BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pemahaman masyakarat kian terbuka akan pentingnya

dokumen-dokumen yang mirip
# Namun peranan PR tidak hanya sebatas menjalin hubungan baik dengan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal. PR juga memiliki tugas u

BAB I PENDAHULUAN. pernah menyatakan bahwa kegiatan public relations (PR) pada dasarnya. bisnis sebuah perusahaan (Newsom dkk, 2012 : 2).

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu. 1. ketrampilan, dan sikap kerja, sesuai dengan unjuk kerja yang

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483

Profil Sarjana Humas. Edited by: Sumartono S.Sos., MSi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau instansi. Dapat kita lihat di berbagai instansi, baik instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra yang baik dari suatu organisasi, baik korporasi maupun lokal,

PENDAHULUAN Misi Fakultas Farmasi, MASTER PLAN Perumusan Visi dan Misi Visi Jangka Panjang Fakultas Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat. Humas dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan salah satu industri yang memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang jeli melihat peluang yang tidak ditimbulkan pesaingnya.

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan usaha yang ketat sekarang ini, bidang Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi, dan tidak ada sikap koheren yang memandang aset tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Hal ini sejalan dengan Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki target

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dari kredibilitas dari universitas itu sendiri. yang di miliki oleh lembaga pendidikan tersebut.

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERATURAN PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI (Draft)

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masuknya budaya asing di Indonesia membuat masyarakat melupakan

BABl PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan penopang dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas

Dikti Evaluasi Program World Class University

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Seiring berkembangnya teknologi informasi tersebut, manusia lebih mudah

BAB I PENDAHULUAN. Di era pasar bebas saat ini, dimana persaingan dalam dunia bisnis semakin

SPMI Politeknik Negeri Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka di Indonesia terdapat dua kategori universitas atau. perguruan tinggi, yaitu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun organisasi. Diterima maupun tidak diterimanya suatu produksi. tergantung hasil karya PR dari perusahaan tersebut.

PR & MARKETING UNNAR

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, informasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menghasilkan individu-individu yang mampu menumbuhkembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini media bukan hanya cetak dan elektronik tetapi muncul sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting untuk membentuk citra dan image dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis semakin pesat. Perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawat, 2008). Menulis sebuah karya ilmiah (program S1) kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali suatu informasi yang aktual dan terpercaya, suatu instansi

BAB I PENDAHULUAN. menganut sistem demokrasi, salah satunya adalah Indonesia. 2. komersial maupun organisasi non komersial,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat ibukota. Pusat perbelanjaan sering disebut juga dengan sebutan Mal.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. yang akan datang. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di semua level. Istilah publik internal atau publik karyawan mengacu pada baik itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya. Hal ini membuat kesulitan bagi perusahaan

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENAMAAN PROGRAM STUDI PADA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proses pemilihan perguruan tinggi merupakan keputusan besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sarjana sarjana terbaik yang dapat bersama-sama membangun

BAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. kimia. Saat ini sedang berkembang seiring berjalannya waktu. Memiliki cabang yang

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti kegiatan produksi, keuangan, personalia dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur kematangan ilmu yang didapat itu juga sangat perlu,

BAB I PENDAHULUAN. Data Jumlah Gerai Fried Chicken Lokal Indonesia. Kane fried chicken. Sabana Fried Chicken

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 205/P/SK/HT/2007

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan selama kurang lebih 2-3 bulan ini merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, akan diuraikan 1) konteks penelitian yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Kerja Praktik

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan menyajikan berbagai program-program unggulan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. adalah masyarakat luas, bukan segmen terbatas atau public tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

STANDAR ISI PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi penting bagi setiap orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman masyakarat kian terbuka akan pentingnya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Jenjang pendidikan tinggi yang bisa dijadikan pilihan adalah universitas dan pendidikan vokasi. Persepsi masyarakat masih terpaku pada melanjutkan pendidikan ke universitas merupakan pilihan terbaik. Padahal meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan memilih lembaga pendidikan vokasi akan membuat siswa SMA/SMK semakin fokus kepada minat bakatnya. Selain itu juga memudahkan dalam memilih perusahaan tempat bekerja karena sudah memiliki keahlian khusus. Paparan di atas diperkuat dengan pernyataan dari beberapa petinggi lembaga pendidikan berikut ini. Prof Dr Ir M Munir MS, Direktur Program Vokasi Universitas Brawijaya mengatakan bahwa terdapat kesalahan berfikir dalam melihat bentuk layanan pendidikan di perguruan tinggi. Banyak masyarakat yang melihat bahwa kuliah haruslah berakhir dengan gelar sarjana. Padahal perguruan tinggi mengemban tugas menyelenggarakan pendidikan akademis (sarjana), vokasi (diploma), dan juga profesi (spesialis). Pada posisi pendidikan 1

