TUGAS MAKALAH KIMIA AMAMI O L E H : KELOMPOK II HENDRI IGOR SAHULOKA ( ) RASDY YUDHARMAWAN ( ) SRI MEGAWATI (

dokumen-dokumen yang mirip
DEFINISI ASIDITAS. Istilah yang mungkin terkait dengan Asiditas : Asam ph Skala Depresi Gertiatrik Minnesota Multiphasic Personality Inventory Log

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN ASIDITAS

8. ASIDI-ALKALINITAS

K I M I A A I R. A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas

BAB II PEMBAHASAN Manfaat Terhadap Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

LOGO TEORI ASAM BASA

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN PERCOBAAN 2 ASIDI ALKALINITAS

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

Metodologi Penelitian

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

kimia TITRASI ASAM BASA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Metodologi Penelitian


PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri


ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

PENENTUAN KUALITAS AIR

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

LAPORAN PARAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

TITRASI POTENSIOMETRI

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

Desikator Neraca analitik 4 desimal

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Alkalimetri LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT (C7H6O3) SECARA ALKALIMETRI

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Transkripsi:

TUGAS MAKALAH KIMIA AMAMI O L E H : KELOMPOK II HENDRI IGOR SAHULOKA ( 011.901.002 ) RASDY YUDHARMAWAN ( 011.901.006 ) SRI MEGAWATI ( 011.901.012 ) ANGELINA (011.901.016 ) ULFA MELISA (011.901.020 ) WULANTIARA DAHLAN ( 011.901.025 ) WIWIT WULANDARI ( 011.901.029 ) GRETSI NOVLIANA PASALI (011.901.033 ) MONIKA UDE ( 011.901.037 ) EDY HERDIANTO ( 011.901.042 ) FITRI SRI WAHYUNI ( 011.901.313 ) AMINARTI ( 010.901.355 ) FAKULTAS ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2 0 1 2

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana yang telah direncanakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Kimia Amami. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang penulis dapatkan dari beberapa sumber yang menjelaskan tentang Asiditis, dan disetiap lembaran jilid dari makalah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Asiditis. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pengguna makalah ini. Walaupun penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan terbitnya makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah rela waktunya tersita dalam membantu penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Atas perhatian, kritik dan saran penulis mengucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 1 1.3 Dasar Teori... 2 1.4 Tujuan... 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Asiditas... 3 2.2 Klasifikasi Asiditas... 9 2.3 Jenis-Jenis Asiditas... 12 2.4 Reaksi-Reaksi Asiditas... 16 2.5 Alat dan Bahan... 17 2.6 Cara Kerja... 18 2.7 Interprestasi... 25 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 31 3.2 Saran... 32 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Asiditas adalah kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga menstabilkan ph hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH - untuk mencapai ph 8,3 dari ph asal yang rendah. Semua air yang memiliki ph < 8,5 mengandung asiditas. Pada dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan ph. Asiditas melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam karbonat dan asam asetat), serta konsentrasi ion hidrogen. Menurut APHA (1976) dalam Effendi (2003), pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa sampai ph tertentu, yang dikenal dengan base-neutralizing capacity (BNC); sedangkan Tebbut (1992) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa ph hanya menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Pada kebanyakan air alami, air buangan domestik, dan air buangan industri bersifat buffer karena sistem karbondioksida-bikarbonat. Pada titrasi beberapa asam lemah, dapat diketahui bahwa titik akhir stoikiometri dari asam karbonat tidak dapat dicapai sampai ph sekitar 8,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua air yang memiliki ph < 8,5 mempunyai sifat asiditas. Biasanya titik akhir phenophtalein pada ph 8,2 sampai 8,4 digunakan sebagai titik referensi. Dari titrasi terhadap asam karbonat dan asam kuat, diketahui bahwa asiditas dari air alami disebabkan oleh CO 2 yang merupakan agen efektif dalam air yang memiliki ph > 3,7 atau disebabkan oleh asam mineral kuat yang merupakan agen efektif dalam air dengan ph < 3,7. Dapat dikatakan bahwa asiditas di dalam air disebabkan oleh CO 2 terlarut dalam air, asam-asam mineral (H 2 SO 4, HCl, HNO 3 ), dan garam dari asam kuat dengan basa lemah. 1.2 Tujuan

