BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Berdirinya Bank Tabungan Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah Singkat PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Visi dan Misi Bank Tabungan Negara (Persero) Adapun Misi bank BTN adalah:

BAB II. PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk CABANG MEDAN. Hindia belanda melakukan Koninkljik Besluit no. 27 tanggal 16 Oktober 1897

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Dengan maksud memasyarakatkan giat menabung, Pemerintah Hindia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk merupakan badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sama pemerintah jepang membekukan Postspaar Bank dan menggantinya

PERKEMBANGAN TERKINI

BAB 1 PENDAHULUAN. Visi & Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk: Mengembangkan human capital yang berkualitas dan memiliki

Juniarti Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Belanda melalui Koninklijik Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PT BANK TABUNGAN NEGARA. A. Sejarah Perusahaan PT. Bank Tabungan Negara

BAB II PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. Pemerintah Hindia belanda melakukan Koninkljik Besluit no. 27 tanggal

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN03 KPR BTN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung. Pemerintah

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN02 KPR BTN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

PT BANK DIPO INTERNASIONAL NERACA 31 Desember 2008 dan 2007 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk : Berdiri dengan nama Postpaar Bank

LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahuntahun yang berakhir pada tanggal tersebut

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN03 KPR BTN

AKUNTANSI PENEMPATAN DANA

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH LAMPUNG LAPORAN KEUANGAN

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

Catatan 31 Maret Maret 2010

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

bankartos PT Bank Artos Indonesia Tbk

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

Ekshibit E 1. U M U M. a. Pendirian dan Informasi Umum

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

DAFTAR ISI. LAPORAN KEUANGAN - Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017, terdiri dari: - Laporan Posisi Keuangan i - ii

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

PT Bank Mayapada Internasional Tbk Laporan Keuangan Per 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 serta periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret

PT BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL Tbk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

PT Bank Mayapada Internasional Tbk Laporan Keuangan Interim Per 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 serta periode yang berakhir pada tanggal-tanggal

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORI

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2013 DAN 31 MARET 2012 (MATA UANG INDONESIA)

BAB I PROFIL PERUSAHAAN. Bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB IV PEMBAHASAN. dalam pengembangan solusi inovatif yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dan

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp.

LAPORAN POSISI KEUANGAN

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB III TAHUN 2012 DI BTN SYARIAH CABANG SURABAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

30 Juni 31 Desember

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan


Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Transkripsi:

57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Sejarah Berdirinya Bank Tabungan Negara Sejarah berdirinya PT. Bank Tabungan Negara (Persero) berawal dari Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian terus hidup dan berkembang dan tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Nedtherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan keuangan Postspaarbank pulih kembali pada tahun 1941. Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang, Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku sebuah bank yang bertujuan menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku hanya memiliki satu cabang yaitu cabang Yogyakarta. 57

58 Proklamasi kemerdekaan R.I. 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Bp. Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah R.I. dan terjadilah penggantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Bp. Darmosoetanto di tetapkan oleh pemerintah R.I. menjadi direktur yang pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos tidak berumur panjang, karena agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949) nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi Bank Tabungan RI. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama Kantor Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Perhubungan. Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang subtantif bagi sejarah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) adalah di keluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1950 Tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama Postspaarbank In Indonesia berdasarkan Staatsblat No.295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementerian dari Kementerian Perhubungan ke Kementerian Keuangan di bawah Menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan Undang-Undang Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan

59 Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahirnya Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut undang-undang darurat tersebut dilakukan dengan Undang-Undang No. 36 tahun 1953 tanggal 18 Desember 1953. Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara didasarkan pada PERPU No.4 tahun 1963 tanggal 22 Juni tahun 1963 yang kemudian dikuatkan dengan Undang-Undang No.2 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964. Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik negara ditetapkan dengan Undang-Undang No.20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI Unit V. Jika tugas utama saat pendirian Postspaarbank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi Bank Tabungan Negara. Bentuk hukum Bank Tabungan Negara mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PP No.24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang No.7 tahun 1992, bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi

60 perusahaan perseroan sampai saat ini. Sejak itu nama Bank Tabungan Negara menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN. b. Visi, Misi dan Nilai-nilai Dasar Bank Tabungan Negara 1. Visi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Menjadi bank yang terkemuka dan menguntungkan dalam pembiayaan perumahan. 2. Misi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) a) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah. b) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini. c) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi. d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder Value. e) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

61 2. Nilai-nilai Dasar PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Nilai-nilai dasar yang dianut oleh jajaran Bank BTN untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Bank BTN adalah sebagai berikut. a) Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, pegawai Bank BTN taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing secara khusuk. b) Pegawai Bank BTN selalu berusaha untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya demi kemajuan Bank BTN. c) Pegawai Bank BTN mengutamakan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan Bank BTN dengan kinerja yang terbaik. d) Pegawai Bank BTN selalu memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi Bank BTN dan semua stakeholders, sebagai perwujudan dari pengabdian yang didasari oleh semangat kesediaan berkorban tanpa pamrih pribadi. e) Pegawai Bank BTN selalu bekerja secara profesional yang kompeten dalam bidang tugasnya.

