BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Total Factor Productivity (TFP)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. Deforestasi atau penebangan hutan secara liar di Indonesia telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB V ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC)

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA Dl KALlMAAiTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

1.1 Latar Belakang Hasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

V. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

Herdiansyah Eka Putra B

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA Dl KALlMAAiTAN TIMUR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

INDUSTRI.

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Sumber daya hutan menjadi pilihan Indonesia sebagai andalan sumber keuangan negara disamping minyak dan gas bumi. Hal ini didasari atas ketersediaan kayu hasil hutan yang begitu melimpah jumlahnya telah menempatkan Indonesia sebagai produsen kayu bulat tropis terbesar di dunia dan menguasai sekitar 41 persen pangsa pasar dunia pada tahun 1979. Pemerintah berupaya mengembangkan industri berbasis kehutanan dengan membuka kran investasi di sektor kehutanan yang diawali dengan dikeluarkannya UU No.1 tahun 1967 mengenai undang-undang penanaman modal asing (PMA) serta UU No.5 tahun 1967 mengenai undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Hal ini mengakibatkan kegiatan eksplorasi hutan di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Sejalan dengan upaya menciptakan nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sektor kehutanan, pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan larangan ekspor kayu gelondongan pada tahun 1980 yang dilakukan secara bertahap hingga pada tahun 1985 ekspor kayu gelondongan tidak diperkenankan lagi. Hal ini mengakibatkan industri pengolahan kayu berkembang dengan pesat. Industri kayu lapis menjadi salah satu industri yang berkembang paling pesat karena sepanjang perjalanannya, industri ini selalu mendapatkan prioritas melalui berbagai kebijakan yang memayunginya. Industri kayu lapis mengalami perkembangan yang pesat paling tidak hingga tahun 1997 sebelum akhirnya industri ini mengalami kemunduran. Berbagai permasalahan yang harus dihadapi oleh industri ini berakibat pada menurunnya pertumbuhan produktivitas yang terjadi. Banyak pihak menyangka bahwa semakin berkurangnya pasokan kayu 91

gelondongan sebagai bahan baku utama industri ini kayu lapis di Indonesia merupakan penyebab terjadinya penurunan pada pertumbuhan outputnya. Pertumbuhan output perusahaan padahal selain dipengaruhi oleh peningkatan baik dalam intensitas maupun volume penggunaan input hingga batas tertentu dapat juga disebabkan adanya peningkatan produktivitas yang bisa dihasilkan oleh perusahaan. Perhitungan untuk mengetahui seberapa besar tingkat produktivitas itu sendiri dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya melalui pengukuran produktivitas secara parsial maupun secara total. Konsep perhitungan produktivitas secara parsial mengacu pada besarnya nilai perbandingan (rasio) output terhadap input. Produktivitas dari keseluruhan faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi dapat dilihat melalui perhitungan total factor productivity (TFP)-nya. Melalui perhitungan TFP memungkinkan untuk mengetahui faktor-faktor lain selain input yang digunakan dalam suatu proses produksi yang seringkali tidak ikut dipertimbangkan pengaruhnya dalam pertumbuhan output. Dengan demikian sumber pertumbuhan output tidak hanya berasal dari akumulasi penggunaan inputnya saja namun juga dapat berasal dari faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan output namun tidak merupakan input yang dipergunakan secara langsung dalam proses produksi. Berdasarkan regresi yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi ini diperoleh beberapa hasil sebagai berikut: 1. Industri kayu lapis di Indonesia semakin bergerak menuju ke arah labor intensive industry. Hal ini ditunjukkan dengan melihat besarnya elastisitas yang dapat diinterpretasikan semakin meningkatnya penggunaan tenaga kerja dibandingkan dengan penggunaan kapital-nya. Ketidakmampuan untuk melakukan revitalisasi mesin (kapital) seiring dengan hengkangnya investor asing (PMA) yang memiliki perusahaan kayu lapis di Indonesia diindikasikan menjadi penyebab meningkatnya penggunaan tenaga kerja dalam industri ini. 92

2. Rata-rata pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia sangat rendah dan bahkan hingga menunjukkan pertumbuhan yang negatif untuk periode 1995-1997 dan 1997-1999. Hal tersebut diindikasikan sebagai akibat dari semakin berkurangnya kepemilikan perusahaan kayu lapis di Indonesia oleh penanam modal asing (PMA) serta terjadinya penurunan proporsi output (kayu lapis) yang diekspor. Hasil penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia sangat kecil dan terus menurun dari yang semula 2.3 persen pada periode 1993-1995 hingga mencapai pertumbuhan yang negatif berturut-turut pada periode 1995-1997 dan 1997-1999 masing-masing hanya sebesar -0.89 persen dan -10.69 persen. 3. Variabel-variabel yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia berbeda-beda untuk tiap periodenya. Pada periode 1993-1995, terdapat beberapa variabel yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP yaitu penjualan (sales), umur perusahaan (agf), pendapatan per kapita kabupaten (PDRBCap), dan inflasi. Adapun untuk periode 1995-1997, hanya variabel kepemilikan (dstats) yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP sedangkan pada periode 1997-1999 tidak ada satupun variabel yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP. 4. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa harga kayu lapis buatan Indonesia baik di pasar domestik (pdom) maupun di pasar internasional (pasing) secara signifikan dan berhubungan negatif dalam mempengaruhi pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga kayu lapis yang berasal dari Indonesia baik dipasar internasional maupun di pasar domestik justru menjadi disinsentif bagi industri kayu lapis 93

