BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN ANALISIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1 Tipper Vessel

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT: ANALISIS DAN PENERAPAN MENGGUNAKAN REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE

EVALUASI MANAJEMEN RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE TESIS ERI MARLAPA

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja Supply Chain

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

PENGUKURAN KINERJA SCM

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

Sekolah Tinggi Manajemen Bandung LOGISTICS MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

A. Pengertian Supply Chain Management

10/17/2013. N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika Istilah (1 dari 5)

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP SISTEM INFORMASI

Hakikat Rantai Pasokan

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan

Pengukuran Kinerja Supply Chain

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang

PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL 9.0 (STUDI KASUS DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk) Oleh

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah analisis

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

ANALISA PROSES BISNIS

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Logistic Cost and Service

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Transkripsi:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis / Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sugiono 2009). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah menemukan, membuktikan, dan mengembangkan suatu pengetahuan dengan cara ilmiah dan menggunakan rasional yang koheren. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara umum menggunakan metode statistik (Prasetyo dan Miftahuljannah, 2 007). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang karakteristik dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik (Praset yo dan Miftahuljannah, 2007). Penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian konsep dalam hipotesis Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Di PT. Indoturbine Dengan Model Supply Chain Operation References (SCOR) disertai dengan deskripsi fakta empiris dari model konseptual yang telah diuji hipotesisnya dan untuk mendeskripsikan logika manajemen atas berbagai proses yang tersirat dalam hipotesis yang diuji. 40

41 Metode penelitian bisnis dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan sedangkan sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2009). Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun tujuan penelitian secara umum ada tiga macam yaitu : 1. Bersifat Penemuan Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. 2. Bersifat Pembuktian Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. 3. Bersifat Pengembangan Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada (Sugiyono, 2009). Penelitian bersifat penemuan karena terjadinya keterlambatan pengiriman

42 turbine parts yang dianalisa, ditemukan penyebab potensialnya kemudian dilakukan control dan monitoring terhadap variabel-variabelnya sehingga benarbenar dapat menurunkan keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Data yang dibuat dengan pendekatan Supply Chain Operation References (SCOR) yang dituangkan dalam bentuk Standard Opeating Procedure (SOP) di setiap lini. Proses penyimpanan dan pemakaian material benar-benar menjadi data dan informasi yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Penelitian ini juga bersifat pengembangan karena dengan adanya data dan informasi yang baru ini diharapkan semua karyawan yang bekerja dibagian warehouse akan bertambah pengetahuannya. Objek yang akan diteliti adalah fokus pada keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Sebagai konsekuensi logisnya adalah peneliti harus mempunyai pengetahuan tentang seluk beluk proses penyimpanan turbine parts sehingga dalam mencari akar penyebabnya dengan menentukan penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman parts menggunakan pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR). Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan secara sederhana dalam penelitian ini adalah melakukan analisis untuk mencari akar penyebab dan potensial penyebab dari masalah yang timbul, menentukan alternatif perbaikan, memilih alternatif perbaikan yang sesuai dan melakukan control serta monitoring terhadap variabelvariabel hasil perbaikan agar tidak terjadi penyimpangan kualitas.

43 Metode penyelesaian masalah sebagai acuan yang harus diikuti dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada dalam metode penyelesaian masalah tersebut dan diuraikan secara sistematis langkah-langkah kerja atau urutan kerja sesuai dengan pendekatan atau metode yang digunakan yaitu : 1. Wawancara. 2. Kuesioner. 3. Penjadwalan. 4. Pengamatan 5. Analisis Konten Langkah-langkah ini harus dilakukan secara berurutan dari nomor satu sampai dengan nomor 5. Khusus untuk tahapan wawancara diusahakan disiapkan secara rinci dengan menggunakan pertanyaan yang menggali informasi yang akan didapatkan. Metoda penyelesaian masalah yang digunakan dalam penulisan tesis ini dapat digambarkan pada Gambar 4.1. Flow Chart Metoda Perbaikan Proses sebagai berikut: Wawancara Kuesioner Penjadwalan Pengamatan Analisis Konten Gambar 4.1 Flow Chart Metoda Perbaikan Proses Sumber : Supply Chain Council, 2006