62 3. Etika Perorangan Pegawai Bank BTN a) Patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. b) Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang berkaitan dengan kegiatan Bank BTN. c) Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. d) Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kegiatan pribadi. e) Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. f) Menjaga kerahasiaan nasabah dan Bank BTN. g) Memperhitungkan dampak yang merugikan dan setiap kebijakan yang ditetapkan Bank BTN terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan. h) Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarganya. i) Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya.

63 c. Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Jakarta Harmoni Branch Manager Secretary Consumer DBM Commercial DBM Supporting DBM Morgt. Consumer Lending Housing & Com. Lending Operation Accounting & Control Collection & WO Consumer Loan Marketing Consumer Loan Service Relationship Mgt Commercial Loan Analist Teller Service Teller Transaction Procesing Clearing Accounting & Report Collection Consumer Loan Analist Vault TP & IT Support Internal Control Restruct Analist Consumer Funding & Serv. Legal & LR Co. Funding & Service Com. Fundig & Service General Admint Loan Admint & doc Post Office Aliiance Government & Corporation Human Capital Loan Admint Consumer Care Educational Inst & Oteher Logistic Support Loan Document Customer Service Secretary Customer Service Adm. Service Quality Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Jakarta Harmoni

64 d. Job Description Masing masing Bagian Berdasarkan dengan struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Jakarta Harmoni berikut adalah kegiatan masing-masing bagian. 1) Front Office a) Kepala Cabang Kepala Cabang (Branch Manager) bartugas menjamin hubungan manajemen dan pelayanan nasabah yang prima, membangun dan memelihara bisnis ritel yang menguntungkan dalam wilayah teritorial cabang dan menjamin tingkat produktivitas, dengan fungsi sebagai berikut. (1) Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan. (a) Menetapkan kebijakan cabang sesuai dengan ketentuan dari kantor pusat. (b) Menyusun target kinerja untuk seluruh unit kerja cabang. (c) Pengawasan dan persetujuan transaksi bisnis cabang. (2) Pengawasan dan persetujuan transaksi bisnis cabang. (3) Memberi persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim. (4) Memotivasi bawahan dan rekan kerja.

65 b) Kepala Layanan Ritel DBM (Deputy Branch Manager) bertugas merencanakan, mengorganisasikan, dan mengontrol semua aktivitas bidang ritel secara efektif dan efisien. (1) Layanan Teller (Teller Service) Teller Service bertugas menetapkan standar pelayanan yang tinggi untuk semua produk Bank BTN. Fungsi Teller Service adalah. (a) Mengelola proses kas cabang dan melayani kebutuhan nasabah. (b) Menerima transaksi giro. (c) Melakukan transaksi tunai. (2) Layanan Nasabah (Customer Service) Tugas dari Customer Service adalah. (a) Melayani proses pembukuan rekening rupiah dan valas. (b) Melayani proses penutupan dan perpanjangan rekening rupiah dan valas. (c) Memproses pembayaran bunga deposito. (d) Memberikan pelayanan tabungan loket cabang dan tabungan kantor pos.

66 (3) Layanan Kredit (Loan Service) Tugas dari Loan Service adalah. (a) Memberikan pelayanan kepada nasabah. (b) Memproses dan menganalisis permohonan kredit. (c) Realisasi kredit. (d) Pelunasan kredit. 2) Back Office a) Kepala Operasional (Operation Service Head/Assistant Manager) Kepala Operasional atau Assistant Manager bertugas untuk mengelola operasional harian cabang dan menjamin kualitas dalam bidang pemrosesan transaksi, administrasi kredit, dan administrasi cabang. (1) Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing) Transaction Processing bertugas memproses transaksi secara efisien dan akurat, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan proses kliring, penyerahan, penerimaan dan penolakan kliring. Selain itu bagian Transaction Processing juga bertugas mengecek entry KPR sesuai bukti, mengadministrasi transaksi tabungan Kantor Pos, merekonsiliasi subdiary ledger dengan general ledger, membuat laporan surplus, laporan likuiditas BI, RAK, dan pajak.