Bagi Penulis: 1. Memenuhi tugas Kimia Amami 2. Memberikan pelatihan dalam menyusun makalah. 3. Meningkatkan kerja sama dan kekompakan antar mahasiswa. 4. Menambah wawasan penulis tentang Asiditas. 5. Menumbuhkan sikap gemar membaca bagi mahasiswa. Bagi Pembaca: 1. Menambah wawasan pembaca tentang Asidits. 1.3 Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan dibahas tentang DASAR TEORI 2.1. DEFENISI ASIDITAS 2.2. JENIS ASIDITAS 2.3. KLASIFIKASI ASIDITAS 2.4. REAKSI ASIDITAS 2.5. ALAT DAN BAHAN 2.6. PEMERIKSAAN 2.7. INTERPRETASI HASIL

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI ASIDITAS Menurut Buku Kimia air: Asiditas adalah kapasitas air untuk menetralkan OH-. Penyebab dari asiditas umumnya adalah asam asam lemah seperti, HPO42-, H2PO4-, CO2, HCO3-protein dan ion-ion logam yang bersifat asam. Menurut Kamus kesehatan : Asiditas atau keasaman adalah tingkat asam dalam suatu zat. Asiditas diukur pada skala yang disebut skala ph. Pada skala ini, nilai ph 7 adalah netral, dan nilai ph kurang dari 0 sampai 7 menunjukkan peningkatan keasaman. Istilah yang mungkin terkait dengan Asiditas : Istilah yang berkaitan dengan aciditas: Asam ph Skala Depresi Gertiatrik Minnesota Multiphasic Personality Inventory Log Menurut buku Laporan Kerja : Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2 PO - 4, CO 2, H 2 S, asamasam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe 3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO 2 dan H 2 S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sample.(syafila, Mindriany). Untuk asam kuat seperti H 2 SO 4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah asam mineral bebas (free

mineral acid). Acid Mineral Water mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. Asiditas atau keasaman adalah tingkat asam dalam suatu zat. Asiditas diukur pada skala yang disebut skala ph. Pada skala ini, nilai ph 7 adalah netral, dan nilai ph kurang dari 0 sampai 7 menunjukkan peningkatan keasaman. Asiditas adalah kemampuan/kapasitas air untuk menetralkan ion OH -. Penyebab Asiditas umumnya adalah asam asam lemah, seperti H 2 PO 4 -, HPO 4, CO 2, HCO 3, Protein dan ion-ion logam bersifat asam seperti Fe 3. Penentuan asiditas lebih sulit dibanding alkalinitas. Hal ini di sebabkan oleh adanya 2 (dua) zat utama yang berperan yaitu CO 2 dan H 2 S yang keduanya mudah menguap, mudah hilang dari sampel yang di ukur. Total asiditas di tentukan oleh satuan dengan basa sampai titik akhir Fenolptalin (ph 8,2). Maka untuk asam mineral bebas di tentukan oleh satuan basa lemah sampai titik akhir indicator methil jingga pada ph 4,3. Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2 PO 4 -, CO 2, H 2 S, asamasam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe 3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO 2 dan H 2 S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sample.(syafila, Mindriany). Untuk asam kuat seperti H 2 SO 4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah asam mineral bebas (free mineral acid). Acid Mineral Water mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley). Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H 2 PO 4 -, CO 2, H 2 S, asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe 3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas karena dua kontributor utamanya adalah CO 2 dan H 2 S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sampel (Ainizha, 2009). Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH -. Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya

merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H 2 PO 4 -, CO 2, H 2 S, protein, asamasam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe 3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utama, CO 2 dan H 2 S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany Syafila, 1994) : CO 2 + OH - HCO 3 - H 2 S + OH - HS + H 2 O Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H 2 SO 4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhirphenolphtalein (ph 8,2). Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (ph 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany Syafila, 1994). Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan ph air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai ph larutan (Anonymous A, 2010). Asiditas air adalah kapasitas air untuk menetralkan basa kuat pada suatu ph tertentu. Dengan titrasi mempergunakan larutan-larutan baku NaOH, adanya asamasam mineral kuat, asam-asam mineral, garam-garam yang bisa dihidrolisa dan total total asiditas bisa diperiksa. Tergantung dari sifat, contoh dan keintensifan analisa, prosedur yang digunakan dan data yang dihasilkan bervariasi dari titrasi langsung yang menggunakan indikator warna sampai ke pembentukan kurva titrasi potensiometrik. Pemeriksaan rutin air yang tidak berwarna atau agak jernih dapat dilakukan dengan titrasi langsung dengan asiditas fenolftalein atau asiditas jingga-metil. Bila airnya keruh atau berwarna, maka penentuan asiditas bila dikalibrasi dengan ph meter. Untuk asiditas jingga-metil ph titik akhir 3,7 dan untuk asiditas fenolflaten 8,3. Penentuan titik akhir yang paling tepat dilakukan dengan membuat kurva titrasi, dengan mengaplot ph yang dibaca terhadap volume titran yang ditambahkan. Titik belok pada daerah curam penyatakan ph titik akhir. Hasil asiditas dinyatakan dalam mg CaCO 3 /liter. Contoh yang mengandung residual klor bebas atau ion-ion logam yang bisa dihidrolisa, membutuhkan penanganan khusus atau perlakuan pendahuluan.

Pada percobaan penentuan alkalinitas dan asiditas dapat menggunakan air sampel apapun, seperti air sungai, danau, rawa, dan lain-lain. Percobaan ini untuk menentukan kadar alkalinitas dan asiditas air kran. Sebelum memulai percobaan dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Isikan 100 ml air pada labu A dan labu B, kemudian beri tiga tetes indicator MO pada labu A dan tiga tetes indicator PP pada labu B. amati perubahan warna pada labu, yaitu pada labu A berwarna kuning dan labu B tidak berwarna. Dengan demikian, maka labu A dikatakan negative dan labu B positif, karena jika air mengandung ion-ion pembentuk asam (CaCO 3 dan CO 2 ), maka, maka ketika ditetesi indicator MO akan berwarna orange, dan ketika ditetesi indicator PP tidak berwarna. Untuk mengetahui asiditas air, maka metode yang digunakan, yaitu metodde titrasi, karena asiditas, maka menggunakan NaOH 0,1 N (basa kuat) sebagai titrannya. Pada proses titrasi dilakukan dari yang tidak berwarna hingga tepat berubah menjadi pink tipis. Catat volume sebelum titrasi dan catat pula volume akhir titrasi dan catat pula volume akhir titrasi untuk mendapatkan volume titrasi. Percobaan ini dilakukan tiga kali agar lebih akurat data yang di peroleh. Setelah semua data yang di peroleh, lakukan perhitungan asiditasair dengan rumus (V = volume titrasi, F = faktor koreksi, BE = berat ekuivalen), sehingga di dapat nilai 32,860 ppm sebagai CO 2 pada asiditas PP. Namun, pada asiditas MO bernilai 0 ppm, karena ketika labu A ditetesi indicator MO bernilai negative, maka tidak dilakukan titrasi, sehingga bernilai 0 ppm. Dengan demikian, air tersebut mengandung 32,860 mg setiap liternya sebagai CO 2. (Diposkan oleh Environmental di 16:27) Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu : 1. titrasi asam basa 2. titrasi redoks 3. titrasi pengendapan

