BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

EVALUASI KONDISI GEOLOGI DAN GEOKIMIA POTENSI PANASBUMI GUNUNGAPI TELOMOYO

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

DELINEASI DAERAH PROSPEK PANAS BUMI BERDASARKAN ANALISIS KELURUSAN CITRA LANDSAT DI CANDI UMBUL - TELOMOYO, PROVINSI JAWA TENGAH.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. barat dan kelompok timur. Kawah bagian barat meliputi Kawah Timbang, Kawah

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. sedang diproduksi di Indonesia merupakan lapangan panas bumi bersuhu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK ANALISA PATAHAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI ARJUNO WELIRANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

Penentuan Potensi Panas Bumi Menggunakan Landsat 8 dan Hubungannya dengan Kondisi Geologi Gunung Lawu

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Bab IV Sistem Panas Bumi

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan

SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI. Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB II METODE PENELITIAN

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem panas bumi umumnya berkembang pada daerah vulkanik dan non vulkanik. Seting tektonik Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan aktif menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar lapangan panas bumi yang telah dikembangkan di Indonesia berada pada daerah vulkanik. Salah satu daerah vulkanik yang dicurigai menyimpan potensi panas bumi adalah kawasan Gunung Telomoyo. Hal ini didukung oleh ditemukannnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas di Candi Umbul, Pakis Dadu dan Candi Dukuh serta manifestasi batuan teralterasi di bagian utara kerucut Telomoyo hingga Gunung Soropati. Status sistem panas bumi Gunung Telomoyo saat ini dalam penyelidikan pendahuluan dimana masih berupa sumberdaya spekulatif (Hermawan, 2011). Sumberdaya spekulatif dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif, luas reservoir dihitung dari penyebaran manifestasi dan batasan geologi, dan suhu dihitung dengan geotermometer (SNI 13-6171-1999). Oleh karena itu dibutuhkan studi pendahuluan lanjutan untuk mengetahui potensi sistem panas bumi Gunung Telomoyo di antaranya dengan studi kerapatan struktur untuk mengetahui daerah prospek panas bumi (Hermawan, 2011). Salah satu komponen sistem panas bumi yang penting yaitu permeabilitas. Permeabilitas yang tinggi umumnya disebabkan oleh kehadiran struktur geologi patahan atau rekahan (Nicholson, 1993). Disamping keberadaan manifestasi, hasil 1

penelitian dengan metode pemetaan kerapatan struktur menunjukkan daerah prospek panas bumi di kawasan Gunung Telomoyo. Daerah prospek tersebut terpusat di daerah bagian utara kerucut muda Gunung Telomoyo hingga Candi Dukuh serta di daerah sekitar manifestasi Candi Umbul (Hermawan, 2011). Keberadaan sistem panas bumi diindikasikan oleh kehadiran zona panas di bawah permukaan. Keberadaan zona panas yang menunjukkan zona permeabel umumnya ditandai oleh kehadiran manifestasi panas bumi. Tidak semua prospek panas bumi memiliki banyak manifestasi panas bumi di permukaan, oleh karena itu diperlukan metode identifikasi lain untuk menemukan zona-zona panas di bawah permukaan. Identifikasi mengenai lokasi-lokasi zona panas bawah permukaan dapat dilakukan dengan metode geokimia. Metode yang dilakukan diantaranya dengan cara analisis konsentrasi gas udara tanah CO 2 dan Hg tanah. Metode geokimia tersebut umumnya digunakan dalam tahapan awal eksplorasi lapangan panas bumi baru dengan data bawah permukaan yang terbatas. Distribusi dan konsentrasi komponen volatil seperti CO 2 dan Hg umumnya terdapat pada fluida panas bumi dan dapat bermigrasi menuju permukaan (Koga, 1982). Koga (1982) melakukan penelitian pengukuran komponen volatil pada sistem panas bumi Broadland, New Zealand untuk mengetahui tipe, potensi, dan permeabilitas dekat permukaan dari sistem panas bumi tersebut. Daerah penelitian dibagi menjadi 2 yaitu sebelah barat sungai Waikato dan sebelah timur sungai Waikato. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah sebelah timur sungai Waikato memiliki permeabilitas rendah sehingga hanya sedikit komponen volatil Hg tanah, gas udara tanah Hg dan CO 2 yang mencapai permukaan, sebaliknya 2

