BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Financial yang listing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia ( IDX Statistics Book, Indonesian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun Berdasarkan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Iman Murtono Soenhadji, Ph.D

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN. beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyaknya elemen yang termasuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

NET SALES SAMPEL PENELITIAN. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri ( Di nyatakan dalam jutaan rupiah ) Net Sales (2008)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan tentang penelitian yang dilakukan. Pengujian dalam penelitian

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI (PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI) NPM :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Teknik

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi variabel-variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia pada periode diperoleh jumlah sampel

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menunjukkan adanya financial distress pada perusahaan-perusahaan manufaktur

Lampiran 1. Data Variabel Independen LIQ LEV ROA 1. ANTM ,7676 0, , ARTI ,0626 0, ,5797 1

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NI - Dep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. purposive sampling yaitu sampel yang diambil apabila memenuhi kriteria kriteria

A. Perbedaan Status Gizi Z-Score (IMT/U) berdasarkan Usia Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI DISCLAIMER BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DI JAKARTA

YENIASARI RIZKIA BUDI AKUNTANSI PEMBIMBING : Rina Nofiyanti, SE., MM

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian ini adalah meneliti profil perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan perusahaan secara konsisten selama 4 tahun berturut turut, yaitu tahun 2011 sampai dengan 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel perusahaan tersebut kemudian dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Setelah dilakukan 88 perusahaan setiap tahunnya yang memenuhi kriteria sampel, sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 352 (88 X 4) perusahaan. Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian No Keterangan Jumlah 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 120 2 Perusahaanyang tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2011- (12) 2014 3 Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data (8) 4 Perusahaan yang menggunakan mata uang dollar (12) Jumlah Perusahaan Sampel 88 Sumber : Data Diolah 46

4.2. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif dilihat menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation FD 352.00 1.00.1847.38857 UDD 352 2.00 13.00 5.1278 2.30028 AUD_COMM 352 2.00 5.00 3.0767.39559 OWN_STRUC 352.08.99.7258.19028 DKI 352.20.67.3732.07745 DK 352 2.00 13.00 4.5511 2.02905 Valid N (listwise) 352 Sumber : Data Output SPSS diolah 47

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Dari jumlah sampel 352 dperolah nilai minimumfinancial distress sebesar 0 yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak sedang mengalami kondisi financial distress sedangkan nilai maksimum financial distress sebesar 1 yang berarti bahwa perusahaan tersebut mengalami kondisi financial distress. Nilai rata-rata financial distress perusahaan adalah sebesar 0,1847 atau dengan standar deviasi sebesar 0,38857. Nilai rata-rata financial distress sebesar 0,1847 dapat diartikan bahwa jumlah perusahaan yang mengalami kondisi financial distress adalah sebesar 18,47%. Nilai standar deviasi sebesar 0,38857 lebih besar dari rata-ratanya sehingga dapat disimpulkan bahwa data ukuran financial distress bersifat heterogen. 2. Nilai minimum dewan direksi sebesar 2 yang diperoleh beberapa perusahaan seperti PT Arwana Citra Mulia Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan direksi paling rendah dibandingkan perusahaan lain. Sedangkan nilai maksimum dewan direksi sebesar 13 yang diperoleh PT Gajah Tunggal Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan direksi terbanyak dibandingkan perusahaan lain. Nilai rata-rata dewan direksi tahun 2011-2014 adalah sebesar 5,1278 atau dengan standar deviasi sebesar 2,30028. Nilai rata-rata dewan direksi sebesar 5,1278, nilai tersebut dapat diartikan bahwa ukuran dewan direksi paling tinggi yang dimiliki perusahaan 48

sampel adalah sebesar 5,1278. Nilai standar deviasi sebesar 2,30028 lebih kecil dari rata-ratanya sehingga dapat disimpulkan bahwa data ukuran dewan direksi bersifat homogen. 3. Nilai minimum audit committee sebesar 2 yang diperoleh beberapa perusahaan seperti PT Indorama Sytethics Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai audit committee paling rendah dibandingkan perusahaan lain sedangkan nilai maksimum audit committee sebesar 5 yang diperoleh PT Indo Acidatama Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai audit committee paling banyak dibandingkan perusahaan lain. Nilai rata-rata audit committee tahun 2011-2014 adalah sebesar 3,0767 atau dengan standar deviasi sebesar 0,39559. Nilai rata-rata audit committee sebesar 3,0767, nilai tersebut dapat diartikan bahwa audit committee yang dimiliki perusahaan sampel adalah sebesar 3,0767. Nilai standar deviasi sebesar 0,39559 lebih kecil dari rata-ratanya sehingga dapat disimpulkan bahwa data ukuran audit committee bersifat homogen. 4. Nilai minimum ownership structure sebesar 0,08 yang diperoleh PT Aneka Kemasindo Utama Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai ownership structure paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum ownership structure sebesar 0,99 atau 99% yang diperoleh PT Bentoel Investama Tbk yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai ownership structure paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Nilai rata-rata ownership structure perusahaan tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,7258 atau 49

