BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan
|
|
- Teguh Djaja Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Pengertian Berpikir Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan dijelaskan sepintas tentang definisi berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Berpikir menurut Kamus Bahasa Indonesia (2002: 872) adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Menurut Yuli (2009) berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Sedangkan menurut Ruggiero (Yuli, 2009: 11) mengartikan berpikir adalah suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan dan memenuhi hasrat keinginan (fulfil a destre to understand). Pendapat ini menunjukan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir Pengertian Berpikir Kreatif Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah membawa siswa dan anak-anak, umumnya yang hidup di daerah perkotaan, pada pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Menurut Nurina (2007:16) jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak 13
2 14 menutup kemungkinan akan menjadikan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kreativitas mereka. R. J. Swartz dan D. N. Perkins (Hassoubah, 2008: 35) mengatakan bahwa berpikir yang baik atau lebih baik dapat dikonseptualisasikan dari tingkah laku yang ditunjukkan seseorang. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir baik akan menunjukkan seseorang dapat membuat kesimpulan yang terpercaya, memiliki wawasan yang luas, membuat keputusan yang bijak, menghasilkan produk yang baik, dan penemuan yang kreatif. Menurut Ruseffendi (Fatimah, 2008: 15) manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain, tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah. Jadi orang kreatif itu tidak hanya cerdas dan berbakat khusus saja, selain itu manusia kreatif berbeda dengan manusia rajin karena manusia rajin belum tentu cerdas. Sedangkan menurut Coleman dan Hammen (Megalia 2010: 12) berpikir kreatif adalah pola yang mampu menghasilkan metode baru, konsep baru, pemahaman baru, penemuan baru, dan karya baru. Dalam berpikir kreatif ada juga yang disebut kreativitas. Kreativitas seringkali diartikan sebagai mewujudkan atau menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Dengan kata lain kreativitas adalah produk dari berpikir kreatif. Menurut Munandar (1994: 34) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi baru, berdasarkan data atau informasi,
3 15 atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama kehidupan baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan masyarakat. Sedangkan menurut Suryadi (2005: 26) mengatakan bahwa kreativitas berdasarkan hasil dari penelitian para ahli, pada akhirnya mereka mengemukakan bahwa kreativitas merupakan hasil aktivitas mental yang melibatkan komponenkomponen otak. Kreativitas itu sendiri muncul sebagai akibat dari terjadinya aktivitas mental yang meliputi aspek pengetahuan, imajinasi logika, intuisi kemunculan idea tak terduga dan evaluasi konstruktif untuk mengungkapkan hubunganhubungan baru antara idea dan objek tertentu. Dari pendapat yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada intinya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru dan merupakan hasil kombinasi dari beberapa data atau informasi yang diperoleh sebelumnya terwujud dalam suatu gagasan atau karyanya. Munandar (Wulansari, 2009: 36) mengemukakakn ciri-ciri pribadi yang kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam pendirian dan keyakinan.
4 Ciri-Ciri Berpikir Kreatif Menurut Wicoff (Rizki, 2010: 28), individu yang kreatif membawa makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan baru, menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau keindahan. Munandar (Wulansari, 2009: 36) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam pendirian dan keyakinan. Adapun yang termasuk ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (Megalia, 2010: 14) sebagai berikut: 1. Fluency (keterampilan berpikir lancar) a. Definisi - Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. - Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. - Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. b. Perilaku - Mengajukan pertanyaan. - Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. - Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. - Bekerja dengan cepat. - Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi.
5 17 2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) a. Definisi - Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. - Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. - Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. - Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. b. Perilaku - Memberikan macam-macam interpretasi terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. - Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. - Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk memecahkannya. 3. Originality (keterampilan berpikir orisinal) a. Definisi - Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. - Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. - Mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. b. Perilaku - Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
6 18 - Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. - Memiliki cara berpikir lain daripada yang lain. - Lebih senang mengsintesis daripada menganalisis situasi. 4. Elaboration a. Definisi - Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. - Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. b. Perilaku - Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. - Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. - Mencoba menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh. - Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana. - Menambahkan garis-garis atau warna-warna dan detail-detail terhadap gambarnya sendiri atau orang lain. - Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langlah-langkah yang terperinci.
