BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk. dibahas, apalagi Indonesia penduduk terpadat ke empat dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian suatu Negara sangat ditunjang oleh berkembangnya usaha

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam praktek sederhana pada kehidupan sehari-hari maupun dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 25 Juni 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara. Kabupaten Asahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil, dan Menengah adalah entitas yang memiliki kriteria yakni kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya (Horton & Hunt, 1999: 36). Perpindahan kelas tersebut

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi, dari segi penyerapan tenaga kerja. Melihat kenyataan yang ada usaha kecil harus mendapat perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangan sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pertumbuhan perekonomian nasional, daerah dan masyarakat, dapat menyerap tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan dan pengembangan usaha kecil menengah dilakukan dengan jalan memberikan bantuan permodalan dengan tingkat bunga yang lunak, bantuan teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia dengan cara memberikan pelatihan, bagaimana mengelola dunia usaha dan pemasaran. Setelah memahami betapa pentingnya pengembangan usaha kecil, maka dapat disadari bahwa para pengusaha kecil akan mendapat kesulitan dalam mewujudkannya tanpa dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, bagaimanapun mereka mengahadapi keterbatasan-keterbatasan yang kadang kala tidak dapat mereka pecahkan sendiri. Ketiadaan akan dukungan yang diberikan terhadap usaha kecil menengah oleh pemerintah merupakan kendala bagi usaha kecil menengah untuk lebih maju dan berkembang. Sesuai dengan hal-hal yang telah diterangkan diatas banyak kendala yang harus dihadapi oleh usaha kecil dalam menjalankan aktivitas usaha dan

perekonomian usaha tersebut, antara lain adalah faktor persaingan usaha, ketidakmampuan usaha kecil dalam hal permodalan baik itu modal usaha ataupun modal kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, pengalaman usaha, peralatan atau teknologi, pemasaran dan harga jual produk. Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah bahkan sebaliknya justru perusahaan besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih 100 orang yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut. Dalam konstelasi inilah perhatian untuk menumbuh kembangkan industri kecil dan rumah tangga yang menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak industri kecil dan rumah tangga juga intensif dalam menggunakan sumber daya alam lokal. Apalagi lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan industri kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan. Dari sisi kebijakan, industri rumah tangga jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Di pedesaan, peran penting industri kecil dan rumah tangga

memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah kabupaten/ Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegiatan usaha kecil yang hampir seluruhnya berada di daerah Kabupaten/Kota selalu dilanda fenomena sulit berkembang dikarenakan banyaknya masalah yang mereka hadapi mulai dari permasalahan ketersediaan modal dan tingkat kemampuan SDM pekerja yang relatif kurang memadai, keterbatasan kemampuan dalam mengelola perusahaan, informasi tentang dunia usaha sangat terbatas, jumlah dan kualitas tenaga kerja yang terbatas, kualitas barang yang diperdagangkan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan tidak memikirkan mutu dan desain barang yang diperdagangkan, akses pasar yang terbatas sehingga barang yang diperdagangkan tidak mampu bersaing dengan produk-produk lain yang sejenis, hal ini sangat berpengaruh kepada keuntungan usaha kecil itu sendiri. Kemungkinan yang harus dicapai usaha kecil dalam peningkatan keuntungan harus didukung oleh sikap dan perilaku usaha kecil dalam memperdagangkan barang dagangannya, barang yang diperdagangkan harus benar-benar mampu menembus pasar dengan kualitas yang baik, harga yang dapat bersaing, desain barang yang dapat memikat daya beli konsumen yang pada akhirnya produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen. Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Batu Bara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka. Kabupaten Batu Bara

menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Batu Bara di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Asahan, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan, daerah Lima Puluh merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah mencapai 239,55 Km² atau 26,47 % dari luas total Batu Bara. Sedangkan Kecamatan Medang Deras merupakan wilayah terkecil dengan luas 65,47 Km² atau 7,23 % dari luas total Batu Bara. Kabupaten Batu Bara mempunyai jumlah usaha kecil yang berkembang cukup banyak. Hal ini dikarenakan dari segi permodalan usaha kecil bisa dijangkau oleh kemampuan masyarakat, dibandingkan dengan usaha besar. Dari survei pendahuluan yang dilakukan diketahui terdapat peningkatan jumlah usaha kecil menengah yang berkembang di Kabupaten Batu Bara. Rinciannya sebagai berikut. Tabel 1.1. Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Batu Bara Tahun 2008 Tahun 2010 No Nama Kecamatan Kelurahan/ Desa Dusun/ Lingkungan UKM Tahun 2008 UKM Tahun 2009 UKM Tahun 2010 1 Medang Deras 14 107 27 30 34 2 Sei Suka 13 114 29 36 43 3 Air Putih 13 95 58 61 64 4 Lima Puluh 27 174 51 99 148 5 Talawi 13 101 26 43 59 6 Tanjung Tiram 12 99 44 64 84 7 Sei Balai 8 68 17 23 28 100 758 252 356 460 Sumber data : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Batu Bara

Berdasarkan Tabel 1.1. Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Batu Bara Tahun 2008 Tahun 2010, dapat dilihat terdapat peningkatan jumlah usaha kecil menengah pada Kabupaten Batu Bara, di setiap masing-masing kecamatan, dalam kurun waktu tiga tahun terdapat peningkatan jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) sebesar 45,21 % apabila dihitung secara keseluruhan untuk wilayah Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan data yang dijabarkan pada Tabel 1.1, dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Batu Bara, melihat potensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Batu Bara. Selain itu secara akademis, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah peningkatan jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Batu Bara linier dengan peningkatan pendapatan pengusaha, dan variabel variabel apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM). Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Batu BaraUsaha kecil yang dimaksud penulis dalam penelitian ini didasarkan pada golongan usaha dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan usaha kecil menengah yang telah terdaftar dan memiliki izin usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Batu Bara (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia 2006). Penelitian ini khusus ingin mengamati dan menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kecil di Kabupaten Batu Bara yaitu: modal

usaha, modal kerja, jumlah jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan pengusaha, dan daerah pemasaran. 1.2. Perumusan Masalah Dari hasil identifikasi sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah modal usaha bepengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara? 2. Apakah modal kerja berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara? 3. Apakah jumlah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara? 4. Apakah lama usaha bepengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara? 5. Apakah tingkat pendidikan pengusaha berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara? 6. Apakah daerah pemasaran berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara?

1.3. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara. b. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut : Untuk menganalisis pengaruh Modal Usaha, Modal Kerja, Jam Kerja, Lama Usaha, Tingkat Pendidikan Pengusaha dan Daerah Pemasaran terhadap pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak pihak terkait yang ingin mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara 2. Bagi dunia usaha khususnya usaha kecil menengah di Kabupaten Batu Bara penelitian ini akan bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pengembangan usaha dan peningkatan modal usaha. 3. Secara umum, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Batu Bara khususnya dalam kebijakan di bidang Perindustrian dan

Perdagangan untuk meningkatkan pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara. 4. Secara Khusus, penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Batu Bara. 5. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti masalah faktor faktor pendapatan usaha kecil menengah dan rumah tangga.