Pada percobaan asiditas alkalinitas, jenis titrasi yang digunakan adalah titrasi asam basa. (www.wikipedia.org/titrasi) Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada ph air. Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu: 1. asiditas sebagai H + hanya ada dalam air pada ph <4,5; 2. asiditas sebagai CO 2 hanya ada dalam air pada ph antara 4,5 8,3; 3. alkalinitas sebagai HCO 3 -, hanya ada dalam air pada ph 4,5 8,3; 4. alkalinitas sebagai CO 3 2-, hanya ada dalam air pada ph >8,3; 5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada ph lebih besar dari 10,5. 2.2. JENIS ASIDITAS Pada umumnya terdapat beberapa jenis yang menyebabkan keasaman dalam air adalah: 1. Karbon dioksida (CO 2 ), umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO 2 diserap dari udara jika tekanan CO 2 dalam air > dalam udara. CO 2 juga terdapat dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar. 2. Asam mineral u m u m n y a t e r d a p a t d a l a m a i r l i m b a h i n d u s t r i pengolahan logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat dalam air alam. 3. Asam humus

umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut melepaskan senyawa asam dan warna Jenis Jenis Asiditas terbagi : 1. Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein) Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO 2 dan asam mineral. Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber CO 2 dalam air dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi materi organik, aktivitas fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah. Karbondioksida dapat masuk ke permukaan air dengan cara adsorbsi dari atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika konsentrasi CO 2 dalam air < kesetimbangan CO 2 di atmosfer. Karbondioksida dapat diproduksi dalam air melalui oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air tercemar. Pada beberapa kasus, jika aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO 2 di dalam air dapat melebihi keseimbangan CO 2 di atmosfer dan CO 2 akan keluar dari air. Air permukaan secara konstan mengadsorpsi atau melepas CO 2 untuk menjaga keseimbangan dengan atmosfer. Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya mengandung CO 2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak dengan air dan pada kondisi ini CO 2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO 2 merupakan produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh karena itu konsentrasi CO 2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut. 2. Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange) Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat juga disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator metil orange untuk mencapai ph 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat berasal dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan tambang, dan hidrolisis garam-garam logam berat.

Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan produksi materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral. Kebanyakan dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di alam dapat ditentukan dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi. 2.3. KLASIFIKASI ASIDITAS Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu: 1. asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir fenolftalein (ph 8,3) 2. asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (ph 4,5). Asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO 2 ) asam mineral. Adanya asiditas dalam air ditunjukkan oleh ph air tersebut di bawah 8,5. Air dengan ph < 4,5 hanya mengandung asam mineral (kuat). Asiditas oleh CO 2 dan asam mineral ini ditentukan dengan menggunakan larutan baku asam. Asam mineral di titrasi sampai ph mencapai kira-kira 4,5. Karena Methyl Orange (MO) / metil jingga biasanya digunakan sebagai indicator untuk penentuan asiditas oleh asam mineral, maka biasa disebut sebagai asiditas MO. Titrasi dengan menggunakan indicator PP sampai ph 8,3 untuk menentukan asam mineral dan asam lemah (asiditas jumlah). Asiditas jumlah ini sering disebut sebagai asiditas phenol pthalein. Asiditas melibatkan dua komponenya yaitu: 1. asam kuat Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya) dan juga merupakan elektrolit kuat.

