SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA"

Transkripsi

1 SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA PULAU WETAR, PROVINSI MALUKU Robertus S.L.S, Herry S, Andri Eko A. W. Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara umum Pulau Wetar dibagi menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi perbukitan bergelombang terjal perbukitan bergelombang sedang, perbukitan bergelombang rendah dan pedataran dimana sebagian besar tersusun oleh batuan vulkanik tersier, batuan vulkanik kuarter, batuan terobosan dan batuan sedimen. Pulau Wetar mempunyai 4 (empat) daerah panas bumi, yaitu : Karbubu, Warmong, Esulit dan Lurang. Manifestasi panas bumi yang ada di Pulau Wetar pada umumnya muncul di lingkungan vulkanik yang berumur Tersier. Batuan yang diperkirakan menjadi sumber panas (heat source) dari sistem panas bumi di Pulau Wetar ini adalah batuan terobosan yang berumur Plio-Pleistosen dan manifestasi panas bumi yang muncul dikontrol oleh struktur-struktur yang relatif berarah barat laut tenggara, barat timur, dan utara selatan. Pada umumnya tipe air panas daerah panas bumi di Pulau Wetar ke dalam tipe air klorida dan berada pada zona partial equilibrium kecuali mata air panas Lurang bertipe sulfaat bikarbonat dan merupakan steam heated waters yang berada pada zona immature water. Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas bumi di Pulau Wetar berkisar antara o C berdasarkan geotermometer Na-K dan termasuk kedalam entalpi sedang (medium enthalphy). Total potensi sumber daya panas bumi spekulatif di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebesar 85 MWe. Kata Kunci : Wetar, vulkanik, air panas,panas bumi

2 PENDAHULUAN Pulau Wetar termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku atau secara geografis terletak antara 7 o 33 29,71 LS hingga 8 o LS dan 125 o 47 52,27 BT hingga 126 o 50 1,89 BT, dengan luas areal adalah 104,5 X 35,5 km 2. (Gambar 1). Secara regional Pulau Wetar terletak di rangkaian gunung api Banda yang merupakan bagian dari Ring of Fire. Morfologi didominasi oleh pegunungan dan perbukitan dengan lereng yang terjal di bagian tengah pulau, dan morfologi pedataran di daerah pantai. Pembentukan morfologi ini dikontrol oleh litologi yang menyusun pulau ini adalah batuan vulkanik yang berumur Tersier. Pulau Wetar tersusun oleh batuan vulkanik berumur Tersier, batuan termuda yang berumur Kuarter hanya berupa endapan aluvial dan sedimen gamping koral di sepanjang pantai. Batuan vulkanik yang dihasilkan adalah produk dari vulkanisme yang berlangsung dari Jaman Miosen Awal hingga Miosen Akhir, terdiri dari lava berkomposisi andesit hingga riolit, jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan endapan laharik (Gambar 2). METODOLOGI Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui latar belakang pembentukan manifestasi panas bumi di Pulau Wetar baik secara geologi maupun geokimia di daerah setempat, disamping untuk mengetahui potensi sumber daya panas bumi spekulatif. Hasil penyelidikan akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian lanjut yang lebih rinci dikemudian hari. HASIL PENYELIDIKAN Geomorfologi Berdasarkan pengamatan bentang alam, tingkat kemiringan lereng dan batuan penyusunnya, maka morfologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi (Gambar 3), yaitu: Satuan Morfologi perbukitan bergelombang terjal menempati bagian tengah daerah penyelidikan yang meliputi sekitar 30% luas daerah penyelidikan. Pada umumnya satuan ini tersusun oleh batuan vulkanik tersier dan batuan terobosan. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang menempati sebagian besar daerah penyelidikan yaitu sekitar 60% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini tersusun pada umumnya oleh batuan vulkanik tersier dan vulkanik kuarter. Satuan morfologi perbukitan bergelombang rendah menempati sebagian kecil, hanya sekitar dekat garis pantai dari daerah penyelidikan yaitu sekitar 5% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini tersusun pada umumnya oleh batuan vulkanik tersier dan batuan sedimen. Satuan morfologi pedataran menempati bagian tepi dari daerah penyelidikan hingga ke pantai, menempati sekitar 5% luas daerah penyelidikan. Satuan ini tersusun oleh satuan batuan sedimen dan endapan permukaan.