2 vokasi, mahasiswa akan lebih banyak dibekali keahlian terapan. Berbeda dengan jenjang sarjana yang lebih banyak mengedepankan kajian pengetahuan dan teori. 1 Paparan tersebut diperkuat juga dengan pernyataan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh saat membuka Lomba Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ke-20 di Bandung, Senin (18/6/2012) yang mengatakan bahwa pendidikan vokasi tidak boleh berhenti sampai SMK, tetapi dimungkinkan sampai Magister dan Doktor terapan. Saat ini jenjang lanjutan pendidikan vokasi di Indonesia masih sebatas politeknik, namun selanjutnya lulusan SMK bisa masuk community college atau politeknik dan meraih gelar hingga magister dan doktor terapan. Memperkuat pendidikan vokasi merupakan penopang kemajuan bangsa. 2 Pendidikan vokasi merupakan pilihan bagi siswa SMA/SMK yang akan melanjutkan kuliah dengan program spesialis yang diminatinya. Seperti dipaparkan oleh Devie Rachmawati, Kepala Deputi Sekretariat Pimpinan UI, bahwa Program vokasi ini, harus mampu menjalankan fungsi menjadi pabrik ketrampilan yang akan menghasilkan tenaga kerja siap pakai, profesional, dan mampu bersaing secara global. Keberadaan program vokasi terintegrasi dan berjenjang ini akan membuat setiap anak Indonesia fokus pada potensi dan keunikan yang dimilikinya. Seperti halnya di Eropa, tidak semua anak, memasuki universitas, mengingat tugas utama para lulusan universitas ialah mengembangkan ilmu pengetahuan melalui laboratorium yang ada di kampus maupun di 1 http://www.shnews.co/duniakampus/detile-783-pendidikan-vokasi-makin-seksi-dan- diminati.html.diakses tanggal 12 Juli 2012 pukul 19.30 WIB. 2 ibid

3 masyarakat. Sedangkan program vokasi akan bertugas untuk mencetak para spesialis. 3 Program pendidikan vokasi yang menghasilkan sumber daya siap pakai menjadi senjata ampuh untuk menghadapi persaingan global. Di kancah internasional, program vokasi menjadi andalan berbagai bangsa untuk membangun keberhasilan sistem kerja berbasis ketrampilan. Direktur Direktorat Administrasi Akademik (DAA) UGM, Prof Budi Prasetyo Widyobroto menyebutkan bahwa hingga saat ini pendidikan vokasional masih belum dipahami sebagai kebutuhan bangsa Indonesia. Masyarakat belum begitu menyadari akan peluang yang disediakan oleh pendidikan diploma. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memilih untuk melanjutkan studi ke jenjang sarjana. Dari data SNMPTN jalur undangan tahun ini saja masih banyak siswa SMK yang ikut mendaftar. Setidaknya lebih dari 70% siswa SMK yang daftar ke jenjang S1. Padahal jalur ini sebenarnya tidak sesuai untuk studi lanjut siswa SMK yang memang dipersiapkan sebagai tenaga ahli. Jadi, saat ini pendidikan vokasi tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan dunia industri terhadap lulusan pun tergolong tinggi, maka bagi para lulusan SMK maupun SMU, mereka berlombalomba memilih program pendidikan vokasi. 4 Masalah selanjutnya adalah pendidikan vokasi mana yang menawarkan program pendidikan yang berkualitas. Dengan banyaknya program vokasi yang 3 ibid 4 ibid