67 (2) Administrasi Kredit (Loan Administration) Administrasi Kredit (Loan Administration) memiliki tugas antara lain memproses permohonan kredit, memantau pelaksanaan pembayaran kredit, pencairan atas realisasi kredit, dan pemrosesan permohonan bantuan kredit Bapertarum, serta dokumentasi kredit. (3) Administrasi Umum Cabang (General Branch Administration). Bagian General Branch Administration atau GBA memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: (a) Administrasi kepegawaian. Dalam fungsi ini, tugas yang dilaksanakan antara lain melakukan administrasi kepegawaian, proses pembayaran hak pegawai, mengalokasi biaya uang muka, menghitung pajak bulanan pegawai dan potongan lain-lain, menyelenggarakan kegiatan protokoler dan membuat laporan kepegawaian. (b) Pengelolaan logistik dan anggaran cabang. Dalam fungsi ini, tugas yang dilaksanakan antara lain menyelenggarakan belanja modal, mengadministrasikan ATK, SPM dan bukti setor, mengatur pemakaian mobil dinas, menghitung penyusutan aktiva tetap, melakukan rekonsiliasi dengan GL,

68 membuat laporan realisasi anggaran biaya, mencatat transaksi pada KPA. (c) Keamanan dan kesekretariatan. Dalam fungsi ini, tugas yang dijalankan antara lain menjaga aktiva tetap dan barangbarang berharga milik cabang, menyediakan keamanan untuk kegiatan pengiriman uang dan mobil kas dan mengadministrasikan pelaporan satpam. b) Akuntansi dan Pengawasan (Accounting & Control/Assistant Manager) Tugas divisi ini adalah memelihara integritas data dan akuntansi catatan keuangan cabang setiap saat, memastikan akurasi dan update dari semua rekening nasabah dan catatan keuangan lainnya, memastikan agar cabang mengikuti kebijakan dan prosedur Bank dan menghindari kerugian finansial melalui tindakan pencegahan. Tugas dan tanggung jawab dari unit akuntansi dan pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Pengawasan Intern (Internal Control) (a) Melakukan control data transaksi harian. (b) Mengelola buku besar cabang. (c) Mengelola pembuktian transaksi (d) Membuat nota jurnal transaksi.

69 (e) Melakukan pencocokan buku besar (General Ledger) dan buku pembantu (Subdiary Ledger). (2) Pelaporan Keuangan (Financial Reporting) (a) Membuat Laporan Keuangan cabang (b) Sistem informasi manajemen (c) Mengadministrasikan pelaporan keuangan. c) Pembinaan dan Penyelamatan Kredit (Collection & Workout/Loan Recovery) Misi dari unit pembinaan dan penyelamatan kredit adalah mengingatkan penagihan, membangun kualitas aktiva BTN, memantau dan menstrukturisasi pinjaman untuk meningkatkan kemungkinan pengembalian kredit secara penuh dan mengelola risiko dan pinjaman BTN. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab dari unit pembinaan dan penyelamatan kredit antara lain : 1) Pembinaan dan Penyelamatan (a) Mencetak Daftar Debitur Menunggak (DDM) dan salinan Rekening Koran (R/K). (b) Menerbitkan surat konfirmasi dan surat peringatan. (c) Menelepon dan mengunjungi debitur untuk menagih tunggakan.

70 (d) Mengidentifikasi penyebab terjadinya tunggakan dan memberikan alternatif penyelamatan. (e) Menyerahkan debitur yang sudah tidak dapat dibina lagi kepada petugas hukum untuk penyelesaian. (f) Melakukan penjualan tunai agunan. (g) Menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul. (h) Melakukan rekonsiliasi dengan unit Pembukuan dan Kontrol. 2) Administrasi Angsuran Kolektif (a) Melakukan pemeriksaan atas pembayaran angsuran kolektif. (b) Membuat master debitur kolektif. (c) Membuat bukti Angsuran. (d) Melayani Klaim Kolektor. e. Produk PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Produk-produk PT. Bank Tabungan Negara (Persero) untuk melayani kebutuhan masyarakat, baik perorangan maupun Badan Usaha (perusahaan) menyediakan fasilitas produk antara lain: 1) Produk Dana a) Tabungan. (1) Tabungan Batara. (2) Tabungan Batara e-pos. (3) Tabungan Haji Nawaitu.