Ketika asam dilarutkan dalam air, sebuah proton (ion hidrogen) ditransferkan ke molekul air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan sebuah ion negatif tergantung pada asam yang anda pakai.pada kasus yang umum Reaksi tersebut reversibel, tetapi pada beberapa kasus, asam sangat baik pada saat memberikan ion hidrogen yang dapat kita fikirkan bahwa reaksi berjalan satu arah. Asam 100% terionisasi.sebagai contoh, ketika hidrogen klorida dilarutkan dalam air untuk menghasilkan hidrogenklorida, sangat sedikit sekali terjadi reaksi kebalikan yang dapat kita tulis:pada tiap saat, sebenarnya 100% hidrogen klorida akan bereaksi untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida digambarkan sebagai asam kuat. 2. asam lemah (spt: asam karbonat & Asam asetat) & konsentrasi ion hidrogen Asam lemah, adalah asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (hanya terionisasi sebagian). asam lemah digolongkan dalam elektrolit lemah, hal ini karena tidak semua zat yang bereaksi terurai menjadi ion2nya namun hanya sebagian kecil saja. untuk menunjukkan besarnya zat yang terurai menggunakan derajad dissosiasi. Jika kalian perhatikan reaksi umum dalam asam lemah sama saja dengan reaksi asam kuat, hanya saja reaksi dalam asam lemah berlangsung 2 arah, arah pertama = reaksi dari kiri ke kanan, terjadi peruraian zat asam menjadi ion2nya arah kedua = reaksi dari kanan ke kiri, terjadi penggabungan ion2 menjadi zat penyusunnya kedua reaksi di atas terjadi terjadi bersamaan hingga konsentrasi zat asam dan hasil peruraiannya tidak berubah2 lagi. yang sering dikenal dengan

titik setimbang / eqivalen. Saat terjadinya titik eqivalen inilah besarnya derajad dissosiasi dapat dicari 2.4. REAKSI ASIDITAS Reaksi-reaksi yang terjadi pada asiditas (Anonim C, 2009) H + + OH - H 2 O CO 2 + OH - HCO 3 - HCO 3 - + OH - H 2 O + CO 2 Asiditas Reaksi-reaksi yang terjadi : H + + OH - H 2 O CO 2 + OH - - HCO 3 HCO - 3 + H + H 2 O + CO 2 Pereaksi yang terjadi adalah : Larutan H 2 SO 4 0,1 N Encerkan 0,28 ml H 2 SO 4 pekat ke dalam 1L air. Larutan H 2 SO 4 0,02 N Pipet 200 ml H 2 SO 4 0,1 N ke dalam 1L air. Larutan standar Na 2 CO 3 Timbang 5 mg Na 2 CO 3 masukkan ke dalam 1L air. Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu: 1. asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir fenolftalein

2. asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir metal orange. ( Syafila, Mindriany) Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu : 1. titrasi asam basa 2. titrasi redoks 3. titrasi pengendapan 2.5. ALAT DAN BAHAN : ALAT : Labu Erlenmeyer 250 ml (4 buah) Buret basa (1 buah) Corong (1 buah) Statif (1 buah) Gelas beker 50 ml (1 buah) Pipet tetes ( 2 buah) Buret asam (1 buah) Gelas ukur 100 ml (1 buah) BAHAN : Air kran Aquadest

Indicator PP Larutan standar NaOH 0,1 N Indicator MO Lrutan standar HCl 0,1 N 2.6. PEMERIKSAAN 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Bilas dan cuci alat yang terbuat dari kaca dengan aquadest hingga tiga kali. 3. Takar air kran dengan gelas ukur sebanyak 100 ml. kemudian tuang pada labu Erlenmeyer. Ulangi sekali lagi pada labu Erlenmeyer yang lain. 4. Tetesi air pada labu Erlenmeyer yang pertama dengan indicator MO sebanyak tiga tetes, kemudian beri nama labu A. pada labu ke dua tetesi dengan indicator PP sebanyak tiga tetes dan beri nama labu B. 5. Amati abu A, bila terjadi perubahan warna menjadi orange (positif) dilanjutkan titrasi. Bila berwarna kuning tidak dilanjutkan titrasi. 6. Amati labu B, bila tidak terjadi perubahan warna (positif) dilanjutkan titrasi. Bila berwarna pink tidak dilanjutkan titrasi. 7. Titrasi labu B (karena labu A negative) dengan titran NaOH 0,1 N. catat volume awal, volume akhir, dan volume titrasi. Ketika berubah menjadi warna pink tipis, ulangi titrasi sebanyak tiga kali. 8. Lakukan perhitungan sesuai dengan data yang diperoleh. 9. Cuci semua alat yang digunakan dan kembalikan pada tempat semula. Pada percobaan di atas adalah percobaan yang sering digunakan dalam laboratorium klinik, namun tidak menuntut kemungkinan adanya percobaan percobaan yang lain yang dapat dilakukan pula pada percobaan asiditas air lainnya. Seperti pada pecobaan asiditas yang selanjutnya, Pengambilan contoh :