7 19 5. Keterampilan Mengevaluasi a. Definisi - Menentukan patokan evaluasi sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana. - Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka - Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. b. Perilaku - Memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri. - Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan mengapa? - Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. - Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis. - Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. Berdasakan pemaparan di atas dapat disimpulkan bawha pengertian berpikir kreatif adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan dan menyelesaikan masalah dan dapat menciptakan ide, gagasan, cara metode, dan proses yang baru dan inovatif dengan indikatornya adalah fluency, flexibility, originality, elaboration, dan evaluasi.
8 Model Pembelajaran Learning Cycle Model pembelajaran perlu dipahami agar guru dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan yang berbeda-beda. Menurut Dahlan (dalam Isjoni, 2009: 49) model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di depan kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Isjoni, 2009: 50) bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2009: 50) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Model pembelajaran juga salah satu cara variasi untuk membantu guru mengajar agar siswa terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle (LC). Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsep yaitu bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa dan keterampilan siswa dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan
9 21 baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia Learning Cycle disebut siklus belajar. Menurut Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Pada awalnya Karplus dan Their (Akar, 2005:20) mengemukakan bahwa ketiga tahapan dalam siklus belajar adalah exploration (mengidentifikasi),, invention (menemukan), dan discovery (penemuan kembali). Tetapi hal ini terus mengalami perkembangan hingga Lawson (1995:136) mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam siklus belajar yang kemudian istilahnya diganti dengan Exploration (mejelajahi), Concept Introduction (pengenalan konsep), Concept Aplication (mengaplikasi konsep). Walaupun istilah ini digunakan untuk ketiga fase ini berbeda akan tetapi tujuan dan pembelajarannya masih tetap sama. 1. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa secara langsung diberi kesempatan menggunakan pengetahuan awalnya untuk mengobservasi, memahami fenomena alam dan percobaan. Kemudian belajar menemukan masalah yang terjadi dan menemukan konsep dari pemikiran serta pengalaman yang didapat. 2. Tahap pengenalan konsep, pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi mengenai penemuan yang didapatnya pada tahapan eksplorasi, kemudian guru memberikan penjelasan dan pemantapan terhadap konsep yang sebenarnya.
10 22 3. Tahap aplikasi konsep, pada tahap ini guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada tahap eksplorasi dan mendemonstrasikannya. Model tersebut selanjutnya dikembangkan dan dirinci lagi dikembangkan oleh Prof. Rodger Bybee (2006:2) menjadi lima fase yang dikenal dengan sebutan model 5E yaitu Engage (mengajak), Exploration (menjelajahi/menyelidiki), Explanation (menjelaskan), Elaboration (pengembangan) dan Evaluation (evaluasi). Setiap fase memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktivitas mental dan fisik siswa serta strategi yang digunakan guru. Tahap-tahap dalam Learning Cycle yang dikemukakan oleh Bybee (2006:2) ini sering disebut 5E, kelima tahapan itu meliputi: engage (mengajak), explore (menyelidiki), explain (menjelaskan), elaboration (memperluas), dan evaluate (menilai). Kelima tahap itu diterjemahkan sebagai berikut: 1. Engagement (mengajak), pada tahap ini guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan permasalahan yang berhubungan dengan topik bahasan yang akan diajarkan. Dengan demikian, siswa akan memberi respon atau jawaban, kemudian jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pada siswa.