71 (4) Tabungan Batara Prima. (5) Tabungan BTN Junior. b) Sertifikat Deposito. c) Giro. d) Deposito Berjangka. 2) Produk Jasa dan Layanan a) ATM Batara. b) Kiriman Uang. c) Inkaso. d) Money Changer. e) Inkaso Luar Negeri. f) Safe Deposit Box. g) Bank Garansi. h) RTGS (Real Time Gross Settlement) i) SMS Banking. j) Penerimaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji. k) Penerimaan Pembayaran Tagihan Telkom, PLN dan Isi Ulang HP. l) Penerimaan Pembayaran Pajak. 3) Produk Kredit, meliputi. a) Kredit Griya Utama. b) Kredit Griya Multi.

72 c) Kredit Yasa Griya. d) Kredit Swa Griya. e) Kredit Pemilikan Ruko. f) Kredit Swadana. g) Kredit Perumahan Perusahaan. h) Real cash 2. Data Khusus a. Analisis Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) 1) Pengakuan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kredit bermasalah (nonperforming) merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok atau bunganya telah lewat dari 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara diakui ketika pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah lewat dari 90 hari. PT. Bank Tabungan Negara menggolongkan kualitas kreditnya menjadi lima golongan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. Golongan I kredit digolongkan lancar apabila kredit tidak terdapat tunggakan angsuran pokok maupun bunga. Golongan II kredit digolongkan dalam perhatian khusus yaitu dimana debitur tidak bisa membayar tunggakan angsuran pokok maupun bunga kurang dari 90

73 hari. Golongan III kredit digolongkan kurang lancar yaitu dimana debitur tidak bisa membayar angsuran pokok maupun bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Golongan IV kredit digolongkan diragukan yaitu dimana debitur tidak bisa membayar angsuran pokok maupun bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit digolongkan macet yaitu dimana debitur tidak bisa membayar angsuran pokok maupun bunga setelah lebih dari 270 hari. Berikut ini merupakan tabel kolektibilitas kredit yang dikategorikan sebagai kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Periode 2012 dan 2013. Tabel 2. Kolektibilitas Kredit Bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Kolekibilitas Tahun 2013 2012 Kurang Lancar 863,739 1,200,777 Diragukan 851,301 1,007,164 Macet 5,811,653 3,742,707 Jumlah 7,526,693 5,950,648 Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (Dalam Jutaan Rupiah) Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah kredit bermasalah yang digolongkan sebagai kategori kurang lancar, diragukan dan macet pada

74 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. periode 2012 dan 2013 masing-masing berjumlah sebesar Rp. 5,950,648 dan Rp. 7,526,693. 2) Pengukuran Kredit bermasalah (Nonperforming Loan) Sebelum dicabutnya PSAK No.31 (Revisi 2000) dasar pengukuran terhadap kredit bermasalah (NPL) pada PT. Bank Tabungan Negara sebagai komponen aktiva produktif yang bermasalah menggunakan metode biaya historis (historical cost). Dimana aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. 3) Penyajian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Penyajian kredit bermasalah (NPL) pada laporan keuangan disajikan di neraca. Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karkteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya. Kredit bermasalah disajikan di neraca sebagai komponen dari aktiva dengan nama rekening kredit yang diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Kredit bermasalah (NPL) disajikan secara lebih detail di catatan laporan keuangan pada laporan konsolidasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

75 4) Pengungkapan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Besarnya jumlah kredit bermasalah dan kolektibilitas kredit yang digolongkan dalam kategori kredit bermasalah diungkapkan dalam laporan keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pengungkapan lebih detail tentang kredit bermasalah diungkapkan di informasi pokok lainnya dalam laporan keuangan konsolidasi. Dalam informasi pokok lainnya juga diungkapkan nilai rasio kredit bermasalah (NPL) baik secara gross maupun secara net. NPL net dihitung dengan membagi antara jumlah kredit bermasalah setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai dengan jumlah kredit keseluruhan. NPL gross dihitung dengan membagi antara jumlah kredit bermasalah dengan jumlah kredit keseluruhan. Berikut ini merupakan tabel rasio nonperforming loan (NPL) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tabel 3. Rasio NPL pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tahun Rasio NPL 2013 2012 Rasio NPL Net 3.04% 3.12% Rasio NPL Gross 4.05% 4.09% Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

