BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Metodologi Penelitian

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

TITRASI ARGENTOMETRI dengan CARA MOHR. Abstak

kimia TITRASI ASAM BASA

Standarisasi Larutan

PENENTUAN KADAR KLORIDA

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Sulistyani, M.Si.

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

Penentuan Kesadahan Dalam Air

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA

LOGO TEORI ASAM BASA

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks)

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PERCOBAAN IV ARGENTOMETRI

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ARGENTOMETRI

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

TITRASI POTENSIOMETRI

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

REAKSI REDUKSI-OKSIDASI (REAKSI REDOKS)

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

TES PRESTASI BELAJAR

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Soal ini terdiri dari 25 soal PG (50 poin) dan 6 soal essay (88 poin)

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

REAKSI OKSIDASI REDUKSI

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Titrasi Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui dan menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan reaksi zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan metode analisa kimia yang cepat dan akurat. Dalam titrasi, larutan yang digunakan untuk menitrasi atau larutan yang ditempatkan diburet disebut titran (larutan standar), sedangkan larutan yang akan dititrasi disebut titrat. Pada proses digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang ditandakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. (Brady, 1999) Tujuan proses titrasi adalah penetapan kadar, umumnya kadar dalam molaritas (M) atau terkadang dilanjutkan sampai penetapan massa senyawa (gram). (Anonim, 2013) 1.2.2.1 Syarat-syarat Titrasi Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti : Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping. Reaksi harus berlangsung secara cepat. Reaksi harus kuantitatif. Harus ada indikator baik langsung maupun tidak langsung. Harus jelas perubahan warnanya saat mencapai titik akhir titrasi. Untuk mengetahui hasil titrasi maka harus diketahui konsentrasi dan volume larutan standar, serta volume larutan yang akan dititrasi. Berdasarkan nilai-nilai tersebut 1

maka hasil titrasi atau konsentrasi senyawa didalam larutan yang dititrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut : N a. V a = N b. V b Keterangan : N a = konsentrasi larutan yang dititrasi V a = volume yang dititrasi N b = konsentrasi larutan standar (penitrasi) V b = volume larutan standar (Anonim, 2013) 1.2.2 Standarisasi Larutan Standarisasi larutan adalah proses menentukan konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan standar sekunder, dimana konsentrasi larutan standar sekunder masih dapat berubah karena pengaruh lingkungan. Cara ini harus dilakukan karena jumlah pereaksi kimia yang diperoleh dengan keadaan yang sangat murni jumlahnya relatif terbatas ( Underwood : 1986 ). a. Larutan standar primer Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K 2 Cr 2 O 7, As 2 O 3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer : - Mempunyai kemurnian yang tinggi - Rumus molekulnya pasti - Tidak mengalami perubahan selama penimbangan - Berat ekuivalen yang tinggi (agar kesalahan penimbangan dapat diabaikan) - Larutan stabil didalam penyimpanan b. Larutan standar sekunder Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. 2

Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO 3, KMnO 4, Fe(SO 4 ) 2 Syarat-syarat larutan baku sekunder : - Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer - Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan - Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan. 1.2.3 Macam-macam Titrasi Sesuai dengan jenis reaksi yang terjadi pada pelaksanaan suatu titrasi pada umumnya menggunakan metode penitaran sebagai berikut : 1. Titrasi Asam-Basa Titrasi asam-basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (ph) suatu larutan asam/basa berdasarkan reaksi asam-basa. Reaksi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam-basa atau alkalimetri. Titrasi asam-basa tergolong pada dua metode yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri diartikan pengukuran menggunakan asam yaitu pengukuran terhadap larutan basa bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya. Sedangkan alkalimetri diartikan pengukuran menggunakan basa, yaitu pengukuran terhadap larutan asam bebas atau larutan garam yang berasal basa lemah yang telah diketahui konsentrasinya. Perbedaan dari jenis titrasi diatas terletak pada titik akhir titrasi, dimana jika dilakukan dengan asam maupun basa kuat yang juga merupakan elektrolit kuat maka larutan yang dihasilkan akan netral dan mempunyai ph 7. Kondisi ini terjadi pada titik ekuivalen. Jika asam atau basanya adalah elektrolit lemah, garam itu akan terhidrolisis sampai derajat tertentu dan larutan pada titik ekuivalen akan sedikit basa atau sedikit asam. ph akhir dari larutan adalah saat titik ekuivalen yang dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam lemah atau basa lemah itu dan konsentrasi larutan. 3

