BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB II KAJIAN TEORITIK. Matematika, Regulasi Diri, dan Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian pemahaman konsep matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

C026 PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Spasial

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan kita dituntut untuk dapat memperoleh, memilih, serta mengolah

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Emilda Saputri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB II STUDI LITERATUR

PENGARUH PENERAPAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR STATISTIKA PADA SISWA MTs. DARUL MUHAJIRIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 2 KAUMAN SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak bisa. dipungkiri berdampak pada pendidikan,khususnya terhadap kualitas

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: model learning cycle tipe 7E; model direct instruction; pemahaman konsep. I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu, belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta bagaimana aplikasinya sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011). Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:116), pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Menurut Jihad (2013) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan kepada siswa dalam memahami konsep dan dapat melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Memahami konsep matematika merupakan kompetensi yang ditunjukan kepada siswa dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisen dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah (Wardhani, 2008). Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009) bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes dan tepat. Sedangkan didalam Permendikbud 58 tahun 2014 lampiran III, memahami konsep 8

9 matematika merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan pengertian pemahaman konsep menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah dengan tindakan memahami konsep matematika yang sudah ada. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dalam PERMENDIKBUD No.58 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari, yaitu mampu mengungkapkan kembali yang telah dipelajari berdasarkan konsep esensial sebuah objek. b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, yaitu mampu mengelompokan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifatsifat yang dimiliki sesuai dengan konsepnya. c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep, yaitu mampu menemukan atau menetapkan sifat-sifat operasi atau konsep yang dipelajari. d. Menerapkan konsep secara logis, yaitu mampu menyelesaikan soal dengan tepat yang sesuai dengan prosedur yang benar.

10 e. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari, yaitu mampu membedakan atau memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara yang lainnya), yaitu mampu memaparkan konsep secara berurutan dan menyajikannya ke dalam berbagai bentuk representasi matematika sehingga orang lain dapat memahami pendapatnya. g. Mengaitkan berbagai macam konsep dalam matematika maupun di luar matematika, yaitu mampu mengaplikasikan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari. h. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep, yaitu mampu mengkaji mana syarat perlu dan atau syarat cukup yang terkait dengan suatu objek. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari. b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep. d. Menerapkan konsep secara logis.

11 e. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari. f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara yang lainnya). g. Mengaitkan berbagai macam konsep dalam matematika maupun di luar matematika. h. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep. 2. Regulasi Diri Konsep regulasi diri dikemukakan pertama kali oleh Albert Bandura dalam teori kognitif sosial. Menurut Bandura (1991), individu memiliki kemampuan untuk mengontrol cara belajarnya dengan mengembangkan langkah-langkah monitoring diri, pengaturan standar, evaluasi diri, menilai diri, dan memberikan respon bagi dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bandura (1991: 248 287) bahwa Self-regulation is a multifaceted phenomenon operating through a number of subsidiary cognitive processes inscluding sefl-monitoring, standard setting, evaluative judgment, self-appraisal, and effective self-reaction. Ini yang sering disebut dengan regulasi diri atau pengaturan diri. Menurut Santrock (2010) regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud disini dapat berupa tujuan akademik maupun tujuan sosioemosional.

12 Zimmerman (1990) mengemukakan bahwa, teori regulasi diri merupakan belajar yang diatur sendiri oleh siswa yang penekanannya pada: (a) tentang bagaimana siswa memilih, mengatur, atau menciptakan lingkungan belajar yang menguntungkan untuk diri mereka sendiri, (b) serta tentang bagaimana siswa merencanakan dan mengontrol bentuk dan jumlah instruksi mereka sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa regulasi diri merupakan suatu proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk mengontrol, mengatur, memotivasi, dan merencanakan diri dalam belajarnya untuk menghasilkan tujuan belajar yang optimal. Regulasi diri berkaitan dengan bagaimana seorang siswa mengaktualisasikan dirinya dengan menampilkan serangkaian tindakan yang ditujukan pada pencapaian target dalam hal ini target belajar. Kemampuan regulasi diri meliputi kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, membagi waktu antara belajar dan bermain, kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan dan lain sebagainya. Menurut Ormrod (2008) untuk menjadi pembelajar yang benar-benar efektif, siswa harus terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur diri (regulasi diri). Secara khusus perilaku pengaturan diri dalam belajar mencakup proses-proses berikut: a. Penetapan tujuan. Siswa yang memiliki pengaturan diri yang baik, tahu apa yang ingin mereka capai ketika belajar.

13 b. Perencanaan. Siswa yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas-tugas belajar. c. Motivasi diri. Siswa yang mengatur diri biasanya memiliki keyakinan diriyang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses. Mereka menggunakan banyak strategi agar tetap terarah pada tugas. d. Kontrol atensi. Siswa yang mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan dari pikiran mereka hal-hal lain yang mengganggu. Siswa memfokuskan pada tugas yang dihadapinya dan mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel. Siswa memiliki strategi belajar yang berbeda tergantung tujuan-tujuan yang ingin mereka capai. f. Monitor diri. Siswa terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dan mereka mengubah strategi belajar atau memodifikasi tujuan bila dibutuhkan. g. Mencari bantuan yang tepat. Siswa yang benar-benar mengatur diri tidak selalu harus berusaha sendiri. Sebaliknya, mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain yang akan memudahkan mereka untuk bekerja secara mandiri dikemudian hari.

14 h. Evaluasi diri. Siswa yang mampu mengatur diri menentukan apakah yang mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka. Idealnya, mereka juga menggunakan evaluasi diri untuk menyesuaikan penggunaan berbagai strategi belajar dalam kesempatan-kesempatan di kemudian hari. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini proses perilaku regulasi diri yang akan diukur meliputi: (a) siswa mampu menetapkan tujuan belajarnya, (b) siswa mampu merencanakan belajarnya, (c) siswa mampu memotivasi diri, (d) siswa mampu mengontrol belajarnya, (e) siswa mampu menggunakan strategi belajar yang fleksibel, (f) siswa mampu memonitor diri dalam belajarnya, (g) siswa mampu mencari bantuan yang tepat, dan (h) siswa mampu mengevaluasi hasil belajarnya. 3. Model Pembelajaran Siklus 7E (Learning Cycle7E) Pembelajaran siklus menurut Shoimin (2014: 58) adalah suatu Pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center). Pembelajaran siklus merupakan rangkaian tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pembelajaran siklus merupakan salah satu pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis dimana pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014: 106) kontruktivis percaya bahwa pembelajaran mengkonstruk sendiri realitasnya atau paling tidak menerjemahkan berdasarkan persepsi tentang pengalamannya, sehingga

15 pengetahuan individu adalah sebuah fungsi dari pengalaman sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat memberikan pemahaman mengenai hakekat pembelajaran siklus. Siklus belajar adalah sebuah pembelajaranyang menganggap bahwa pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pengalamannya. Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang dimiliki dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran siklus 7E merupakan hasil pengembangan dari pembelajaran siklus sebelumnya yaitu 5E oleh Arthur Einskraft. Einskraft (2003: 57) menjelaskan bahwa: The learning cycle model requaires instruction to include the following discrete element: engage, explore, explain, elaborate, and evaluat. The proposed 7E model expands the engage element into two components elicit and engage. Similary, the 7E model expands two stages of elaborate and evaluate into three components elaborate, evaluate, and extend. Einskraft (2003: 59) menyebutkan bahwa the goal of the 7E learning model is to emphasize the increasing importance of eliciting prior understandings and the extending, or transfer, of concept, yang berarti bahwa tujuan dari pembelajaran siklus 7E adalah menekankan pentingnya peningkatan dalam menggali pemahaman sebelumnya, memperluas, atau menstransfer sebuah konsep. Pembelajaran siklus 7E merupakan pembelajaran berlandaskan teori konstrukvisme yang terdiri dari kegiatan elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 7E dalam makalah Einskraft yang berjudul Expanding the 5E Models mencoba memperluas teknik 5E

16 ini menjadi teknik 7E. Berikut langkah-langkah pembelajaran siklus 7E yang dikembangkan oleh Einskraft : a. Elicit (mendapatkan atau mendatangkan) Guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa. Pada fase ini guru dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan rasa penasaran tentang jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti dalam kehidupan sehari-hari. b. Engage (mengikutserakan) Fase ini kegiatan pokok pembelajaran bertumpu pada upaya bagaimana meningkatkan minat siswa, sambil menilai pemahaman awal siswa terhadap topik yang dibahas. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca atau aktivitas lainnya yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Selama fase ini, siswa membuat hubungan antara pengamatan belajar masa lalunya dengan pengalaman sekarang.

17 c. Explore (menyelidiki) Pada fase ini kegiatan pokok pembelajaran adalah melibatkan siswa dalam pokok bahasan atau topik pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mereka untuk membangun pemahamannya sendiri. Mereka bekerjasama dalam satu tim, lalu mengalami pengalaman bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang esensi pokok pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan memandu siswa agar fokus dalam pembelajaran. d. Explain (menerangkan) Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada fase ini siswa menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dengan berkomunikasi dengan teman-temannya, dengan fasilitator (guru) melalui suatu proses reflektif. Dengan kata lain, setelah siswa mencapai suatu pemahaman, mereka boleh membuat ringkasan atau menjelaskan gagasan-gagasannya. e. Elaboration (menguraikan atau memperinci lebih jelas) Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbolsimbol, definisi-definisi, konsep-konsep dan ketrampilan-ketrampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.

18 f. Evaluate (mengevaluasi) Pada fase ini, baik siswa maupun guru menilai sejauh mana terjadi pembelajaran dan pemahaman. Dalam hal ini, guru menilai sejauh mana siswa memperoleh pemahaman-pemahaman tentang konsep-konsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru. Evaluasi dan penilaian dapat berlangsung selama proses pembelajaran. g. Extend (memperluas) Pada fase ini bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa untuk menerapkan pembelajaran siklus 7E di kelas. Guru dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari siklus belajar. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Siklus 7E menurut Shoimin (2014: 58) kelebihan model pembelajaran siklus 7E adalah sebagai berikut: a. Memperluas dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.

19 b. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. c. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa. d. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran siklus menurut Soebagio dalam Shoimin (2014: 58) adalah sebagai berikut: a. Efektifitas pembelajaran rendah apabila guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran. b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. c. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. B. Penelitian Relevan Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian Sutrisno, dkk(2012) tentang Pengaruh Model Siklus 7E terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model Siklus 7E terhadap motivasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa model Siklus 7E berpengaruh nyata terhadap motivasi belajar siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Banyudono tahun 2011/2012. Demikian juga dalam penelitian Dewi (2012) tentang Pengaruh Model Siklus Belajar 7E terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Siswa SMA Negeri 1 Sawan. Rata-rata nilai UTS dan

20 post-test pemahaman konsep kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar 7E secara berturut-turut yaitu 44,67 (kategori rendah) dan 81,03 (kategori tinggi). Rata-rata nilai UTS dan post-test keterampilan proses kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar 7E secara berturut-turut yaitu 40,51 (kategori rendah) dan 74,42 (kategori tinggi). Persamaan kedua penelitian di atas yaitu dalam hal proses pembelajaran di kelas menggunakan pembelajaran Siklus7E. Penelitian yang dilakukan oleh Sustriono dkk adalah hanya ingin mengetahui seberapa besar motivasi siswa, sedangkan Dewi hanya ingin mengetahui seberapa besar pemahaman konsep dan ketrampilan proses. Untuk penelitian yang Dewi buat terdapat kesamaan pada kemampuan pemahaman konsep. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran siklus 7E terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan regulasi diri siswa. C. Kerangka Pikir Pembelajaran siklus 7E merupakan salah satu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa. Dalam proses penemuan konsepsi dalam matematika, kegiatan-kegiatan dalam proses belajar menggunakan siklus 7E yaitu berusaha menimbulkan pengetahuan awal siswa (elicit), kemudian membangkitkan minat siswa belajar (engagement), kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri (exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk

21 menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explanation), memberikan pemahaman kepada siswa mengenai penerapan simbol, definisi, dan konsep yang sedang dipelajari (elaboration), kemudian diberikan soal tes evaluasi untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman tentang materi yang dipelajari (evaluation), serta diberikan pengetahuan tambahan contoh dari permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang diajarkan (extend). Melalui tahapan-tahapan tersebut, diharapkan dapat merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, yaitu memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa ingin tahu siswa; melatih siswa belajar menemukan konsep melalui eksperimen; melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan; dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari. Penggunaan pembelajaran siklus 7E dalam kaitannya meningkatkan regulasi diri siswa yaitu diharapkan dapat memotivasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik, menambah minat intrinsik dan siswa mampu menetapkan orientasi tujuan belajar, strategi belajar, dan observasi diri. Siswa juga diharapkan untuk mengevaluasi diri, membandingkan hasil observasi diri terhadap hasil belajar dengan standar hasil belajar sebelumnya, hasil belajar orang lain, atau standar hasil belajar mutlak, sehingga siswa

22 dapat mengetahui peningkatan atau penurunan hasil belajar dan menjadikannya sebagai penetapan tujuan dan motivasi belajar selanjutnya. Melalui penggunaan pembelajaran siklus 7E, regulasi diri siswa yang meningkat juga akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsepnya. Siswa yang memiliki regulasi diri yang baik juga akan lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika melalui setiap fase dalam pembelajaran siklus 7E. D. Hipotesis Penelitian Berdasarakan dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 7E lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti Direct Instruction. 2. Regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 7E lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti Direct Instruction. 3. Kemampuan pemahaman konsep matematika dan regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 7E lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran Direct Instruction.

23 E. Materi Pembelajaran Matematika Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun ruang, berikut ini adalah uraian kompetensi dasar dan indikator yang digunakan: 5.1 : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagianbagiannya. Indikator : 5.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat balok serta bagian-bagiannya. 5.1.2 Mengidenifikasi sifat-sifat prisma serta bagian-bagiannya. 5.2 : Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas Indikator : 5.2.1 Membuat jaring-jaring balok. 5.2.2 Membuat jaring-jaring prisma. 5.3 : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas Indikator : 5.3.1 Menghitung luas permukaan dan volume balok. 5.3.2 Menghitung luas permukaan dan volume prisma.