PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

dokumen-dokumen yang mirip
KENAIKAN HARGA GULA DAN PENGELOLAAN STOK PUPUK NASIONAL Kamis, 03 September 2009

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007

1 Universitas Indonesia

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai dengan nomor harmonis sistem (HS) merupakan komoditas yang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,25 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia telah mengalami banyak perubahan beberapa dekade terakhir ini.

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 9-13 April 2012

PENDAHULUAN. terus melemah dan akhirnya tidak laku di pasaran. Menurut perkiraan United State Department of Agriculture (USDA)yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN April 2012

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perbaikan zat gizi (Amang, 2010). lembaga atau instansi pemerintah bidang pertanian terhadap produktivitas

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 09/PMK.011/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 4-8 Juni 2012

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Mei 2012

Ekonomi Pertanian di Indonesia

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Bab I. Pendahuluan. Kebutuhan kedelai meningkat seiring dengan meningkatkan permintaan untuk

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

PEMANTAUAN HARGA KEBUTUHAN BAHAN POKOK TAHUN 2017 KABUPATEN TEMANGGUNG

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

Transkripsi:

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009 Pergerakan harga tujuh komoditi pokok yang diamati pada seminggu terakhir cukup beragam. Empat komoditi mengalami kenaikan yakni tepung terigu, gula pasir lokal, minyak goreng kemasan dan kedelai lokal. Sedangkan harga beras, minyak goreng curah dan kedelai impor mengalami penurunan. Perkembangan harga ketujuh komoditi pokok yang diamati sebagaimana dilaporkan oleh Departemen Perdagangan dapat dilihat melalui tabel berikut di bawah ini Pada seminggu terakhir terjadi kenaikan harga untuk beberapa komoditi pokok yang diamati, yaitu tepung terigu sebesar Rp. 1,- (0,02%), gula pasir lokal sebesar Rp 4,- (0,04%), minyak goreng kemasan sebesar Rp. 34,- (0,40%) dan kedelai lokal sebesar Rp. 25,- (0,29%). Sedangkan penurunan harga terjadi pada komoditi beras sebesar Rp. 19,- (0,34%), minyak goreng curah sebesar Rp. 73,- (0,71%) dan kedelai impor sebesar Rp. 22,- (0,27%). Dibandingkan dengan harga rata-rata pada bulan April 2009, maka komoditi pokok beras, tepung terigu, gula pasir lokal, minyak goreng kemasan, dan minyak goreng curah mengalami kenaikan harga pada 25 Mei 2009. Penurunan harga terjadi pada kedelai impor dan kedelai lokal.

Jika dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Maret 2009, maka komoditi pokok tepung terigu, gula pasir lokal dan minyak goreng curah mengalami kenaikan harga pada 25 Mei 2009. Penurunan harga terjadi pada komoditi beras, minyak goreng kemasan, kedelai impor dan kedelai lokal. Pergerakan harga komoditi kebutuhan pokok tersebut juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Komoditi Beras Meskipun Bulog telah mengantongi rekomendasi ekspor beras premium sebanyak 10.000 ton dari Departemen Pertanian, tetapi rekomendasi itu belum akan dimanfaatkan dalam waktu dekat ini, bahkan mengarah pada pembatalan ekspor beras premium. Sebanyak 10.000 ton beras yang rencananya akan dieskpor tersebut diantaranya berjenis Muncul, Pandan Wangi dan lain-lain, dan calon pembeli dari Jepang telah mewanti-wanti untuk siap menampung beras premium dari Bulog.

Bulog akan lebih fokus pada pengawasan proses ekspor dan stabilitas harga beras di dalam negeri. Pengawasan ekspor beras sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi penyimpangan berbentuk penggelembungan volume ekspor seperti yang dikhawatirkan oleh banyak pihak. Sementara itu, minat eksportir untuk mengekspor beras premium menjadi kendor karena turunnya harga beras di pasar internasional dan penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS, sehingga potensi margin keuntungan yang akan diperoleh menjadi tipis. Di pihak lain, Departemen Perdagangan (Depdag) masih berpikir ulang terkait rencana perpanjangan ekspor beras hingga September 2009, dengan alasan sekarang ini Indonesia sudah masuk musim paceklik. Oleh karena itu, Depdag lebih memilih untuk mengutamakan keamanan pasokan beras di dalam negeri terlebih dahulu ketimbang melakukan ekspor. Meski demikian, khusus untuk beras yang tidak dikonsumsi dalam negeri seperti beras organik, masih ada kemungkinan untuk dilakukannya perpanjangan ekspor hingga September nanti. Terlaksana atau tidaknya Indonesia melakukan ekspor beras tentu tergantung pula pada harga beras di pasar negara tujuan. Jika harganya terus menurun sebagaimana kecenderungan perkembangan harga beras yang diterbitkan oleh Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO - UN) pada bulan Mei 2009, kemungkinan ekspor beras tidak akan dilakukan. Dari grafik yang dirilis oleh FAO tersebut dapat dibaca bahwa harga beras di pasar internasional cenderung naik pada awal tahun 2008, tetapi sejak bulan Mei 2008 sampai dengan bulan April 2009 harga beras cenderung terus menurun.

Komoditi Kedelai Kedelai saat ini bukan hanya untuk bahan baku industri pembuatan tahu tempe saja, tetapi makin beragam seperti untuk bahan baku susu dan berbagai produk makanan lainnya. Hal ini mendorong permintaan kedelai dalam negeri semakin tinggi. Secara teoritis, apabila permintaan meningkat maka harga cenderung akan naik. Oleh sebab itu, harga dasar kedelai perlu ditetapkan oleh instansi yang berwenang untuk menjamin keberlangsungan usaha pengrajin tahu, tempe dan susu kedelai, serta menggiatkan petani kedelai. Jika harga dasar atau semacam harga pembelian pemerintah (HPP) sudah ditetapkan, akan membuat pengrajin tahu, tempe serta susu kedelai lebih tenang berusaha karena tidak lagi perlu terlalu mengkhawatirkan terjadinya fluktuasi harga yang melambung tinggi seperti halnya yang pernah terjadi pada tahun lalu, yang mengakibatkan banyak pengrajin menutup usahanya. Di sisi lain, petani juga akan lebih termotivasi untuk menanam kacang kedelai, karena mereka tidak terlalu khawatir akan anjloknya harga jual pada saat panen raya tiba. Jika petani semakin bergairah untuk menanam kedelai, maka produksi dalam negeri akan meningkat dan mengurangi kebutuhan impor. Sebagai gambaran, pada saat ini produksi kedelai petani kita hanya sekitar 400 ton per tahun, hanya mampu penuhi 20 persen dari total kebutuhan kedelai nasional yang mencapai 2,2 juta ton per tahun. Sebanyak 1,8 juta ton diantaranya masih dipenuhi dari kedelai impor beberapa negara seperti Amerika Serikat guna memenuhi konsumsi kedelai nasional yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk Indonesia.

( Ibnu Purna / Hamidi / Elis )