* Cara mengetahui titik ekuivalen Dalam titrasi asam basa ada 2 cara yang digunakan untuk menentukan titik ekuivalen yaitu ; dengan memakai ph meter dan memakai indikator asambasa. Pada umumnya dengan menggunakan indikator yang lebih sering digunakan hal ini disebabkan lebih mudah dalam pengamatan dan sangat praktis. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh ph. Reaksi asam-basa yang data dinyatakan dalam persamaan reaksi sebagai berikut : H + + OH - H 2 O (Anonim, 2013) 2. Titrasi Redoks (Oksidimetri) Titrasi oksidimetri adalah titrasi yang menggunakan reaksi oksidasireduksi sebagai dasarnya. Reaksi ini melibatkan transfer elektron. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengompensasi satu sama lain. (Underwood : 1986) Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator maupun reduktor. Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi digunakan secara meluas dalam analisa titrimetri. Misalnya, besi dalam keadaan oksida +2 dapat dititrasi dengan larutan standar, serium (IV) sulfat : Fe +2 + Ce 4+ Fe 3+ + Ce 3+ Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas sebagai titran adalah kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi dengan besi (II) dalam larutan asam adalah : 5Fe + +MnO - 4 +8H + 5Fe 3+ + Mn 2+ + 4H 2 O Jenis-jenis titrasi oksidimetri pada umumnya yang dikenal adalah : Permanganometri Permanganometri adalah metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat. Yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat digunakan sebagai pengoksidasi secara meluas karena mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat 4

encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. (Day, 1999) Dalam suasana asam atau [H + ] 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi : MnO - 4 + 8H + +5e - Mn 2+ + 4H 2 O E o = 1,51 volt Dalam suasana netral ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida seperti reaksi berikut : MnO - 4 +4H + + 3e - MnO 2 + 2H 2 O E o = 1,70 volt Dalam suasana basa atau [OH - ] 0,1 N, ion permanganat akan mengalami reduksi sebagai berikut : MnO - 4 + e - 2- MnO 4 E o = 0,56 volt (Svehla, 1995) Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida ada kemungkinan terjadi reaksi : 2MnO - 4 + 10Cl - + 16H + 2Mn 2+ + 5Cl 2 +8H 2 O dan sedikit permanganat dapat bereaksi dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebihan, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu distandarisasi terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat digunakan asam oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. (Basset, 1994) Bikromatometri Bikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar primer. Penggunaan utama bikromatometri adalah untuk penentuan besi (II) dalam asam klorida. (Khopkar, 1990) 5

Digunakan larutan baku kalium dikromat, sebagai oksidator yang lebih lemah dari KMnO 4. Larutan baku kalium dikromat lebih stabil dari KMnO 4. Pengasaman dapat dilakukan dengan H 2 SO 4, HClO 4, HCl. Iodometri-iodimetri Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai penitar disebut iodometri yang menggunakann larutan iodida sebagai penitar disebut iodometri. (Rivai, 1995) Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat. Reaksi antara iodium dan thiosulfat berlangsung secara sempurna. (Anonim, 2013) 3. Titrasi Pengendapan (Argentometri) Titrasi pengendapan atau disebut titrasi argentometri yang digunakan perak (Ag). Pengukuran titrasi pengendapan atau argentometri dengan bantuan kation perak. Reaksi pembentukan endapan : Ag + X AgX AgNO 3 merupakan zat standar yang berwarna putih jika terkena sinar akan tereduksi menjadi Ag. Ada tiga cara titrasi argentometri yaitu : Titrasi yang dilakukan dengan cara Mohr Titrasi ini dilakukan secara langsung dalam larutan netral dan sebagai indikator digunakan larutan kalium dikromat. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya endapan merah dari Ag 2 CrO 4. Cara ini digunakan untuk menentukan ion Cl - dan Br - dengan cara titrasi langsung. Ion klorida dalam larutan direaksikan dalam larutan AgNO 3 sehingga mengendap AgCl. 6