3 Daerah Panas Bumi Karbubu berada di zona Cl (Gambar 7). Di daerah Karbubu terdapat manifestasi berupa mata air panas. Mata air panas ini terletak di desa Karbubu, Kec. Wetar. Temperatur air panas terukur sebesar 75,6 C dengan temperatur udara sebesar 26,5 C, mempunyai ph netral dengan DHL sangat tinggi sebesar 9800 µs/cm. Lingkungan geologi daerah panas bumi Karbubu ini tersusun atas 3 (tiga) satuan batuan (Gambar 4) dimana urutan dari yang paling tua ke yang muda adalah Satuan Tuf, mengacu pada Geologi Regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997), sebanding dengan Batuan Vulkanik Riolitik Sakir (Tmvs) yang berumur Miosen Tengah Akhir, Satuan Breksi Vulkanik, mengacu pada Geologi Regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997), sebanding dengan Batuan Gunung Api Tua (Qtv) yang berumur Plio - Pleistosen dan Satuan Aluvium (Qa) yang berumur Holosen. Pemunculan manifestasi panas bumi daerah panas bumi ini dikontrol oleh struktur yang relatif berarah barat laut tenggara. Berdasarkan hasil analisis kimia dan kemudian diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 (Gambar 5) menunjukkan mata air panas Karbubu bertipe klorida. Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg menunjukkan mata air panas Karbubu berada pada perbatasan zona partial equilibrium dan immature water (Gambar 6). Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl- Li-B menunjukkan mata air panas Karbubu Berdasarkan data hasil isotop 18 O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel mata air panas Karbubu, setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium, pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line) (Gambar 8). Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Karbubu dengan menggunakan geotermometer SiO 2 (conductive-cooling) berkisar antara C, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach sebesar 145 C yang juga termasuk kedalam entalphi sedang. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah di lapangan pada titik lokasi pengambilan sampel daerah Karbubu dan sekitarnya serta data pengukuran, diperoleh derajat keasaman atau ph tanah yang berkisar antara 6 7,4 dan temperatur udara tanah pada kedalaman 1 meter berkisar antara C, dengan konsentrasi Hg antara 2 48,12 ppb dan konsentrasi CO 2 antara 0,87 2,67 %. Daerah Panas Bumi Warmong Mata air panas ini terletak di dusun Warmong, Kec. Wetar, dengan pemunculan 1 mata air panas. Temperatur air panas terukur sebesar 95,5 C dengan temperatur udara sebesar 29 C. Pemunculannya pada aliran sungai labuhan air panas, yang berwarna jernih, rasa sedikit asin, sedikit beruap dan banyak muncul endapan garam di sekitarnya. Air panas Warmong mempunyai ph netral 6,5 dengan debit 2 lt/dt dan Daya Hantar Listrik (DHL) sebesar 5320 µs/

4 cm. Lingkungan geologi daerah panas bumi Warmong ini tersusun atas 4 (empat) satuan batuan (Gambar 9) dimana urutan dari yang paling tua ke yang muda adalah Satuan Piroklastik, mengacu kepada geologi regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) sebanding dengan Formasi Alor (Tmpa) yang berumur Miosen Akhir Pliosen Awal, Satuan Dasit, dari fission track yang dilakukan pada sampel MRM 8, didapat umur absolut dari satuan ini adalah 1,9 ± 0,2 juta tahun (Plio Pleistosen), mengacu dari geologi regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997), satuan ini termasuk dalam Batuan Gunung Api Tua, Satuan Koluvium, diperkirakan umurnya adalah Pleistosen Holosen dan Satuan Aluvium (Qa) yang berumur Holosen. Pemunculan manifestasi panas bumi daerah panas bumi ini dikontrol oleh struktur yang berarah relatif Barat laut Tenggara. Berdasarkan hasil analisis kimia, mataair panas Warmong yang diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 menunjukkan tipe air klorida (Gambar 10). Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg menunjukkan mata air panas Warmong berada pada zona partial equilibrium (Gambar 11). Dari hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B, mata air panas Warmong berada di zona Cl (Gambar 12). Berdasarkan data hasil isotop 18 O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel mata air panas Warmong, setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium, pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line) (Gambar 13). Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Warmong dengan menggunakan geotermometer SiO 2 (conductive-cooling) berkisar antara C yang termasuk kedalam entalphi sedang, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach sebesar 176 C yang juga termasuk kedalam entalphi sedang. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah di lapangan pada titik lokasi pengambilan sampel daerah Warmong dan sekitarnya serta data pengukuran, diperoleh derajat keasaman atau ph tanah yang berkisar antara 6,4 7,1 dan temperatur udara tanah pada kedalaman 1 meter berkisar antara C, dengan konsentrasi Hg antara 3,02 20,3 ppb dan konsentrasi CO 2 antara 1,16 3,21 %. Daerah Panas Bumi Esulit Desa Esulit, Kec. Wetar mempunyai 2 lokasi mata air panas dimana temperatur air panas terukur berkisar antara 75,5-76,1 C. Air panas Esulit pada umumnya mempunyai ph netral sekitar 6 dengan DHL cukup tinggi sebesar 2980 terutama air panas Esulit 2 sebesar µs/cm. Lingkungan geologi daerah panas bumi Esulit ini tersusun atas 5 (lima) satuan batuan (Gambar 14) dimana urutan dari yang paling tua ke yang muda adalah Satuan Tuf, mengacu pada Geologi Regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) sebanding dengan Batuan Vulkanik

5 Riolitik Sakir (Tmvs) berumur Miosen Tengah Akhir, Satuan Breksi Vulkanik, mengacu kepada geologi regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) sebanding dengan Formasi Alor (Tmpa) berumur Miosen Akhir Pliosen Awal, Satuan Diorit yang mempunyai periode waktu pembentukan yang sama dengan Satuan Dasit di daerah panas bumi Warmong, Satuan Batugamping Terumbu berumur Holosen dan Satuan Aluvium (Qa) berumur Holosen. Pemunculan manifestasi panas bumi daerah panas bumi ini dikontrol oleh struktur yang berarah relatif Utara Selatan. sedang, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach sebesar C yang juga termasuk kedalam entalphi sedang. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah di lapangan pada titik lokasi pengambilan sampel daerah Esulit dan sekitarnya serta data pengukuran, diperoleh derajat keasaman atau ph tanah yang berkisar antara 5,8 6,9 dan temperatur udara tanah pada kedalaman 1 meter berkisar antara C, dengan konsentrasi Hg antara 17,32 86,47 ppb dan konsentrasi CO 2 antara 0,93 3,3 %. Berdasarkan hasil analisis kimia, mataair panas Esulit yang diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 menunjukkan tipe air klorida (Gambar 15). Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg menunjukkan mata air panas Esulit berada pada zona partial equilibrium (Gambar 16). Dari hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B, mata air panas Esulit berada di zona Cl (Gambar 17). Berdasarkan data hasil isotop 18 O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel mata air panas Esulit, setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium, pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line) (Gambar 18). Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Esulit dengan menggunakan geotermometer SiO 2 (conductive-cooling) berkisar antara C yang termasuk kedalam entalphi Daerah Panas Bumi Lurang Desa Lurang, Kec. Wetar mempunyai 2 lokasi mata air panas dimana temperatur air panas terukur berkisar antara 72,1 73,6 C. Air panas Lurang berwarna jernih, rasa tawar, dengan endapan travertin terutama pada air panas Lurang 1 yang sangat tebal seluas 20 x 20 m 2 dan pada umumnya mempunyai ph netral sebesar 7 dengan DHL yang cukup tinggi sekitar 4000 µs/cm. Lingkungan geologi daerah panas bumi Lurang ini tersusun atas 4 (empat) satuan batuan (Gambar 19) dimana urutan dari yang paling tua ke yang muda adalah Satuan Tuf Riolitik, mengacu pada Geologi Regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) sebanding dengan Batuan Vulkanik Riolitik Sakir (Tmvs) berumur Miosen Tengah Akhir, Satuan Breksi Vulkanik, mengacu kepada geologi regional (Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) sebanding dengan Formasi Alor (Tmpa) berumur Miosen Akhir Pliosen Awal, Satuan Batugamping Terumbu berumur Holosen dan Satuan Aluvium (Qa)

6 berumur Holosen. Pemunculan manifestasi panas bumi daerah panas bumi ini dikontrol oleh struktur yang berarah relatif barat laut tenggara dan barat - timur. Berdasarkan hasil analisis kimia, mataair panas Lurang yang diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 menunjukkan tipe air sulfat-bikarbonat (Gambar 20). Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg menunjukkan mata air panas Lurang berada pada zona immature waters (Gambar 21). Dari hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B, mata air panas Lurang berada pada zona Cl dan B (Gambar 22). Berdasarkan data hasil isotop 18 O dan Deuterium yang diperoleh dari sampel mata air panas Lurang, setelah diplot kedalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan Deuterium, pada umumnya berada pada garis air meteorik (Meteoric Water Line) (Gambar 23). Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Lurang dengan menggunakan geotermometer SiO 2 (conductive-cooling) berkisar antara C, sedangkan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach sebesar C yang juga termasuk kedalam entalphi sedang. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah di lapangan pada titik lokasi pengambilan sampel daerah Lurang dan sekitarnya serta data pengukuran, diperoleh derajat keasaman atau ph tanah yang berkisar antara 6 7,4 dan temperatur udara tanah pada kedalaman 1 meter berkisar antara C, dengan konsentrasi Hg antara 2 48,12 ppb dan konsentrasi CO 2 antara 0,87 2,67 %. DISKUSI Daerah Panas Bumi Karbubu Kemunculan manifestasi panas bumi di daerah Karbubu terdapat pada satuan aluvium yang berumur holosen dengan lingkungan geologi berupa vulkanik Tersier dimana sumber panas yang membentuk sistem panas bumi di daerah Karbubu ini kemungkinan adalah intrusi diorit/ dasit berumur Plio Pleistosen yang berhubungan dengan pembentukan Satuan Batuan Gunung Api Tua. Struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi adalah struktur yang berarah Barat Laut Tenggara. Dari analisis geokimia memperlihatkan bahwa mata air panas Karbubu bertipe klorida. Namun diperkirakan air panas ini bukan merupakan air reservoir, tetapi ada pengaruh intrusi air laut. Hal ini ditandai dengan tingginya kandungan Cl (2343 ppm) dan Na (1081 ppm) serta nilai daya hantar listrik yang sangat tinggi diatas µs/cm. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, nilai Hg tinggi terkonsentrasi di sebelah timur pemunculan air panas Karbubu. Daerah tersebut diperkirakan daerah mineralisasi emas, sehingga memberikan nilai Hg tanah yang cukup tinggi. Sedangkan pola penyebaran CO 2 udara tanah lebih merata dengan konsentrasi CO 2 udara tanah yang tidak terlalu besar. Untuk pola penyebaran

7 temperatur dan ph tanah tidak memperlihatkan adanya anomali di daerah penyelidikan dimana didapatkan harga temperatur dan ph tanah relatif normal dengan nilai relatif sama. Terdapat dua titik sampling di sekitar air panas Karbubu yang menunjukkan nilai temperatur tanah yang cukup tinggi diatas 36 C dengan temperatur udara 28 C. Berdasarkan luas daerah prospek, temperatur fluida bawah permukaan yang diperoleh, maka dilakukan penghitungan potensi sumber daya spekulatif dengan cara sebagai berikut: H el = A x Q el (SNI ). dengan catatan: H el = Besarnya sumber daya (MWe) A = Luas daerah prospek panas bumi (km 2 ) Q el = Daya listrik yang dapat dibangkitkan per satuan luas (MWe/km 2 ) track adalah 1,9 ± 0,2 juta tahun atau secara relatif berumur Plio Pleistosen dan merupakan batuan akibat proses magmatisme yang termuda pembentukannya sehingga diinterpretasikan batuan pembawa panas (heat source) pada daerah penyelidikan ini adalah Satuan Dasit. Struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi adalah struktur yang berarah Barat Laut - Tenggara. Di sekitar mata air panas umumnya muncul endapan garam yang kemungkinan akibat dari interaksi air panas dengan air laut. Dari analisis geokimia memperlihatkan bahwa mata air panas Warmong bertipe klorida yang menandakan bahwa air panas Warmong berasal dari reservoir. Indikasi ditemukan endapan tipis silika menunjukkan pula bahwa terdapat sistem bertemperatur tinggi di bawah permukaan. Keberadaannya di zona partial equilibrium dan hasil isotop yang menunjukkan ada pengkayaan oksigen 18, menunjukkan bahwa kemungkinan pengaruh aktivitas magmatiknya lebih besar dibandingkan pengaruh air laut. Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Karbubu, dengan luas daerah prospek sekitar 1 km 2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 145 o C (Na/K) yang termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 10 MWe. Daerah Panas Bumi Warmong Kemunculan manifestasi panas bumi di daerah Warmong terdapat antara satuan morfologi perbukitan bergelombang rendah dan pedataran dengan litologi batuannya adalah batuan koluvium Didaerah penyelidikan muncul batuan terobosan yang berjenis dasit dimana umur absolut pembentukannya berdasarkan fission Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, pola penyebaran Hg di daerah Warmong tidak menunjukkan anomali yang berarti karena konsentrasi Hg di daerah tersebut relatif merata. Begitu pula dengan pola penyebaran CO 2 udara tanah, dimana memberikan nilai konsentrasi CO 2 tidak terlalu besar. Untuk pola penyebaran temperatur dan ph tanah tidak memperlihatkan adanya anomali di daerah penyelidikan dimana didapatkan harga temperatur dan ph tanah relatif netral dengan nilai relatif sama. Berdasarkan penghitungan potensi yang sama

8 dengan daerah Karbubu maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Warmong, dengan luas daerah prospek sekitar 3 km 2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 176 C (Na/K), termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 30 MWe. Daerah Panas Bumi Esulit Kemunculan manifestasi panas bumi di daerah Esulit terdapat pada satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang dan pedataran dimana litologi batuannya adalah Satuan Tuf dan aluvium. Di daerah ini juga muncul batuan terobosan berjenis diorit dimana umur pembentukannya sebanding dengan Satuan Dasit di daerah Warmong yaitu Plio Pleistosen dan merupakan batuan akibat proses magmatisme yang termuda pembentukannya sehingga diinterpretasikan batuan pembawa panas (heat source) pada daerah penyelidikan ini adalah Satuan Diorit. Struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi adalah struktur yang berarah Utara - Selatan. air panas juga sangat tinggi, sebesar Cl = ppm dan Na = ppm. Keberadaannya air panas Esulit 1 di zona partial equilibrium dan hasil isotop yang menunjukkan ada pengkayaan oksigen 18, menunjukkan bahwa kemungkinan pengaruh aktivitas magmatiknya lebih besar dibandingkan pengaruh air laut. Sedangkan air panas Esulit 2 yang berada di ujung Cl menunjukkan kontaminasi air laut sangat berpengaruh pada pemunculan air panas ini. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, nilai Hg tinggi terkonsentrasi didekat air panas Esulit 2 yang menyebar kearah utara. Sedangkan pola penyebaran CO2 udara tanah lebih merata dengan konsentrasi CO2 udara tanah yang tidak terlalu besar. Untuk pola penyebaran temperatur dan ph tanah tidak memperlihatkan adanya anomali di daerah penyelidikan dimana didapatkan harga temperatur dan ph tanah relatif netral dengan nilai relatif sama. Hanya satu titik pengamatan saja yaitu di air panas Esulit 1 yang menunjukkan nilai temperatur tanah yang cukup tinggi sebesar 31 C dengan temperatur udara 24 C. Dari analisis geokimia, memperlihatkan bahwa mata air panas Esulit 1 dan 2 bertipe klorida. Data kimia air panas Esulit 1 menunjukkan bahwa air panas Esulit berasal langsung dari reservoir. Hal ini juga didukung bahwa konsentrasi Cl dan Na yang terkandung dalam air panas cukup tinggi sebesar Cl = 738 ppm dan Na = 655 ppm. Sedangkan hasil analisis air panas Esulit 2 menunjukkan bahwa air panas Esulit 2 telah terjadi kontaminasi air laut. Lokasi pemunculan manifestasi yang tepat berada di tepi pantai memungkinkan terjadinya kontaminasi air laut. Konsentrasi Cl dan Na yang terkandung pada Berdasarkan penghitungan potensi yang sama dengan daerah Karbubu maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Esulit, dengan luas daerah prospek sekitar 2,5 km2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar C, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 25 MWe. Daerah Panas Bumi Lurang Kemunculan manifestasi panas bumi di daerah Lurang terdapat pada satuan morfologi

9 perbukitan bergelombang sedang dan terjal dimana litologi batuannya adalah Satuan Tuf Riolitik. Disekitar daerah manifestasi panasbumi Lurang tidak ditemukan adanya batuan yang dapat menjadi sumber panas dari sistem panasbumi daerah ini, tetapi melihat dari daerah panasbumi Warmong dan Esulit dimana ditemukan batuan beku berjenis Diorit/Dasit yang berumur Plio-Pleistosen maka untuk daerah Lurang ini diperkirakan yang menjadi sumber panas adalah batuan beku yang sama dengan Daerah Warmong/Esulit. Struktur yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi adalah struktur yang berarah relatif barat laut tenggara dan barat - timur. Di sekitar mata air panas dijumpai endapan sinter karbonat (travertin) yang sangat tebal, hal ini menunjukkan adanya interaksi fluida hidrotermal yang bertipe klorida-bikarbonat dengan batuan sedimen karbonatan, sehingga selama perjalanan air tersebut berinteraksi dan muncul di permukaan membentuk sinter karbonat. Dari analisis geokimia memperlihatkan bahwa mata air panas Lurang merupakan steam heated waters yang bertipe sulfat-bikarbonat. Air panas ini merupakan air meteorik yang terpanasi oleh fluida panas bumi, dalam hal ini fluida yang mengandung SO 4 dan CO 2, sehingga membentuk air sulfat-bikarbonat. Diperkirakan Kandungan SO 4 pada fluida panas bumi berasal dari aktifitas vulkanik tua, sedangkan asal CO 2 berasal dari pelarutan fluida panas dengan batuan sekitar yang kaya akan CO 2 yaitu batuan gamping. Hal ini terlihat dari tingginya kandungan kedua unsur tersebut yaitu ppm (HCO3) dan ppm (SO 4 ). Akibat debit yang cukup besar dan waktu yang cukup lama, tingginya kandungan HCO 3 ini juga menyebabkan terbentuknya endapan travertin yang sangat tebal dan luas. Sedangkan adanya kandungan Na yang cukup tinggi dan terdeteksinya pula konsentrasi Cl, diperkirakan adanya kontribusi intrusi air laut pada sistem panas bumi di daerah Lurang. Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg menunjukkan mata air panas Lurang berada pada zona immature waters yang mengindikasikan bahwa terdapat kontaminasi air meteorik dalam pembentukan air panas Lurang. Hal tersebut diperkuat bahwa air panas Lurang merupakan steam heated waters atau air meteorik yang terpanasi oleh fluida panas, dan bukan air reservoir. Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah dan udara tanah, nilai Hg tinggi terkonsentrasi didekat air panas Lurang. Sedangkan pola penyebaran CO 2 udara tanah lebih merata dengan konsentrasi CO 2 udara tanah yang tidak terlalu besar. Untuk pola penyebaran temperatur dan ph tanah tidak memperlihatkan adanya anomali di daerah penyelidikan dimana didapatkan harga temperatur dan ph tanah relatif netral dengan nilai relatif sama. Anomali temperatur tinggi hanya terkonsentrasi di sekitar air panas Lurang dengan nilai yang tidak terlalu besar yaitu o C. Berdasarkan penghitungan potensi yang sama dengan daerah Karbubu maka Potensi sumberdaya spekulatif untuk manifestasi Lurang, dengan luas daerah prospek sekitar 2 km 2 dan temperatur fluida bawah permukaan sebesar C, termasuk ke dalam entalpi sedang, maka potensi sumberdaya spekulatifnya adalah 20 MWe.

10 Dengan demikian, potensi sumber daya panas bumi spekulatif di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebesar 85 MWe. SIMPULAN Secara umum Pulau Wetar dibagi menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi perbukitan bergelombang terjal perbukitan bergelombang sedang, perbukitan bergelombang rendah dan pedataran dimana sebagian besar tersusun oleh batuan vulkanik tersier, batuan vulkanik kuarter, batuan terobosan dan batuan sedimen. Manifestasi panas bumi yang ada di Pulau Wetar pada umumnya muncul di lingkungan vulkanik yang berumur Tersier dan batuan yang diperkirakan menjadi sumber panas (heat source) dari sistem panas bumi di Pulau Wetar ini adalah batuan terobosan yang berumur Plio- Pleistosen dimana batuan ini merupakan hasil dari proses magmatisme yang termuda seperti di daerah Warmong yang terdapat Satuan Dasit yang berumur 1,9 ± 0,2 juta tahun. Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah panas bumi di Pulau Wetar berkisar antara o C menggunakan geotermometer SiO 2 (conductive cooling) sedangkan dengan geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar o C dan termasuk kedalam entalpi sedang (medium enthalphy). Potensi sumberdaya spekulatif untuk daerah Karbubu sebesar 10 MWe, daerah Warmong 30 MWe, daerah Esulit 25 MWe, dan daerah Lurang sebesar 20 MWe. Dengan demikian, potensi sumber daya panas bumi spekulatif di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebesar 85 MWe. SARAN Dikarenakan akses yang sangat sulit dijangkau dan pemunculan manifestasi serta perkiraan potensi yang tidak terlalu besar, maka untuk saat ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan survei lanjutan. UCAPAN TERIMA KASIH Manifestasi panasbumi yang muncul dikontrol oleh struktur-struktur yang relatif berarah Barat Laut Tenggara, Barat Timur, dan Utara Selatan. Pada umumnya tipe air panas (diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 ) daerah panas bumi di Pulau Wetar yaitu daerah Esulit, Karbubu dan Warmong termasuk ke dalam tipe air klorida dan berada pada zona partial equilibrium (diagram segitiga Na/1000-K/100- Mg), sedangkan mata air panas Lurang bertipe steam heated waters yang berada pada zona immature water. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan tulisan ini, yang telah memberi kemudahan dalam mengakses data yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (2010), Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, Agregat Data per Kecamatan, Kabupaten Maluku Barat Daya. Charlton T.R. (1990), The Petroleum Potential of East Timor, APPEA jurnal.

11 G. Burhan, S. Koesoemadinata, D. Kadarisman, S.A. Mangga dan Y. Noya (1997), Peta Geologi Lembar Wetar Timur, Nusatenggara. Publ. P3G Bandung. N. Sikumbang, B. Dwiyanto, D.G Masson, J. Milson dan A.J. Barter (1990), Recent tectonic around The Island of Timor, Eastern, Marine and Petroleum Geology, Vol.8. Giggenbach, W.F., 1988, Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg Ca Geo - Indicators, Geochemica Acta 52. pp Mahon K., Ellis, A.J., 1977, Chemistry and Geothermal System, Academic Press Inc. Orlando. Y. Noya, G. Buhan, S. Koesoemadinata dan S.A. Mangga (1997), Peta Geologi lembar Alor dan Wetar Barat, Nusatenggara. Publ., P3G, Bandung.

12 Gambar 1 Lokasi daerah penyelidikan Gambar 2 Peta Geologi Regional P. Wetar (Modifikasi Y.Noya dkk. dan G. Burhan dkk., 1997) Gambar 3Peta Geomorfologi P. Wetar

13 Gambar 4 Peta geologi daerah panas bumi Karbubu Gambar 5 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Gambar 6 Diagram segitiga Na-K-Mg Gambar 7 Diagram segitiga Cl-Li-B Gambar 8 Grafik isotop δ18o terhadap δ2h

14 Gambar 9 Peta geologi daerah panas bumi Warmong Gambar 10 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Gambar 11 Diagram segitiga Na-K-Mg

15 Gambar 12 Diagram segitiga Cl-Li-B Gambar 13 Grafik isotop δ18o terhadap δ2h Gambar 14 Peta geologi daerah panas bumi Esulit

16 Gambar 15 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Gambar 16 Diagram segitiga Na-K-Mg Gambar 17 Diagram segitiga Cl-Li-B Gambar 18 Grafik isotop δ18o terhadap δ2h. Gambar 19 Peta geologi daerah panas bumi Lurang

17 Gambar 20 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 Gambar 21 Diagram segitiga Na-K-Mg Gambar 22 Diagram segitiga Cl-Li-B Gambar 23 Grafik isotop δ18o terhadap δ2h

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN Eddy Mulyadi, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Eddy Mulyadi dan Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI Dedi Kusnadi, Lano Adhitya Permana, Dikdik Risdianto Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Dedi Kusnadi 1, Anna Y 1 1 Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi ABSTRAK Penyelidikan geokimia

Lebih terperinci

SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI KABUPATEN BANGGAI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI KABUPATEN BANGGAI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI KABUPATEN BANGGAI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH Eddy Mulyadi, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Andri Eko Ari Wibowo, Mochamad Nur Hadi, Suwarno Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pada Tahun 2008, tim dari kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, melakukan penyelidikan geokimia pada daerah lapangan panas bumi Tambu. Penyelidikan

Lebih terperinci

Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur

Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur Dahlan, Dikdik R., dan Edi M. KP Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS 4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA Lano Adhitya Permana, Andri Eko Ari Wibowo, Edy Purwoto Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT Oleh : Edy Purwoto, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuanno Rezky, Andri Eko Ari. W, Anna Y. Kelompok Program Peneylidikan Panas Bumi SARI Daerah panas

Lebih terperinci

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON 4.1 Tinjauan Umum Pada metoda geokimia, data yang digunakan untuk mengetahui potensi panasbumi suatu daerah adalah data kimia

Lebih terperinci

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA IV.1 TINJAUAN UMUM Manifestasi panas bumi adalah keluaran fluida panas bumi dari reservoar ke permukaan melalui rekahan atau melalui suatu unit batuan yang

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT 4.1 Tinjauan Umum Manifestasi permukaan panas bumi adalah segala bentuk gejala sebagai hasil dari proses sistem panasbumi

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Dikdik Risdianto, Arif Munandar, Sriwidodo, Hari Prasetya Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Jl.

Lebih terperinci

Survei Terpadu Geologi Daerah Panas Bumi Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara SARI

Survei Terpadu Geologi Daerah Panas Bumi Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara SARI Survei Terpadu Geologi Daerah Panas Bumi Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara Andri Eko Ari Wibowo 1) dan Dikdik Risdianto 1) 1) KP.Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Sistem

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Bangbang Sulaeman 1, Andri Eko Ari. W 1, Supeno 1 1 Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MINAHASA UTARA DAN KOTA BITUNG - PROVINSI SULAWESI UTARA SARI

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MINAHASA UTARA DAN KOTA BITUNG - PROVINSI SULAWESI UTARA SARI PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MINAHASA UTARA DAN KOTA BITUNG - PROVINSI SULAWESI UTARA Dede Iim Setiawan, Eddy Mulyadi, Herry Sundhoro Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSEMBAHAN...iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv KATA PENGANTAR...vi SARI...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xv BAB

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN KAMPAR DAN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN KAMPAR DAN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN KAMPAR DAN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU Anna Yushantarti, Lano Adhitya Permana, dan Dikdik Risdianto Kelompok Penyelidikan Panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk

Lebih terperinci

SURVEI GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMIANG HULU KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

SURVEI GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMIANG HULU KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH SURVEI GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMIANG HULU KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH oleh Dedi Kusnadi, dan Moch. Nur Hadi Kelompok Penelitian Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah

Lebih terperinci

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN. Dikdik Risdianto, Dedi Kusnadi KP Panas Bumi SARI

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN. Dikdik Risdianto, Dedi Kusnadi KP Panas Bumi SARI SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Dikdik Risdianto, Dedi Kusnadi KP Panas Bumi SARI Daerah Panas Bumi Malingping secara administrasi berada

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA III.1 Data Geokimia Dengan menggunakan data geokimia yang terdiri dari data kimia manifestasi air panas, data kimia tanah dan data udara tanah berbagai paramater

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi S A R

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN 6. 1 Hilang Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas bumi disuatu daerah diperlukan perhitungan kehilangan panas alamiah. Hal ini perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum BAB V KIMIA AIR 5.1 Tinjauan Umum Analisa kimia air dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter baik untuk eksplorasi ataupun pengembangan di lapangan panas bumi. Parameter-parameter tersebut adalah:

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB Mochamad Nur Hadi, Anna Yushantarti, Edi Suhanto, Herry Sundhoro Kelompok Program Penelitian Panas Bumi SARI

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH MARITAING KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH MARITAING KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH MARITAING KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Dede Iim Setiawan, Andri Eko Ari Wibowo, Dudi Hermawan Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT Dudi Hermawan, Sri Widodo, Robertus S, Dedi K, M.Kholid, A.Zarkasyi, Wiwid J Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MAPOS, KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MAPOS, KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MAPOS, KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Lano Adhitya Permana, Dede Iim Setiawan Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Tujuan metode geokimia digunakan dalam penelitian eksplorasi energi panasbumi adalah untuk mengkaji kemungkinan pengembangan sumber daya panasbumi. Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA Oleh : 1 Sri Widodo, Bakrun 1,

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH POHON BATU, PROVINSI MALUKU

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH POHON BATU, PROVINSI MALUKU GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH POHON BATU, PROVINSI MALUKU Dudi Hermawan, Anna Yushantarti Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah panas bumi Pohon Batu secara fisiografi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI SARI Penyelidikan geokimia panas bumi di daerah Lompio dan sekitarnya

Lebih terperinci

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006 PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN Dahlan, Soetoyo Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK Dalam rangka pengembangan lanjut lapangan panas bumi Mataloko,

Lebih terperinci

Analisis Geokimia Fluida Manifestasi Panas Bumi Daerah Maribaya

Analisis Geokimia Fluida Manifestasi Panas Bumi Daerah Maribaya Analisis Geokimia Fluida Manifestasi Panas Bumi Daerah Maribaya Oleh: Extivonus K.Fr (12012060) 1. GEOLOGI REGIONAL Daerah Maribaya terletak di utara Kota Bandung dan berdekatan dengan Lembang. Secara

Lebih terperinci

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1) SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1) 1) Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan SARI Pengukuran magnetotellurik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bantarkawung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian selatan. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas bumi terbesar (p otensi cadangan dan potensi diketahui), dimana paling tidak terdapat 62 lapangan

Lebih terperinci

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-, MT-3, dan MT- Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun Oleh: Bangbang Sulaeman, Syuhada Arsadipura, dan Dahlan Sub Direktorat Panas Bumi SARI Monitoring

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''- 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Penelitian Tempat penelitian secara administratif terletak di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Edy Purwoto, Yuanno Rezky, Dede Iim Setiawan Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG Edy Purwoto, Yuanno Rezky, Robertus S.L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA Sri Widodo, Bakrun Kelompok Program Penelitian Panas Bumi SARI Daerah panas bumi - yang secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI 4.1 Hilang Panas Alamiah Besar potensi panas bumi dapat diperkirakan melalui perhitungan panas alamiah yang hilang melalui keluaran manifestasi panas bumi (natural heat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Moch. Budiraharja, Arif Munandar Keywords : panas bumi, temperatur, gradien termal,

Lebih terperinci

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI 4.1 LATAR BELAKANG Lembah Sungai Cimandiri telah diketahui banyak peneliti merupakan daerah yang dipengaruhi oleh struktur geologi atau lebih dikenal dengan Zona

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA JURNAL DINTEK. VOL 9 NO 2 SEPTEMBER 2016. 1-5 KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA Herry Djainal

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PEMODELAN STRUKTUR GEOLOGI DAN ANALISIS SUMBER PANAS MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI, MAGNETIK DAN FAULT FRACTURE DENSITY (FFD) PADA DAERAH PANAS BUMI BITTUANG, SULAWESI SELATAN Adhitya Mangala * Yobel Muhammad

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA, KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA, KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA, KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Anna Yushantarti dan Yuanno Rezky Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG S A R I

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG S A R I GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG Dede Iim Setiawan, Lano Adhitya Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi S A R I Keterdapatan

Lebih terperinci

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB V SEJARAH GEOLOGI BAB V SEJARAH GEOLOGI Berdasarkan data-data geologi primer yang meliputi data lapangan, dan data sekunder yang terdiri dari ciri litologi, umur dan lingkungan pengendapan, serta pola struktur dan mekanisme

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pulau Wetar merupakan salah satu pulau di bagian selatan Provinsi Maluku, secara administratif terletak pada Kecamatan Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN MANIFESTASI PANASBUMI NGEBEL PONOROGO, JAWA TIMUR. Intan Paramita Haty

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN MANIFESTASI PANASBUMI NGEBEL PONOROGO, JAWA TIMUR. Intan Paramita Haty PENYELIDIKAN PENDAHULUAN MANIFESTASI PANASBUMI NGEBEL PONOROGO, JAWA TIMUR Intan Paramita Haty 1 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 Condong Catur Sleman Yogyakarta 55283 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian

Lebih terperinci

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR. iv SARI... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL xiv BAB I. PENDAHULUAN. 1 I.1.

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan

Lebih terperinci

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2) SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2) 1) Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan 2) Bidang Sarana Teknik SARI Pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS ISOTOP 2 H DAN 18 O MATA AIR PANAS PANCURAN-7 BATURADEN UNTUK MENGETAHUI ASAL AIR PANASBUMI GUNUNGAPI SLAMET

ANALISIS ISOTOP 2 H DAN 18 O MATA AIR PANAS PANCURAN-7 BATURADEN UNTUK MENGETAHUI ASAL AIR PANASBUMI GUNUNGAPI SLAMET ANALISIS ISOTOP 2 H DAN 18 O MATA AIR PANAS PANCURAN-7 BATURADEN UNTUK MENGETAHUI ASAL AIR PANASBUMI GUNUNGAPI SLAMET Sachrul Iswahyudi *, Asmoro Widagdo, Siswandi, Adi Candra, Rachmad Setijadi, Eko Bayu

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Tugas Akhir Disusun sebagai syarat menyelesaikan tahap sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

GEOTHERMOMETER DAN HEAT LOSS DALAM EKSPLORASI GEOKIMIA LAPANGAN PANASBUMI DAERAH CISUKARAME, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

GEOTHERMOMETER DAN HEAT LOSS DALAM EKSPLORASI GEOKIMIA LAPANGAN PANASBUMI DAERAH CISUKARAME, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT GEOTHERMOMETER DAN HEAT LOSS DALAM EKSPLORASI GEOKIMIA LAPANGAN PANASBUMI DAERAH CISUKARAME, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Intan Paramita Haty 1 dan Ardian Nofri Nugroho 2 1 Universitas Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR B Diajukan sebagai syarat kelulusan tingkat Sarjana Strata Satu di Program Studi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TUGAS AKHIR GEOLOGI DAERAH KANCAH DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PARONGPONG, SERTA KARAKTERISTIK AIR PANAS GUNUNG TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT, INDONESIA Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pengolahan dan interpretasi data geokimia untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi penentuan tipe fluida panas bumi dan temperatur reservoar panas bumi. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya panas bumi. Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 40% dari total potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009

EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009 MAGISTER PROGRAM IN GEOTHERMAL TECHNOLOGY - 0 - Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009 EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Penyusun: Suryantini (Dr. Eng.,Dipl. Geothermal Tech., MSc.) Fajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas bumi (Geothermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang terdapat di daerah vulkanik, graben (vulkano-tektonik) dan non-vulkanik. Hingga saat ini, telah teridentifikasi 265 daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem panas bumi umumnya berkembang pada daerah vulkanik dan non vulkanik. Seting tektonik Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan aktif menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup masyarakat dengan penggunaan tertinggi urutan ketiga setelah bahan bakar minyak dan gas. Kebutuhan energi listrik

Lebih terperinci

STUDI GEOKIMIA FLUIDA PANAS BUMI DAERAH JAWA TENGAH BAGIAN SELATAN PROVINSI JAWA TENGAH

STUDI GEOKIMIA FLUIDA PANAS BUMI DAERAH JAWA TENGAH BAGIAN SELATAN PROVINSI JAWA TENGAH STUDI GEOKIMIA FLUIDA PANAS BUMI DAERAH JAWA TENGAH BAGIAN SELATAN PROVINSI JAWA TENGAH Lano Adhitya Permana, Eddy Mulyadi Kelompok Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi SARI

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa

Lebih terperinci

POTENSI PANAS BUMI WILAYAH KABUPATEN BURU MALUKU. Oleh : Sri Widodo, Kasbani, Bangbang Sulaeman, Edy Sumardi, Dede Iim Kelompok Kerja Panas Bumi

POTENSI PANAS BUMI WILAYAH KABUPATEN BURU MALUKU. Oleh : Sri Widodo, Kasbani, Bangbang Sulaeman, Edy Sumardi, Dede Iim Kelompok Kerja Panas Bumi POTENSI PANAS BUMI WILAYAH KABUPATEN BURU MALUKU Oleh : Sri Widodo, Kasbani, Bangbang Sulaeman, Edy Sumardi, Dede Iim Kelompok Kerja Panas Bumi Sari Pemunculan manifestasi panas bumi ditemukan di beberapa

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.

Lebih terperinci