VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias Indonesia

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VERTICAL GARDEN PADA PT GODONGIJO ASRI, SAWANGAN, DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Dualitas Dalam Model Linear Programing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Dualitas Dalam Model Linear Programing

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB 2 LANDASAN TEORI

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA SALIBU

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

03 2- OPTIMALISASI PRODUKSI IKAN HIAS DI MIRANTI AQUARIUM DESA CILUAR, KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT AKHMAD MUHARRAM

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

VII. ANALISIS FINANSIAL

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

BAB 3 PROGRAM LINEAR 1. MODEL MATEMATIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR. Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JORO, Bandung Barat, Jawa Barat

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI 6.1 Perumusan Model Analisis optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh PT Godongijo Asri dari penjualan kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA yang dihasilkan selama dua bulan. Optimalisasi produksi didasarkan pada metode penelitian yang didahului dengan penentuan fungsi tujuan dilanjutkan dengan penentuan fungsi kendala. Penentuan variabel keputusan yang terbentuk pada model persamaan linear terdiri dari 11 variabel. Variabel tersebut terdeskripsi dalam satuan unit tanaman berdasarkan jenis tanaman pada satu siklus produksi. 6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri Fungsi tujuan menggambarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA. Koefisien fungsi tujuan menunjukkan keuntungan per unit masing-masing jenis tanaman hias selama satu siklus produksi. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya total per unit tanaman hias untuk VEGA. Biaya biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tersebut antara lain : 1. Biaya Penyusutan Kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan biaya investasi yang besar. Biaya biaya tersebut diperhitungkan pada komponen biaya dalam bentuk biaya penyusutan yang secara rinci tersaji pada Lampiran 4. Barang barang tersebut meliputi mistroom, greenhouse, tray, kendaraan, gudang, mess karyawan, gedung kantor, pisau, asahan, mesin dan tangki air, bak penampungan, springkle otomatis, sprayer gendong, gerobak, selang, dan tong air. Perhitungan biaya bagi tanaman hias untuk VEGA mempergunakan joint cost sebesar 40 persen karena investasi tersebut digunakan secara bersamaan dengan tanaman hias jenis lainnya. Berdasarkan Lampiran 6, 47

diketahui bahwa biaya penyusutan per unit tanaman hias untuk VEGA adalah sebesar Rp 399. 2. Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi Biaya umum kantor, listrik, dan transportasi merupakan biaya yang rutin dikeluarkan oleh PT Godongijo Asri dalam menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, biaya yang diperhitungkan bagi tanaman hias untuk VEGA adalah perhitungan biaya dengan joint cost sebesar lima persen. Setiap bulan PT Godongijo Asri mengeluarkan biaya umum kantor, listrik, dan transportasi masing-masing adalah sebesar Rp 18.000.000, Rp 6.500.000, dan Rp 5.000.000. Perhitungan biaya dalam satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perhitungan Biaya Umum Kantor, Listrik, dan Transportasi per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Umum Kantor 7.218 36.000.000 1.800.000 900.000 125 Listrik 7.218 13.000.000 650.000 325.000 45 Transportasi 7.218 10.000.000 500.000 250.000 35 3. Biaya Sewa Lahan Lahan yang digunakan oleh PT Godongijo Asri merupakan lahan sewaan yang digunakan secara bersama-sama, Oleh karena itu, perhitungan biayanya menggunakan joint cost. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan seluas 2,5 hektar adalah sebesar Rp 92.925.000 per tahun. Maka biaya sewa lahan per bulan adalah sebesar Rp 309,75 per m². Adapun rincian biaya sewa lahan pada PT Godongijo Asri dapat dilihat pada Tabel 8. 48

Tabel 8. Perhitungan Biaya Sewa Lahan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Gudang 7.218 76.818 30.727 15.364 2,13 Mess 21.683 3,00 7.218 108.413 43.365 Karyawan Greenhouse 7.218 422.499 422.499 211.250 29,27 Mistroom 7.218 225.498 225.498 112.749 15,62 Kantor 7.218 40.268 2.013 1.007 0,14 TOTAL 50,16 4. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terdapat pada PT Godongijo Asri dalam kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari beberapa bagian dengan tingkat gaji yang berbeda-beda. Semua tenaga kerja tersebut diperhitungkan berdasarkan perhitungan joint cost kecuali tenaga kerja khusus produksi tanaman hias VEGA yang berjumlah satu orang. Perhitungan biaya tenaga kerja dapat diluhat pada Tabel 9.. Tabel 9. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja per Unit Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Komponen Biaya Jumlah Produksi Awal (unit) Biaya satu Siklus Produksi (Rp/periode) Joint Cost (Rp/periode) Biaya VEGA (Rp/periode analisis) Biaya (Rp/unit) Manajer Keuangan 7.218 12.000.000 600.000 300.000 41,56 Manajer produksi 7.218 12.000.000 4.800.000 2.400.000 332,50 Supv. 1.200.000 166,25 Produksi 7.218 6.000.000 2.400.000 Supir (2) 7.218 4.000.000 200.000 100.000 13,85 Satpam (3) 7.218 7.500.000 375.000 187.500 25,98 Admin. Keuangan 7.218 4.000.000 200.000 100.000 13,85 Admin. Penyedia 700.000 96,98 input 7.218 3.500.000 1.400.000 TK. VEGA 7.218 2.450.000 2.450.000 1.225.000 169,71 TOTAL 860,70 49

5. Biaya Pemeliharaan Indukan Indukan yang digunakan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri memeliki nilai yang berbeda-beda. Indukan tersebut dipelihara setiap hari agar dapat berproduksi dengan baik sehingga dapat menghasilkan anakan yang baik dan maksimal. Adapun perincian biaya pemeliharaan indukan dapat dilihat pada Lampiran 7. Biaya variabel merupakan komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya tetap. Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan berdasarkan jumlah produksi yang meliputi media tanam, pupuk, pestisida, karet dan plastik. Biaya variabel setiap satu unit tanaman hias untuk VEGA merupakan perkalian antara harga per satuan jenis dengan kebutuhan setiap satu unit tanaman. Perincian biaya variabel per unit tanaman hias tersebut tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Perincian Biaya Variabel per Unit Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Var Biaya Biaya Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya Biaya Total kep Sekam Bakar Rockwool P. Akar P. Daun F "Sc" I "Con" B "Agr" Karet Plastik Per unit (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) X1 284 247 20 9 15 24 9 20 132 759 X2 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X3 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X4 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X5 284 247 20 9 15 24 9 20 132 759 X6 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X7 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X8 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X9 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 X10 284 247 20 9 15 24 9 20 132 759 X11 284 247 23 8 15 19 9 20 132 757 Seluruh biaya baik yang terdapat pada Tabel 10 maupun biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan, kemudian dijadikan pengurang dengan harga jual per unit dari setiap jenis tanaman. Hasil pengurangan tersebut merupakan keuntungan per unit yang diperoleh perusahaan selama satu siklus produksi. Rincian perolehan keuntungan tersebut tersaji pada Tabel 11. 50