Titrasi dengan menggunakan cara Volhard Larutan klorida (halida) ditambahkan dengan AgNO 3 berlebih. Kelebihan AgNO 3 dititrasi kembali dengan KSCN atau NH 4 SCH sebagai indikator digunakan tawas. Ferri ammonium (NH 4 ) 2 SO 4.Fe 2 (SO 4 ) 3.24H 2 O. Titrasi cara Payan Adalah pemanfaatan peristiwa adsorbsi ion-ion yang sejenis. Bila ada ion Cl dalam suatu medium yang mengandung endapan AgCl, maka ion Cl - akan diadsorbsi oleh AgCl. Setelah tercapai fluorensein akan membentuk larutan berwarna kehijau-hijauan. (Anonim, 2013) 4. Titrasi Kompleksiometri Dasar titrasi ini adalah terbentuknya senyawa-senyawa kompleks yang stabil dan larut dalam air. Kompleksan yang paling banyak digunakan adalah EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) dalam bentuk garam di natriumnya. Indikator yang digunakan dalam titrasi jenis ini adalah banyak ragamnya, antara lain EBT (Eriochrome Black Ted) yang dengan kalsium, magnesium, atau kation lain membentuk kompleks berwarna merah tua (merah anggur sedangkan indikatornya sendiri adalah biru tua). (Underwood, 1986) 1.2.4 Titrasi Redoks 1.2.4.1 Valensi dan Bilangan Oksidasi Valensi suatu unsur adalah bilangan yang menyatakan berapa banyak atom hidrogen atau atom-atom lain yang ekuivalen dengan hidrogen. Beberapa unsur, seperti hidrogen, oksigen atau logam-logam alkali, nampak selalu mempunyai valensi yang sama dalam semua senyawanya. Namun, unsurunsur yang lain menunjukkan valensi yang berbeda-beda; misalnya, klor bisa mono-, tri-, penta- atau hepta- valen dalam senyawanya. Ternyata senyawasenyawa dari unsur yang sama dengan valensi yang berbeda-beda, menunjukkan ciri-ciri khas fisika dan kimia yang berbeda-beda. Bilangan oksidasi adalah bilangan yang identik dengan valensi, tetapi dengan tanda, yang menyatakan sifat muatan sejenis tersebut ketika terbentuk dari atomatomnya yang netral. Sebagai contoh, bilangan oksidasi klor dalam asam klorida adalah -1, sedangkan dalam asam hipoklorit adalah +1. Sama halnya, bilangan 7

oksidasi klor dalam asam klorit (HClO 3 ) +5, dan dalam asam perklorat (HClO 4 ) +7. (Vogel, 1990) Penentuan Bilangan Oksidasi Untuk menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam suatu senyawa dapat diperguanakan beberapa ketentuan berikut ini. 1. Bilangan oksidasi unsur bebas (tidak bersenyawa) adalah 0 (nol). 2. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa adalah 0 (nol). Contoh : dalam senyawa H 2 SO 4, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom H + 1 atom S + 4 atom O = 0 3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut. Contoh : pada ion Cr 2 O 2-7 jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom Cr + 7 atom O = -2 4. Unsur-unsur tertentu dalam membentuk senyawa mempunyai bilangan oksidasi tertentu, misalnya : a) Atom-atom golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1. b) Atom-atom golongan IIA (Be, Mg, Ca, sr, dan Ba) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2. c) Atom-atom golongan IIIA (B, Al, dan Ga) dalam senyawa selalu mempunyai bilangan oksidasi +3. d) Atom hidrogen (H) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi +1 kecuali dalam hidrida logam. Hidrida logam adalah senyawa yang terbentuk dari unsur logam dan hidrogen. Pada hidrida logam, seperti LiH, NaH, CaH 2, MgH 2, dan AlH, atom hidrogen diberi bilangan oksidasi -1. e) Atom oksigen (O) didalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali pada senyawa peroksida dan OF 2. Pada peroksida seperti H 2 O 2, Na 2 O 3, dan BaO 2, atom oksigen bilangan oksida -1, sedangkan pada OF 2 diberi bilangan oksida +2. (Sudarmo, 2006) 8