di Indonesia sebab dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan bahwa produk kayu lapis asal Indonesia tidak kompetitif. Peningkatan harga jual kayu lapis asal Indonesia dikhawatirkan justru akan semakin menurunkan permintaannya karena konsumen mungkin saja akan beralih pada substitusi dari kayu lapis tersebut. Pada akhirnya perusahaan justru dirugikan dengan adanya kenaikan harga yang terjadi dan hal ini diindikasikan menyebabkan penurunan produktivitas total yang bisa dihasilkan oleh industri kayu lapis di Indonesia. VI.2 Saran Saat ini sudah saatnya bagi semua pihak tidak lagi mempersalahkan bahwa menurunnya pertumbuhan produktivitas total yang terjadi pada industri ini dikarenakan berkurangnya pasokan kayu dari hutan. Sumber pertumbuhan output tidak semata-mata berasal dari akumulasi penggunaan input saja namun juga terpengaruh oleh faktor eksternal lainnya. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran yang mungkin dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pengembangan industri kayu lapis, diantaranya: 1. Revitalisasi mesin-mesin yang dipergunakan dalam industri kayu lapis perlu segera dilakukan mengingat hampir sebagian besar mesin yang dipergunakan berumur sama dengan usia perusahaan. Mesin-mesin tersebut sangat tidak efisien karena hanya dapat mengolah kayu berdiameter besar dan menghasilkan limbah sisa pengolahan yang cukup besar. Sementara itu, penambahan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam industri ini tidak mungkin terus dilakukan karena kenaikan upah minimum yang terjadi hampir setiap tahun dapat berakibat meningkatnya biaya produksi 94

perusahaan dan terjadinya diminishing marginal product of labor. Oleh karena itu, langkah yang sebaiknya ditempuh adalah dengan meningkatkan peran serta investor terutama investor asing (PMA) dalam industri kayu lapis di Indonesia agar revitalisasi permesinan dengan dukungan modal yang kuat dapat segera terealisasi. 2. Berdasarkan hasil regresi, kebijakan HPH yang selama ini diterapkan pemerintah terbukti tidak signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia. Hal ini semakin menguatkan adanya indikasi bahwa produsen kayu lapis di Indonesia cenderung lebih memilih untuk menggunakan kayu-kayu ilegal yang harganya lebih kompetitif dibandingkan dengan kayu-kayu yang diperoleh dari hasil penebangan resmi. Oleh karena itu, upaya yang sebaiknya dilakukan adalah meninjau ulang kebijakan HPH yang selama ini diterapkan baik dari segi pemberian izin maupun pungutan-pungutan yang dibebankan. 3. Peningkatan harga kayu lapis produksi Indonesia baik dipasar domestik maupun di pasar internasional perlu disikapi lebih waspada karena peningkatan ini bisa menjadi indikasi bahwa produk kayu lapis produksi Indonesia menjadi kurang kompetitif. Penurunan biaya produksi perlu diupayakan sebagai salah satu cara untuk membuat harga lebih kompetitif. Penulis menyadari bahwa masih terdapatnya kekurangan dalam penelitian ini diantaranya mengenai keterbatasan data yang ada sehingga sampel yang dipergunakan kecil dan juga variabel bebas yang diikutsertakan dalam model terbatas. Oleh karena itu beberapa saran penulis terkait dengan keterbatasan studi ini adalah sebagai berikut: 95

1. Untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sejenis dengan penelitian ini, penulis menyarankan agar memperbaiki model maupun variabelvariabel penjelas yang dipergunakan mengingat hasil regresi yang dilakukan terhadap penelitian ini menunjukkan bahwa model-model yang digunakan dalam penelitian ini lemah. Kemampuan model untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya sangat rendah. 2. Penggunaan data harga kayu lapis untuk pasar domestik maupun harga internasional yang digeneralisir untuk semua perusahaan merupakan salah satu kelemahan dalam studi ini. Penentuan harga kayu lapis untuk pasar internasional dibedakan baik menurut jenis bahan baku kayu yang dipergunakan untuk memproduksi kayu lapis maupun negara yang menjadi tujuan ekspor. Oleh karena itu, bagi individu yang tertarik melakukan penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan data harga kayu lapis sesuai dengan yang dipergunakan oleh setiap perusahaan berdasarkan negara tujuan ekspornya. 96