Tabel 11. Rincian Perolehan Keuntungan per Unit Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Tanaman Harga Jual (Rp/unit) Biaya tetap (Rp/unit) Biaya Variabel (Rp/unit) Laba Per unit (Rp/unit) Begonia thelmae 7.750 2.441 759 4.550 Dracaena golden 6.000 2.014 757 3.229 Epipremnum gold 7.250 2.633 757 3.860 Homalomena 7.500 2.289 757 4.454 Miana 8.000 2.562 759 4.679 Monocostus uniflorus 6.500 2.277 757 3.466 Peperomia obtusivolia 7.000 2.340 757 3.903 variegata Peperomia scandens 8.000 2.237 757 5.006 Polyscias 7.500 2.314 757 4.429 Schefflera varigata 8.000 2.615 759 4.626 Syngonium pink neon 8.000 2.827 757 4.416 Nilai laba per unit pada tabel di atas merupakan koefisien dari variabel keputusan kombinasi produksi tanaman hias untuk VEGA. Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA dilambangkan dengan X1 sampai dengan X11 secara berurutan. Adapun model fungsi tujuan optimalisasi produksi tanaman hias untuk VEGA pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Max Z = 4550 X1 + 3229 X2 + 3860 X3 + 4454 X4 + 4679 X5 + 3466 X6 + 3903 X7 + 5006 X8 + 4429 X9 + 4626 X10 + 4416 X11 6.1.2 Perumusan Fungsi Kendala Optimalisasi Produksi Tanaman Hias untuk VEGA PT Godongijo Asri 6.1.2.1 Kendala Lahan Lahan yang digunakan dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari lahan untuk mistroom dan lahan untuk greenhouse. Penggunaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap proses produksi yang dilakukan. Keterbatasan lahan sebagai tempat produksi akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Lahan produksi tanaman hias untuk VEGA yang tersedia pada PT Godongijo Asri merupakan salah satu kendala karena penggunaannya harus dibagi-bagi untuk kesebelas jenis tanaman hias VEGA. Selain itu, perluasan lahan pada PT Godongijo Asri juga terbilang sulit untuk dilakukan dikarenakan 51

lingkungan sekitar perusahaan telah dipadati oleh pemukiman penduduk dan juga memerlukan biaya yang sangat besar. a. Lahan untuk mistroom PT Godongijo Asri memiliki mistroom khusus yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA. Mistroom tersebut terdiri dari bedengan bedengan yang memiliki luas sebesar 30,9 m². Perhitungan koefisien kendala mistroom dilakukan dengan menghitung luas lahan yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Perhitungan koefisien tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Lahan Mistroom dan Ketersediaannya pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Luas 1 Bedengan Isi (B) Kebutuhan Ketersediaan Tanaman (A) m² Unit (A/B) m² Begonia thelmae 30,90 1200 0,03 197,00 Dracaena golden 30,90 1200 0,03 Epipremnum gold 30,90 1200 0,03 Homalomena 30,90 1200 0,03 Miana 30,90 1200 0,03 Monocostus uniflorus 30,90 1200 0,03 Peperomia obtusivolia variegata 30,90 1200 0,03 Peperomia scandens 30,90 1200 0,03 Polyscias 30,90 1200 0,03 Schefflera varigata 30,90 1200 0,03 Syngonium pink neon 30,90 1200 0,03 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kebutuhan satu unit tanaman hias untuk VEGA terhadap lahan mistroom adalah sebesar 0,03 m². Dengan demikian perumusan model kendala mistroom adalah sebagai berikut : LM ) 0,03 ( X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 <= 197 b. Lahan untuk greenhouse Greenhouse produksi yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri digunakan untuk berbagai macam jenis tanaman hias dengan luas keseluruhan mencapai 52

1.775 m², namun tidak secara keseluruhan digunakan untuk produksi tanaman hias VEGA. Greenhouse tersebut terdiri dari beberapa bedengan yang berukuran 40 m². Setiap bedengan tersebut mampu menampung sekitar 864 tanaman. Perhitungan koefisien kendala greenhouse dilakukan dengan menghitung luas lahan yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Lahan Greenhouse dan Ketersediaannya pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Luas 1 Bedengan(A) Isi (B) Kebutuhan Ketersediaan Tanaman m² Unit (A/B) m² Begonia thelmae 40 864 0,05 336,70 Dracaena golden 40 864 0,05 Epipremnum gold 40 864 0,05 Homalomena 40 864 0,05 Miana 40 864 0,05 Monocostus uniflorus 40 864 0,05 Peperomia obtusivolia variegata 40 864 0,05 Peperomia scandens 40 864 0,05 Polyscias 40 864 0,05 Schefflera varigata 40 864 0,05 Syngonium pink neon 40 864 0,05 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien kendala lahan untuk greenhouse adalah sebesar 0,05 yang artinya setiap satu unit tanaman hias membutuhan lahan seluas 0,05 m². Dengan demikian perumusan model kendala greenhouse adalah sebagai berikut : LG) 0,05 ( X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 ) <= 336,7 6.1.2.2 Kendala Indukan Indukan yang digunakan tanaman hias untuk VEGA terdiri dari berbagai macam jenis. Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri memiliki indukan yang berbeda-beda baik jenis maupun jumlah ketersediaannya. 53

