1 PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN I MATUR KABUPATEN AGAM Rizky Silvia * ), Rahmi ** ), Yulia Haryono** ) * ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat **)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Teaching materials is an important part of learning because it can be used as a learning resource for teachers and students. Teaching materials which are expected to guide students to learn independently, understandable easily by students, communicative language with students and improve students' problem solving abilities. Existing textbooks have not been able to guide students to a concept and solve mathematical problems. Therefore, it needs to develop teaching materials in the form of module based on a material issue of linear equations and inequalities of one variable. Type of this research is the development of the 4-D model. However, this study only performed three stages such as; the definition, the design phase and the development phase. Based on the result of module-based validity that has been done by the validator, it shows that problem-based module on the criteria is very valid issue, namely 3.47. The result of practicalities test that has been done by teachers and students indicate that the problem-based module on the category is very practical, namely 86%. Keywords: Module, Problem-Based Learning, Development PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), misalnya, menunjukkan peran strategis pendidikan dalam pembentukan SDM yang berkualitas. Karakter manusia Indonesia yang diharapkan menurut undangundang tersebut adalah manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika. 1
2 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08 November 2013 diketahui bahwa guru menggunakan bahan ajar berupa buku teks dan buku catatan yang berisi ringkasan materi yang diringkas oleh guru. Pada saat proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan soal-soal berbasis masalah dan pembelajaran matematika di kelas belum efektif. Senada dengan itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika, diperoleh informasi bahwa buku teks yang digunakan sudah baik, namun buku tersebut belum mampu membimbing siswa pada suatu konsep. Melihat permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu bahan ajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri dan memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan guru adalah modul berbasis masalah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan Modul Berbasis Masalah pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel untuk Siswa Kelas VII MTsN I Matur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan validitas dan praktikalitas dari modul yang dikembangkan. Salah satu perangkat yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah modul. Menurut Hamdani (2011: 219) ada beberapa pengertian modul: a) Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri. b) Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone), memberikan kesempatan siswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan siswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik.
3 Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis. Menurut Daryanto (2013: 25), kerangka modul adalah sebagai berikut: Kata Pengantar Daftar Isi Peta Kedudukan Modul Glosarium I. Pendahuluan A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar B. Deskripsi C. Waktu D. Prasyarat E. Petunjuk Penggunaan Modul F. Tujuan Akhir G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi II. Pembelajaran A. Pembelajaran 1 a. Tujuan b. Uraian Materi c. Rangkuman d. Tugas e. Tes f. Lembar Kerja dan Praktik B. Pembelajaran 2 n (dan seterusnya, mengikuti jumlah pembelajaran yang dirancang) III. Evaluasi A. Tes Kognitif B. Tes Psikomotor C. Penilaian Sikap Kunci Jawaban Daftar Pustaka Wena (2011: 91) mengungkapkan, belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan yang praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar dari permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran. Menurut John Dewey (dalam Wina Sanjaya, 2012: 217) ada 6 langkah strategi pembelajaran berbasis masalah, yaitu: 1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahima pada tahun 2012 yang berjudul Pengembangan Modul Berbasis Masalah Pada Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI Sumatera Barat. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa modul untuk perkuliahan yang dihasilkan valid, praktis, dan efektif digunakan dalam perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI SUMBAR. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research). Prosedur pengembangan modul berbasis masalah yang dikembangkan adalah menggunakan model 4-D (Four-D Model). Tahap yang dilakukan pada penelitian ini hanya tiga tahap, yaitu define, design dan develop. Tahap define bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap design bertujuan untuk merancang modul berbasis masalah untuk pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tahap develop bertujuan menghasilkan modul berbasis masalah yang ditelaah dan divalidasi oleh praktisi pembelajaran matematika. Bentuk akhir modul diujicoba di kelas untuk mengetahui praktikalitas modul. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi yang diberikan kepada para praktisi, angket praktikalitas dan lembar wawancara. Para ahli dan praktisi yang dipilih sebagai validator adalah dosen pendidikan matematika STKIP PGRI Sumatera Barat, guru Matematika
5 MTsN I Matur dan guru Bahasa Indonesia MTsN I Matur. Angket praktikalitas dan lembar wawancara diberikan kepada guru matematika MTsN I Matur dan 6 orang siswa MTsN Matur. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui berbagai instrumen dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembuatan modul berbasis masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel telah melalui tiga tahapan yaitu define, design, dan develop. Komponen-komponen dalam tahap pendefinisian adalah analisis ujung depan, analisis siswa dan analisis tugas. Pada tahap design, dirancanglah suatu modul berbasis masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel untuk siswa kelas VII MTsN 1 Matur yang terdiri dari 6 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1 tentang unsur-unsur bentuk aljabar. Kegiatan Belajar 2 tentang menentukan bentuk setara persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Kegiatan Belajar 3 tentang menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Kegiatan Belajar 4 tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan persamaan linear satu variabel. Kegiatan Belajar 5 tentang mengenal pertidaksamaan linear satu variabel, dan Kegiatan Belajar 6 tentang menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel. Pada tahap develop, dihasilkan modul berbasis masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan yang valid dan praktis. Setelah itu, modul divalidasi dan diujicobakan. Hasil validasi modul secara keseluruhan oleh validator adalah 3,47. Oleh sebab itu, modul matematika berbasis masalah diketegorikan sangat valid. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh data bahwa rata-rata hasil praktikalitas modul oleh guru dan siswa adalah 89%, sehingga modul matematika berbasis masalah diketegorikan sangat praktis. Setelah menyebar angket, peneliti melakukan wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa. Berikut kesimpulan hasil wawancara dengan guru dan 6 orang siswa.
6 1. Materi yang disajikan dalam modul sudah jelas dan mudah dipahami. 2. Waktu yang tersedia cukup untuk memahami materi dan penggunaan kalimat dalam penyajian materi mudah dipahami. 3. Soal-soal pada modul tergolong soal yang sedang. 4. Secara umum penampilan modul menarik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut. 1. Modul berbasis masalah yang dikembangkan sudah sangat valid. 2. Modul berbasis masalah yang dikembangkan sudah sangat praktis untuk digunakan siswa dalam pembelajaran. Saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi peneliti lain hendaknya dapat melakukan tahap develop sampai pada tahap efektifitas. 2. Penelitian pengembangan akan lebih sempurna jika dilakukan sampai tahap keempat (disseminate atau penyebaran). 3. Peneliti lain hendaknya dapat melakukan uji coba pada skala yang lebih luas. 4. Bagi guru maupun peneliti lainnya disarankan untuk dapat mengembangkan modul berbasis masalah pada materi lainnya. KEPUSTAKAAN Ansofino, dkk. (2013). Panduan Penulisan Skripsi. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. Malang: Gava Media. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. Rahima. (2012). Pengembangan Modul Berbasis Masalah Pada Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI Sumatera Barat. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pasca Sarjana UNP. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.