72,58% dengan standar deviasi sebesar 0,19028. Nilai rata-rata ownership structure sebesar 0,7258 atau 72,58%, nilai tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kepemilikan saham yang dimiliki manajer dan institusi pada perusahaan manufaktur di Indonesia sebesar 0,7258 atau 72,58%. Nilai standar deviasi sebesar 0,19028 di bawah nilai rata-rata sehingga dapat disimpulkan bahwa data ownership structure bersifat homogen. 5. Nilai minimum dewan komisaris independen sebesar 0.20 yang diperoleh PT Bantoel Internasional Investama yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan komisaris independen paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum dewan komisaris independen sebesar 0.67 atau 67% yang diperoleh PT Jembo Cable Company yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan komisaris independen paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Nilai rata-rata dewan komisaris independen perusahaan tahun 2011-2014 adalah sebesar 0,3732 atau 37,32% dengan standar deviasi sebesar 0,07745. Nilai rata-rata dewan komisaris independen sebesar 0,3732 atau 37,32%, nilai tersebut dapat diartikan bahwa tingkat dewan komisaris independen perusahaan manufaktur di Indonesia sebesar 0,3732 atau 37,32%. Nilai standar deviasi sebesar 0,07745 di bawah nilai ratarata sehingga dapat disimpulkan bahwa data dewan komisaris independen bersifat homogen. 6. Nilai minimum dewan komisaris sebesar 2 yang diperoleh PT Betonjaya Manunggal yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan 50

komisaris paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum dewan komisaris sebesar 13 yang diperoleh PT Indo kordsa yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai dewan komisaris paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Nilai rata-rata dewan komisaris perusahaan tahun 2011-2014 adalah sebesar 4,5511 dengan standar deviasi sebesar 2.02905. Nilai rata-rata dewan komisaris sebesar 4,5511 nilai tersebut dapat diartikan bahwa dewan komisaris perusahaan,yang menjadi sampel sebesar 4,5511. Nilai standar deviasi sebesar 2.02905 di bawah nilai rata-rata sehingga dapat disimpulkan bahwa data dewan komisaris bersifat homogen. 4.3. Analisis Regresi Logistik 4.3.1. Menilai Kelayakan Model Regresi Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik langkah pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi. Model dikatakan mampu memprediksi nilai observasi karena cocok dengan data observasinya apabila nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test > 0,05. Perhatikan nilai goodness of fit test pada tabel 4.3 yang diukur dengan nilai chisquare pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Pada tabel tersebut terlihat bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test sebesar 8.366 dengan probabilitas signifikansi 0.399 yang nilainya di atas 0,05. 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 8.366 8.399 Sumber : Data Output SPSS, 2015 Dari Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai dari pengujian Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test nilai chi square adalah 8,366 dengan signifikansi sebesar 0,399. Dengan tingkat signifikansi lebih besar dari tingkat α sebesar 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima). Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai untuk analisa selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati (Ghozali, 2009). 4.3.2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Langkah kedua untuk menguji penelitian ini adalah menilai keseluruhan model regresi. Tabel 4.4 menunjukkan uji kelayakan dengan memperhatikan angka pada -2 Log Likelihood Block Number = 0 dan -2 Log Likelihood Block Number = 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa angka awal -2 Log Likelihood BlockNumber = 0 adalah 336.783 sedangkan angka -2 Log Likelihood Block Number = 1 adalah 271.455. 52

Tabel 4.4 Overall Model Fit Test -2 Log Likelihood Block Number = 0-2 Log Likelihood Block Number = 1 336.783 271.455 Sumber : Data Output SPSS, 2015 Dari model tersebut ternyata overall model fit pada -2 Log Likelihood Block Number =0 menunjukkan adanya penurunan pada -2 Log Likelihood Block Number =1. Penurunan likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009). 4.3.3. Nilai Nagel Karke R 2 Nagel Karke R² merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell s R 2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagel Karke R 2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R 2 pada multiple regression. Hasil nilai Nagel Karke dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini : 53

Tabel 4.5 Nagel Karke R Square Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 271.455 a.169.275 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than,001. Sumber : Data Output SPSS, 2015 Pada hasil model summary pada tabel 4.5 memberikan nilai Nagel Karke R Square sebesar 0,275. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 27,5%, sedangkan sisanya sebesar 72,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini (Ghozali, 2009). 4.3.4 Uji Klasifikasi 2x2 Prediksi ketepatan model juga dapat menggunakan matrik klasifikasi yang menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect) pada variabel dependen. Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kecurangan. 54

Tabel 4.6 Uji Klasifikasi 2x2 Step 1 Classification Table a Observed Predicted FD Percentage.00 1.00 Correct FD.00 281 6 97.9 1.00 56 9 13.8 Overall 82.4 Percentage Sumber : Data Output SPSS, 2015 Dari 352 perusahaan sampel secara keseluruhan berarti bahwa 290 atau 82,4% sampel dapat diprediksikan dengan tepat oleh model regresi logistik ini. Tingginya persentase ketepatan tabel klasifikasi tersebut mendukung tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai model regresi logistik yang baik. 4.4. Uji Hipotesis Setelah melakukan penilaian model regresi logistik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis regresi logistik dan menguji masing-masing koefisien regresi yang dihasilkan. Hasil analisis regresi logistik sekaligus hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut : 55

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik dan Uji Hipotesis Variabels in the Equation Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Ket UDD -.565.135 17.520 1.000.568 Ha didukung AUD_COMM -1.648.787 4.390 1.036.192 Ha didukung Step 1 a OWN_STRUC -1.442.765 3.555 1.059.237 Ha tidak didukung DKI -9.140 2.706 11.408 1.001.000 Ha didukung DK Constant.093.113.678 1.410 1.098 Ha tidak didukung 9.843 2.611 14.214 1.000 18835. 304 a. Variabel(s) entered on step 1: UDD, AUD_COMM, OWN_STRC, DKI, DK Sumber : Data Output SPSS Dari pengujian persamaan regresi logistik tersebut tersebut, maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut : FD = 9,843 0,565UDD - 1,648AUD_COMM - 1,442OWN_STRC - 9,140DKI + 0,093DK Berdasarkan persamaan garis regresi logistik yang terbentuk dan nilai-nilai dari koefisien regresi masing-masing variabel bebas, maka besarnya nilai dari intercept dan nilai koefisien dari variabel bebas dapat diinterprestasikan. Interpretasi 56

yang tepat untuk koefisien ini tentunya tergantung pada kemampuan menempatkan arti dari perbedaan antara dua logistik. Oleh karenanya, dalam regresi logistik, pengukuran koefisien regresi logistik menggunakan ukuran yang dikenal dengan nama odds ratio atau Exp (B). Dari hasil perhitungan analisis regresi maka interprestasi koefisien regresi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai intercept persamaan regresi diatas adalah sebesar 9.843 dengan nilai odds ratio sebesar 18835.304. Hal ini berarti peluang perusahaan mengalami financial distress adalah sebesar 18835.304 dibandingkan peluang perusahaan tidak mengalami financial distress dengan asumsi semua variabel bebas bernilai 0. 2. Nilai koefisien regresi variabel dewan direksi (UDD) adalah sebesar -0.565 dengan nilai odds ratio sebesar 0,568. Hal ini berarti apabila dewan direksi meningkat satu satuan maka peluang perusahaan perusahaan mengalami financial distress akan menurun sebesar 0,568 kali dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. 3. Nilai koefisien regresi variabel audit committee (AUD_COMM) adalah sebesar - 1.648 dengan nilai odds ratio sebesar 0,192. Hal ini berarti apabila dewan direksi meningkat satu satuan maka peluang perusahaan-perusahaan mengalami financial distress akan menurun sebesar 0,192 kali dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. 4. Nilai koefisien regresi variabel ownership structure (OWN_STRC) adalah sebesar -1.442 dengan nilai odds ratio sebesar 0,237. Hal ini apabila kepemilikan meningkat berarti satu satuan maka peluang perusahaan perusahaan mengalami 57

financial distress akan menurun sebesar 0,237 kali dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. 5. Nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris independen (DKI) adalah sebesar - 9.140 dengan nilai odds ratio sebesar 0,000. Hal ini berarti apabila dewan komisaris independen meningkat satu satuan maka peluang perusahaan perusahaan mengalami financial distress akan menurun sebesar 0,000 kali dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. 6. Nilai koefisien regresi variabel dewan komisaris (DK) adalah sebesar 0,093dengan nilai odds ratio sebesar 1.098. Hal ini berarti apabila dewan komisaris meningkat satu satuan maka peluang perusahaan perusahaan mengalami financial distress akan meningkat sebesar 1.098 kali dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan uji statistik Wald dari hasil regresi logistik. Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value), yaitu membandingkan nilai p dengan α. Pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% dan kriteria pengujian hipotesis didasarkan pada signifikasi (H0 dan Ha). Jika H0 ditolak apabila p lebih besar dari nilai tingkat signifikansi 5% (sig-t > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak dapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dan tanda koefisien regresi sesuai dengan yang diprediksi. Sebaliknya, jika Ha diterima apabila p lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi 5% (sig-t <0,05) maka dapat disimpulkan terdapat 58