Selain itu, jumlah anakan yang dihasilkan oleh setiap satu indukan masing-masing jenis juga berbeda-beda yaitu berkisar antara 3, 4, 5, dan 10 unit tanaman. Perhitungan kendala indukan masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA sangat memperhatikan tingkat keberhasilan produksinya. Rata-rata tingkat keberhasilan produksi kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA yaitu mencapai 90 persen. Koefisien variabel indukan tanaman hias untuk VEGA diperoleh dengan menghitung kebutuhan satu unit tanaman terhadap indukannya. Kemudian dikalikan dengan tingkat keberhasilan kehidupan yaitu sebesar 90 persen. Untuk nilai RHS merupakan jumlah ketersediaan indukan masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA yang terdapat pada PT Godongijo Asri. Kebutuhan satu tanaman terhadap indukannya untuk masing-masing jenis tanaman hias dan ketersediaan indukannya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perhitungan Kebutuhan Satu Unit Tanaman Hias untuk VEGA terhadap Indukan dan Ketersediaannya pada PT Godong Ijo Asri selama Periode Analisis NO. Nama Tanaman Hasil Anakan (Unit) Koef Ketersediaan (Pot) 1 Begonia thelmae 4 0,278 198 2 Dracaena golden 10 0,111 202 3 Epipremnum gold 3 0,370 232 4 Homalomena 5 0,222 114 5 Miana 4 0,278 175 6 Monocostus uniflorus 5 0,222 90 7 Peperomia obtusivolia variegata 5 0,222 69 8 Peperomia scandens 5 0,222 124 9 Polyscias 5 0,222 95 10 Schefflera varigata 4 0,278 62 11 Syngonium pink neon 3 0,370 140 Berdasarkan Tabel 14 di atas maka diketahui kebutuhan setiap jenis tanaman terhadap indukannya. Kebutuhan indukan terbesar adalah tanaman jenis Epipremnum gold dan Syngonium pink neon yaitu sebesar 0,370. Hal tersebut dikarenakan setiap satu indukan dari jenis tanaman tersebut hanya dapat menghasilkan tiga unit anakan. Sedangkan kebutuhan indukan terkecil adalah jenis tanaman Dracaena golden yaitu sebesar 0,111 karena setiap satu pot indukan 54

dapat menhghasilkan anakan sebanyak sepuluh buah. Perumusan kendala untuk setiap jenis adalah sebagai berikut : 0,278 X1 <= 198 0,222 X7 <= 69 0,111 X2 <= 202 0,222 X8 <= 124 0,370 X3 <= 232 0,222 X9 <= 95 0,222 X4 <= 114 0,278 X10 <= 62 0,278 X5 <= 175 0,370 X11 <= 140 0,222 X6 <= 90 6.1.2.3 Kendala Media Tanam Media tanam yang digunakan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari dua jenis yaiu sekam bakar dan rockwool. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA secara bersamaan menggunakan kedua jenis media tanam tersebut dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan kedua jenis media tanam perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Ketersediaan tersebut akan menjadi nilai right hand side (RHS) pada perumusan model kendala media tanam. Adapun jumlah ketersediaan media tanam pada PT Godongijo Asri selama periode analisis dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ketersediaan Media Tanam pada PT Godongijo Asri Selama Periode Analisis No. MEDIA TANAM KETERSEDIAAN SATUAN 1 Sekam Bakar 4200 Kg 2 Rockwool 7500 Lembar a. Sekam Bakar Sekam bakar digunakan sebagai media pada tray. Setiap tray yang digunakan pada mistroom tersebut dapat menampung sekitar 200 unit tanaman dan memerlukan sekam bakar sebanyak 30 kg. Perhitungan koefisien kendala media tanam sekam bakar dilakukan dengan menghitung jumlah sekam bakar 55

yang dibutuhkan oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,150 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhan sekam bakar sebanyak 0,150 kg. Sekam bakar juga digunakan sebagai media tanam pada greenhouse, namun tray pada greenhouse tersebut hanya menampung sekitar 72 unit tanaman. Setiap tray memerlukan sekam bakar sebanyak 30 kg. Perhitungan koefisien kendala media tanam sekam bakar dilakukan dengan menghitung jumlah sekam bakar yang dibutuhkan pada greenhouse oleh satu unit tanaman dari masingmasing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,416 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhan sekam bakar sebanyak 0,416 kg. Oleh karena itu, kebutuhan total sekam bakar per unit adalah 0,567. Adapun perumusan kendala sekam bakar adalah sebagai berikut : SB) 0,567 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 4200 b. Rockwool Setiap jenis tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan rockwool sebagai media tanamnya. Tanaman dibungkus dengan roockwool kemudian dilelakkan pada tray yang telah diisi dengan sekam bakar. Penggunaan rockwool tersebut harus dibagi untuk kesebelas tanaman hias untuk VEGA. Selain itu, perolehan media tanam ini juga terbilang sulit karena ketersediaannya dari distributor sering tidak kontinu. Dengan demikian rockwool termasuk kendala dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA. Koefisien variabel merupakan kebutuhan rockwool untuk setiap unit jenis tanaman hias, sedangkan nilai RHS merupakan ketersediaan rockwool yang dimiliki oleh PT Godongijo Asri. Adapun ketersediaan rockwool pada PT Godongijo Asri setiap siklus mencapai 50 lembar yang setiap lembarnya berukuran 5 x 60 x 120 cm. Setiap satu lembar rockwool tersebut dapat digunakan untuk 150 unit tanaman. Model kendala rockwool tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri dapat dirumuskan sebagai berikut : RW) X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 <= 7500 56

6.1.2.4 Kendala Tray Tanaman hias untuk VEGA yang diproduksi pada PT Godongijo Asri tidak menggunakan pot sebagai wadah dalam proses produksinya, melainkan menggunakan tray (meja). Tray tersebut terbuat dari besi yang berukuran 1 x 2 m. Penggunaan tray harus dibagi untuk kesebelas jenis tanaman hias, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan tray perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Ketersediaan tray pada perusahaan akan menjadi nilai right hand side (RHS) pada perumusan model. Adapun jumlah ketersediaan tray yang ada pada PT Godongijo Asri selama periode analisis yaitu sebanyak 138 buah. Tray yang digunakan pada mistroom memiliki kapasitas sebanyak 200 unit tanaman. Perhitungan koefisien kendala tray pada mistroom dilakukan dengan menghitung jumlah tray yang dibutuhkan pada mistroom oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,005 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhkan tray sebanyak 0,005 unit. Sedangkan pada greenhouse, tray tersebut menampung tanaman hias untuk VEGA sebanyak 72 unit tanaman. Perhitungan koefisien kendala tray pada greenhouse dilakukan dengan menghitung jumlah tray yang dibutuhkan pada greenhouse oleh satu unit tanaman dari masing-masing jenis tanaman hias untuk VEGA. Koefisien tersebut sebesar 0,014 yaitu setiap satu unit tanaman hias membutuhkan tray sebanyak 0,014 unit. Dengan demikian kebutuhan total tray untuk setiap unit tanaman adalah 0,019 unit. Adapun perumusan kendala tray pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Tray) 0,019 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 138 6.1.2.5 Kendala Pupuk Pemberian pupuk pada tanaman hias untuk VEGA dilakukan dengan tujuan untuk menunjang pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman yang sehat. PT Godongijo Asri menggunakan beberapa macam pupuk dalam produksi tanaman hias untuk VEGA, diantaranya 57

