1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan Tepung Pisang 4.2. Profil Fisikokimia Tepung Pisang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

BABI PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

LOGO BAKING TITIS SARI

BABI. PBNDAilULUAN. Pisang merupakan buah yang telah lama dikenal oleh masyarakat

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum Linn)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

Pisang merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, umumnya. tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Di antara buah-buah tropika yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Written by Administrator Thursday, 10 September :01 - Last Updated Thursday, 10 September :08

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang adalah tumbuhan berdaun besar memanjang dari famili musaceae dan

METODE. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

Lampiran 1. Hasil Penerimaan Produk cinnamon bothe cake oleh Panelis. Penerimaan Panelis Ya Tidak 1 Enak Rasa. 7 Cinnamon kurang terasa Rasa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan salah satu buah tropis yang paling banyak ditemukan dan dikonsumsi di Indonesia. Produksi pisang di Indonesia adalah yang tertinggi dibandingkan dengan buah lain seperti mangga dan jeruk, dengan produksi mencapai 6,8 juta ton pada tahun 2014. Sebaran produksi buah pisang di Indonesia sangat luas sehingga banyak potensi olahan buah pisang yang dapat dilakukan. Pisang juga merupakan buah yang bermanfaat serta dapat dikonsumsi kapan saja dan pada segala tingkatan usia (Martiansyah, 2014). Di tingkat dunia, Indonesia termasuk dalam salah satu negara produsen pisang dilihat berdasarkan luas panen dan tingkat produksi. Pada tahun 2009-2013, Indonesia berada pada posisi 12 sebagai negara sentra luas panen pisang dunia dengan kontribusi 2,07%, serta posisi 6 sebagai negara sentra produksi pisang dengan kontribusi 5,67% (Suwandi, 2016) Buah pisang dapat digunakan sebagai alternatif bahan pangan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Produksi pisang yang tinggi masih belum diikuti dengan kemampuan untuk melakukan pengolahan menyebabkan adanya produk yang mengalami kerusakan dan terbuang karena sudah tidak layak jual. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan produk dengan bahan dasar pisang sehingga memiliki kegunaan dan umur simpan yang lebih panjang. Dalam melakukan pengembangan untuk mengolah buah pisang salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tepung pisang. Pisang yang diolah menjadi produk setengah jadi seperti tepung akan memiliki umur simpan yang lebih panjang, serta dapat difortifikasi dengan zat gizi lain dan digunakan sebagai bahan baku alternatif dalam berbagai jenis produk pangan (Histifarina et al, 2012). Kandungan pati dalam tepung pisang diketahui memberikan kontribusi terhadap karakteristik tekstur makanan. Tepung pisang akan lebih mudah untuk digunakan dalam berbagai proses pada industri pangan seperti pengemasan, pendistribusian, dan penyimpanan (Widowati, 2002). Selain itu, tepung pisang juga memberikan manfaat untuk kesehatan, lebih mudah dicerna, dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dalam industri pangan tepung pisang 1

2 seringkali digunakan untuk membuat makanan bayi, sebagai substitusi tepung terigu untuk pembuatan produk bakery dan kue, serta digunakan untuk membuat mie (Widowati, 2002). Berbagai varietas pisang dapat digunakan sebagai bahan untuk dijadikan tepung. Pada umumnya, pisang plantain (pisang tanduk, kepok, dan nangka), yaitu pisang yang perlu proses pemasakan sebelum konsumsi, lebih banyak digunakan karena harganya yang lebih murah. Harga pisang plantain berkisar antara Rp. 7.000-10.000 sedangkan pisang meja berkisar antara Rp. 10.000-12.000. Akan tetapi, pisang meja (pisang ambon, raja, dan cavendish) juga dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan tepung. Pisang meja memiliki rasa lebih manis dan aroma yang lebih disukai. Pada penelitian ini digunakan pisang plantain yaitu pisang kepok dan pisang nangka, serta pisang meja yaitu pisang ambon, untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan tepung. Diduga bahwa perbedaan varietas pisang akan memberikan pengaruh terhadap tepung yang dihasilkan. Hal ini juga ditunjukkan pada penelitian oleh Elvis (2014) dan Abbas et al (2009), dalam pembuatan tepung pisang dari varietas pisang berbeda (french-horn, cadaba, dan agbagba). Perbedaan signifikan ditunjukkan pada kemampuan pengikatan air, rendemen tepung, serta warna. Hal ini dapat disebabkan karena bentuk fisik, kandungan air, serta kandungan pati yang berbeda pada masing-masing pisang (Elvis, 2014). Penggunaan tepung pisang dalam produk pangan memberikan hasil berbeda dibandingkan produk dengan bahan dasar tepung terigu. Hal ini ditunjukkan oleh Silfia (2012) yang membuat brownies dengan tepung pisang dan tepung terigu. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa brownies yang dibuat dengan tepung pisang memiliki kadar air dan protein yang lebih rendah dibandingkan dengan brownies dari tepung terigu. Secara organoleptik pada parameter rasa, tekstur, dan aroma brownies yang dibuat dari tepung pisang lebih disukai oleh panelis. Belum ditemukan penelitian yang membandingkan pengaruh perbedaan varietas pisang yang digunakan terhadap produk yang dihasilkan. Pada penelitian ini produk yang akan dibuat adalah bolu kukus karena tidak membutuhkan pengembangan yang besar seperti produk roti sehingga tepung pisang dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu. Bolu kukus yang dibuat dari