11 23 2. Explore (menyelidiki), pada tahap ini, siswa mengorganisasikan ke dalam kelompok belajar, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa didorong untuk membuktikan hipotesis, mencoba alternative pemecahannya dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan kelompoknya dan membuat suatu kesimpulan. Pada tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. 3. Explain (menjelaskan), pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika tahap explore dengan pemikiran sendiri. Guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa dan mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan adanya diskusi, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa. 4. Elaboration (memperluas), pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru. Pada tahap ini, siswa akan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk menjadi pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Evaluate (menilai), pada tahap ini guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu, siswa dapat mengetahui kekurangan atau kelebihannya dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini,
12 24 guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang. Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti di bawah ini: Gambar 2.1 Diagram Learning Cycle 5E Menurut Rodger Bybee (2006:2) Kelima tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam menerapkan model Learning Cycle 5E. Guru dan siswa mempunyai peran masing- siswa selama masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan proses pembelajaran dengan menerapkan model Learning Cycle 5E dapat dijabarkan dalam Tabel 2.1 berikut:
13 25 Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siwa Pada Model Learning Cycle 5E Tahapan model Learning Cycle 5E Engage (mengajak) Engage (mengajak) Explore (menyelidiki) Explore (menyelidiki) Explain (menjelaskan) Explain (menjelaskan) Kegiatan Guru Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa. Mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok secara mandiri Guru berperan sebagai fasilitator. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Kegiatan Siswa Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan. Memberi respon terhadap pertanyaan guru. Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok. Membuktikan hipotesis yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, mencoba alternatif pemecahannya dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, diskusi dengan kelompoknya dan membuat suatu kesimpulan. Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan.
14 26 Tahapan model Learning Cycle 5E Explain (menjelaskan) Explain (menjelaskan) Elaboration (memperluas) Elaboration (memperluas) Kegiatan Guru Memandu diskusi. Memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa. Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasikan situasi baru. Mendorong dan memfasilitasi siswa untuk menerapkan konsep dalam situasi yang baru. Kegiatan Siswa Melakukan diskusi. Mendengarkan dan memahami penjelasan guru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan. Evalute (menilai) Evalute (menilai) Evalute (menilai) Mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa. Mendorong siswa melakukan evaluasi diri. Mendorong siswa memahami kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya. Mengambil kesimpulan lanjut atau situasi belajar yang dilakukannya. Melihat dan menganalisis kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
15 27 Tahap-tahap dalam Learning Cycle 5E adalah hal-hal yang harus dilakukan guru untuk menerapkan prosedur siklus belajar 5E. Guru dan siswa harus mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan prosedur siklus belajar. Learning Cycle melalui kegiatan dalam tiap tahapannya mengarahkan siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial dengan pengetahuan awal yang pernah mereka dapat. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pengembangan konsep yaitu bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai model pembelajaran Learning Cycle 5E mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pembelajaran menurut pendapat Desyanti (2011:34), yaitu 1. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student centerd), hal ini terjadi karena siswa dituntut untuk memecahkan masalah sendiri dengan melakukan eksplor masalah. Guru hanya bertugas sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata, pada tahap explore, siswa elakukan percobaan untuk
16 28 melakukan masalahlebih bermakna dan lebih mudah diingat daripada hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. 3. Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal, tahapan-tahapan dalam Learning Cycle 5E menuntut siswa untuk secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. 4. Membentuk siswa yang aktir, kritis, dan kreatif, karena siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, maka siswa akan aktif, kritis dan kreatif dalam menemukan pemecahan masalahnya. 5. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Jika siswa sudah dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, motivasi siswa akan meningkat. Sedangkan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 5E menurut Fajaroh (Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) [online] Tersedia diakses tanggal 12 Mei 2011) sebagai berikut: 1. Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi danlangkah-langkah pembelajaran. Tahapan Learning Cycle 5E sudah berturutan, jadi jika guru kurang menguasi langkah-langkah pembelajaran maka pembelajaran menjadi kurang efektif. 2. Memerlukan pengelolaaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. Karena Learning Cycle 5E berpusat pada siswa, maka agar terlaksana dengan baik dan teratur guru harus dapat mengelola kelas dengan baik.