daerah sebelah barat sungai Waikato memiliki permeabilitas tinggi yang dibuktikan dengan emisi komponen volatil Hg tanah, gas udara tanah Hg dan CO 2 yang tinggi yang mencapai permukaan. Metode geokimia dengan mengukur konsentrasi gas udara tanah CO 2 dan Hg tanah sudah banyak diterapkan pada beberapa area panas bumi di seluruh dunia. Sheppard dkk. (1990) pernah melakukan penelitian dengan metode ini pada lapangan panas bumi Taupo. Hasil penelitian dengan metode gas udara tanah tersebut dibandingkan dengan analisis dengan nilai resistivitas metode geofisika pada lapangan yang sama dan menemukan kesamaan hasil dalam menemukan zona-zona panas di bawah permukaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode analisis gas udara tanah dapat diterapkan untuk mendelineasi zona-zona panas bawah permukaan. Matlick dan Buseck (1976) juga melakukan penelitian dengan metode geokimia Hg tanah pada wilayah panas bumi di Long Valley, California dan Summer Lake serta Klamath Falls, Oregon. Hasil penelitian dengan metode pengukuran anomali Hg tanah pada beberapa area panas bumi menunjukkan semua manifestasi permukaan dari sistem panas bumi yang diteliti memiliki anomali Hg tanah. Gas CO 2 merupakan komponen volatil paling dominan dari fluida panas bumi dengan sumber panas magmatik, diikuti oleh H 2 S, H 2, CH, dan N 2. Gas Hg juga terdapat sebagai gas jejak pada fluida panas bumi. Konsentrasi gas udara tanah CO 2 yang tinggi di dekat permukaan memberi petunjuk adanya pengaruh fluida panas bumi (Sheppard dkk., 1990). Konsentrasi Hg tidak sedominan CO 2, namun dalam kondisi normal di atmosfer konsentrasi Hg jumlahnya sangat minor, 3

sehingga adanya anomali konsentrasi Hg yang tinggi dekat permukaan juga mengindikasikan adanya pengaruh fluida panas bumi. Suhu udara dekat permukaan juga dapat mendukung hasil delineasi zona panas dari CO 2 dan Hg. Fluida panas bumi tentu mempunyai suhu yang cukup tinggi, sehingga anomali suhu yang tinggi dekat permukaan juga mengindikasikan keberadaan zona panas di bawahnya. Oleh karena itu metode pengukuran suhu udara dekat permukaan juga dibutuhkan untuk mendukung metode geokimia gas udara tanah. Kusnadi dkk. (2005) melakukan penyelidikan geokimia panas bumi daerah Jaboi, Sabang. Hasil penelitian suhu udara pada kedalaman 1 meter menunjukkan bahwa lokasi sekitar fumarol dan mata air panas memiliki suhu yang relatif tinggi yang juga merupakan lokasi anomali CO 2 dan Hg. I.2 Batasan Masalah Penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut: 1. Daerah penelitian difokuskan pada area sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul, Pakis Dadu, dan Candi Dukuh serta pada daerah sekitar manifestasi batuan teralterasi pada bagian utara kerucut Telomoyo hingga Gunung Soropati. 2. Distribusi konsentrasi gas udara tanah CO 2, air raksa (Hg) tanah, serta suhu udara tanah pada daerah penelitian, terutama di sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul, Pakis Dadu, dan Candi Dukuh serta pada daerah sekitar manifestasi batuan teralterasi pada bagian utara kerucut Telomoyo hingga Gunung Soropati. 4

3. Distribusi zona panas diketahui dari data primer berupa analisis anomali konsentrasi gas udara tanah CO 2, air raksa (Hg) tanah, dan suhu. I.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui distribusi konsentrasi gas udara tanah CO 2 dan air raksa (Hg) tanah tanah, serta suhu udara tanah pada daerah penelitian. 2. Mengetahui distribusi zona panas yang menunjukkan zona permeabel berdasarkan distribusi anomali gas udara tanah CO 2 dan air raksa (Hg) tanah, serta suhu udara tanah pada area sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul dan Candi Dukuh, hingga manifestasi batuan teralterasi pada bagian utara kerucut Telomoyo hingga Gunung Soropati. I.4 Lokasi Penelitian Gambar 1.1 menunjukkan lokasi penelitian dimana berada di kawasan kompleks Gunung Telomoyo, Jawa Tengah. Secara administratif lokasi penelitian berada di Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngablak, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Jambu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Luas daerah penelitian yaitu 20 km x 12 km. 5