44 Penjelasan : 1. Langkah 1 : Wawancara Model perbaikan proses dimulai dari Interview terhadap beberapa karyawan PT. Indoturbine yang terkait dengan pengiriman turbine parts ke pelanggan. Karyawan yang dimaksud adalah karyawan yang bekerja pada bagian warehouse, delivery dan QC. Interview ini dilakukan untuk menggali semua informasi terkait dengan permasalahan yang timbul sehingga membuat ketidakpuasan pelanggan. 2. Langkah 2 : Kuesioner Pada langkah dua ini dilakukan Kuesioner yaitu membuat daftar susunan pertanyaan yang terkait dengan kinerja karyawan. Kuesioner ini dibagikan kepada karyawan yang terkait yaitu karyawan yang bekerja pada bagian warehouse, delivery dan QC. Karyawan tersebut memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada quesioner dan selanjutnya jawaban tersebut diolah dengan software untuk diproses untuk mengetahui gambaran yang terdapat pada jawaban kuesioner tersebut. 3. Langkah 3 : Penjadwalan Pada tahapan ini setiap aktifitas yang terdapat pada proses pengiriman turbine parts ke pelanggan dibuatkan jadwal kerjanya, Dalam jadwal kerja tersebut digambarkan uraian pekerjaan, siapa person in charge -nya, kapan dilakukan pengiriman turbine parts, dimana alamat tempat tujuan pengiriman dan bagaimana cara pengirimannya.

45 4. Langkah 4 : Pengamatan Untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut tepat sasaran dan tepat biaya maka perlu dilakukan pengamatan. Pengamatan ini memastikan bahwa semua hal yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. 5. Langkah 5 : Analisa Konten Konten yang dimaksud adalah permasalahan yang timbul dalam pengiriman parts mesin ke pelanggan. Dalam analisa ini dilakukan kajian dari berbagai aspek sehingga akan terlihat jelas akar penyebab masalahnya dan solusi yang diambil serta action plan yang dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut. 4.1.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian terdiri dari batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini mengukur performasi Supply Chain PT. Indoturbine dengan lingkup pengukuran adalah internal PT. Indoturbine. Penelitian menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation Reference). 4.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di departemen SCO (Supply Chain Operation). PT. Indoturbine yang berlokasi Jl. Raya Narogong KM.15 pangkalan 6 Bekasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 Juni 2015. 4.1.3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk

46 menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan memilih pendekatan kualitatif karena hal ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang dikemukakan pada pendahuluan yang mengarah pada studi kasus. 4.2. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang halhal tersebut (Sugiyono, 2009). Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut (Soenarmo dan Sigit, 2009). Variabel penelitian adalah atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lainnya atau satu obyek dengan obyek lainnya (Hatch dan Farhadi, 2009). Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2009). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Dinamakan variabel karena ada variasinya misalnya berat badan maka berat badan dapat dikatakan variabel karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Jadi jika peneliti akan memilih variabel penelitian baik yang dimiliki oleh orang, obyek maupun bidang dan kegiatan dan keilmuan tertentu maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang

47 bervariasi (Sugiyono, 2009 : 58). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran kinerja dari manajemen rantai pasok di PT. Indoturbine ditinjau dari empat atribut kerja yang terdapat pada Model SCOR yaitu : 1. Supply Chain Reliability Supply Chain Reliability berkaitan dengan keandalan suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur keandalan proses tersebut adalah Perfect Order Fulfillment (POF). POF adalah persentase dari pesanan yang terkirim lengkap dan pada waktunya sesuai dengan permintaan pelanggan dan barang yang dikirim tidak memiliki masalah mutu. Adapun cara menentukan nilai POF dengan rumus 4.1. Total Pesanan Jumlah Pesanan Bermasalah POF = -------------------------------------------------------- x 100% ( 4.1) Total Pesanan 2. Supply Chain Responsiveness Supply Chain Responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu dalam merespon setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur kecepatan waktu dalam merespon setiap perubahan tersebut adalah Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). OFCT = Jumlah Waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima dari pelanggan sampai produk yang diorder tersebut dikirim dan sampai di pelanggan (sampai produk yang dipesan tersebut diterima oleh pelanggan). ( 4.2)

48 3. Supply Chain Cost Supply Chain Cost berkaitan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur biayabiaya yang dibutuhkan pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan tersebut adalah Cost of Godd Sold (COGS). COGS adalah biaya langsung untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan. Dalam menghitung COGS ini dapat diartikan sebagai Harga Pokok Penjualan. Untuk menentukan besarnya nilai COGS dapat dihitung dengan rumus 4.3. COGS = Inventori Awal + Pembelian selama satu periode Inventori Akhir ( 4.3) 4. Supply Chain Asset Management Supply Chain Asset Management berkaitan dengan pengelolaan asset perusahaan khususnya yang berkaitan dengan nilai suatu barang. Indikator yang mengukur asset perusahaan tersebut adalah Cash to Cash Cycle Time (CTCCT). CTCCT adalah salah satu metrik yang mengukur kecepatan Supply Chain yang mengubah persediaan barang menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan maka semakin bagus Supply Chain. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki siklus Cash to Cash yang pendek. Besarnya nilai CTCCT dapat dihitung dengan rumus 4.4. : CTCCT = Inventory Days of Supply + Average Days of Account Recivable Average Days of Account Payable (4.4)