76 Dari tabel di atas dapat diketahui nilai rasio nonperforming loan (NPL) secara gross maupun neto pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 nilai rasio NPL gross dan nilai rasio NPL net masing-masing adalah sebesar 4.09%, dan 3.12%. Pada tahun 2013 nilai rasio NPL gross dan nilai rasio NPL net masing-masing adalah sebesar 4.05% dan 3.04%. b. Analisis Akuntansi Pendapatan Bunga 1) Pengakuan Pendapatan Bunga Sebelum dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, pendapatan bunga atas pinjaman (kredit) yang diberikan atau aset produktif lainnya yang diklasifikasikan sebagai bermasalah diakui pada saat bunga tersebut diterima (berbasis kas). Pada saat pinjaman diklasifikasikan sebagai kredit bermasalah, tagihan bunga yang telah diakui sebelumnya sebagai pendapatan, tetapi belum diterima akan dibatalkan pengakuannya. Selanjutnya bunga yang dibatalkan tersebut diakui sebagai tagihan kontinjensi. Pendapatan bunga atas kredit dalam kategori nonperforming diakui dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan pada saat pembayarannya diterima. Penerimaan pembayaran atas pinjaman diklasifikasikan sebagai diragukan atau macet dipergunakan terlebih dahulu untuk mengurangi pokok pinjaman. Kelebihan penerimaan dari pokok

77 pinjaman diakui sebagai pendapatan bunga dalam laporan laba-rugi. Sedangkan pendapatan bunga dari kredit yang direstrukturisasi hanya dapat diakui apabila telah diterima secara tunai sebelum kualitas kredit menjadi lancar. 2) Pengukuran Pendapatan Bunga Sebelum dicabutnya PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, pengukuran pendapatan bunga diukur dengan menggunakan metode biaya historis (historical cost). Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. 3) Penyajian Pendapatan Bunga Penyajian pendapatan bunga pada laporan keuangan disajikan pada laporan laba rugi. Pendapatan bunga yang disajikan dalam laporan laba rugi merupakan pendapatan bunga dari kredit yang digolongkan performing (lancar dan dalam perhatian khusus). Sedangkan untuk pendapatan bunga yang berasal dari kredit dengan golongan nonperforming (kurang lancar, diragukan dan macet) disajikan di neraca sebagai estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi, kemudian diperjelas lagi dalam catatan atas laporan keuangan sebagai pendapatan bunga dalam penyelesaian.

78 4) Pengungkapan Pendapatan Bunga Metode pengakuan dan pengukuran pendapatan bunga yang diterapkan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dengan mengunakan metode kas basis untuk pengakuan pendapatan bunga dan metode biaya historis untuk pengukuran pendapatan bunga. Pendapatan bunga tersebut berasal dari kredit yang diberikan, obligasi pemerintah, efek-efek, penempatan pada bank lain dan giro pada Bank Indonesia. Pendapatan bunga yang digolongkan nonperforming disajikan dan diungkapkan pada pendapatan bunga dalam penyelesaian di catatan atas laporan keuangan. Berikut ini merupakan tabel pendapatan bunga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tabel 4. Pendapatan Bunga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Pendapatan Bunga (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2013 2012 Kredit yang diberikan 9,605,046 7,900,961 Obligasi Pemerintah 395,583 283,209 Efek-efek 151,202 65,442 Penempatan Bank lain 189,917 195,406 Giro pada BI 51,038 36,301 Jumlah 10,392,786 8,481,319 Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

79 Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah pendapatan bunga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013 yang berasal dari beberapa elemen salah satunya adalah dari kredit yang diberikan. Jumlah pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing sebesar Rp.8,481,319 dan Rp.10,392,786. c) Analisis Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Sebelum dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. membentuk penyisihan penghapusan aset produktif (kredit yang diberikan) berdasarkan review dan evaluasi terhadap eksposur tiap kredit. Pembentukan jumlah minimum penyisihan kerugian aset produktif yang memiliki risiko kredit dibentuk dengan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut. a) Penyisihan umum sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aset produktif yang digolongkan lancar kecuali untuk aset dalam bentuk SBI, surat hutang pemerintah, dll. b) Penyisihan khusus, sekurang-kurangnya sebesar. (1) 5% dari aset produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi agunan. (2) 15% dari aset produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi agunan.

80 (3) 50% dari aset produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi agunan. (4) 100% dari aset produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi agunan. Penyisihan umum untuk keseluruhan portofolio kredit dilakukan berdasarkan pengalaman prospek industri. Penyisihan khusus ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kredit, seperti prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitur, dan agunan yang dikuasai. Berikut ini merupakan tabel jumlah kredit yang diberikan dan penyisihan kerugian penurunan nilai pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tabel 5. Jumlah Kredit yang Diberikan dan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. (Dalam Jutaan Rupiah) Kredit yang diberikan Tahun 2013 2012 Pihak Ketiga 92,090,448 75,277,840 Pihak berelasi 295,860 132,865 Jumlah Kredit yang diberikan 92,386,308 75,410,705 Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai -1,007,461-788,913 Jumlah 91,378,847 74,621,792 Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