17 29 3. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Learning Cycle 5E terdiri dari beberapa tahapan adan menuntut siswa untuk memecahkan sendiri masalahnya, maka waktu dan tenaga yang diperlukan untuk keterlakasanaannya lebih banyak. Berdasarkan penelitian ini Learning Cycle 5E, terlihat bahwa proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Proses perolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa dapat mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir melalui pengalaman siswa dan berdasarkan penyelidikan dan penemuannya. Siswa dapat mengungkapkan konsep yang sesuai dengan pengalaman dan menggunakan pemahaman yang diperoleh yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam model pembelajaran Learning Cycle guru lebih banyak bertanya daripada member tahu secara langsung. Dengan demikian proses sains siswa dapat digali dengan menerapkan model Learning Cycle 5E. 2.3 Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Topan Bramapurnama (2010), meneliti penerapan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) untuk meningkatkan kompetensi penalaran matematik siswa SMP. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung pada pokok
18 30 bahasan bangun datar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan kompetensi penalaran matematika siswa SMP yang menggunakan model Learning Cycle dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. 2. Miftahul Hasanah (2011), meneliti penerapan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang pada pokok bahasan system persamaan linear dua variabel. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran ekspositori. 3. Deasy Tedjaningrum (2011), meneliti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Soreang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. 4. Suci Primaayu Megalia (2010), meneliti pembelajaran matematika dengan menggunakan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang pada pokok fungsi. Hasil
19 31 penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model ARIAS lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 5. Muhammad Jamal (2011), meneliti peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama melalui pembelajaran dengan metode penemuan dan penemuan terbimbing. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Lembang kelas VIII pada pokok fungsi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pengaruh implementasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, kemampuan bersaing dalam dunia pendidikan sangat diutamakan sebagai tolok ukur perkembangan negara-negara maju. Persaingan yang sportif dalam pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains serta teknologi yang sangat pesat seperti saat sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan
BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E ( LC 5E) 1. Sejarah Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya yang penting dilakukan karena dengan pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model pembelajaran Menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2010: 131) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 23), aktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh siswa. Di sekolah banyak siswa tampaknya menjadi tidak tertarik dengan matematika dan seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan hidup manusia, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah proses pembelajaran fisika adalah: Menguasai
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang
9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) semakin berkembang dengan sangat pesat, hal tersebut dapat terlihat dari semakin mudahnya seseorang
Lebih terperinci2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Menurut Munandar (1999:47), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir adalah suatu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai suatu kemampuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar dikelas merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian guru. Proses ini perlu untuk dievaluasi dan diberikan tindakan untuk memperbaiki kualitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu
Lebih terperinciMENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam membentuk karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR A. Kajian Teori 1. Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi dapat diartikan sebagai keterkaitan, sehingga koneksi matematis dapat diartikan sebagai keterkaitan dalam matematika, baik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne pada tahun 1970-an. Awang dan Ramly (2008:1) mengungkapkan
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta
Lebih terperinciPEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri dari pengetahuan dan proses. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan pendidikan di Indonesia diharapkan mengusahakan pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya, dan mampu mandiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan subjek yang sangat penting di dalam sistem pendidikan di seluruh negara di dunia ini. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Cooperative Script, Pembelajaran Ekspositori, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Cooperative Script Penggunaan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya dapat membawa hasil atau berhasil guna. Mulyasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Hal ini merujuk pada kebutuhan era global dimana sumberdaya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah peradaban yang gemilang menghasilkan kemajuan dalam dunia pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
A-10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Matematika Dalam proses pembelajaran, seorang guru akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara eksplisit menyatakan dalam pasal 1 ayat 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah, karena dalam
Lebih terperinciKETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP
KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan
Lebih terperinciKemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar
PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar Amidi Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan nyata, matematika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciPENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani
Lebih terperinci, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan. Apabila
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Open-ended Problem Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem that are formulated to have multiple correct answer incomplete
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Gagne (Ruseffendi, 2006, hlm. 335) mengatakan, Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan
Lebih terperinciBAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu sistem berakar atau bersumber pada filsafat hidup. Dalam filsafat hidup inilah tercermin nilai-nilai yang dianut dan gambaran manusia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Lebih terperinci