BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata
|
|
- Sugiarto Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2006). Menurut Turmudi, komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematik (Fachrurazi, 2011), sedangkan Wahyudin mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan cara berbagi gagasan (Fachrurazi, 2011). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis adalah proses penyampaian informasi matematis. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain (Effendy, 2006). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya, sedangkan perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi. Hal tersebut berarti bahwa dalam proses pendidikan terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni guru dan siswa (Effendy, 2006). Matematika adalah bahasa yang melambangkan makna dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan. Cockroft menyatakan
2 bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan (Shadiq, 2004). Komunikasi matematis merefleksikan pemahaman matematis dan merupakan bagian dari daya matematis. Siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang sedang mereka kerjakan. Siswa dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide yang ada dibenaknya atau berbicara dan mendengarkan siswa lain dalam berbagi ide, strategi, dan solusi. Menulis mengenai matematika mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka sendiri dan orang lain (Fachrurazi, 2011). B. Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut Permen 22 tahun 2006 (Mahmudi, 2009), tentang Standar Kompetensi Lulusan dalam bidang matematika, dimuat uraian mengenai tujuan mata pelajaran matematika di sekolah, salah satunya adalah kemampuan dalam mengkomunikasikan gagasan matematika. LACOE (Los Angeles County of Education) menyatakan bahwa komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan (Mahmudi, 2009). Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, angka, gambar, tabel, grafik, dan lain sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan
3 verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa, misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok. Dengan kata lain komunikasi matematis lisan merupakan suatu penghubung yang menghubungkan pendapat serta masukan dari masingmasing siswa yang kemudian dapat dijabarkan kedalam bentuk tulisan matematis. Berdasarkan fakta tersebut, maka indikator kemampuan komunikasi matematis dapat dikembangkan dan dipisahkan menjadi indikator kemampuan komunikasi matematis secara lisan dan secara tertulis. NCTM (Shadiq, 2004) menjelaskan bahwa program pembelajaran di kelas harus memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran dan ide matematika dengan cara mengkomunikasikan pemikiran matematika secara logis dan jelas kepada teman sejawat, guru, dan orang lain, menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain, serta menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika dengan tepat. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis lisan siswa dalam pembelajaran berdasarkan uraian di atas dapat dilihat melalui aspek : 1) dapat berkomunikasi atau berdiskusi dalam suatu aktivitas pembelajaran matematika; 2) dapat menyatakan ide matematika atau pendapat kepada orang lain; 3) dapat membaca gambar, grafik, atau diagram dalam pembelajaran matematika; 4) dapat menjelaskan gambar, grafik, atau diagram kepada orang lain; 5) dapat membuat dan menjelaskan dugaan sementara (konjektur) atas sebuah wacana atau permasalahan matematika
4 kepada orang lain; serta 6) dapat menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika dengan tepat. Sedangkan model komunikasi matematis menurut Cai, Lane, dan Jacobsin (Fachrurazi, 2011) terdiri atas : 1) menulis matematis, pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas, serta tersusun secara logis dan sistematis; 2) menggambar secara matematis, pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; 3) ekspresi matematis, pada kemampuan ini siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. Berdasarkan model komunikasi matematis yang telah diuraikan di atas, maka indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis dapat dilihat melalui aspek : 1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; 2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya; 3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika, dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Siswa dikatakan mampu dalam komunikasi pada mata pelajaran matematika apabila ia mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, angka, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
5 atau masalah. Penguasaan kemampuan seperti itu dapat dilatihkan pada materi pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang sesuai, yang berpotensi memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, angka, tabel, diagram, atau media lain (Wardhani, 2008). C. Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson pembelajaran kooperatif biasa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur (Lie, 2008). Adapun yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu : 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggungjawab individual; 3) interaksi personal; 4) keahlian bekerja sama; dan 5) proses kelompok. Artzt & Newman menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011). Jadi, setiap siswa sebagai anggota kelompok dalam kelompok belajarnya memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa juga dapat bekerja sama dalam kelompoknya untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks, serta dapat mengkomunikasikan pendapatnya. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru.