81 Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah kredit yang diberikan dan jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Jumlah kredit yang diberikan pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing adalah sebesar Rp.74,621,792 dan Rp.91,378,847. d) Analisis Restrukturisasi Kredit Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara adalah dengan menangguhkan pembayaran bunga atau memperpanjang masa pembayaran pokok kredit dan bunga tertunggak, penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan bunga dan penambahan fasilitas kredit. Berikut ini merupakan jumlah kredit bermasalah yang direstrukturisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tabel 6. Jumlah Kredit Bermasalah yang Direstrukturisasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Kredit yang Direstrukturisasi 2013 2012 Restrukturisasi Kredit 1,225,443 698,619 Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Dari tabel di atas bisa diketahui jumlah kredit bermasalah yang sedang dalam proses penyelamatan atau restrukturisasi pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp.1,225,443 dan Rp.698,619.

82 Sebelum tanggal 1 Januari 2012 kredit yang direstrukturisasi dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat kredit yang diberikan pada tanggal restrukturisasi atau nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi. Kerugian akibat selisih antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi diakui dalam laporan laba rugi. Setelah restrukturisasi, semua penerimaan kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dicatat sebagai pengembalian pokok kredit yang diberikan dan penghasilan bunga secara proporsional. Kredit nonperforming yang telah direstrukturisasi, dengan cara memberi keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami kesulitan keuangan, tetap diklarifikasikan sebagai nonperforming sampai dengan kredit tersebut menjadi performing, yaitu pada saat pembayaran pokok/bunga sudah dilakukan secara teratur selama jangka waktu tertentu. e. Analisis Penghapusbukuan Kredit Macet Penghapusbukuan kredit macet merupakan tindakan yang dilakukan apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil. Penghapusbukuan kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dihapuskan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian pinjaman atau hubungan normal antara debitur dengan kreditur telah berakhir.

83 Berikut ini merupakan tabel kredit yang dihapusbukukan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Tabel 7. Kredit yang Dihapusbukukan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2012 dan 2013. Kredit yang Dihapusbukukan (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2013 2012 Saldo awal tahun 980,714 944,098 Penghapusbukuan selama tahun berjalan -281,456-170,764 Penerimaan kembali kredit yang dihapusbukuan 437,919 207,380 Saldo akhir tahun 1,137,177 980,714 Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Dari tabel di atas dapat diketahui saldo akhir tahun kredit yang Dihapusbukukan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Periode 2013 dan 2012 masing-masing adalah Rp.1,137,177 dan Rp.980,714. Sebelum dicabutnya PSAK No. 31, kredit macet dihapusbukukan (write-off) ketika saldo aktiva produktif yang memiliki kualitas macet dihapusbukukan dengan penyisihan kerugian nilai sebesar nilai aktiva produktifnya. Penghapusbukuan ini dilakukan karena pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. berpendapat bahwa kredit macet tersebut sulit untuk ditagih atau direalisasi. Penerimaan kembali atas kredit macet yang telah dihapusbukukan ini dicatat sebagai penerimaan kembali kredit yang telah dihapusbukukan. Jika penerimaan kembali atas kredit yang telah

84 dihapusbukukan melebihi nilai pokoknya maka kelebihannya akan diakui sebagai pendapatan bunga. B. Pembahasan Setelah efektif dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan pada tanggal 1 Januari 2010, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dalam perlakuan akuntansi untuk instrumen keuangan yaitu aset, ekuitas dan liabilitas menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan. Penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PSAK No. 50 (Revisi 2006) ini mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instrument dan IAS 32 mengenai Presentation and Disclosures of Financial Instruments. Penggunaan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) ini hanya berlaku hingga akhir tahun 2011. Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mulai menerapakan PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, PSAK No. 50 (Revisi 2010) tentang pengungkapan instrumen keuangan dan PSAK No. 60 tentang penyajian instrumen keuangan sebagai pengganti dari PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PSAK No. 50 (Revisi 2006).

85 1. Analisis Akuntansi Kredit Bermasalah Pasca PSAK No. 31 Efektif Tidak Berlaku a. Pengakuan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kredit bermasalah (nonperforming loan) merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok atau bunganya telah lewat dari 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengakui kredit bermasalah ketika pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah lewat dari 90 hari. Kredit bermasalah dalam penyajian laporan keuangan merupakan bagian dari komponen kredit yang diberikan. Pinjaman atau kredit yang diberikan adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Kredit yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut. Setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan

86 penyisihan kerugian penurunan nilai. Pernyataan tersebut sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang menyatakan pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. Setelah pengakuan awal pinjaman atau kredit yang diberikan diukur dengan pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. b. Pengukuran Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Aset keuangan yang diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal tersebut. Peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal. Kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. merupakan komponen dari kredit yang diberikan yang mengalami penurunan nilai sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama

87 sekali tidak ada pembayaran. Hal ini dibuktikan dengan bukti-bukti objektif yang mengatakan bahwa kredit tersebut mengalami penurunan nilai. Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam, pelanggaran kontrak dan terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya. Penurunan nilai atas kredit yang diberikan dicatat pada biaya perolehan diamortisasi kemudian jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif dari aset yang dihitung pada saat pengakuan awal. Nilai aset tersebut dikurangi baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan. Pengukuran tentang kredit bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk tersebut telah sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan paragraf 70. c. Penyajian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Penyajian kredit bermasalah (NPL) pada laporan keuangan disajikan di neraca. Kredit bermasalah disajikan di neraca sebagai komponen dari aktiva dengan nama rekening kredit yang diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Kredit bermasalah (NPL) disajikan

88 dan diungkapkan secara lebih detail di catatan laporan keuangan pada laporan konsolidasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Penyajian kredit bermasalah atau instrumen yang tergolong dalam aset keuangan tidak diatur dalam PSAK No. 50 (Revisi 2010). PSAK No. 50 (Revisi 2010) hanya mengatur tentang penyajian kewajiban dan ekuitas. d. Pengungkapan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Pengukuran tentang kredit bermasalah, beserta metode dan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Kredit bermasalah diungkapkan dengan nilai wajar pada catatan atas laporan keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pengungkapan atas jumlah nilai yang tercatat kredit bermasalah diungkapkan lebih detail di informasi pokok lainnya dengan tertera jumlah masing-masing kredit yang dikategorikan sebagai kredit bermasalah yaitu golongan diragukan, kurang lancar dan macet. Dalam informasi pokok lainnya juga diungkapkan nilai rasio kredit bermasalah (NPL) baik secara gross maupun secara neto. NPL neto dihitung dengan membagi antara jumlah kredit bermasalah setelah dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai dengan jumlah kredit keseluruhan. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dalam mengungkapkan kredit bermasalah telah sesuai dengan PSAK No. 60 dimana PT. Bank

89 Tabungan Negara (Persero) Tbk. telah mengungkapkan nilai tercatat kredit bermasalah yang merupakan komponen dari kredit yang diberikan dan mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. seperti pengakuan dan pengukuran terhadap kredit bermasalah. 2. Analisis Akuntansi Pendapatan Bunga setelah PSAK No. 31 Efekif Tidak Berlaku a. Pengakuan Pendapatan Bunga Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, pendapatan bunga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tidak lagi diakui pada saat bunga tersebut diterima (berbasis kas) namun diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pada saat menghitung suku bunga efektif, bank mengestimasi arus kas di masa datang dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tetapi tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa mendatang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Untuk aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku

90 bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai. Kredit bermasalah diklasifikasikan sebagai kredit yang mengalami penurunan nilai. Bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih akan dibatalkan pada saat kredit diklasifikasikan sebagai kredit yang mengalami penurunan nilai. Pengakuan ini sesuai dengan PSAK No.55 (Revisi 2011) dimana pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pengakuan untuk pendapatan bunga yang setelah pengakuan mengalami penurunan nilai juga sesuai dengan PA 109 PSAK No.55 (Revisi 2011) dimana setelah aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang serupa telah dihapusbukukan akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga diakui menggunakan tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas masa depan untuk tujuan mengukur rugi penurunan nilai. b. Pengukuran Pendapatan Bunga Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, pengukuran pendapatan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tidak lagi diukur dengan menggunakan biaya historis melainkan dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima. Jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.

91 Penerimaan antara nilai wajar dengan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Dengan demikian PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dalam pengukuran pendapatan bunga telah sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011) dimana dalam pengukuran aset maupun liabilitas lebih menekankan dengan menggunakan nilai wajar. c. Penyajian Pendapatan Bunga Penyajian pendapatan bunga pada laporan keuangan disajikan di laporan laba rugi. Pendapatan bunga yang disajikan dalam laporan laba rugi merupakan pendapatan bunga dari kredit yang digolongkan performing (lancar dan dalam perhatian khusus). Sedangkan untuk pendapatan bunga yang berasal dari kredit dengan golongan nonperforming (kurang lancar, diragukan dan macet) di sajikan di neraca sebagai estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi, kemudian diperjelas lagi dalam catatan atas laporan keuangan sebagai pendapatan bunga dalam penyelesaian. d. Pengungkapan Pendapatan Bunga Pengungkapan atas pendapatan bunga diungkapkan pada laporan laba rugi dan dalam catatan atas laporan keuangan. Bank mengungkapkan metode akuntansi yang digunakan dalam pendapatan bunga yaitu metode suku bunga efektif. Bank dalam catatan atas laporan keuangan