49 4.2.1 Definisi Konsep Menurut Chopra dan Meindl (2007 ) pengertian rantai pasok, sebagai berikut: A supply chain consists of all parties involved, directly or indirectly, in fulfilling a customer request. The supply chain not only includes the manufacturer and suppliers, but also transporters, warehouses, retailers, and customers themselves. Sedangkan menurut Hugos 2007 pengertian rantai pasok adalah A supply chain is a network of facilities and distribution options that performs the functions of procurements of materials, transformation of these materials into intermediate and finished products, and the distribution of the finished products to customers. Menurut Hanfield dan Nichols (2006) Supply Chain Management didefinisikan sebagai berikut : Supply Chain Management is the integration and management of supply chain organization and activities through cooperative organizational relationship, effective business process, and high level of information sharing to create high-performing value systems that provide member organizations a sustainable competitive or advantage. Dalam konsep baru tersebut, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto, 2006). 4.2.2. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep yang akan dirinci secara terukur dalam bentuk tabel matriks yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Operasional Variabel sebagai berikut :

50 Tabel 4.1. Operasional Variabel No Variabel Indikator 1 Supply Chain Reliability Perfect Order Fulfillment (POF) Total Pesanan Jumlah Pesanan Bermasalah POF = ---------------------------------------------------- x 100% Total Pesanan 2 Supply Chain Responsiveness Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). Besarnya nilai OFCT dapat diukur dari rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan dalam pengiriman turbine parts ke pelanggan, yang dimulai dari pelanggan memesan barang hingga barang tersebut sampai ditangan pelanggan. 3 Supply Chain Cost Cost of Godd Sold (COGS). COGS = Inventori Awal + Pembelian selama satu periode Inventori Akhir 4 Supply Chain Asset Management Cash to Cash Cycle Time (CTCCT). CTCCT = Inventory Days of Supply + Average Days of Account Recivable Average Days of Account Payable Sumber : Data Ketetapan Penelitian di PT. Indoturbine, 2015 4.3. Populasi Penelitian Penelitian kuantitatif untuk populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan bendabenda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek tersebut. Sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

51 populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan Social Situation yang terdiri dari 3 elemen yaitu Place, Actor dan Activity yang berinteraksi secara sinergis. Situasi tersebut dapat di perusahaan, di tempat kerja dan atau suatu proyek pekerjaan tertentu. Karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif maka metode yang digunakan adalah dengan mengambil dari ke dua metode tersebut yaitu populasi untuk tesis ini adalah semua jenis atau macam turbine parts dari berbagai merek dimana peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas dan orang-orang yang ada pada proses pengiriman parts mesin turbinetersebut (Sugiyono, 2009 : 115). Berdasarkan Tabel 4.2. populasi pada penelitian ini adalah semua turbine parts yang mempunyai jumlah keterlambatan pengiriman pada tahun 2011 hingga tahun 2014.

52 Tabel 4.2. Populasi Keterlambatan Turbine Part PT. Indoturbine TAHUN PART NUMBER DESKRIPSI CUSTOMER 2011 PN. 906523C1 RELAY SOLAR Sumber : Divisi Spareparts Warehouse (2015) JUMLAH KETERLAMBATAN PHE 22 PN. 967768C2 PROXIMITOR P HE 15 PN. 912749C1 EXTENSION CABLE PHE 18 PN.903316C1 SPARK PLUG CNOOC SES 10 PN. 906523C1 RELAY SOLAR TOTAL E&P 11 2012 PN.903316C1 SPARK PLUG PHE 9 PN. 913158C1 PN.179828K102B PN. 120327-3 V-BAND CLAMP SERVO RELIEF VALVE KIT PRE-POST LUBRICATOR PHE 11 PHE 13 PHE 12 PN. 120437-1 REGULATOR PHE 10 PN. 8007822R92 REPAIR KIT PHE 12 PN. 120437-1 REGULATOR Medco Power Indonesia PN. 120437-1 REGULATOR PHE 8 2013 PN. 903235C1 O-RING PHE 19 PN. 916356C1 REGULATOR, DP,0.75 IN PHE 17 PN 138180-100 FGCV PHE 22 PN. 912749C1 2014 PN. 120623-6 EXTENSION CABLE Petrochina 10 PN. 903235C1 O-RING PLN Medan 9 PN. 120409-3 PRESSURE SWITCH SEAL OIL FILTER PHE 11 PHE 12 PN. 120233-1 REGULATOR PHE 16 PN. 912681C1 GASKET PHE 15 PN. 912749C1 EXTENSION CABLE Total E&P 9 PN. 903235C1 O-RING PLN Makassar 8 7