4 ditawarkan perguruan tinggi membuat siswa SMA/SMK bingung memilih. Hingga akhirnya salah satu tolok ukur memilih lembaga pendidikan vokasi adalah dengan melihat kredibilitas lembaga pendidikan. Kredibilitas lembaga pendidikan tidak dibangun dalam satu malam. Kredibilitas merupakan hasil dari serangkaian proses yang berkesinambungan dengan terus melakukan perbaikan. Serangkaian proses dilakukan oleh pihakpihak yang terlibat didalamnya. Untuk terus konsisten melakukan prosesnya, maka diperlukan bagian khusus yang menangani hal tersebut. Bagian Public Relations adalah bagian yang tepat untuk membangun kredibilitas lembaga. Kredibilitas berhubungan dengan citra. Citra adalah persepsi yang ada dalam pikiran publiknya. Jenis citra yang akan dicapai ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Public Relations akan mengimplementasikan strategi dalam upaya membangun citra tersebut. Selain visi dan misi sebagai acuan strategi, praktisi Public Relations juga memperhatikan perkembangan disekelilingnya. Dahulu penggunaan media iklan dianggap memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh PR karena mempunyai daya jangkau yang luas walaupun high cost. Pada era sekarang terjadi pergeseran strategi, seiring dengan krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1997 disusul dengan krisis global Amerika sejak tahun 2008, maka berimbas pada posisi keuangan perusahaan. Perusahaan dipaksa untuk belajar strategi komunikasi yang low cost high impact. PR mendefinisikannya dengan memanfaatkan orang ketiga (third party endorser). Selain berkutat dengan

5 media, PR juga mulai mengembangkan pola persebaran isu (buzz) langsung menuju audiensi target. Tugas PR adalah mengelola citra perusahaan atau lembaga. Pengelolaan citra bisa dengan memanfaatkan third party endorser. Dilengkapi lagi dengan perkembangan era Web 2.0, dimana teknologi komunikasi telah berkembang menjadi sebuah komunitas yang interaktif dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dengan cepat. Hal ini lebih mengoptimalkan kerja PR dalam mengelola citra perusahaan atau lembaga tanpa harus melalui media konvensional. Citra lembaga merupakan janji yang diberikan apakah sesuai atau tidak dengan apa yang dijanjikan lembaga pada awalnya. Jika janji yang ditawarkan sesuai maka akan terbentuk citra positif, jika tidak sesuai maka akan terbentuk citra negatif. Lembaga pendidikan yang memiliki citra positif dapat dipastikan menjadi pilihan utama siswa SMA/SMK yang melanjutkan ke lembaga pendidikan vokasi. Lembaga pendidikan vokasi berlomba-lomba mengakui sebagai lembaga pendidikan terbaik. Seperti halnya Politeknik Manufaktur Astra yang mempunyai visi menjadi politeknik terbaik di Indonesia. Sebagai sebuah lembaga pendidikan D3 dibawah naungan Yayasan Astra Bina Ilmu yang merupakan salah satu anak perusahaan PT. Astra International Tbk, secara teori tidaklah sulit mengenalkan Politeknik Manufaktur Astra karena telah memiliki nama besar Astra. Banyak penghargaan yang dianugerahkan kepada PT. Astra International Tbk, diantaranya mendapat penilaian terbaik dalam kategori Indonesia The Best Public Companies

6 Based on Wealth Added Index (WAI) untuk seluruh kategori 2012 dan ASEAN The Best Public Companies Based on WAI 2012 yang diberikan konsultan bisnis internasional Stern & Co bersama majalah SWA. 5 Namun pada kenyataannya walaupun diikuti oleh nama besar Astra, Politeknik Manufaktur Astra belum menjadi pilihan nomor satu bagi siswa/siswi yang akan melanjutkan jenjang pendidikan diploma. Melihat dari artikel online DIKTI, 5 Politeknik Terbaik di Indonesia versi DIKTI tahun 2008 secara berurutan adalah Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN-Bandung), Politeknik Negeri Bandung, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Medan, Politeknik Negeri Samarinda. 6 Jika dilihat dari lokasinya yang sama-sama di Jakarta, dan dibandingkan tahun berdirinya maka bisa dilihat Politeknik Manufaktur Astra berdiri tahun 1995, sedangkan Politeknik Negeri Jakarta mandiri sejak 25 Agustus 1998. Tidak berbeda jauh tahun berdirinya, namun Politeknik Negeri Jakarta telah menduduki peringkat ke 3 politeknik terbaik di Indonesia versi DIKTI. Selain itu Politeknik Manufaktur Astra belum mempunyai program pencitraan yang jelas. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak kalangan yang belum mengenal lembaga ini sebagai lembaga vokasi milik yayasan PT. Astra International Tbk. Program promosi yang dilakukan masih bersifat konvensional dan belum pernah diukur dengan riset baik secara internal maupun professional. 5 www.merdeka.com/uang/astra-raih-penghargaan-terbaik-versi-stern-amp-co.html. Diakses tanggal 20 Juni 2012 pukul 18.00 WIB. 6 5 Politeknik Terbaik Di Indonesia versi DIKTI Tahun 2008 (2012, 13 Februari).SNMPTN 2012 [online]. Diakses tanggal 31 Mei 2012 dari soalsnmptn.blogdetik.com/2012/02/13/politeknikterbaik-indonesia/