yaitu pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tersebut menggunakan jenis pupuk yang sama dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah pupuk perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala pupuk dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap masing-masing pupuk yang digunakan dalam proses produksinya, sedangkan nilai RHS ditentukan berdasarkan ketersediaan pupuk pada PT Godongijo Asri selama periode analisis. a. Pupuk Perangsang Akar (R-UP) Pupuk perangsang akar diberikan setiap satu minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA saat berada pada mistroom. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan setiap 1 mililiter pupuk dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyiraman membutuhkan air sebanyak 105 liter untuk tray sebanyak 37 unit. Dengan demikian setiap tray memerlukan sekitar 2,84 liter air. Perhitungan koefisien kendala pupuk perangsang akar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Koefisien Kendala Pupuk Perangsang Akar dan Ketersediannya selama Periode Analisis No. Var Kep. Jumlah Tanaman (A) Pupuk per Tray (B) Frekuensi Pemberian Pupuk per unit ( B/A*C) Ketersediaan (unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) (ml) 1 X1 200 2,84 5 0,085 800 2 X2 200 2,84 6 0,071 3 X3 200 2,84 6 0,085 4 X4 200 2,84 6 0,085 5 X5 200 2,84 5 0,071 6 X6 200 2,84 6 0,085 7 X7 200 2,84 6 0,085 8 X8 200 2,84 6 0,085 9 X9 200 2,84 6 0,085 10 X10 200 2,84 5 0,071 11 X11 200 2,84 6 0,085 58

Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa kebutuhan masing-masing jenis tanaman terhadap pupuk perangsang akar berbeda-beda. Adapun perumusan kendala untuk pupuk perangsang akar adalah sebagai berikut : HA) 0,085 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11 ) + 0,071 ( X1 + X5 + X10 ) <= 800 b. Pupuk Perangsang Daun Pupuk perangsang daun diberikan setiap satu minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan setiap 0,5 gram pupuk dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyiramannnya membutuhkan air sebanyak 105 liter air untuk tray sebanyak 37 unit pada mistroom. Dengan demikian setiap tray memerlukan air sekitar 2,84 liter dan 1,42 ml pupuk perangsang daun. Pemberian pupuk perangsang daun tidak hanya diberikan pada saat tanaman hias untuk VEGA berada pada mistroom, namun juga diberikan saat tanaman berada pada greenhouse. Penyiraman pada greenhouse menggunakan air sebanyak 250 liter untuk tray sebanyak 101. Oleh karena itu, setiap tray memerlukan sekitar 2,48 liter air dan 1,24 ml. Adapun perhitungan koefisien kendala pupuk perangsang daun dapat dilihat pada Lampiran 8. Perumusan kendala pupuk perangsang daun pada tanaman hias untuk VEGA yaitu : HD) 0,077 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11 ) + 0,087 ( X1 + X5 + X10 ) <= 600 6.1.2.6 Kendala Pestisida Produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri menggunakan pestisida. Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk mencegah dan mgengobati tanaman dari serangan hama penyakit. Adapaun pestisida yang digunakan terdiri dari fungisida, insektisida, dan bakterisida. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tersebut menggunakan jenis pestisida yang sama dalam proses produksinya, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias 59

dalam penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah pestisida perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala pestisida dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap masing-masing pestisida yang digunakan dalam proses produksinya, sedangkan nilai RHS pada model ditentukan berdasarkan ketersediaan pestisida pada PT Godongijo Asri selama periode analisis. Adapun ketersediaan pestisida pada PT Godingijo Asri dalam proses produksi tanaman hias untuk VEGA dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Ketersediaan Pestisida pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis NO. JENIS PESTISIDA KETERSEDIAAN SATUAN 1 500 ml 2 500 ml 3 200 gram a. diberikan setiap dua minggu sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian fungisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur fungisida sebanyak 0,5 ml dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah. Dengan demikian setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dengan di mistroom dapat dilihat pada Tabel 18. 60

Tabel 18. Perhitungan Kebutuhan Mistroom bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Fungisida "Sc" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Fungisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 200 1,014 3 0,015 X2 200 1,014 3 0,015 X3 200 1,014 3 0,015 X4 200 1,014 3 0,015 X5 200 1,014 3 0,015 X6 200 1,014 3 0,015 X7 200 1,014 3 0,015 X8 200 1,014 3 0,015 X9 200 1,014 3 0,015 X10 200 1,014 3 0,015 X11 200 1,014 3 0,015 Pemberian fungisida tidak hanya diberikan pada saat tanaman berada pada mistroom, namun diberikan juga saat tanaman berada pada greenhouse. Setiap penyemprotan pada greenhouse menggunakan air sebanyak 175 liter dengan k tray sebanyak 101 buah. Perhitungan greenhouse dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perhitungan Kebutuhan Greenhouse bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Fungisida"Sc" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Fungisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 72 0,866 1 0,012 X2 72 0,866 1 0,012 X3 72 0,866 1 0,012 X4 72 0,866 1 0,012 X5 72 0,866 1 0,012 X6 72 0,866 1 0,012 X7 72 0,866 1 0,012 X8 72 0,866 1 0,012 X9 72 0,866 1 0,012 X10 72 0,866 1 0,012 X11 72 0,866 1 0,012 61