6 Pada kelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat, tetapi heterogen dan saling membantu satu sama lain (Trianto, 2011). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar, karena belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran (Trianto, 2011). Ibrahim (Trianto, 2011) mengungkapkan bahwa, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu : 1) hasil belajar akademik, tujuannya untuk meningkatkan kinerja tugas-tugas akademik; 2) Penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan individu, tujuannya adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan; dan 3) Pengembangan keterampilan sosial, tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama. Sedangkan prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2011) adalah : 1) para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka tenggelam (berenang bersama); 2) para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain pada kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; 3) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
7 memiliki tujuan yang sama; 4) para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok; 5) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; 6) para siswa akan dimintai pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dengan memiliki dasar-dasar tersebut, maka siswa akan menyadari bahwa keberhasilan belajarnya sangat ditentukan oleh pengelolaan belajar dan teman belajar timnya. Dasar-dasar tersebut pada akhirnya mewarnai situasi pembelajaran kooperatif dan akan membedakan dengan situasi belajar kelompok dengan pembelajaran yang lain. Terdapat enam langkah utama pembelajaran kooperatif. Langkahlangkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Tahapan Tahapan-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Tahapan-2 Menyajikan informasi Tahapan -3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Tahapan-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahapan-5 Evaluasi Tahapan-6 Memberikan Aktivitas Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
8 penghargaan kelompok. Ibrahim (Trianto, 2011) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahapan ini diikuti dengan penyajian informasi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah dimana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersamasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Tahapan terakhir dalam pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari siswa atau usaha-usaha individu. D. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2008). Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran angggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok (Lie, 2008). Dalam banyak kelompok belajar sering terjadi ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada teman sekelompoknya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak
9 tercapai karena anggota kelompok yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada anggota kelompok yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk sama-sama berpartisipasi dalam menghadapi tugas dalam kelompok belajarnya. Langkah-langkah pembelajaran teknik Kancing Gemerincing menurut Lie (2008) adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga diganti dengan benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain sebagainya). 2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masingmasing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan). 3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus mengeluarkan salah satu kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah meja kelompok. 4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, maka dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua temannya juga menghabiskan kancing mereka. 5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
10 Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lie (2008) di atas, maka langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing dapat dikembangkan sebagai berikut : 1) Tahapan-1 : menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk semangat dalam belajar. 2) Tahapan-2 : menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, melalui bahan bacaan, alat peraga, ataupun dalam bentuk lainnya. 3) Tahapan-3 : mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa secara heterogen. Guru membagikan LKS dan 2 buah kancing kepada masing-masing siswa dalam kelompok tersebut. Guru menjelaskan teknik mengisi LKS dengan cara diskusi dalam kelompok menggunakan media kancing kepada siswa. Guru menjelaskan penggunaan media kancing selama proses diskusi dalam kelompok belajar tersebut berlangsung. 4) Tahapan-4 : membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru menjadi fasilitator dengan cara membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas secara berkelompok. 5) Tahapan-5 : Evaluasi
11 Siswa melakukan evaluasi kelompok, yaitu dengan cara mengecek kembali jawaban hasil diskusi kelompok mereka masing-masing. Setelah siswa dalam kelompok sudah selesai mengevaluasi hasil kerja kelompoknya, maka beberapa perwakilan siswa dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya di papan tulis untuk didiskusikan dengan siswa lain dalam kelas tersebut. Guru memberikan tes kemampuan individu untuk mengecek pemahaman masing-masing siswa setelah berdiskusi membahas soal dalam kelompok belajarnya. 6) Tahapan-6 : memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif mengkomunikasikan jawaban tugasnya di depan kelas. Dalam penerapannya, teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan teknik belajar mengajar ini menurut Jarolime & Parker (Isjoni, 2011) dan menurut Lie (2008) diantaranya adalah : Keunggulan : 1) Mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. 2) Memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa sebagai anggota kelompok dalam kelompok belajarnya untuk dapat memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pemikiran anggota kelompok yang lain.