1.2.4.2 Penentuan Valensi dengan Aturan Bilangan Oksidasi 1. Tentukan biloks masing-masing unsur untuk mengetahui reduktor dan hasil reaksinya serta oksidator dan hasil reaksinya : KMnO 4 + FeSO 4 + H 2 SO 4 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 +MnSO 4 +H 2 O Penentuan biloks : * KMnO 4 = 1.K + 1.Mn +4.O = 0 1 (1) + 1.Mn + 4.(-2) = 0 Mn = +7 * FeSO 4 = 1. Fe + 1.S + 4.O = 0 1(+2) + S + 4(-2) = 0 S = +6 *H 2 SO 4 = 2.H + 1.S + 4.O = 0 2(+1) + S + 4(-2) = 0 S = +6 *Fe 2 (SO 4 ) 3 = 2.Fe + 3.S +12.O = 0 2(+3) + 3.S + 12(-2) = 0 S = +6 * K 2 SO 4 = 2.K + 1.S +4.O = 0 2(+2) + S + 4(-2) = 0 S = +6 *MnSO 4 = 1.Mn + 1.S + 4.O = 0 1(2) + S + 4(-2) = 0 S = +6 2. Menentukan zat yang mengalami reduksi atau oksidasi +7 +2 +3 +2 KMnO 4 + FeSO 4 + H 2 SO 4 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 +MnSO 4 +H 2 O reduksi oksidasi 3. Menentukan jumlah kenaikan atau penurunan +7 +2 +3 +2 KMnO 4 + FeSO 4 + H 2 SO 4 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 +MnSO 4 +H 2 turun 5 naik 1 9

4. Menuliskan jumlah elektron yang terlibat +7 +2 +3 +2 KMnO 4 + FeSO 4 + H 2 SO 4 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 +MnSO 4 +H 2 O 1e - 5e - Maka valensi dari FeSO 4 dan Fe yang terlibat dikali dengan koefisien atom yang mengalamu reduksi dan oksidasi 1 1 = 1. Valensi KMnO 4 = 5 1 = 5. 1.2.4.3 Penentuan Valensi dengan Aturan Setengah Sel Pada metode ini reaksi dibagi menjadi reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Tahap-tahap setengah reaksi adalah sebagai berikut : 1. Menulis reaksi yang terjadi 2- Cr 2 O 7 + 14 H + + 2S 2 O 2-3 2Cr 3+ 2- + 7H 2 O + S 4 O 6 2. Menentukan zat yang mengalami oksidasi atau reduksi Reduksi Cr 2 O 7 2- Cr 3+ Oksidasi S 2 O 3 2- S 4 O 6 2-3. Masing-masing setengah reaksi reduksi dan oksidasi disetarakan Reduksi Cr 2 O 7 2- Cr 3+ Cr 2 O 7 2-2Cr 3+ Oksidasi 2-2- S 2 O 3 S 4 O 6 2S 2 O 2-2- 3 S 4 O 6 4. Samakan atom oksigen dengan menambahkan H 2 O diruas yang O-nya sedikit Reduksi Cr 2 O 7 2- + 14 H + + 6e - 2Cr 3+ + 7 H 2 O Oksidasi 2 S 2 O 3 2- S 4 O 6 2- + 2e - 5. Setarakan atom hidrogen dengan menambahkan ion H + diruas yang berlawanan dengan H 2 O Reduksi Cr 2 O 7 2- + 14 H + + 6e - 2Cr 3+ + 7H 2 O Oksidasi 2 S 2 O 3 2- S 4 O 6 2- + 2e - Jika ingin menentukan valensi dari Cr 2 O 7 2- caranya dengan membagi e dengan koefisiennya = = 6 dan valensi S 2 O 3 = = 1 10

(mylifebunga.blogspot.com/2011/06/10/reaksi-redoks/) 1.2.5 Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum 1. Kalium Permanganat (KMnO 4 ) Kalium permanganat digunakan sebagai zat pengoksidasi secara meluas lebih dari 100 tahun ini. Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setelah permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang tampak kepada larutan yang volumenya lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya reagensia itu. Permanganat dapat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, dan +6. (Anonim, 2010) 2. Asam Sulfat Asam yang digunakan adalah asam sulfat encer karena tidak bersifat oksidator sehingga tidak bereaksi dengan zat yang ditentukan dan juga tidak beroksidasi dengan kalium permanganat. Bila menggunakan asam klorida sebagai pengasam, sebagian klorida akan ikut teroksidasi klor dan pemakaian kalium akan lebih dari seharusnya. Valensi dari asam sulfat adalah 1. (Anonim, 2010) 3. Asam Oksalat Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H 2 C 2 O 4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini dapat digambarkan dengan HOO COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. (Anonim, 2010) 1.2.6 Pembuktian Rumus *Rumus Standarisasi KMnO - 4 dengan bahan baku asam oksalat Grek Oksidator = Grek Reduktor Grek KMnO 4 = Grek H 2 C 2 O 4 N KMnO 4. V KMnO 4 = N H 2 C 2 O 4. V H 2 C 2 O 4 N KMnO 4. V KMnO 4 = M H 2 C 2 O 4. valensi. volume H 2 C 2 O 4 N KMnO 4. V KMnO 4 = 11