53 Tabel 4.3. Populasi Kesalahan Turbine Part PT. Indoturbine TAHUN PART NUMBER DESKRIPSI CUSTOMER 2011 PN. 906523C1 RELAY SOLAR Sumber : Divisi Spareparts Warehouse (2015) JUMLAH KESALAHAN PHE 8 PN. 120233-1 REGULATOR PHE 6 PN. 912749C1 EXTENSION CABLE PHE 7 PN.903316C1 SPARK PLUG CNOOC SES 2 PN. 906523C1 RELAY SOLAR TOTAL E&P 1 2012 PN.903316C1 SPARK PLUG PHE 5 PN. 913158C1 PN.179828K102B PN. 120327-3 PN. 120233-1 V-BAND CLAMP SERVO RELIEF VALVE KIT PRE-POST LUBRICATOR REGULATOR PHE 5 PHE 6 Medco Power Indonesia Saka Pangkah Indonesia 2013 PN. 903235C1 O-RING PHE 6 PN. 916356C1 PN. 912749C1 2014 PN. 120623-6 REGULATOR, DP,0.75 IN EXTENSION CABLE PHE 5 Petrochina 2 PN. 903235C1 O-RING PLN Medan 1 PN. 120409-3 PRESSURE SWITCH SEAL OIL FILTER PHE 5 PHE 6 PN. 120233-1 REGULATOR PHE 4 PN. 912681C1 GASKET PHE 3 PN. 912749C1 EXTENSION CABLE Total E&P 3 PN. 903235C1 O-RING PLN Makassar 1 3 2 Berdasarkan Tabel 4.3 populasi pada penelitian ini adalah semua turbine parts yang mempunyai jumlah kesalahan pengiriman pada tahun 2011 hingga tahun 2014.

54 4.4. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh langsung di lapangan. Data primer pada penelitian ini diantaranya berupa data pengiriman material, data ketidaksesuaian material dilapangan, data delivery order material, hasil wawancara dengan divisi terkait dan data primer lainnya. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang sudah diperoleh atau tersedia oleh pihak lain yang berguna untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pihak lain yang berguna untuk diproses lebih lanjut. Data ini diperoleh melalui dokumentasi, studi kepustakaan dan buku-buku pedoman serta catatan yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan diteliti. Data sekunder pada penelitian ini diantaranya berupa data laporan penerimaan dan pemakaian material, data pelanggan, laporan keuangan perusahaan dan data sekunder lain yang diperlukan. 4.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data/informasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

55 1. Melakukan Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka ini sering digunakan dalam penelitian yang lebih mendalam tentang masalah yang timbul. Wawancara ini dilakukan terhadap Divisi Customer Service terdiri dari sub divisi operation maintenance dan sub divisi Sparepart, ( Staff Purchasing Order, Sales Order, Supervisor, Sparepart Manager, dan untuk tim Warehouse terdiri dari helper, receiving & delivery staff, QC, Supevisor. Wawancara ini fokus pada masalah keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order dan bagaimana untuk mengatasinya sehingga masalah yang timbul tersebut dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat dan bagian Warehouse dapat menghasilkan output yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Jika dibutuhkan maka pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ideidenya demi untuk mencari solusi yang cepat, tepat dan berkualitas dalam menurunkan keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Dalam melakukan wawancara peneliti harus mendengarkan secara teliti dan seksama serta mencatat semua yang dikemukakan oleh pemberi informasi (Sugiyono, 2009 :205).

56 2. Melakukan Observasi Nonpartisipan Peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti tidak perlu ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan hanya bertindak sebagai pengamat independen. Didalam proses ini peneliti dapat mengamati bagaimana proses penyimpanan, pengecekan dan pengeluaran material serta bagaimana performance dari bagian warehouse (Sugiyono, 2009 : 204). 3. Membuat Dokumentasi Dokumentasi adalah mengambil dan mengumpulkan gambar-gambar, fotofoto atau informasi lain yang penting dari object yang diteliti. Alat yang digunakan adalah kamera, tape recorder dan buku catatan. Dokumentasi ini adalah suatu pendekatan deskriptif dimana data-data yang disajikan dapat berupa gejala-gejala dalam bentuk foto-foto, laporan harian, mingguan dan bulanan, dokumen dan catatan-catatan lapangan saat penelitian dilakukan sehingga pada penelitian ini data diambil dari Existing Problem Warehousing dari Bagian Warehouse PT. Indoturbine (Soenarmo dan Sigit, 2009). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data sekunder. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan-tulisan, gambar-gambar, dan karya-karya monumental dari seseorang. Study dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009 : 374).