Contoh dikumpulkan dalam gelas borosilikat 500 ml atau 1 liter atau botol polyetilen. Istilah penuh dengan air dan tutup dengan kuat. Contoh yang dikumpulkan harus dianalisa pada satu hari itu. Simpanlah contoh pada tempat yang dingin, hindari pengocokan dan kontak langsung dengan udara. Peralatan : PH meter magnetic stirrer Peralatan titrasi buret 50 ml, 25 ml, dan 10 ml Hot plate Bahan : Air destilata bebas CO 2 (didihkan sebelumnya) Larutan KH-ftalat 0,05 N bebas CO 2 Larutan NaOH 0,1 N baku Cara Standarisasinya : Pipet 40 ml larutan KH-ftalat dalam wadah untuk titrasi potensiometri. Tempatkan larutan NaOH dalam buret 25 ml dan titrasi berlangsung sampai titik belok di dekat ph 8,7. Catatlah volume titran. Perhitungan normalitas : N = A = gram KH-ftalat yang digunakan untuk pembuatan larutan 0,05 N B = ml larutan KH-ftalat yang digunakan dalam titrasi C = ml titran NaOH

Larutan NaOh 0,02 N baku. Cara standarisasinya sama dengan pada standarisasi NaOH 0,1 N, hanya dengan volume titrat 15 ml. Larutan hydrogen peroksida 30 % Indikator fenolflatein Indikator jingga-metil Larutan Na-tiosulfat 0,1 N Larutan H 2 SO 4 0,02 Prosedur : 1. Pilihlah ukuran contoh dan normalitas titran a. Contoh yang mempunyai asiditas dibawah 1000 mg CaCO 3 /liter, gunakan 50 ml atau lebih dari contoh dan titrasi dengan NaOH 0,02 N. b. Contoh yang mempunyai asiditas di atas 1000 mg CaCO 3 /liter, gunakan 250 ml atau kurang dari contoh dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. c. Bila sifat dan konsentrasi contoh tidak diketahui, gunakan 100 ml contoh. Secara kasar titrasi dengan titran NaOH 0,1 N, dengan indikator fenolflatein catat volume perkiraan itu. d. Sesuaikan volume contoh atau normalitas titran sehingga bila menggunakan buret 50 ml, kurang lebih digunakan titran 20 ml atau lebih untuk menetralkan asiditas. e. Ulangi butir c dan d dengan menggunakan indikator jingga-metil untuk asiditas jingga-metil. 2. Titrasi perubahan warna a. Aturlah suhu contoh (bila disimpan dalam refrigerator) sesuai dengan suhu kamar. Contoh jangan sekali-kali dikocok atau ditekuk. Pipetlah contoh air dengan volume yang cocok (lihat butir 1) ke dalam Erlemeyer 250 ml.