N KMnO 4. V KMnO 4 = massa H 2 C 2 O 4. N KMnO 4. V KMnO 4 = massa H 2 C 2 O 4. N KMnO 4. V KMnO 4 = massa H 2 C 2 O 4.. N KMnO 4. V KMnO 4 = massa H 2 C 2 O 4.. N KMnO 4 = *Rumus Kadar Fe (II) dalam FeSO 4. 7H 2 O Grek Oksidator = Grek Reduktor Grek KMnO 4 = Grek FeSO 4. 7H 2 O N KMnO 4. V KMnO 4 = n Fe. valensi N KMnO 4. V KMnO 4 = Massa Fe = N KMnO 4. V KMnO 4. Massa Fe = N KMnO 4. V KMnO 4. Massa Fe = N KMnO 4. V KMnO 4. 56 12

BAB II METODOLOGI 2.1 Alat dan Bahan yang digunakan 2.1.1 Alat yang digunakan Erlenmeyer 250 ml Buret 50 ml Bulp Neraca digital Pipet volume 10 ml Pipet ukur 10 ml Botol semprot Beaker gelas 250 ml Spatula Kaca arloji Labu ukur 100 ml Hot plate + magnetic stirrer Corong Statif Gelas ukur 100 ml 2.1.2 Bahan yang digunakan Sampel (FeSO 4.7H 2 O) Larutan KMnO 4 0,1 N Larutan H 2 SO 4 4 N Hablur asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ) Aquadest 2.2 Prosedur Kerja 2.2.1 Standarisasi larutan KMnO 4 dengan Asam Oksalat H 2 C 2 O 4. 2H 2 O 13

1. Menimbang dengan teliti ± 500 mg hablur asam oksalat, membilas dengan air suling kedalam labu ukur 100 ml, melarutkan dan mengimpitkan hingga tanda batas. 2. Kemudian memipet larutan dari labu ukur sebanyak 10 ml dan memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml menambahkan 10 ml larutan H 2 SO 4 4N dan mengencerkan hingga 100 ml. 3. Kemudian memanaskan larutan hingga 145 o C (hot plate) sambil mengaduk dengan magnetik stirrer dan menitrasi dengan KMnO 4 0,1 N (dalam keadaan panas) hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna hingga menjadi merah muda. 4. Melakukan secara triplo. 5. Menghitung konsentrasi KMnO 4 2.2.2 Penentuan Kadar Fe (II) dalam sampel 1. Mendidihkan aquadest 2. Menimbang ± 500 mg sampel besi sulfat dan melarutkan dalam erlenmeyer 250 ml dengan aquadest yang telah dididihkan terlebih dahulu dan mendinginkannya kembali. 3. Kemudian menambahkan 25 ml H 2 SO 4 4 N dan menitar dengan KMnO 4 hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. 4. Menghitung kadar Fe (II) dalam sampel. 14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Pengamatan Tabel 3.1.1 Standarisasi larutan KMnO 4 dengan H 2 C 2 O 4 No. Volume BM Massa Volume H 2 C 2 O 4 Volume Volume KMnO 4 H 2 SO 4 4 H 2 C 2 O 4 H 2 C 2 O 4 Untuk titrasi KMnO 4 (rata-rata) N 1. 505,0 mg 10 ml 10 ml - 2. 505,0 mg 10 ml 10 ml 8,3 ml 8,3 ml 126,07 g/mol 3 505,0 mg 10 ml 10 ml 8,3 ml Tabel 3.1.2 Penentuan Kadar Fe (II) dalam sampel No. Massa FeSO 4.7H 2 O Volume KMnO 4 Perubahan warna 1. 507,3 mg 18,6 ml Merah muda 3.2 Perhitungan 1. Standarisasi larutan KMnO 4 dengan bahan baku Asam Oksalat (H 2 C 2 O 4 ) Diketahui : - massa H 2 C 2 O 4 = 505,0 mg - Volume H 2 C 2 O 4 = 10 ml - Volume H 2 SO 4 4N = 10 ml - Volume KMnO 4 = 8,3 ml Ditanya : N KMnO 4? Dijawab : *Normalitas KMnO 4 = * fp = *Normalitas KMnO 4 = = 15

