BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep ilmu fisika untuk mempelajari bumi. Selain untuk keilmuan, studi geofisika juga bermanfaat untuk eksplorasi sumberdaya alam seperti panas bumi. Berdasarkan SNI (Badan Standardisasi Nasional, 1998) tentang klasifikasi potensi energi panas bumi di Indonesia, kajian geofisika akan menghasilkan parameter fisik batuan dan struktur bawah permukaan dari suatu sistem panas bumi. Geofisika mengukur gejala-gejala alam terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik bawah permukaan untuk dikaitkan dengan fenomena-fenomena geologi melalui suatu interpretasi. Metode geofisika yang dipakai pada penelitian ini merupakan metode magetotellurik yang mengukur parameter fisik berupa nilai resistivitas di bawah permukaan. Studi magnetotellurik dilakukan di daerah panas bumi Padaliang, daerah ini merupakan lokasi yang sangat menarik karena keterdapatan beberapa manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan. Penelitian terhadap anomali resistivitas sistem panas bumi ini perlu dilakukan karena belum adanya sumur eksplorasi untuk membuktikan keberadaan sistem panas bumi di bawah permukaan. Menurut Johnston (1992 dalam Anderson et al, 2000) studi magnetotellurik merupakan salah satu metode geofisika yang paling efektif untuk digunakan dalam tahap rekonaisan terutama pada lapangan panas bumi yang terletak pada daerah volkanik bermedan terjal. Hal ini karena proses akusisi data 1

2 2 magnetotellurik membutuhkan area yang tidak terlalu luas dan peralatan yang mudah dibawa. Selain itu penetrasi kedalaman yang mampu ditembus oleh alat metode magnetotellurik cukup dalam dan dengan biaya survey yang relatif murah. Studi anomali resistivitas berupa survei DC-Resistivity pernah dilakukan pada daerah penelitian oleh Nasution et al pada tahun Studi yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan gambaran resistivitas bawah permukaan yang lebih jelas karena metode magnetotellurik memiliki penetrasi lebih dalam dan distribusi titik pengukuran yang lebih luas. Studi magnetotellurik yang dilakukan diharapkan dapat memberikan faedah berupa gambaran kondisi bawah permukaan sistem panas bumi Padaliang yang dapat membantu peneliti dalam memperkirakan potensi panas bumi yang ada pada daerah tersebut. I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah melakukan pengolahan data magnetotelurik beserta data pendukung lainnya untuk mengetahui model resistivitas sistem panas bumi Padaliang. Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasi komponen sistem panas bumi Padaliang berdasarkan model resistivitas dan informasi geologi permukaan. I.3. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di lapangan panas bumi Padaliang* yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy. Sebagai gambaran umum lapangan panas bumi ini terletak di Pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Daerah

3 3 penelitian memiliki elevasi antara m di atas permukaan laut dengan luas area 20 x 17,5 km 2 (Gambar 1.1). Gambar 1.1. Lokasi penelitian terletak di Pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan (dimodifikasi dari: Geosystem srl, 1996).

4 4 I.4. Cakupan Bahasan Skripsi ini membahas tentang metode magnetotellurik (MT) dan aplikasinya bagi penyelidikan sistem panas bumi, metode time-domain electromagnetic (TDEM) dan manfaatnya bagi koreksi data magnetotellurik, pemrosesan dan pemodelan 1-D data magnetotellurik Padaliang, visualisasi 2-D dan 3-D model resistivitas Padaliang serta interpretasi model resistivitas sistem panas bumi Padaliang. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan model resistivitas sistem panas bumi Padaliang untuk pendugaan keberadaan komponen sistem panas bumi. Letak dan geometri komponen sistem panas bumi tersebut dapat menunjang pembuatan model konseptual sistem panas bumi Padaliang. Model konseptual ini dapat digunakan sebagai rekomendasi penentuan area menarik untuk pengembangan lapangan panas bumi Padaliang. I.6. Peneliti Terdahulu Nasution et al pada tahun 1999 sudah pernah melakukan penelitian berupa survei geofisika DC-Resistivity di lapangan panas bumi Padaliang. Penelitian Nasution et al (1999) menghasilkan kesimpulan bahwa sistem panas bumi Padaliang terletak di sepanjang sesar Lwa. yang memanjang pada arah barat lauttenggara. Geologi daerah ini memperlihatkan sebaran batuan dan aktivitas volkanik yang menurut Nasution et al (1999) dapat berfungsi sebagai batuan penghantar panas bagi sistem panas bumi.

5 5 Survei DC-Resistivity yang dilakukan oleh Nasution et al (1999) menunjukan bahwa nilai resistivitas rendah (3-10 ohm-m) berasosiasi dengan batuan penudung pada kedalaman m. Nilai resistivitas yang lebih tinggi (>200 ohm-m) diduga merupakan zona resistif yang berasosiasi dengan reservoar sistem panas bumi. Zona resistif ini memiliki kedalaman sekitar >800 m di bawah permukaan. Luas daerah prospek panas bumi Padaliang menurut Nasution et al (1999) adalah sekitar 4-5 km 2.