BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi, dll ), pada bulan oktober 2015. Dikarenakan penulis ingin mengetahui apakah sistem yang diterapkan sudah berjalan dengan baik dan perlu adanya perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dasarnya adalah masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah Prof.Dr. Sugiyono (2014:349). Adapun maksud dan tujuan penelitian ini di fokuskan pada Efisiensi Pembelian Bahan Baku dan Proses Pengadaan Terhadap Kinerja Produksi dengan Metode Material Resource Planning (MRP). 3.3 Devinisi dan Operasionalisasi Variable Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan 39
40 dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti. Variable adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, oleh karena itu variable harus didefinisikan dengan jelas agar dapat diukur, dalam penelitian ini penulis mengambil judul Evaluasi Pembelian Bahan Baku dan Proses Pengadaan Terhadap Kinerja Produksi Di Pt Anugraha Wening Caranadwaya mempunyai beberapa variable Ada empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah sebagai berikut : A. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih) Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan persediaan. B. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan) Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting. C. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang) Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time.
41 D. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya) Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan. Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai : Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan Tabel 3.1 Variabel Sub Variabel Indikator skala Evaluasi EOQ Q = EOQ =, T =, N = RASIO Perencanaan Produksi RASIO Part Periode Balancing (PPB)
42 Lot For Lot Pemesanan dilakukan dengan pertimbangan minimasi ongkos simpan. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode RASIO yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya (lot size) adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Teknik ini biasanya digunakan untuk item-item yang mahal atau yang tingkat diskontinuitas permintaannya tinggi. Proses Pengadaan Biaya pemesanan (ordering cost / procurement cost) 1. Biaya proses pemesanan dan biaya ekspedisi 2. Biaya pengiriman ke gudang 3. Biaya telepon untuk proses pemesanan
43 4. Biaya surat menyurat dalam proses pemesan 5. Biaya kuli bila pemesanan dipasar Biaya Persiapan 1. Biaya angkat bahan yang akan diproses produksi 2. Biaya persiapan tenaga kerja 3. Biaya perawatan mesinmesin 4. Biaya pengerjaan aksesories yang akan diproduksi 5. Biaya ekspedisi dan sebagainya Biaya kekurangan bahan dan aksesories 1. Biaya pemesanan yang kurang 2. Biaya pemesanan bahan yang mengalami salah cutting 3. Biaya pemesanan khusus
44 4. Biaya ekspedisi 5. Biaya pemesanan khusus 6. Biaya terganggunya operasi / biaya tunggu penjahit karena kekurangan bahan baku dan aksesoris yang akan diproduksi Sumber : Heizer dan Render (2001:500) 3.4 Material Dalam penelitian ini ada beberapa material yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian, diantaranya adalah : 1) Permintaan bahan baku periode 2015 2) Hasil Produksi, 3) Jadwal pembelian 4) Kartu Stock 5) Bill Of Material (BOM) 6) Jadwal Induk Produksi 7) Jadwal pengiriman
45 3.5 Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknik observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data primer adalah dengan melakukan observasi ( melihat data pembelian dan proses produksi di Pt Anugraha Wening Caranadwaya ) dan dokumentasi data. 1. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati data pembelian dan jadwal produksi untuk mengetahui keterlambatan dengan mengambil sample bahan baku yang akan diamati oleh peneliti di Pt Anugraha Wening Caranadwaya. 2. Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan secara langsung dengan penelitian. Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumen berupa laporan permintaan produk jadi, jadwal induk produksi, kartu stok, jadwal pembelian dan dokumen lain yang mendukung kebutuhan proses penelitian dan dukumen lain yang berupa penelitian pendahulu serta artikel tentang perusahaan manufaktur. 3.6 Metode Analisis Setelah data-data yang diperluka ini terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut :
46 1. Metode Lot for Lot (LFL) Teknik LFL ini merupakan teknik lot sizing yang paling sederhana dan paling mudah dipahami. Pemesanan dilakukan dengan pertimbangan minimasi ongkos simpan. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya (lot size) adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Teknik ini biasanya digunakan untuk item-item yang mahal atau yang tingkat diskontinuitas permintaannya tinggi. Metode ini mengandung risiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang. Jika persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pelanggan. Namun bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual barang yang tidak tahan lama (perishable product) metode ini merupakan pilihan terbaik. 2. Metode Economic Order Quantity (EOQ) Russel dan Taylor (2003) dalam penelitian (Taryana, 2008:19) menyatakan bahwa model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Menurut Rangkuti (2002) dalam penelitian (Taryana, 2008:19), Model EOQ dapat diterapkan apabila asumsi-asumsi berikut ini dipenuhi:
47 a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui. b. Harga per unit produk adalah konstan. c. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan. d. Biaya pemesanan per pesanan konstan. e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima konstan. f. Tidak terjadi kekurangan bahan. Rumus EOQ yang bisa digunakan adalah : Q = EOQ =, T =, N = dan OI = (Current Inventori + SR) NR Sumber: Heizer dan Render (2001:500) Dimana: Q = Jumlah satuan per pesanan (Q= EOQ) D = Kebutuhan bahan baku (Annual Demand) S = Biaya pesan per pesanan (Setup/Ordering Cost) H= Biaya simpan/unit/hari (Holding/Carrying Cost) OI= (Onhand Inventory) SR = (Schedule Receipt) adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu Current Inventory = Jumlah material yang secara fisik tersedia dalam gudang pada awal periode
48 NR = (Net Requirement) jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode. 3. Metode Part Periode Balancing (PPB) Menurut Render dan Heizer (2001) dalam penelitian (Taryana, 2008:23-24) bahwa teknik Part Periode Balancing merupakan pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, teknik ini membentuk bagian periode ekonomis yang merupakan rasio antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. PPB secara sederhana menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai EPP (Economic Part Periode). EPP adalah kuantitas pembelian yang dapat menyeimbangkan metode Lot for Lot (LFL), biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berdasarkan kebutuhan bersih kumulatif dari beberapa periode yang digabungkan. Teknik PPB berusaha memiliki prinsip menggabungkan suatu periode ke periode berikutnya dan menghitung kumulatif kebutuhan bersih dari periode gabungan tersebut dan juga menghitung kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengkumulatifkan perkalian kebutuhan bersih suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung. Bagian gabungan periode yang paling mendekati nilai EPP adalah merupakan pilihan gabungan periode yang dipilih, demikian juga untuk periode berikutnya. Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi dengan harapan akan
49 diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan, perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: EPP = Sumber: Heizer dan Render (2001:590)