= 0,09657 N 2. Penentuan kadar Fe (II) dalam sampel Diket : - Volume KMnO 4 = 18,6 ml - Massa FeSO 4.7H 2 O = 507,3 mg - Normalitas KMnO 4 = 0,096 N - BE Fe = 56 Ditanya : Kadar Fe dalam %? Dijawab : = = = = 19,71% Tabel 3.1.3 Hasil Perhitungan Standarisasi KMnO 4 Kadar FeSO 4.7H 2 O 0,096 N 19,71% 3.3 Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar Fe (II) dalam sampel besi sulfat dengan menggunakan metode titrasi oksidimetri, yaitu permangananometri. Pertama kali dilakukan adalah menstandarisasi KMnO 4 0,1 N dengan menggunakan larutan asam oksalat yang ditambahkan dengan sulfat encer 4 N. Larutan asam sulfat digunakan karena tidak bersifat oksidator dan tidak bereaksi dengan kalium permanganat. Titrasi ini dilakukan dengan pemanasan larutan tersebut, agar KMnO 4 dan asam oksalat dapat bereaksi dengan cepat. Titrasi dilakukan dari bening menjadi merah muda. Volume rata-rata yang diperlukan untuk titrasi sebesar 8,3 ml dan normalitas KMnO 4 hasil standarisasi adalah 0,096 N, padahal seharusnya normalitas KMnO 4 adalah 0,1 N, hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain yaitu kelebihan asam oksalat saat menitrasi, dalam melarutkan asam oksalat dengan aquadest kurang sempurna, kurang teliti dalam melaksanakan praktikum. 16

Selanjutnya penentuan kadar Fe (II) dalam sampel besi sulfat. Dalam melarutkan besi sulfat digunakan aquadest yang telah dididihkan kemudian didinginkan hingga benar-benar dingin. Hal ini dibutuhkan agar ion-ion pengotor dapat dihilangkan. Larutan juga ditambahkan H 2 SO 4 encer agar larutan bersifat asam saat titrasi dilakukan hingga berubah warna dari kuning pucat menjadi merah muda. Volume titrasi yang didapat adalah 18,6 ml. kadar Fe (II) yang didapatkan sebesar 19,71%, jadi berbeda jika menghitung kadar Fe secara teori. Perbedaan ini bisa jadi karena titrasi yang berlebih. Volume KMnO 4 yang digunakan untuk menitar sebanding dengan kadar Fe (II). Jadi, titrasi yang dilakukan bisa saja belum tepat karena kelebihan titrasi. Hal ini bisa saja penyebab berbedanya kadar Fe (II) praktek dengan teori. 17

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Normalitas KMnO 4 adalah sebesar 0,096 N 2. Kadar Fe (II) dalam sampel 19,71% 4.2 Saran 1. Sebelum praktek sebaiknya memahami prosedur dari praktikum yang akan dilakukan. 2. Praktikan harus memakai APD pada saat praktikum. 3. Praktikan harus menjaga kelebihan saat praktikum untuk menghindari kecelakaan pada saat praktikum. 18

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Titrasi. http://dzali.nolanterprise.com/pengertian-titrasi.17/2/2013. 20.45. Anonim. 2010. Asam oksalat. http://id.wikipedia.org/wiki/asam-oksalat. 17-2-2013. 16.02. Basset. 1994. Permangananometri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.15. Brady. 1999. Permanganometri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.15. Day. 1999. Permanganometri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.15. Khopkar. 1990. Permanganometri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.15. Rivai. 1995. Iodometri dan iodimetri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.10. Svehla. 1995. Permanganometri. http://annisanfushie.wordpress.com. 17-2-2013. 22.15. Underwood, A1. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Vogel. 1990. Analisa Anorganik Kuantitatif. Jakarta : Kalman Media Pustaka. http://mylifebunga.blogspot.com/2011/06/10/reaksi-redoks/ 7April 2012 19