3 tepung pisang dan tepung terigu akan dibandingkan secara fisik (tekstur, warna, dan volume pengembangan) dan kimia (kadar air dan kalium), serta organoleptik. 1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik tepung pisang yang dibuat dari varietas pisang berbeda, serta mengetahui perbedaan karakteristik bolu kukus yang dibuat dengan tepung terigu dan tepung pisang. 1.3. Tinjauan Pustaka 1.3.1. Pisang Pisang adalah buah yang ketersediaannya dapat terjamin sepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh kondisi musim. Dalam buah pisang terkandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, B1, B2, dan C, serta mineral seperti kalium dan magnesium. Oleh karena kandungan gizinya yang cukup lengkap pisang dapat dikonsumsi baik oleh orang dewasa maupun anak-anak (Direktorat Pengolahan Hortikultura, 2009). Buah pisang dapat dikonsumsi langsung atau diolah terlebih dahulu dalam bentuk makanan lain seperti, sale, bubur, ataupun tepung pisang. Secara umum, pisang dapat dibedakan menjadi 4 jenis. Jenis pertama adalah pisang meja yaitu pisang yang dapat dikonsumsi secara langsung ketika sudah matang (contoh: pisang ambon, susu, raja, mas, dan cavendish), jenis kedua adalah pisang yang dapat dikonsumsi setelah diolah (contoh: pisang tanduk, oli, kapas, dan bangkahulu), jenis ketiga adalah pisang yang dapat dikonsumsi ketika matang atau setelah diolah terlebih dahulu (contoh: pisang kepok, nangka), dan jenis pisang yang terakhir adalah pisang yang biasa dikonsumsi pada saat masih mentah (contoh: pisang batu atau klutuk) (Astawan & Kasih, 2008). Tepung pisang biasanya digunakan sebagai bahan baku atau campuran untuk membuat produk lain seperti roti, kue, ataupun mie (Histifarina et al, 2012). Dalam penelitian ini digunakan jenis pisang meja (ambon) dan pisang plaintain (kepok dan nangka) untuk dijadikan tepung dan diolah menjadi produk. Klasifikasi dan karakteristik masingmasing pisang adalah sebagai berikut.

4 Pisang nangka (Musa paradisiaca formatypica) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiacal Gambar 1. Pisang Nangka Pisang nangka adalah salah satu varietas pisang yang banyak ditemui di Indonesia. Kulit pisang nangka akan tetap berwarna hijau walaupun sudah matang, bentuknya melengkung, dan panjangnya bisa mencapai sekitar 28 cm. Daging buah pisang nangka berwarna kuning kemerahan dan memiliki rasa yang manis asam. Klasifikasi pisang kepok (Musa paradisiaca Linn) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiaca Linn.