b. Bila diperkirakan terdapat klor bebas, tetesakan 1 tetes larutan Na-tiosulfat 0,1 N. c. Tambahkan 2 tetes larutan indikator, dan bila volume contoh kurang dari 100 ml, encerkan contoh tersebut sampai 100 ml dengan air suling. Titrasi dengan larutan NaOH dengan konsentrasi yang cocok (lihat butir 1). Catatan : perubahan warna fenolftalein dari tidak berwarna ke warna pink permanen pertama. Perubahan warna jingga-metil dari merah ke kuning permanen pertama. d. Catatlah volume dan normalitas dari titran NaOH yang digunakan dan nyatakan apakah dalam pengukuran asiditas jingga-metil atau asiditas fenolftalein. e. Perhitungan asiditas Asiditas mg CaCO₃/liter = di mana : N = normalitas NaOH hasil perhitungan yang digunakan C = ml NaOH yang digunakan 50 = bobot Ekwivalen CaCO₃ Pengambilan contoh II: a) Bahan : 1. Sampel air 100 ml ( V 1 = 50 ml, V 2 = 50 ml ) 2. Indikator PP 3. Larutan standar NaOH 0,1 N b) Alat : 1. Pipet 2. Gelas ukur 100 ml 3. 2 Gelas Erlenmeyer 50 ml 4. Buret + Statis 100 ml

c) Cara Kerja : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Ambil 100 ml air sampel dengan gelas ukur lalu masukan kedalam labu elemeyer. 3. Kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP 0,1%, bila tidak terjadi perubahan warna (positif) dilanjutkan titrasi. Bila berwarna pink tidak dilanjutkan titrasi. 4. Kemudian menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi merah muda atau pink tipis. ulangi titrasi sebanyak tiga kali. 5. Kemudian mencatat jumlah NaOH yang digunakan untuk titrasi. catat volume awal, volume akhir, dan volume titrasi 6. Lakukan perhitungan sesuai dengan data yang diperoleh 7. Perhitungan : Aciditas =1000CA V1+V22 t(4,4) 1 Ket. CA= jumlah sampel V1 = titrasi I V2 = titrasi II 2.7. INTERPRETASI HASIL 1. ph sampel air setelah diteteskan indicator PP, yaitu 7,60 2. ph sampel air setelah dititrasi dengan NaOH 0,1 N adalah 8,02 3. Penentuan Aciditas : Diketahui : CA = 100 ml V1 = 0,1 ml

Penyelesaian : V2 = 0,1 ml Aciditas = 1000CA V1+V22 t4,4 1 = 1000100 0,1+0,12 4,4 1 = 10 0,1 4,4 1 = 4,4 mg CO 2 DATA PERCOBAAN ASIDITAS Ø Percobaan I Standarisasi NaOH f = 0,79 NaOH digunakan (P ml) P ml I : 4,8 ml II : 4,9 ml III : 2,9 ml + 12,6 ml Rata-rata : 12,6 ml = 4,2 ml 3 ME CaCO 3 = Mr CaCO 3 = 100 ē valensi 2 = 50 Asiditas jumlah : AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO 3 = x 4,2 x 0,1 x 0,79 x 50 = 165,9 mg/1 sebagai CaCO 3 Ø Percobaan II Standarisasi NaOH

F = 25 ml NaOH = = 1,08 ml NaOH digunakan (P ml) P ml I : 2,6 ml II : 3,5 ml III : 6,8 ml + 12,9 ml Rata-rata : 12,9 ml = 4,3 ml 3 ME CaCO 3 = 50 Asiditas jumlah AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO 3 = x 4,3 x 0,1 x 50 x 1,08 = 232,2 mg/l sebagai CaCO 3 Ø Percobaan III Standarisasi NaOH ME CaCO 3 = f = = 0,79 = 50 P ml I : 3,8 ml II : 3,5 ml III : 2,0 ml + 9,3 ml Rata-rata : 9,3 ml = 3,1 ml 3 Asiditas jumlah AJ = x P ml x N NaOH x f NaOH x ME CaCO 3 = x 3,1 ml x 0,1 N x 0,79 x 50 = 122,45 mg/l sebagai CaCO 3 PERHITUNGAN Asiditas Rata-rata AJ rata-rata = AJ I + AJ II + AJ III 3 = 165,9 + 232,2 + 122,45 3 = = 173,5 mg/l sebagai CaCO 3

Data Praktikum Asiditas PP Hasil titrasi HCl No Volume awal Volume akhir Volume titrasi 1 0 ml 1,3 ml 1,3 ml 2 1,3 ml 1,8 ml 0,5 ml 3 1,8 ml 3 ml 1,2 ml Rata-rata 1 ml Asiditas MO Asiditas PP PEMBAHASAN Asiditas Pada percobaan penentuan alkalinitas dan asiditas dapat menggunakan air sampel apapun, seperti air sungai, danau, rawa, dan lain-lain. Percobaan ini untuk menentukan kadar alkalinitas dan asiditas air kran. Sebelum memulai percobaan dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Isikan 100 ml air pada labu A dan labu B, kemudian beri tiga tetes indicator MO pada labu A dan tiga tetes indicator PP pada labu B. amati perubahan warna pada labu, yaitu pada labu A berwarna kuning dan labu B tidak berwarna. Dengan demikian, maka labu A dikatakan negative dan labu B positif, karena jika air mengandung ion-ion

pembentuk asam (CaCO 3 dan CO 2 ), maka, maka ketika ditetesi indicator MO akan berwarna orange, dan ketika ditetesi indicator PP tidak berwarna. Untuk mengetahui asiditas air, maka metode yang digunakan, yaitu metodde titrasi, karena asiditas, maka menggunakan NaOH 0,1 N (basa kuat) sebagai titrannya. Pada proses titrasi dilakukan dari yang tidak berwarna hingga tepat berubah menjadi pink tipis. Catat volume sebelum titrasi dan catat pula volume akhir titrasi dan catat pula volume akhir titrasi untuk mendapatkan volume titrasi. Percobaan ini dilakukan tiga kali agar lebih akurat data yang di peroleh. Setelah semua data yang di peroleh, lakukan perhitungan asiditasair dengan rumus (V = volume titrasi, F = faktor koreksi, BE = berat ekuivalen), sehingga di dapat nilai 32,860 ppm sebagai CO 2 pada asiditas PP. Namun, pada asiditas MO bernilai 0 ppm, karena ketika labu A ditetesi indicator MO bernilai negative, maka tidak dilakukan titrasi, sehingga bernilai 0 ppm. Dengan demikian, air tersebut mengandung 32,860 mg setiap liternya sebagai CO 2. Kesimpulan 1. Penyebab asiditas air kran karena CO 2, sebanyak 32,860 mg/l http://freeandshared.wordpress.com/2012/03/20/alkalinitas-dan-aciditas

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan ion OH -. Asiditas umumnya adalah asam lemah dan dari hasil yang didapatkan asiditasnya, yaitu 4,4 mg CO 2 yang menunjukkan bahwah air tersebut bersifat asam. B. Saran Setelah melakukan pratikum ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Memahami objek pratikumnya pada waktu itu; 2. Teliti dalam melakukan pratikum; 3. Mempersiapkan segala sesuatunya yang behubungan dengan pratikum sebelum pratikum dimulai; 4. Berhati hatilah dalam menggunakan alat alat pratikum; 5. Lakukan titrasi dengan teliti dan cermat.

DAFTAR PUSTAKA Ainizha. 2009. Alkalinitas. http://ainizha.blogspot.com. Tanggal akses: 30 September 2011. Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional Syafila, Mindriany. 2010. Kimia Lingkungan I. Bandung:ITB Anonymous A. 2009. Pengaruh Alkalinitas dan ph Air Minum. http://www.purewatercare.com. Tanggal akses: 30 September 2009. Anonim B. 2010. Alkalinitas. http://id.wikipedia.org. Tanggal akses : 30 September 2011. Anonim C. 2009. Asiditas dan Alkalinitas. http://environmental-ua.blogspot.com. Tanggal akses : 30 September 2011 http://freeandshared.wordpress.com/2012/03/20/alkalinitas-dan-aciditas