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka hipotesis diterima. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat sebagai berikut : 1. Pengujian Hipotesis Pertama (Pengaruh Dewan Direksi Terhadap financial distress) Pengujian terhadap hipotesis pertama dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel dewan direksi. Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress. Nilai signifikansi pada hipotesis sebesar 0,000 dengan nilai koefisien regresi -0,565 dan pada tingkat signifikansi α = 5%, maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa, Dewan Direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress sehingga Ha 1 dapat didukung kebenarannya. 2. Pengujian Hipotesis Kedua (Pengaruh Audit committee Terhadap Financial distress) Pengujian terhadap hipotesis kedua dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel audit committee. Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa audit committee berpengaruh negatif terhadap financial distress. Nilai signifikansi pada hipotesis sebesar 0,044 dengan nilai koefisien regresi -1,648 dan pada tingkat signifikansi α = 5%, maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,036< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa, audit committee 59

berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress sehingga Ha 2 dapat didukung kebenarannya. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Pengaruh Ownership structure Terhadap Financial distress) Pengujian terhadap hipotesis ketiga dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel ownership structure. Hipotesis ketiga penelitian ini menyatakan bahwa ownership structureberpengaruh negatif terhadap financial distress. Nilai signifikansi pada hipotesis sebesar 0,059 dengan koefisien regresi - 1,442 dan pada tingkat signifikansi α = 5%, maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,059 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa, ownership structure tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress sehingga Ha 3 tidak dapat didukung kebenarannya. 4. Pengujian Hipotesis Keempat (Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Financial distress) Pengujian terhadap hipotesis keempat dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel komisaris independen. Hipotesis keempat penelitian ini menyatakan bahwa Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap Financial distress. Nilai signifikansi pada hipotesis sebesar 0,001 dengan nilai koefisien regresi -9,140 dan pada tingkat signifikansi α = 5%, maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa, 60

dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress sehingga Ha 4 dapat didukung kebenarannya. 5. Pengujian Hipotesis Kelima (Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Financial distress). Pengujian terhadap hipotesis kelima dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel komisaris. Hipotesis kelima penelitian ini menyatakan bahwa Dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress. Nilai signifikansi pada hipotesis sebesar 0,410 dengan nilai koefisien regresi 0,093 dan pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,410 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa, dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress sehingga Ha 5 tidak dapat didukung kebenarannya. 4.4. Pembahasan 4.4.1. Pengujian Hipotesis Pertama (Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Financial Distress) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress. Semakin tinggi dewan direksi akan menurunkan financial distress perusahaan. Direktur diposisikan sebagai kepala atau orang yang memiliki kekuasaan penuh untuk memimpin kegiatan operasi dalam perusahaan. Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing 61

anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Menurut Fama dan Jensen (1983) direktur memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) berfungsi sebagai pembuat keputusan manajemen (strategi perusahaan dalam jangka pendek, kebijakan investasi dan keuangan), (2) berfungsi dalam mengendalikan keputusan (kompensasi manajerial, pengawasan alokasi modal). Dasar munculnya teori agensi adalah ketika pihak prinsipal mendelegasikan wewenang pengelolaan perusahaan kepada agen yang dipercayainya dapat menjalankan perusahaan dengan baik. Jika diimplikasikan dalam perusahaan, agen adalah direksi, yang posisinya sebagai pengelola perusahaan dengan mengacu pada perintah yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Terkadang pemilik perusahaan membentuk dewan direksi dengan jumlah lebih dari seorang direksi. Jumlah yang besar ini digadang-gadang dapat memberikan keuntungan dan kinerja yang lebih efektif bagi kedua belah pihak. Pembagian tugas sangat mungkin dilakukan ketika jumlah dewan direksi yang dibentuk memiliki jumlah lebih dari satu. Hal ini dimaksut bahwa perusahaan tergantung pada jumlah dewan dalam pengelolaan sumber daya. Perngelolaan sumber daya akan lebih bagus jika jumlah dewan di perusahaan banyak, yang berimbas pada keuntungan perusahaan dalam bisnis, dengan begitu perusahaan dapat terhindar dari financial distress. Hasil ini sesuai penelitian (Al-Tamimi, 2012; Ming, 2014; Iwasaki 2014; Darrat et al., 2014; Miglani et al., 2015) yang menemukan hasil bahwa dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress. 62