5 Gambar 2. Pisang Kepok Pisang kepok adalah jenis pisang plantain yang memiliki bentuk agak gepeng dan bersegi. Pisang kepok memiliki ukuran panjang 10-12 cm dengan berat antara 80-120 gram. Dalam dunia industri pangan pisang kepok bisa digunakan untuk diolah menjadi produk seperti tepung, keripik, dan lain-lain. Klasifikasi pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum (L)) sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiaca var. Sapientum (L) Gambar 3. Pisang Ambon Pisang ambon adalah jenis pisang meja yang sangat populer di masyarakat Indonesia. Pisang ini memiliki kandungan vitamin, mineral, dan karbohidrat yang baik untuk tubuh. Selain itu, pisang ambon sering juga digunakan sebagai makanan tambahan untuk bayi. Pada umumnya pisang ambon memiliki ukuran panjang sekitar 20 cm dengan diameter sekitar 4 cm (Satuhu & Supriyadi, 2008).

6 1.3.2. Tepung Pisang Pisang biasa dikonsumsi dalam kondisi yang sudah matang karena rasa buah pisang akan lebih manis, sedangkan buah pisang yang belum matang sempurna memiliki rasa yang agak asam dan pahit karena kandungan patinya yang belum terreduksi. Dalam perkembangannya untuk mengatasi ketersediaan buah pisang yang melimpah, pisang dapat diolah menjadi produk yang memiliki umur simpan lebih panjang, salah satunya adalah dengan membuat tepung pisang (Rodriguez-Ambriz et al, 2007). Tepung pisang dapat dibuat dari pisang meja ataupun pisang plantain. Pisang yang dijadikan tepung pada umumnya adalah yang kondisinya tiga perempat matang. Pada kondisi tersebut kandungan pati pisang sudah mencapai maksimal tetapi belum tereduksi menjadi gula sederhana dan kandungan komponen lainnya dalam keadaan seimbang. Jika buah yang digunakan terlalu matang maka proses pengeringan akan menjadi lebih sulit dan tepung akan menjadi lembek, sedangkan jika pisang yang digunakan terlalu mentah maka akan menghasilkan rasa pahit dan sepat karena kadar asam dan pati yang tinggi (Hardiman, 1982). Tepung pisang yang dibuat dari pisang yang belum matang sempurna memiliki keuntungan lain yaitu tingginya kandungan pati resisten yang memiliki efek baik untuk kesehatan manusia (Rodriguez-Ambriz et al, 2007). Pati resisten adalah pati yang tidak dapat diserap oleh usus halus manusia dan dikelompokkan sebagai serat pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Musita (2009) menunjukkan bahwa kandungan pati resisten pada setiap varietas pisang berbeda-beda. Pisang yang digunakan pada penelitian oleh Musita (2009) antara lain adalah ambon, batu, janten, kepok kuning, kepok manado, muli, nangka, raja batu, raja sereh, dan tanduk. Perbedaan pada tepung dari varietas pisang yang berbeda disebabkan karena perbedaan kandungan amilosa dan amilopektin yang berbeda-beda. Kandungan amilosa yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan pengikatan air pada tepung pisang, semakin tinggi amilosa maka kemampuan pengikatan air akan meningkat, selain amilosa kandungan serat pangan pada pisang juga mempengaruhi. Kemampuan pengikatan air akan juga akan mempengaruhi viskositas tepung pisang. Pati resisten dalam pati pisang

7 dipengaruhi oleh kandungan amilopektin. Proses hidrolisis pati oleh enzim alfa amilase akan lebih cepat terjadi pada amilosa yang memiliki rantai lurus dibandingkan dengan amilopektin yang memiliki rantai bercabang (Musita, 2009). Tepung pisang sudah banyak digunakan dalam industri pangan. Tepung bisang bisa dimanfaatkan menjadi bubur untuk makanan bayi dan penyandang cacat, juga sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan produk roti dan kue. Pisang khususnya jenis plantain dimanfaatkan menjadi tepung karena ketersediaannya yang akan selalu mencukupi karena dapat tumbuh sepanjang tahun. Dengan melakukan penepungan maka dapat memperpanjang umur simpan serta menjaga kandungan gizi pisang (Hui, 2007). Tepung pisang dibuat melalui beberapa tahapan yaitu pemberian perlakuan pendahuluan seperti perendaman dalam natrium metabisulfit, lalu dilanjutkan dengan pengeringan. Setelah kering, pisang akan digiling dan diayak (Adenji & Abdou 2008). Natrium metabisulfit digunakan karena merupakan bahan tambahan pangan yang dapat berfungsi untuk mencegah reaksi pencoklatan selama proses pengeringan pisang. Reaksi pencoklatan dapat mempengaruhi karakteristik warna tepung pisang yang dihasilkan. Natrium metabisulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil dan hasil dari reaksi tersebut akan mengikat melanoidin yang merupakan zat penyebab timbulnya pencoklatan selama pengeringan (Purwanto et al, 2013). 1.3.3. Pengeringan Proses pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam suatu produk sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Selama pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu, kelembaban, dan aliran udara. Buah pisang dapat dikeringkan secara konvensional menggunakan panas matahari, menggunakan dehydrator, oven, ataupun dengan cara lainnya. Proses pemanasan pada buah pisang pada umumnya menggunakan suhu tidak lebih dari 60 o C untuk menjaga karakteristik organoleptik produk dan juga agar kandungan gizinya tidak rusak (Hui, 2007).