7 Melihat dari pembahasan di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai implementasi strategi pencitraan di Politeknik Manufaktur Astra. Didalam struktur organisasi, peran Public Relations ditangani oleh Departemen Kemahasiswaan, Humas dan Alumni. Departemen Kemahasiswaan, Humas dan Alumni sangat diperlukan untuk mengimplementasikan strategi dalam upaya membangun citra positif Politeknik Manufaktur Astra. Citra yang dimiliki oleh lembaga tersebut masih terlihat samar-samar apakah mempunyai citra positif atau sebaliknya. Jika dilihat dari versi DIKTI tentulah belum menjadi lembaga vokasi terbaik. Namun jika dilihat dari posisinya sebagai anak perusahaan PT. Astra International Tbk, seharusnya memiliki strategi pencitraan yang baik. Membangun citra positif memerlukan strategi Public Relations yang jitu. Tujuan akhirnya adalah menjadikan Politeknik Manufaktur Astra sebagai politeknik terbaik di Indonesia. Untuk melihat bagaimana implementasi strategi yang dilakukan, maka dipilihlah periode Januari Juni 2012 karena periode tersebut yang paling dekat dengan masa penelitian. Selain itu lembaga mulai mengembangkan strategi pencitraan secara serius dan terarah. Dengan mengetahui implementasi strategi maka akan dilihat apakah strategi tersebut menjadikan Politeknik Manufaktur Astra berada pada level Top of Mind dibenak publiknya saat memilih atau menentukan politeknik sebagai pilihan melanjutkan pendidikan.

8 1.2. Perumusan Masalah Pendidikan vokasi kian mendapatkan tempat di jenjang perguruan tinggi. Banyaknya pilihan lembaga pendidikan vokasi menjadikan lembaga-lembaga tersebut berlomba-lomba mendeklarasikan diri sebagai lembaga terbaik. Hal ini menjadikan lulusan SMA/SMK bingung menentukan pilihan melanjutkan pendidikan. Akhirnya mereka melihat pada kredibilitas yang dimiliki oleh lembaga. Kredibilitas dimiliki oleh lembaga yang memiliki citra positif di benak publiknya. Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola oleh salah satu yayasan PT. Astra International Tbk, Politeknik Manufaktur Astra mengemban nama besar Astra. Melalui nama besar Astra yang menjadi market leader berbagai perusahaan besar, seharusnya bisa menjadikan Politeknik Manufaktur Astra pilihan nomor satu bagi lulusan SMA/SMK yang akan melanjutkan studi ke jenjang D3. Namun hal ini belum menjadi kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mempertanyakan bagaimanakah tahapan implementasi pengelolaan pencitraan yang dilakukan oleh Public Relations Politeknik Manufaktur Astra?. Peneliti tertarik melakukan penelitian pada Departemen Kemahasiswaan, Humas dan Alumni. Sebagai departemen yang bertanggung jawab terhadap implementasi strategi pembentukan citra dalam upaya menjadikan Politeknik Manufaktur Astra menjadi politeknik terbaik di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil judul penelitian yaitu Implementasi Strategi Pencitraan Pada Publik oleh Public Relations Politeknik Manufaktur Astra.

9 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi strategi yang digunakan oleh Departemen Kemahasiswaan, Humas dan Alumni dalam upaya mengelola citra positif lembaga melalui sudut-sudut dimensi pencitraan. Strategi pencitraan yang jitu akan menjadikan Politeknik Manufaktur Astra mendapatkan citra positif dan menjadikannya Top of Mind dibenak publik saat memilih pendidikan politeknik di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis/akademis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kontribusi tulisan terhadap ilmu komunikasi pada umumnya. Bagaimana implementasi strategi pencitraan dilakukan pada lembaga pendidikan tinggi. 1.4.2. Manfaat praktis Penelitian ini memberikan wawasan kepada peneliti tentang implementasi strategi pengelolaan citra pada Politeknik Manufaktur Astra. Penelitian diharapkan menjadi suatu masukan yang berharga untuk memajukan Politeknik Manufaktur Astra.