Berdasarkan Tabel 19 dan 20, maka diketahui kebutuhan total setiap jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu sebanyak 0,027 gram adalah : Sc) 0,027 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 500 b. kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian insektisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur setiap 0,5 ml dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah. Dengan demikian setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dan berada di mistroom dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perhitungan Kebutuhan Mistroom bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Insektisida "Con" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Insektisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 200 1,014 2 0,010 X2 200 1,014 3 0,015 X3 200 1,014 3 0,015 X4 200 1,014 3 0,015 X5 200 1,014 2 0,010 X6 200 1,014 3 0,015 X7 200 1,014 3 0,015 X8 200 1,014 3 0,015 X9 200 1,014 3 0,015 X10 200 1,014 2 0,010 X11 200 1,014 3 0,015 Pemberian insektisida tidak hanya diberikan pada saat tanaman berada pada mistroom, namun diberikan juga pada tanaman saat berada pada greenhouse. Setiap penyemprotan pada greenhouse menggunakan air sebanyak 175 liter 62

tray sebanyak 101 buah. greenhouse dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perhitungan Kebutuhan Greenhouse bagi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis Variabel Jumlah Tanaman (A) Insektisida"Con" per Tray (B) Frekuensi Pemberian Insektisida per unit ( B/A*C) Keputusan ( unit/tray) (ml) ( Kali ) (ml/siklus) X1 72 0,866 2 0,024 X2 72 0,866 1 0,012 X3 72 0,866 1 0,012 X4 72 0,866 1 0,012 X5 72 0,866 2 0,024 X6 72 0,866 1 0,012 X7 72 0,866 1 0,012 X8 72 0,866 1 0,012 X9 72 0,866 1 0,012 X10 72 0,866 2 0,024 X11 72 0,866 1 0,012 Berdasarkan Tabel 20 dan 21, maka dapat diketahui kebutuhan total setiap Con) 0,027 ( X2 + X3 + X4 + X6 + X7 + X8 + X9 + X11) + 0,034 ( X1 + X5 + X10 ) <= 500 c. satu bulan sekali kepada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA. Pemberian bakterisida tersebut dilakukan dengan cara mencampur setiap 0,5 gram bakterisida dengan air sebanyak 1 liter. Setiap penyemprotan pada mistroom menggunakan air sebayak 75 liter untuk tray sebanyak 37 buah, sehingga setiap tray membutuhan air sebanyak 2,03 liter dan bakterisida sebanyak 1,014 gram. Tray tersebut berisi tanaman hias sebanyak 200 0,005 gram. 63

Penyemprotan bakterisida pada greenhouse menggunakan air sebanyak tray sebanyak 101 buah, sehingga setiap satu tanaman hias untuk VEGA pada greenhouse memerlukan bakterisida sebanyak 0,012 gram. Dengan demikian setiap satu unit tanaman memerlukan 0,017 gram bakterisida jenis Adapun perumusan model kendala bakterisida jenis Agr ) 0,017 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11 ) <= 200 6.1.2.7 Kendala Tenaga Kerja PT Godongijo Asri memiliki satu orang tenaga kerja yang khusus menangani perawatan produksi tanaman hias untuk VEGA dan satu orang tenaga kerja tambahan untuk penanaman. Setiap tenaga kerja memiliki hari kerja efektif sebanyak 6 hari dengan waktu kerja per hari selama 8 jam. Tenaga kerja tersebut bertugas mengurus kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama produksinya berlangsung, sehingga terjadi persaingan antar jenis tanaman hias dalam penggunaan waktu kerja. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah jam kerja perlu diperhatikan dan dijadikan kendala dalam proses produksi. Perhitungan koefisien kendala jam kerja dilakukan dengan menghitung kebutuhan satu tanaman hias untuk VEGA terhadap jam kerja dari masing-masing kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja, sedangkan nilai RHS pada model ditentukan berdasarkan ketersediaan atau potensi jam kerja dari tenaga kerja yang ada pada PT Godongijo Asri. a. Tenaga Kerja Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan oleh dua orang tenaga kerja dengan jam kerja adalah 8 jam per hari dimana hari kerja untuk setiap penanaman adalah 8 hari. Setiap satu orang tenaga kerja dalam waktu satu hari kerja dapat menanam tanaman hias untuk VEGA sekitar 450 unit tanaman. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diketahhui bahwa kebutuhan jam tenaga kerja penanaman untuk setiap unit adalah sebesar 0,018 jam. 64

b. Kegiatan Penyiraman Kegiatan penyiraman tanaman hias untuk VEGA dijadwalkan dilakukan dua kali dalam satu minggu. Setiap penyiraman pada mistroom memerlukan waktu selama 1 jam. Oleh karena itu, pada mistroom yang menampung tray sebanyak 37 buah memerlukan waktu penyiraman selama 0,027 jam setiap tray. Sedangkan pada greenhouse yang menampung tray sebanyak 101 buah memerlukan waktu penyiraman selama 2 jam, sehingga setiap tray membutuhkan waktu penyiraman selama 0,020 jam. Perhitungan kebutuhan waktu penyiraman untuk satu unit tanaman hias VEGA tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Kegiatan Penyemprotan Kegiatan penyemprotan tanaman hias untuk VEGA dijadwalkan dilakukan sekali dalam satu minggu. Tenaga kerja produksi tanaman hias untuk VEGA mampu melakukan kegiatan penyemprotan pada mistroom selama 1 jam Oleh karena itu, pada mistroom yang menampung tray sebanyak 37 buah memerlukan waktu penyemprotan selama 0,027 jam setiap tray. Sedangkan pada greenhouse yang menampung tray sebanyak 101 buah memerlukan waktu penyemprotan selama 2 jam, sehingga setiap tray membutuhkan waktu penyemprotan selama 0,020 jam. Perhitungan kebutuhan waktu penyemprotan untuk satu unit tanaman hias VEGA tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. d. Kegiatan Prunning dan pemeliharaan tray Pruning merupakan kegiatan perawatan tanaman yaitu dengan memotong daun daun yang layu pada kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA dan membersihkan media tanam dari rontokan dedaunan yang jatuh. Selain itu tenaga kerja juga melakukan pemeliharaan terhadap tray, termasuk melakukan pengecekan terhadap media tanam sekam bakar pada tray. Untuk melakukan kegiatan ini terhadap 7218 unit tanaman dilakukan selama satu hari kerja dalam satu minggu atau sekitar 8 jam kerja, sehingga dibutuhkan waktu selama 0,0011 jam untuk satu unit tanaman hias VEGA. Dalam satu siklus produksi, kegiatan ini dilakukan sebanyak 8 kali. Dengan demikian dibutuhkan waktu selama 0,009 jam untuk satu unit tanaman hias VEGA selama satu siklus produksi. 65

Perumusan model kendala tenaga kerja untuk seluruh kegiatan yaitu : TK) 0,031 (X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11) <= 280 6.1.2.8 Kendala Permintaan Permintaan dimasukan dalam model kendala dengan tujuan untuk menghindari terjadinya produksi yang melebihi jumlah permintaan tanaman hias untuk VEGA. Jika terjadi kelebihan produksi maka tanaman hias untuk VEGA tidak dapat diserap pasar yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah keuntungan yang diterima. Nilai ruas kanan kendala dalah rata-rata kebutuhan konsumen untuk setiap jenis tanaman hias berdasarkan siklus produksinya. Adapun fungsi kendala permintaan yang dirumuskan adalah : X1 <= 1228 X7 <= 905 X2 <= 1766 X8 <= 1201 X3 <= 1221 X9 <= 988 X4 <= 1337 X10 <=1022 X5 <= 1460 X11 <= 986 X6 <= 908 6.2 Keputusan Produksi Aktual dan Optimal 6.2.1 Keputusan Produksi Aktual Penerimaan dari kombinasi produksi aktual yang dilakukan PT Godongijo Asri diperoleh dari hasil penjualan kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA selama satu siklus produksi yaitu pada bulan Juli 2011. Adapun biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi tanaman hias untuk VEGA terdiri dari biaya variabel yang meliputi biaya sekam bakar, pupuk perangsang, pestisida, rockwool, karet gelang dan plastik. Sedangkan biaya tetapnya meliputi biaya indukan, listrik, penyusutan investasi, tenaga kerja, umum kantor, transportasi dan biaya sewa lahan. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa keuntungan total 66

perusahaan selama periode analisis adalah sebesar Rp 25.251.962. Rincian perhitungan tersebut tersaji pada Lampiran 11. 6.2.2 Keputusan Produksi Optimal 6.2.2.1 Analisis Jumlah Produksi dan Pendapatan (Analisis Primal) Tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah kombinasi produksi optimal yang diproduksi PT Godongijo Asri berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. Kombinasi produksi optimal tersebut akan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Berdasarkan hasil olahan menggunakan program LINDO yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12, maka diketahui kombinasi jumlah produksi optimal yang seharusnya diproduksi oleh PT Godongijo Asri selama satu siklus produksi pada bulan Mei sampai Juni 2011. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kombinasi produksi aktual dan optimal. Perbedaan kombinasi produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Jenis Tanaman Kondisi Aktual (unit) Kondisi Optimal (unit) Selisih Produksi (unit) Begonia thelmae 691 712-21 Dracaena golden 1837 1766 71 Epipremnum gold 588 627-39 Homalomena 478 513-34 Miana 620 629-9 Monocostus uniflorus 361 405-44 Peperomia obtusivolia variegata 279 310-31 Peperomia scandens 511 558-47 Polyscias 356 427-71 Schefflera varigata 207 223-16 Syngonium pink neon 327 378-51 Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh jenis tanaman hias yang memiliki jumlah produksi optimal yang lebih besar dari jumlah produksi aktual yaitu tanaman jenis Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, 67

Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon. Hal ini dikarenakan kesepuluh jenis tanaman tersebut memberikan kontribusi keuntungan yang besar, sehingga mendapatkan alokasi sumberdaya yang lebih besar dan memenangkan persaingan. Pada sisi lain terdapat tanaman hias yang memiliki jumlah produksi aktual lebih besar dari jumlah produksi optimal yaitu tanaman hias jenis Dracaena golden. Hal tersebut dikarenakan kontribusi keuntungan tanaman hias tersebut lebih rendah dibandingkan tanaman hias lainnya, Akan tetapi, di sisi lain kontribusi keuntungan yang rendah tersebut tidak menyebabkan tanaman jenis ini kalah bersaing dengan tanaman hias lainnya. Dracaena golden diproduksi pada batas maksimum permintaan hal tersebut dikarenakan ketersedian sumberdaya indukan yang dimiliki mampu mencapai jumlah permintaan. Sehingga walaupun keuntungan per unit tanaman hias ini rendah namun jumlah yang diproduksi tinggi. Sebelas jenis tanaman hias untuk VEGA saling bersaing dalam menggunakan sumberdaya yang sama pada PT Godongijo Asri dengan proporsi yang sama namun batas maksimum permintaannya berbeda, sehingga jumlah produksi optimal tanaman hias untuk VEGA tersebut berbeda dengan kondisi aktualnya. Perbedaan jumlah produksi aktual dengan optimal akan memperngaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seharusnya PT Godongijo Asri mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp 26.589.260 dari satu siklus produksi pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011 jika berproduksi pada kondisi optimal. Apabila nilai keuntungan tersebut dibandingkan dengan keuntungan total pada kondisi aktual, maka terdapat peningkatan sebesar Rp 1.337.298. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA selama periode analisis masih belum optimal. Berdasarkan hasil olahan LINDO, diketahui pula bahwa kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA tetap diproduksi seluruhnya, namun jumlah setiap jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian semua tanaman hias merupakan tanaman hias yang terpilih, karena apabila tetap diproduksi maka tidak akan 68

mengurangi jumlah keuntungan PT Godongijo Asri. Reduced cost pada hasil olahan LINDO yang bernilai neagatif dikarenakan adanya pembulatan yang dilakukan dengan integer programming. 6.2.2.2 Analisis Penggunaan Sumberdaya (Analisis Dual) Analisis dual merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui besarnya sumberdaya yang digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam produksi ketersediaannya berlebihan atau mengalami kelangkaan dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual (shadow price). Nilai sumberdaya yang terbatas atau langka dinyatakan dengan nilai slack/surplus yang sama dengan nol, artinya sumberdaya tersebut habis terpakai dalam kegiatan produksi. Kendala yang memiliki nilai seperti ini sering disebut kendala aktif, artinya apabila penggunaanya ditambah sebesar satu satuan maka keuntungan akan meningkat sebesar dual price. Nilai dual dari sumberdaya yang langka akan lebih besar dari nol dan merupakan harga bayangan dari sumberdaya tersebut. Setiap perubahan satu unit ketersediaan akan menyebabkan perubahan nilai tujuan sebesar shadow price nya. Sumberdaya yang menjadi kendala utama dalam pencapaian hasil optimal dapat dilihat dari kendala yang memiliki shadow price terbesar. Sumberdaya yang memiliki dual price sama dengan nol biasanya akan memiliki nilai slack/surplus. Sumberdaya ini disebut sumberdaya berlebih atau kendala pasif. Nilai nol pada dual price tersebut menunjukan bahwa penambahan satu satuan ketersedian sumberdaya tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Sehingga apabila perusahaan menambah ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, maka tidak akan diperoleh tambahan pendapatan bagi perusahaan. Pada penelitian dilakukan analisis dual dengan maksud mengetahui penggunaan sumberdaya pada kegiatan produksi tanaman hias untuk VEGA, sehingga diketahui sumberdaya yang berlebih dan sumberdaya yang langka. Sumberdaya yang memiliki nilai slack/surplus tinggi pada kondisi optimal dapat direlokasi untuk penambahan sumberdaya pembatas sehingga tidak terjadi pemborosan biaya yang dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh 69

PT Godongijo Asri. Berdasarkan hasil olahan LINDO diketahui bahwa seluruh sumberdaya yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA merupakan sumberdaya berlebih. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai slack/surplus yang berlinai lebih besar dari nol. 1. Kendala Lahan Penggunaan lahan produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri terbagi untuk mistroom dan greenhouse. Kesebelas jenis tanaman hias untuk VEGA memanfaatkan lahan secara bersama-sama. Tingkat penggunaan lahan optimal dapat dilihat dari nilai slack/surplus pada output LINDO yang terdapat pada Lampiran 12. Jika lahan memiliki nilai slack/surplus sama dengan nol maka sumberdaya lahan tersebut termasuk kendala aktif. Namun jika nilai dual price nya sama dengan nol, maka lahan termasuk kendala pasif. Perbandingan tingkat penggunaan lahan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Tingkat Penggunaan Lahan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA selama Periode Analisis pada PT Godongijo Asri Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Mistroom 197 192 5 197 196,44 0,560004 0 Greenhouse 366,7 366,7 0 366,7 327,40 39,2999 0 Tabel di atas menunjukan bahwa penggunaan lahan pada kondisi produksi optimal dan aktual berbeda. Penggunaan lahan untuk mistroom pada kondisi produksi aktual lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan pada kondisi optimal dengan sisa ketersediaan sebesar 5 m² pada kondisi aktual dan 0,560004 m² pada kondisi optimal. Begitu pula dengan penggunaan lahan untuk greenhouse pada kondisi aktual lebih besar dibanding kondisi optimal. Terdapat sisa ketersediaan pada kondisi optimal sebesar 39,2999 m², sedangkan pada kondisi aktual tidak terdapat kelebihan ketersediaan lahan. Kelebihan ketersediaan lahan untuk greenhouse tersebut sebaiknya dialokasikan untuk produksi tanaman hias 70

jenis lain, sehingga pemanfaatan lahan di PT Godongijo Asri dapat efisien dan efektif. Nilai sisa yang bernilai lebih besar dari nol pada kondisi optimal menunjukan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang berlebih pada perusahaan. Dengan demikian greenhouse dan mistroom yang memiliki nilai slack/surplus besar dari nol merupakan sumberdaya berlebih. Namun jika dilihat nilai slack/surplus pada mistroom yang bernilai kurang dari satu maka berarti sebenarnya semua sumberdaya tersebut terpakai tetapi terdapat bagian mistroom yang tidak terpakai secara maksimal dalam kegiatan produksinya. 2. Indukan Penggunaan indukan untuk setiap jenis tanaman hias berbeda-beda. Pada keadaan aktual perusahaan menggunakan seluruh indukannya dalam berproduksi. Hal tersebut dilakukannya dengan alasan berupaya memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya. Pada hasil analisis kondisi optimal diketahui bahwa indukan merupakan sumberdaya yang berlebih. Tingkat penggunaan sumberdaya indukan pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat Penggunaan Indukan pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Price Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Begonia thelmae 198 198 0 198 196,0261 0,0640 0 Dracaena golden 202 202 0 202 197,9360 5,9739 0 Epipremnum gold 232 232 0 232 231,9991 0,0099 0 Homalomena 114 114 0 114 113,8861 0,1139 0 Miana 175 175 0 175 174,8620 0,1380 0 Monocostus 0 89,9101 0,0899 0 uniflorus 90 90 90 Peperomia obtusivolia 0 68,8201 0,1799 0 variegate 69 69 69 Peperomia 0 0 scandens 124 124 124 123,8761 0,1239 Polyscias 95 95 0 95 94,7941 0,2059 0 Schefflera varigata 62 62 0 62 61.994 0,0060 0 Syngonium pink 0 139,8601 0,1399 0 neon 140 140 140 71

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa Indukan untuk sebelas jenis tanaman hias merupakan sumber yang berlebih. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol. Terdapat sepuluh jenis tanaman hias untuk VEGA yang memiliki nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol tetapi kurang dari satu. Hal tersebut berarti sebenarnya semua indukan terpakai namun terdapat indukan yang penggunaannya tidak maksimal. Tanaman tersebut yaitu Begonia thelmae, Epipremnum gold, Homalomena, Miana, Monocostus uniflorus, Peperomia obtusivolia variegata, Peperomia scandens, Polyscias, Schleffera varigata, dan, Syngonium pink neon. Indukan jenis Dracaena golden memiliki kelebihan sebesar 5,973998 pot sebaiknya diletakkan pad showroom dan dijual kepada konsumen hal tersebut dikarenakan jika tetap dirawat pada greenhouse produksi maka akan menimbulkan biaya bagi PT Godongijo Asri. Selain itu, lahan yang selama ini digunakan untuk indukan Dracaena golden dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman hias jenis lain, sehingga tidak terjadi pemborosan lahan Penambahan jumlah indukan pada produksi tanaman hias untuk VEGA tidak akan menambah jumlah keuntungan yang diperoleh karena dual price sumberdaya indukan tersebut bernilai nol. Hal tersebut menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan tidak menambah sumberdaya indukan sebelas jenis tanaman hias. 3. Media Tanam Produksi tanaman hias untuk VEGA menggunakan dua jenis media tanam yaitu sekam bakar dan rockwool. Penggunaan media tanam tersebut pada kondisi produksi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat Penggunaan Media Tanam Pada Kondisi Aktual dan Optimal Produksi Tanaman Hias VEGA PT Godongijo Asri selama Analisis Sumber Aktual Optimal Dual Daya Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Sekam Bakar 4200 4140 60 4200 3712,71 487,2841 0 Rockwool 7500 7218 282 7500 6548 952,000 0 72

Tabel 25 menunjukan bahwa pada kondisi optimal semua media tanam merupakan kendala berlebih. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol. Kelebihan ketersediaan media tanam baik sekam bakar maupun rockwool tidak menjadi permasalahan karena dapat digunakan untuk penambahan ketersediaan pada siklus berikutnya. Terutama untuk ketersediaan rockwool yang sulit didapatkan sebab kontinuitas tidak berjalan baik dari pemasok. Begitupula dengan sisa ketersedian sekam bakar. Sekam bakar yang berlebih dapat digunakan untuk produksi pada siklus selanjutnya karena sekam bakar dapat tahan lama hingga tiga bulan dengan ketentuan disimpan dalam tempat yang kering dan tidak terkena endapan air. Hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi perusahaan karena PT Godongijo Asri memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan semua input produksi. Penambahan jumlah ketersediaan media tanam pada produksi tanaman hias untuk VEGA tidak akan menambah jumlah keuntungan yang diperoleh PT Godongijo Asri. Hal tersebut dilihat dari nilai dual yang bernilai nol. 4. Kendala Tray Proses produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo tidak menggunakan pot, melainkan menggunakan tray yang dapat menampung dalam jumlah besar. Penggunaan tray tersebut dimaksudkan untuk menghemat lahan produksi. Tingkat penggunaan tray optimal dapat dilihat dari nilai slack/surplus. Jika pada hasil olahan LINDO untuk tray terdapat nilai slack/surplus maka tray termasuk sumberdaya yang berlebih dan tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Namun jika terdapat nilai dual maka tray termasuk dalam sumberdaya yang langka. Terdapat perbedaan penggunaan tray pada kondisi produksi aktual dan optimal dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri. Penggunaan tray pada keadaan aktual menggunakan seluruh ketersediaan tray yang dimiliki perusahaan, namun pada kondisi optimal tidak seluruh ketersediaan digunakan. Terdapat kelebihan tray sebanyak 13,588 buah pada kondisi optimal. Berdasarkan nilai tersebut maka disimpulkan bahwa tray merupakan sumberdaya yang berlebih, sehingga tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Apabila perusahaan melakukan penambahan jumlah ketersediaan tray, maka tidak akan 73

menambah keuntungan yang diperoleh PT Godongijo Asri. Hal tersebut dikarenakan nilai dual pada kondisi optimal adalah sebesar nol. 5. Pupuk Perangsang PT Godongijo Asri menggunakan beberapa macam pupuk dalam produksi tanaman hias untuk VEGA, diantaranya yaitu pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Tingkat penggunaan pupuk pada tingkat produksi aktual dan optimal disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Tingkat Penggunaan Pupuk Perangsang pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Perangsang Akar 800 630 170 800 519,929 280,071 0 Perangsang Daun 600 565 35 600 519,836 80,164 0 Pada tabel tingkat penggunaan pupuk perangsang pada kondisi kombinasi produksi aktual dan optimal dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama periode analisis di atas terlihat bahwa pada kondisi aktual perusahan terjadi kelebihan ketersediaan untuk pupuk perangsang akar dan perangsang daun. Hal tersebut dikarenakan perusahaan belum memperhitungkan jumlah kebutuhan pupuk yang diperlukan dalam kegiatan produksi. Pada kondisi optimal seluruh pupuk yang digunakan dalam produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri merupakan kendala tidak aktif dan ketersediaannya melimpah. Hal tersebut terlihat dari nilai slack/surplus yang bernilai lebih dari nol. Pupuk perangsang akar mengalami kelebihan sebesar 280,071 ml, sedangkan pupuk perangsang daun terjadi kelebihan 80,164 ml. Ketersediaan pupuk yang berlebih tersebut dapat disimpan untuk proses produksi selanjutnya karena pupuk merupakan sumberdaya yang tahan lama serta tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus sehingga dapat tetap digunakan tanpa mengurangi kualitas dari pupuk tersebut. 74

Nilai dual pada hasil analisis optimal benilai nol. Hal tersebut menunjukan bahwa jika terjadi penambahan ketersediaan pupuk tidak akan menambah keuntungan yang diperoleh perusahaan. 6. Pestisida Pestisida yang digunakan pada produksi tanaman hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri terdiri dari insektisida, fungisida, dan bakterisida. Penggunaan pestisida tersebut berbeda antara kondisi produksi aktual dan optimal perusahaan. Tingkat penggunaan tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Tingkat Penggunaan Pestisida pada Kondisi Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal dalam Produksi Tanaman Hias untuk VEGA pada PT Godongijo Asri selama Periode Analisis Sumberdaya Aktual Optimal Dual Tersedia Terpakai Sisa Tersedia Terpakai Sisa Price Fungisida "Sc" 500 200 300 500 176,796 323,204 0 Insektisida "Con" 500 287,5 212,5 500 187,744 312,256 0 Bakterisida "Agr" 200 125 75 200 111,316 88,6839 0 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penggunaan sumberdaya pestisida antara keadaan aktual dan optimal berbeda. Pada keadaan aktual penggunaannya lebih tinggi dibanding pada keadaan optimalnya. Jumlah ketersediaannya pun melimpah. Hal ini dikarenakan cara perolehan pestisida tersebut relatif mudah dan banyak dijumpai di pasaran. Kelebihan sumberdaya ini tidak menjadi permasalahan dikarenakan pestisida merupakan sumberdaya yang tahan lama dan dan mudah penyimpanannya sehingga dapat digunakan pada proses produksi siklus selanjutnya. Berdasarkan nilai slack/surplus yang bernilai lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa sumberdaya pestisida ini merupakan sumberdaya berlebih dan tidak menjadi pembatas dalam proses produksi. Fungisid sumberdaya pestisida yang paling melimpah karena nilai slack/surplus paling tinggi yaitu sebesar 323,204 ml. Nilai dual yang bernilai nol menunjukan bahwa jika PT Godongijo Asri menambah ketersediaan pestisida jenis apapun, maka keuntungan yang akan diperoleh tidak akan bertambah. 75