57 4.6. Teknik Analisa Data Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem metrik untuk menilai kinerja rantai pasok yang terdiri atas 3 level yaitu level 1, level 2, dan level 3. 4.6.1 Level 1 Supply Chain Council dalam Bolsstorf (2007 ) menerangkan bahwa analisis level 1 dimulai dengan mendefinisikan tujuan bisnis (business objectives) perusahaan. Hal ini bertujuan agar evaluasi kinerja rantai pasok yang akan dilakukan sejalan dengan strategi korporasi dan fokus pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh bisnis ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Warehouse PT. Indoturbine. Adapun tujuan bisnis PT. Indoturbine yaitu untuk memberikan tingkat layanan (level services) terbaik, tanpa adanya kesalahan dan keterlambatan pengiriman parts dan meningkatkan keuntungan ( profit) perusahaan. Tujuan untuk memberikan layanan terbaik dapat dicapai dengan meningkatkan dua indikator diantaranya delivery performance dan responsiveness to customer demand. Sedangkan keuntungan perusahaan dicapai dengan menurunkan nilai dari dua indikator, diantaranya yaitu Supply Chain Cost dan Cash-to-Cash Cycle Time. Langkah selanjutnya yaitu pengukuran metrik-metrik pada SCOR yang disesuaikan dengan tujuan di atas. Metrik-metrik yang diberikan oleh SCOR dapat dilihat pada kolom actual data Tabel 4.4. Untuk tujuan bisnis yang pertama data aktual yang tersedia adalah untuk metric Perfect Order Fulfillment (POF) dan Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). Sedangkan tujuan untuk meningkatkan

58 profit / keuntungan perusahaan, data yang tersedia adalah untuk metrik Cost of Goods Sold (COGS) dan Cash-to-Cash Cycle Time (C2C). Tabel 4.4. Atribut Kinerja SCOR Model Supply Supply Supply Chain Level 1 Metrics Chain Relia Chain Respon Cost bility siveness Perfect Order Fullfilment X Supply Chain Assets Order Fulfillment Cycle Time X Cost Of Gold Sold X Cash To Cash Cycle Time Sumber : Supply Chain Council, 2006 X Setelah data aktual diperoleh dari keempat metrik tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan posisi data aktual dan menetapkan kinerja target (target performance) untuk masing-masing metrik berdasarkan data benchmark yang diperoleh dari Global Supply Chain Benchmark tahun 2012 untuk industrial equipment yang dikeluarkan oleh Supply Chain Council, sebuah lembaga nonprofit yang independen di Amerika Serikat. Global Supply Chain Benchmark 2012 merupakan hasil kerjasama antara Supply Chain Council dan APQC (American Productivity and Quality Center), sebuah lembaga non-profit yang bergerak dalam bidang benchmarking untuk perusahaan-perusahaan industri tertentu. Dalam benchmark ini digunakan untuk menentukan kinerja target, memberikan gambaran mengenai besarnya GAP antara kinerja perusahaan (Performance GAP) dengan kinerja perusahaan yang menjadi acuan (target)

59 dalam data benchmark dan tren kinerja dari tahun ke tahun serta mengarahkan pengembangan rantai pasok (Supply Chain Council, 2006). Benchmark terdiri dari 3 kategori, yaitu superior, advantage, dan parity. Data pada kategori superior diperoleh dari rata-rata nilai dari 10% perusahaanperusahaan dengan nilai terbaik untuk masing-masing metric (persentil 90). Data pada kategori parity diperoleh dari rata-rata nilai perusahaan pada posisi median (rata-rata nilai tengah). Sedangkan data pada kategori advantage merupakan ratarata nilai tengah antara kategori superior dan parity. Konsep ini diberikan oleh Supply Chain Council dalam Bolsstorf (2007 ). Apabila data aktual dari suatu metric berada di posisi superior, artinya kinerja perusahaan berdasarkan metric tersebut sudah dalam posisi terbaik, sehingga tidak perlu lagi dilakukan analisis pada level 2. Namun, bila data aktual berada di posisi advantage, parity, atau di bawah parity, maka harus dilakukan analisis lebih rinci pada level-level selanjutnya. Kinerja target ditetapkan pada setiap metrik, Supply Chain Council menjelaskan ketentuan penetapan tersebut dalam Bolsstorf (2007). Kinerja target pada kategori superior ditetapkan hanya untuk satu atribut yang menjadi fokus perusahaan atau metrik-metrik yang mewakili tujuan bisnis yang utama. Demikian juga dengan kinerja target pada kategori advantage hanya dapat diberikan pada satu atribut yang menjadi fokus berikutnya. Sedangkan kinerja target kategori parity ditetapkan untuk dua atribut lainnya. Definisi dari setiap atribut kinerja dan metrik yang dikelompokkan berdasarkan atribut kinerja dijelaskan dalam tabel 4.5.

60 Variabel (Atribut Kinerja) Suppy Chain Reliability Keandalan sistem supply untuk menyediakan produk. Supply Chain Responsiveness Kecepatan sistem supply untuk menyediakan produk. Supply Chain Cost Biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan operasional sistem supply. Supply Chain Assets Management Cost Tingkat efektifitas organisasi dalam mengelola aset untuk mendukung kepuasan permintaan pelanggan. Tabel 4.5. Sistem Metrik Kinerja SCOR Model Indikator (Metrik Kinerja Level 1) Perfect Order Fulfillment (POF) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Cost of Goods Sold (COGS) Cash to Cash Cycle Time (C2C) Definisi Jumlah order yang terkirim ontime dan in full sesuai dengan permintaan pelanggan atau kontrak/komitmen dan kesesuaian dokumen-dokumen PO, invoice serta penerimaan ( receipt) dibagi dengan jumlah total order. Jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima sampai produk diterima pelanggan. Biaya langsung ( direct cost) untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan dapat diartikan Harga Pokok Penjualan. Jumlah hari dibutuhkan untuk menagih invoice, dari saat modal kerja digunakan. Sedangkan gambaran antara data aktual dan data benchmark yang menjadi dasar dari penentuan kinerja target dapat dilihat pada tabel 4.6 Performance Attribute Tabel 4.6. Metrik SCOR Model Level 1 Data Data Benchmark Aktual Superior Level 1 Metrik Data Benchmark Advantage Data Benchmark Parity Supply Chain Reliability POF (%) X X X X Supply Chain OFCT Responsiveness (hari) X X X X Supply Chain COGS Cost (%) X X X X Supply Chain CTCCT Asset (hari) Management X X X X Sumber : Supply Chain Council, 2006

61 Proses selanjutnya adalah melakukan gap analysis yang bertujuan untuk menghitung besarnya perbedaan antara kondisi aktual dengan yang ditargetkan. Besarnya perbedaan tersebut menunjukkan besarnya peningkatan pendapatan apabila kinerja ditingkatkan sampai mencapai target (Supply Chain Council dalam Bolsstorf, 2007). Kolom opportunity diisi dengan besarnya peningkatan pendapatan bila kinerja untuk metrik-metrik tersebut ditingkatkan sampai pada posisi yang ditargetkan. Untuk menghitung opportunity dari POF dibutuhkan data nilai total pendapatan dalam setahun ( total revenue) dan persentase laba kotor (gross profit) yang dihasilkan oleh parts mesin turbin (Supply Chain dalam Bolsstorf, 2007). Untuk data keuangan bersifat rahasia, maka dari itu besarnya opportunity akan dihitung dengan menggunakan beberapa pendekatan. Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Indoturbine dapat diketahui besarnya laba kotor, total pendapatan dihitung berdasarkan total pengiriman parts mesin turbin selama tahun 2012 dan nilai tengah dari range harga yang diberikan oleh bagian marketing. Requirements Gaps merupakan selisih antara kondisi actual dengan target yang akan dicapai (target mengacu pada Global Supply Chain Benchmark 2012); sedangkan untuk menghitung besarnya opportunity untuk POF, terdapat beberapa metode dalam SCOR Model yang dapat digunakan, diantaranya sebagai berikut : The Lost Opportunity Measure Perhitungan dilakukan atas dasar besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih ( lost) sebelum order-entry karena barang tidak tersedia.

62 The Canceled Order Measure Perhitungan dilakukan atas dasar besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih ( lost) setelah order-entry yang disebabkan pembatalan pesanan karena kinerja pengiriman kurang baik. The Market Share Measure Metode ini menghitung perkiraan peningkatan pendapatan sebagai dampak dari terciptanya competitive advantage berdasarkan kategori customerfacing metrics. Penelitian ini menggunakan The Lost Opportunity Measeure (Suppl y Chain Council dalam Bolsstorf, 2007) karena dengan metode ini, dapat diketahui besarnya kesempatan yang hilang untuk memperoleh pendapatan tertentu dengan kinerja POF saat ini. Apabila PT. Indoturbine dapat memperbaiki kinerjanya maka akan mengalami peningkatan pendapatan. Cara menghitung opportunity untuk metrik POF dan COGS, akan dibuat tabel seperti Tabel 4.7 Tabel 4.7 Perhitungan Opportunity Untuk POF dengan The Lost Opportunity Parameter Perhitungan Total pendapatan (Pendapatan Turbine parts tahun 2013+2014+2015) / 3 POF actual (%) Jumlah Turbine parts yang dikirim / jumlah pemesanan customer * 100% POF target (superior) Benchmarking Pendapatan POF aktual (a) Pendapatan POF target (b) Selisih pendapatan POF aktual dengan target Total pendapatan x ((100-POF actual)/100) Total pendapatan x ((100-POF target)/100) a - b Laba kotor (%) POF actual data - POF Superior atau Laporan Keuangan Perusahaan Opportunity Laba kotor x selisih (a dan b) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Hasil perhitungan opportunity untuk POF diperoleh dari perkalian Laba Kotor dengan selisih Selisih pendapatan POF aktual dengan target Untuk metrik

63 siklus waktu pemenuhan pesanan ( Order Fulfillment Cycle Time), besarnya opportunity apabila mencapai target sejalan dengan opportunity yang berasal dari POF. Jika siklus waktu pemenuhan pesanan makin rendah, berarti waktu tunggu semakin pendek, yang membuat nilai pemenuhan kebutuhan pelanggan semakin tinggi dan berdampak pada peningkatan pendapatan (Supply Chain Council dalam Bolsstorf, 2007). Opportunity untuk metrik COGS diperoleh dengan menghitung besarnya penurunan COGS bila target tercapai, yang berarti peningkatan laba kotor atau laba operasi ( operating profit) yang akan dihitung dan dicantumkan pada tabel, seperti dijelaskan pada tabel 4.8 Total pendapatan Tabel 4.8 Perhitungan Opportunity Untuk COGS Parameter Perhitungan COGS actual (%) COGS target (advantage) Pendapatan COGS actual (a) Pendapatan COGS target (b) Selisih pendapatan COGS aktual dengan target Laba kotor (%) (Pendapatan Turbine parts tahun 2013+2014+2015) / 3 Data Produksi (POF Source) Benchmarking Total pendapatan x COGS actual Total pendapatan x COGS target (b) a b COGS Actual data - COGS Superior atau Laporan Keuangan Perusahaan Opportunity Laba kotor x selisih (a dan b) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Hasil perhitungan opportunity untuk COGS diperoleh dari data logistik, dan pemasaran yang akan diimplementasikan dalam model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Untuk menghitung besarnya opportunity dari CTCCT dibutuhkan data besarnya biaya bunga per hari yang harus dikeluarkan. Akan tetapi, data ini tidak tersedia sehingga besarnya opportunity tidak dapat ditentukan. Selanjutnya adalah memetakan rantai pasok untuk produk turbine parts seperti gambar 4.2. Pemetaan ini bertujuan untuk melihat gambaran aliran

64 material secara jelas, terstruktur, dan menyeluruh yang terdapat dalam rantai pasok perusahaan mulai dari pemasok sampai konsumen akhir. Dengan demikian, karakteristik rantai pasok perusahaan dapat terlihat jelas, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Rantai pasok yang terdapat pada PT. Indoturbine tidak mempunyai proses manufacture karena PT. Indoturbine dalam memenuhi kebutuhan turbine parts pelanggannya langsung membeli produk parts mesin turbin tersebut dari suppliernya dan memasarkannya kepada perusahaanperusahaan yang sudah menjadi pelanggannya dan perusahaan lainnya yang membutuhkan turbine parts tersebut. Parts Supplier End User Parts Supplier QC Warehouse Marketing End User Parts Supplier End User Gambar 4.2 Pemetaan Level 1 SCOR Model Rantai Pasok Turbine Parts Sumber : Supply Chain Council, 2006 4.6.2. Level 2 Pada pemetaan level 2 ini akan dipaparkan gambaran rinci dari prosesproses yang ada dalam rantai pasok perusahaan, mulai dari proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas warehouse, dan distribusi sampai parts mesin turbin

65 diterima oleh konsumen. Karena PT. Indoturbine tidak melakukan manufacture maka proses yang terjadi pada level 2 ini hanya meliputi plan (tidak termasuk pembuatan barang), source, deliver dan return di PT. Indoturbine. Jenis pemetaan yang akan dilakukan yaitu pemetaan diagram ( thread diagram). Pemetaan ini memperlihatkan aliran material dan informasi dari pemasok sampai konsumen. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 Pemetaan Level 2 Rantai Pasok Selain memperlihatkan aliran material dan informasi, pemetaan ini juga digunakan untuk menganalisis aktivitas yang tidak tergabung dengan baik (disconnect analysis) yang berakibat pada kinerja rantai pasok kurang baik. Gambar 4.3 Pemetaan Level 2 Rantai Pasok Sumber : Supply Chain Council, 2006 Tahapan berikutnya yaitu menentukan proses yang menyebabkan POF (Perfect Order Fulfillment) dan OFCT (Order Fulfillment Cycle Time) dari PT. Indoturbine yang kurang baik. Metrik COGS dan C2C tidak dilakukan pengukuran karena dengan menganalisis metrik POF dan OFCT maka secara

66 langsung akan berdampak pada perbaikan COGS dan C2C. Pada saat menghitung POF, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu ketepatan waktu (on time), ketepatan kuantitas ( in full), dan kelengkapan dokumen pendukung serta kondisi barang ( perfect condition). Apabila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka pesanan dari konsumen dapat dikatakan tidak dilayani dengan baik atau sempurna oleh PT. Indoturbine. Berdasarkan data dan wawancara dengan bagian warehouse, maka dapat diketahui penyebab ketidak sempurnaan dalam pemenuhan pesanan konsumen. Untuk itu akan ditelusuri secara bertahap mulai dari hilir ke hulu (proses delivery) yang menyebabkan pemenuhan pesanan tidak tepat waktu dan terdapat kesalahan. Nilai POF diperoleh dengan menghitung jumlah pesanan dari PT. Indoturbine yang dapat dipenuhi oleh pemasok dengan baik berdasarkan ketiga syarat yang telah disebutkan sebelumnya. Nilai OFCT adalah 10 hari yang diperoleh dari hasil wawancara dengan divisi penjualan di PT. Indoturbine. Berdasarkan nilai pemenuhan kebutuhan pelanggan (POF) dan siklus waktu pemenuhan pesanan (OFCT) seperti pada tabel 4.9 dapat diketahui bagaimana kinerja rantai pasok PT. Indoturbine secara keseluruhan dan apa penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen, kemudian dilakukan penelitian level 3. Tabel 4.9. Nilai POF dan OFCT Untuk Proses Source dan Delivery Yang Akan Diperoleh Dari Hasil Wawancara Dengan Divisi Warehouse Metrik Delivery Source Perfect Order Fulfillment (POF) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Sumber : Supply Chain Council, 2006

67 Pada proses delivery nilai POF, diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen ketepatan pengiriman barang dalam hal kuantitas yang sesuai dengan permintaan barang dari pelanggan, sedangkan nilai OFCT diperoleh dari rata-rata pengiriman barang sampai di pelanggan sesuai dengan harapan pengiriman pelanggan. Pada proses source nilai POF diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen jumlah pesanan turbine parts dari PT. Indoturbine yang dapat dipenuhi oleh pemasok dengan baik berdasarkan ketiga syarat yang telah disepakati yaitu ketepatan waktu (on time), ketepatan kuantitas (in full), dan kelengkapan dokumen pendukung serta kondisi barang ( perfect condition) dan nilai OFCT pada proses source diperoleh dari rata-rata pengiriman barang sampai di PT. Indoturbine sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditetapkan oleh PT. Indoturbine. 4.6.3. Level 3 Analisis level 3 dilakukan untuk melihat lebih rinci proses deliver atau source, karena penyebab kinerja paling rendah tergantung dari nilai POF dan OFCT dari hasil analisis pada level 2 untuk proses deliver atau source. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan semua aktivitas dalam proses deliver atau source sehingga diperoleh Gambar 4.4 (Proses Delivery Input, Process, Output ). Gambar tersebut memperlihatkan pengelolaan persediaan material (source) di PT. Indoturbine yang terdiri dari input, process, dan output. Hasil yang ingin dicapai dari analisis level 3 adalah mencari penyebab terjadinya masalah dalam proses source. Metode yang digunakan untuk menelusuri akar masalah dalam proses tersebut adalah metode Fishbone Analysis yang berbentuk diagram sebab akibat.

Gambar 4.4 Pemetaan Level 3 Rantai Pasok Sumber : Supply Chain Council, 2006 68