12 3) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 4) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. Kelemahan : 1) Guru harus mempersiapkan pelajaran secara matang, disamping itu juga memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. 2) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. E. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Direct Instruction adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center (Trianto, 2011). Pengajaran langsung menurut Kardi dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan, atau praktek (Trianto, 2011). Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran langsung menurut Kardi & Nur (Trianto, 2011) dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran langsung (direct instruction) Tahapan Tahapan-1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Tahapan-2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan Peran Guru Guru memberikan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi
13 keterampilan Tahapan-3 Membimbing Pelatihan Tahapan-4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Tahapan-5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan tahap. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Tahap persiapan pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Dalam penerapannya, direct instruction memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran ini menurut Trianto (2011) diantaranya adalah : Keunggulan : 1) Guru dapat dengan mudah mengatur tahapan pemberian materi pelajaran yang harus dibahas. 2) Guru memiliki banyak waktu untuk menjelaskan materi Kelemahan : pembelajaran. 1) Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi selama pembelajaran.
14 2) Siswa kurang diberi kesempatan berpikir, melainkan hanya mendengar, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. 3) Latihan individu yang diberikan kepada siswa secara berkelanjutan dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat membuat kejenuhan pada siswa. Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Menurut Kardi dan Nur, meskipun tujuan pembelajaran langsung dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini tetap berpusat pada guru. Oleh karena itu, sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan tanya jawab yang terencana (Trianto, 2011). F. Materi Pelajaran Matematika Sub Pokok Bahasan Kubus dan Balok Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan pengukurannya. Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. Indikator : - Menentukan rumus dan menghitung luas permukaan kubus dan balok. - Menentukan rumus dan menghitung volume kubus dan balok.
15 - Menggunakan konsep-konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. G. Penelitian yang Pernah Dilakukan Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Fitri (2012) dalam penelitian eksperimennya yang berjudul : Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaranan Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI SMA N 1 Koto Balingka Pasaman Barat, menyimpulkan bahwa pada hasil post test menunjukkan kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing selama proses pembelajaran memiliki rata-rata nilai sebesar 65,74, sedangkan untuk kelas kontrol ratarata nilai yang diperoleh hanya mencapai 58,95. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. H. Kerangka Berpikir Secara umum komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu kemampuan dalam mengekspresikan ide-ide matematika secara jelas kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan.
16 Siswa dikatakan mampu dalam komunikasi pada mata pelajaran matematika apabila ia mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, angka, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Penguasaan kemampuan tersebut dapat dilatihkan pada materi pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang sesuai serta berpotensi memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, angka, diagram, atau media lain. Pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing merupakan suatu pembelajaran yang diduga dapat mengoptimalkan dan memberikan manfaat positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam pembelajaran ini, masing-masing siswa mendapatkan kesempatan yang sama. Mereka diharuskan memberi kontribusi dan mendengarkan pemikiran siswa lain di dalam kelompok belajarnya dengan bantuan media kancing. Pada saat siswa mengajukan kancing di tengah-tengah kelompok, siswa diwajibkan untuk serta merta menyampaikan ide matematis yang dimilikinya secara lisan dalam proses penyelesaian soal matematika yang dihadapi di dalam kelompok tersebut. Selain itu di dalam proses penyampaian ide matematisnya, siswa juga dapat sekaligus menuliskan pendapatnya ke dalam bentuk tulisan matematis, menggambar secara matematis, serta melakukan ekspresi matematis yang juga dapat mengoptimalkan kemampuan komunikasi matematis tertulis mereka. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan pembelajaran ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk ikut serta
17 mengkomunikasikan ide dan gagasan dalam upaya menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapi bersama baik secara lisan maupun secara tertulis. Sedangkan direct insruction adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center. Guru berperan sebagai pembicara utama di dalam proses pembelajaran. Pengajaran tersebut digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Pada hakikatnya, pembelajaran yang ideal di dalam kelas adalah pembelajaran yang menimbulkan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan kembali ide atau konsep matematika. Siswa juga bebas mengeluarkan berbagai ide yang dimiliki, serta mampu mengkomunikasikan pemikiranpemikiran mereka bersama siswa yang lainnya. Hal tersebut bertujuan agar pemerataan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat tersebar merata. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pembelajaran kooperatif teknik kancing Gemerincing diduga lebih baik untuk mengoptimalkan kemampuan komunikasi matematis siswa. I. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing lebih baik daripada yang diajar dengan direct instruction.
TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi dalam dunia pendidikan sangatlah penting karena dengan komunikasi dapat mengetahui kemampuan siswa dalam proses belajarnya. Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah, mendengar,mempresentasikan, dan diskusi.
13 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara umum, komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap 1. Metode Pembelajaran Delikan Pada awalnya, model Delikan ini secara khusus dikembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING
PENINGKATAN PEMAHAMAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING Siti Halimatus Sakdiyah, Yuli Ifana Sari Universitas Kanjuruhan Malang halimatus@unikama.ac.id; ifana@unikama.ac.id
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematika 1. Komunikasi Sardiman (2009:1) mengemukakan komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiranpikiran
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena dalam pelaksanaannya pelajaran matematika diberikan di semua
Lebih terperinciImplementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Nadea Maudi 1) 1) Prodi Pendidikan Matematika STKIP Singkawang, Kalbar, Indonesia Ee-mail: nadeamaudi@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah bentuk-bentuk perbuatan, nilai-nilai, pemahaman, sikap, penghargaan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau harapan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Matematika merupakan mata pelajaran yang dibelajarkan disemua jenjang pada pendidikan nasional. Hal tersebut tidak mengherankan bila terjadi, karena menurut National
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama dalam program pembangunan di Indonesia, karena pada dasarnya pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 2.1 Pembelajaran Think Talk Write Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dengan Teknik Kancing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah formal di Indonesia. Hal ini tentu saja merupakan upaya untuk mempertahankan bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis 1. Pengertian Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk meyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk mendapatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dewasa ini, matematika sebagai ilmu pengetahuan yang banyak peranannya dalam perkembangan ilmu dan teknologi sumbangannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan komunikasi matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang berarti memberitahukan atau menginformasikan. Menurut Sanjaya (2012; 79) komunikasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah simbol. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan. Arif Rohman (2009: 6) mengemukakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam berkomunikasi dengan siswa.rendahnya komunikasi antara guru dengan siswa dapat menyebabkan siswa merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak dapat menghindari berbagai macam bentuk komunikasi karena dengan komunikasi manusia dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yg saling mempengaruhi mencapai tujuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Matematika sebagai alat bagi ilmu yang lain sudah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
8 II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005:24) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika adalah bahasa melambangkan rangkaian makna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah bahasa melambangkan rangkaian makna dari suatu pernyataan. Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, muncullah
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Erlinawaty Simanjuntak 1, Ruri Yana Yolanda 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas
Lebih terperinciKomunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika Makalah Termuat pada Jurnal MIPMIPA UNHALU Volume 8, Nomor 1, Februari 2009, ISSN 1412-2318) Oleh Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (dalam Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang memiliki peranan besar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting dalam pendidikan matematika sebab komunikasi merupakan cara berbagi ide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah salah satu bagian dari pendidikan. Belajar dapat dilakukan di rumah, di masyarakat ataupun di sekolah. Pada saat belajar kita akan mengenal proses komunikasi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Matematika Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama, secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012)
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan
II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu serta secara lebih luas bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP, 2006: 388), dijelaskan bahwa tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu kelas VIII pada mata pelajaran matematika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA
1 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA Ingko Humonggio, Nurhayati Abbas, Yamin Ismail Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend.
Lebih terperinciIlmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret Surakarta
104 KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI AZAS, TUJUAN, DAN JENIS TATA RUANG KANTOR MATA PELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperinciEFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI Aliran Daeli SMP Negeri 4 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: Problems in this study is the low quality and student
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang
45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya
Lebih terperinci