A U B Gambar 1.1 A) Peta Daerah Jawa Tengah dengan daerah penelitian berada di Kabupaten Semarang, Temanggung dan Magelang dari Peta Google Map B) Peta daerah penelitian berdasarkan peta citra DEM band 1,2,3. Titik penelitian difokuskan pada daerah yang berdekatan dengan dengan manifestasi air panas Candi Umbul dan Candi Dukuh serta daerah sekitar manifestasi batuan teralterasi pada bagian utara kerucut Telomoyo hingga Gunung Soropati. I.5 Peneliti Pendahulu 1. Matlick dan Buseck (1976) melakukan penelitian mengenai anomali Hg tanah pada beberapa area panas bumi dan menyatakan bahwa semua manifestasi permukaan dari sistem panas bumi yang diteliti memiliki anomali Hg tanah, 6

serta ketika fluida panas bumi dalam bergerak pada level yang lebih dangkal maka akan terbentuk anomali Hg pada tanah di atasnya. 2. Koga dkk. (1982) menyatakan bahwa distribusi dan konsentrasi komponen volatil seperti CO 2 dan air raksa (Hg) umumnya terdapat pada fluida panas bumi dan dapat bermigrasi menuju permukaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tipe, potensi, dan permeabilitas dekat permukaan dari sistem panas bumi Broadland, New Zealand. Daerah penelitian dibagi menjadi 2 yaitu sebelah barat sungai Waikato dan sebelah timur sungai Waikato. Daerah sebelah barat memiliki manifestasi permukaan yang lebih banyak daripada pada bagian timur. Hasil studi komponen volatil Hg tanah, gas udara tanah Hg, dan CO 2 menunjukkan pada daerah sebelah barat memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dengan sebaran yang luas dibandingkan daerah sebelah timur. Hasil yang serupa juga ditunjukkan dengan studi isotermal pada kedalaman 300 m namun sebaliknya studi isotermal pada kedalaman 600 m menunjukkan sebaran potensi yang lebih luas di sebelah timur. Daerah sebelah timur tersusun oleh formasi batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah yang cukup tebal. Permeabilitas yang rendah itulah yang menyebabkan komponen volatil hanya sedikit yang mencapai permukaan. Oleh karena itu, konsentrasi CO 2 dan air raksa (Hg) tanah yang tinggi dapat digunakan sebagai metode identifikasi zona-zona panas yang berasosiasi dengan daerah permeabilitas tinggi. 3. Sheppard dkk. (1990) melakukan penelitian gas udara tanah pada lapangan panas bumi Taupo untuk mencari alternatif lain dari survei geofisika dalam eksplorasi lapangan panas bumi. Nilai resistivitas yang rendah pada lapangan 7

panas bumi menunjukkan zona-zona panas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa area yang memiliki nilai konsentrasi Hg dan CO 2 yang tinggi ternyata juga memiliki nilai resistivitas rendah dari survei geofisika. Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa survei gas udara tanah Hg dan CO 2 memberikan alternatif yang lebih murah dibandingkan survei resistivitas untuk menemukan zona-zona panas di bawah permukaan. 4. Kusnadi dkk. (2005) melakukan penelitian geokimia panas bumi pada daerah Jaboi, Sabang dengan metode pengukuran gas udara tanah CO 2, Hg tanah serta suhu udara tanah dan menemukan bahwa daerah sekitar manifestasi fumarol dan mata air panas memiliki nilai anomali gas udara tanah CO 2 dan Hg tanah dengan suhu udara tanah yang tinggi. 4. Utama (2008) melakukan penelitian mengenai jenis alterasi batuan di daerah Gunung Kendil yang terletak relatif utara dari kerucut Telomoyo dan menemukan bahwa alterasi yang terjadi di daerah tersebut bertipe argilik pada litologi breksi andesit dan lava andesit. 5. Hermawan dan Rezky (2011) melalui penelitiannya dengan metode pemetaan kerapatan struktur dari citra landsat, menyatakan bahwa daerah prospek panas bumi Candi Umbul-Telomoyo terletak di bagian utara kerucut muda Gunung Telomoyo yaitu dari lereng barat laut kerucut muda Gunung Telomoyo memanjang ke arah utara-timur laut sampai daerah Keningar dan Candi Dukuh dengan luas sekitar 39 km 2, serta di daerah sekitar manifestasi Candi Umbul dengan luas sekitar 7 km 2. 8