4.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua (Pengaruh Audit Committee terhadap Financial Distress) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa audit committee berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress. Semakin tinggi audit committee akan menurunkan financial distress perusahaan. Audit committee merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran, dan tanggungjawab audit committee adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota audit committee, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (KNGCG, 2002). Audit committee di suatu perusahaan bekerja sebagai karakteristik corporate governance internal dan mengurangi biaya agensi (Forker, 1992), dan memainkan peran penting dalam membantu dewan direksi dalam mengontrol laporan keuangan dan system control sehingga menurunkan terjadinya kecurangan yang dapat membuat kerugian perusahaan dan mengurangi tingkat kemungkinan financial distress. Hal ini dimaksut anggota audit committee yang terdapat di dalam perusahaan dapat menunjang kinerja perusahaan dan menurunkan tingkat kemungkinan financial distress. Hasil penelitian ini sesuai penelitian (Miglani et al., 2015) dan (Iwasaki, 63

2014) yang menemukan hasil audit committee berpengaruh negatif terhadap financial distress. 4.4.3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Pengaruh Ownership Structure terhadap Financial Distress) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ownership structure tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Besar kecilnya ownership structure tidak akan mempengaruhi financial distress. Ownership structure dalam suatu perusahaan sangat menentukan bagi perusahaan tersebut karena hal tersebut dapat menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan. Ownership structure terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh badan hukum atau institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, bank, dan institusi-institusi lainnya. Kepemilikan manajerial adalah pihak internal di dalam perusahaan yang dapat memiliki sebagian saham yang ada di perusahaan adalah dewan komisaris, adanya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak internal tersebut dapat membantu meningkatkan nilai perusahaan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara kepemilikan perusahaan terhadap financial distress. Hal ini mungkin disebabkan karena penilaian kinerja yang baik bukan dilihat dari besar kecilnya kepemilikan namun dilihat dari kemampuan dewan untuk mengelola perusahaan. Hasil ini sesuai 64

penelitian Januari (2013) dan Madrid (2013) yang membuktikan bahwa ownership structure tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. 4.4.4. Pengujian Hipotesis Keempat (Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Financial Distress) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress. Semakin besar dewan komisaris akan menurunkan financial distress. Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan dewan direksi. Merupakan dewan pengawas dalam perusahaan yang bertugas mengawasi perilaku manajemen dalam pelaksanaan strategi perusahaan dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance. Namun demikian, dewan komisaris independen tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Agency theory menilai bahwa dewan komisaris independen dibutuhkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan direksi, sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan dilakukan pemonitoran dan pengelolaan dapat memecahkan masalah keagenan. Di mana masalah keagenan itu muncul ketika manajer cenderung membuat keputusan yang mementingkan dirinya dari pada kepentingan pemegang saham Agency theory menyatakan bahwa dewan komisaris independen menyediakan sarana 65

untuk memantau kegiatan pengelolaan melalui peningkatan fokus pada kinerja keuangan perusahaan, sehingga minimalisasi biaya agensi (Fama dan Jensen, 1983). Jadi dewan komisaris independen dapat membnatu pengurangan agency cost yang dapat menghambat keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat terhindar dari financial distress. Hasil ini sesuai penelitian yang dilakukan (Ming, 2014 ; Darrat et al., 2014; dan Iwasaki 2014) dewan komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. 4.4.5. Pengujian Hipotesis Kelima (Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Financial distress) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Besar kecilnya dewan komisaris tidak akan mempengaruhi financial distress Fungsi dewan komisaris dalam suatu perusahaan yaitu memonitoring pengimplementasian kebijakan direksi (Triwahyuningtias dan Muharam, 2012). Menurut pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia, jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Triwahyuningtias dan Muharam (2012) yang menyatakan bahwa semakin besar atau kecilnya ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap terjadinya kondisi financial distress. Hal ini dikarenakan rendahnya ukuran dewan komisaris dibandingkan dengan ukuran dewan 66

direksi, sehingga fungsi monitoring yang dijalankan dalam perusahaan tersebut relatif lebih lemah sehingga menjadi tidak signifikan terhadap financial distress. 67