92 mengungkapkan jumlah pendapatan bunga secara lebih detail. Pendapatan bunga tersebut berasal dari kredit yang diberikan, obligasi pemerintah, efek-efek, penempatan pada bank lain dan giro pada Bank Indonesia. Untuk pendapatan bunga yang digolongkan nonperforming bank mengungkapkan pendapatan bunga dalam penyelesaian di catatan atas laporan keuangan. PSAK No. 60 tidak mengatur tentang format dari informasi yang dipersyaratkan untuk diungkapkan atau tempatnya dalam laporan keuangan. Sepanjang informasi yang dipersyaratkan telah disajikan dalam laporan keuangan, maka tidak perlu disajikan kembali dalam catatan laporan keuangan. Pengungkapan pendapatan bunga pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. telah sesuai dengan PSAK No.60 dimana bank mengungkapkan kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Selain itu bank juga mengungkapkan total pendapatan bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif dan pendapatan bunga yang mengalami penurunan nilai.

93 3. Analisis Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai setelah PSAK No. 31 Efektif Tidak Berlaku Sejak tanggal 1 Januari 2010 pada setiap tanggal neraca, Bank selalu mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan yang tidak dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba-rugi telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika bukti objektif menunjukkan bahwa peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa datang atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Berikut ini merupakan kriteria yang digunakan oleh bank untuk menentukan bukti objektif dari penurunan nilai. 1) Kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam. 2) Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga. 3) Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan kepada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut. 4) Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya.

94 5) Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan. 6) Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk. a) Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut. b) Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. pertama kali menentukan apakah terdapat bukti objektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika bank menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka bank memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memilki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset keuangan yang penurunan nilainya dilakukan secara individual, dan untuk itu

95 kerugian penurunan nilai telah diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menentukan penyisihan kerugian penuruan nilai kredit secara kolektif dengan mengacu pada pembentukan penyisihan umum dan penyisihan khusus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai kualitas aset bank umum. Penyisihan kolektif untuk kredit yang dikelompokkan sebagai dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet dihitung setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat (biaya perolehan amortisasi). Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Untuk kredit yang diberikan maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak. Pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai tetap diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian penurunan

96 nilai. Jika persyaratan kredit yang diberikan dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif yang digunakan sebelum persyaratan diubah. Analisis penyisihan kerugian penurunan nilai pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sudah sesuai dengan PSAK No.55 (Revisi 2011) dimana perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat menggunakan biaya perolehan amortisasi dan untuk pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai tetap diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian penuruan nilai. 4. Analisis Restrukturisasi Kredit setelah PSAK No. 31 Efektif Tidak Berlaku. Restrukturisasi kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk umumnya diarahkan untuk menyelamatkan kredit bermasalah (kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet). Sejak tanggal 1 Januari 2010 saat persyaratan kredit telah dinegosiasi ulang atau dimodifikasi (kredit restrukturisasi), penurunan nilai yang ada diukur dengan menggunakan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah dan kredit tidak lagi diperhitungkan sebagai menunggak. Pernyataan tersebut sesuai dengan paragraf 70 PSAK No. 55 (Revisi 2011) dimana penurunan nilai atas

97 pinjaman yang diberikan diukur dengan suku bunga efektif awal dari aset tersebut yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal. Dalam melakukan restrukturisasi kredit manajemen secara berkelanjutan mereview kredit yang dinegosiasi ulang untuk meyakinkan terpenuhinya seluruh kriteria dan pembayaran di masa depan. Kredit terus menjadi subjek penilaian penurunan nilai individual atau kolektif, dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal. 5. Analisis Penghapusbukuan Kredit setelah PSAK No. 31 Efektif Tidak Berlaku. Penghapusbukuan kredit macet merupakan tindakan yang dilakukan apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil. Kredit yang dihapusbukukan bukan berarti dihapus tagihkan, bank tetap mempunyai kewajiban untuk melakukan tagihan kredit macet kepada debitur. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, kredit dihapusbukukan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian pinjaman atau hubungan normal antara bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat dilunasi tersebut dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian. Penerimaan atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya, dikreditkan ke dalam penyisihan kerugian kredit di neraca.

98 Penghapusbukuan terhadap kredit macet pada PT. Bank Tabungan Negara sesuai dengan penyesuaian PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang penghentian pengakuan terhadap pinjaman yang diberikan atau aset keuangan lain yang diahapusbukukan. Kredit yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan jika setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya..