110201001 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tracheostomy merupakan prosedur yang dilakukan dengan membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke dalam trakea yang dapat bersifat permanen (Hidayati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Bussiness Case for Medication Safety memperkirakan sekitar 7.000 orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error adalah jenis medical error yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20-50 juta orang lainnya mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
Lebih terperinciRESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae
Lebih terperinciBASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas
BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung melewati esofagus menuju ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
Lebih terperinciB AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pelayanan pasien dan koordinasi asuhan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM) masih menjadi permasalahan sekaligus tantangan. Pengamatan di lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran karakteristik Responden Seluruh personel polisi lalu lintas di Polresta Yogyakarta ditawarkan oleh peneliti untuk mengikuti rangkaian penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri
Lebih terperinciPROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, Maret dan PT Proemergency
PROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, 17 20 Maret 2016 www.pelatihanperawat.com dan PT Proemergency SMS/WA/Telp : 08562061145 082214105241 PIN BBM : 30D5DFC1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau sering disebut dengan istilah infeksi nosokomial adalah merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok menimbulkan polusi terhadap perokok pasif dan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa negara yang tergolong paling tinggi tingkat perokoknya. Sepuluh negara dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) adalah salah satu metode evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif
Lebih terperinciBab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyeksi angka harapan hidup penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. 1 Tren
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel, 2005). Feedback adalah informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari TCL (Teacher Centered Learning) ke SCL (Student Centered Learning) dikarenakan a) persaingan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan era globalisasi saat ini telah memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan industrialisasi di masyarakat. Perubahan masyarakat menjadi masyarakat industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR
BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciREKOMENDASI RJP AHA 2015
REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,
Lebih terperinci