8 Cabinet dryer adalah alat pengering dengan udara panas dalam ruang tertutup. Cabinet dryer terdiri dari tray, heater, dan fan. Tray berfungsi sebagai wadah yang disusun secara bertingkat dan dapat disesuaikan dengan kapasitas, berat, dan ukuran bahan. Hetaer berfungsi untuk memanaskan udara yang kemudian akan disebar oleh bantuan kipas/fan. Keuntungan dari penggunaan alat ini adalah mudah digunakan, tidak memerlukan daya tinggi, serta panas yang digunakan akan stabil (Napitupulu & Tua, 2012). 1.3.4. Bolu Bolu adalah kue yang dapat dibuat dengan cara dipanggang ataupun dikukus. Kue bolu terbuat dari bahan dasar tepung, pada umumnya tepung terigu, dan tanpa proses fermentasi. Selain tepung, bolu terbuat dari campuran bahan-bahan lain yang dapat dibedakan menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah bahan yang memberikan bentuk susunan bolu, yaitu tepung, telur, dan susu. Jenis kedua adalah bahan yang memberikan tekstur empuk, yaitu gula, lemak, dan baking powder serta bahan tambahan lain seperti pengemulsi. Dalam pembuatan bolu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu lama waktu dan cara pengocokan, serta lama waktu pengukusan. Pengocokan yang tidak sempurna dan merata dapat menyebabkan adonan belum mengembang atau jika terlalu lama adonan menjadi rusak dan tidak dapat mengembang ketika dipanggang atau dikukus. Lama waktu pemanggangan atau pengukusan juga mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan bolu (Andriani, 2012). Menurut Paran (2009) kue atau cake dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sponge cake, butter cake, chiffon cake, dan all in one cake. Perbedaan pada masingmasing jenis kue adalah pada cara pembuatan dan pencampuran bahan. Sponge cake adalah kue yang memiliki tekstur lembut. Proses pembuatan sponge cake dimulai dengan pencampuran gula dan telur terlebih dahulu, lalu bahan kering seperti tepung, susu, dan baking powder dimasukkan, kemudian margarin yang sudah dilelehkan dimasukkan paling terakhir karena mentega yang mengendap akan membuat adonan menjadi bantat. Butter cake adalah kue yang memiliki tekstur lebih padat dan pembuatannya lebih mudah dibandingkan sponge cake. Pembuatan butter cake dimulai dengan pengocokan mentegahingga lembut, lalu gula halus dan telur dimasukkan,

9 adonan diaduk hingga mengembang, kemudian tepung dimasukkan secara perlahan dan adonan diaduk terus hingga tercampur merata. Chiffon cake memiliki tekstur yang sangat lembut dan ringan. Pembuatan chiffon cake berbeda dengan kue lain karena pengadukan putih dan kuning telur dilakukan secara terpisah. Putih telur diaduk bersama dengan gula, sedangkan kuning telur diaduk dengan tepung baking powder, dan margarin yang sudah dilelehkan. All in one cake adalah kue yang pembuatannya paling mudah, yaitu seluruh bahan yang digunakan dicampur secara bersamaan dan diaduk hingga tercampur merata dan mengembang (Paran, 2009). Pada penelitian ini jenis bolu yang dibuat dapat digolongkan ke dalam jenis sponge cake berdasarkan bahan dan proses pembuatan yang dilakukan.