BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Data lain. Analisis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengalami kemajuan ataupun kemunduran dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan berkembangnya dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB I PENDAHULUAN. ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laju perkembangan perekonomian dunia yang dinamis ini menimbulkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang diteliti, serta interkasinya dengan lingkungan. Tempat: Penelitian ini menggunakan data PT. Telkomsel Tbk., PT.

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 14 September 2012, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) pada akhir tahun MEA atau AEC (ASEAN Economic

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai. a. Working Capital To Total Assets (X 1 )

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN SEBAGAI PARAMETER KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT SMARTFREN TELECOM, TBK NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KASUS KERJA SAMA ANTARA PT. TELKOMSEL DAN PT. PRIMA JAYA INFORMATIKA (PJI)

BAB III DOKTRIN EXCEPTIO NON ADIMPLETI CONTRACTUS SEBAGAI PEMBELAAN DEBITOR AGAR TIDAK DINYATAKAN PAILIT

ANALISIS PENGGUNAAN Z- SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT PYRIDAM FARMA, TBK PERIODE

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat, cerdas dan semakin berisiko. Perluasan industri biasa dilakukan

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan pada perekonomian global, terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PRAKATA... ABSTRACK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Krisis perekonomian global telah mengubah tatanan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pada kondisi perekonomian yang akhir-akhir ini mengalami goncangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis. kebangkrutan adalah perusahaan Delisting. Perusahaan Delisting

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan dalam dunia keuangan perusahaan (corporate finance). Platt dan Platt

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada saat ini berlangsung cukup pesat dan membawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN.

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB-I. mengalir ke dalam perbankan, juga melimpahnya jenis tabungan yang di. fungsi kebijakan moneter. Bank sebagai institusi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN BANK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM).

Penyusun Penulisan Ilmiah: YOGA KOMARA NPM: Dosen Pembimbing: Lina Kusrina, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi liabilitasnya terhadap bank, supplier, tenaga kerja, pajak, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.2 Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada tema boarderless communication (komunikasi tanpa batas). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai bagian dari pelaku ekonomi, merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang aktivitasnya adalah melakukan produksi dan distribusi. Dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya tersebut, perusahaan harus mampu dalam mempertahankan hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive). Daya hidup menggambarkan bahwa perusahaan dapat menghadapi dan memanfaatkan berbagai peluang dan ancaman yang muncul di luar dan di dalam perusahaan. Faktor faktor yang membentuk peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada tren dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan kompetitif yang dapat secara signifikan menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang. Sebagian besar dari peluang dan ancaman eksternal berada di luar kendali dari perusahaan (uncontrollable). Faktor-faktor yang membentuk peluang dan ancaman internal menunjuk pada aktivitas terkontrol suatu perusahaan yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Mereka muncul dalam manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan aktivitas sistem informasi manajemen suatu bisnis. Untuk mampu dalam bertahan hidup, perusahaan harus bisa bersaing. Perkembangan global menuntut perusahaan untuk selalu memperkuat kondisi

keuangan dan fundamental manajemennya, jika perusahaan tidak mampu mengantisipasinya dengan memperkuat kondisi keuangan dan fundamental manajemen, perlahan namun pasti, perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 Ayat l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menjelaskan, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Kebangkrutan bukan hanya disebabkan oleh ketidakmampuan suatu perusahaan dalam bersaing, melainkan perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain yang dibuat oleh suatu perusahaan dapat juga menjadi penyebabnya. Hal dapat terjadi apabila ada suatu perusahaan melakukan suatu perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain, tetapi ternyata setelah perjanjian tersebut berlangsung beberapa waktu, perusahaan yang menjadi pihak debitur tidak dapat membayarkan utangnya kepada pihak kreditur sebagaimana mestinya, dan utang tersebut dinyatakan telah jatuh tempo. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 Ayat l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu, debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya. Kejadian yang berhubungan dengan kebangkrutan ini dialami oleh PT. Telkomsel Tbk pada bulan Juni yang lalu. Kejadian ini berawal dari pengajuan putusan pailit yang dilakukan oleh PT. Prima Jaya Informatika. PT. Telkomsel Tbk dianggap telah tidak mematuhi perjanjian dan menimbulkan utang, perjanjian yang dilakukan ini berupa penjualan voucher isi ulang bertemakan khusus olahraga yang dalam jumlah paling sedikit 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta), yang terdiri dari voucher isi ulang Rp.25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah), dan voucher isi ulang Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap tahunnya untuk dijual oleh PT. Prima Jaya Informatika, yang berlaku selama 2 tahun terhitung sejak tanggal perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 01 Juni 2011. Selanjutnya pada tanggal 20 Juni 2012 PT. Prima Jaya Informatika menyampaikan daftar pesanan kepada PT. Telkomsel Tbk, daftar pesanan ini ditolak melalui e-mail tertanggal 20 Juni 2012 yang menyatakan sampai saat ini PT. Telkomsel Tbk belum menerima perintah selanjutnya mengenai pendistribusian produk PRIMA, sehingga belum bisa memenuhi permintaan alokasi tersebut. Pada tanggal 21 Juni 2012 PT. Prima Jaya Informatika kembali mengajukan daftar pesanan sebesar Rp.3.025.000.000,00 (tiga miliyar dua puluh lima juta rupiah). Daftar pesanan yang diajukan PT. Prima Jaya Informatika pada

tanggal 21 Juni 2012 juga ditolak melalui media e-mail, yang menyatakan untuk menghentikan sementara alokasi produk Prima. Dengan demikian daftar pesanan pada tanggal 20 Juni 2012 menimbulkan utang sebesar Rp.2.595.000.000,00 (dua miliyar lima ratus sembilan puluh lima juta rupiah) yang jatuh tempo pada 25 Juni 2012, begitu juga dengan daftar yang tanggal 21 juni 2012 sebesar Rp.3.025.000.000,00 (tiga miliyar dua puluh lima juta rupiah) yang jatuh tempo pada tanggal 25 Juni 2012. Total dari seluruh tangihan tersebut adalah Rp.5.260.000.000,00 (lima miliyar dua ratus enam puluh juta rupiah). PT. Telkomse1 Tbk juga memiliki mempunyai utang terhadap PT. EXTENT MEDIA INDONESIA, berupa kerja sama layanan Mobile Data Content, yang ditujukan untuk bulan Agustus 2011 dan bulan September 2011. Dengan total sebesar Rp.40.326.2l3.794,00 (empat puluh milyar tiga ratus dua puluh enam juta dua ratus tiga belas ribu tujuh ratus sembilan puluh empat rupiah). Dan PT. EXTENT MEDIA INDONESIA telah melakukan somasi beberapa kali, yang terakhir yaitu pada tanggal 4 Juli 2012 tapi pihak PT.Telkomse1 Tbk tidak membayarnya, dan utang tersebut telah jatuh tempo. Dengan begitu maka pernyataan pailit pun terpenuhi yakni terbukti secara sederhana PT. Telkomsel Tbk. memiliki dua kreditor dan tidak membayar 2 utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sehingga muncul putusan yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, yaitu putusan pernyataan pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk dengan putusan Nomor: 48/PAILIT/2012/PN.NIAGA/IKT.PST.

Pihak PT. Telkomse1 Tbk yang merasa keberatan dengan putusan pailit terhadapnya dan mengajukan upaya kasasi terhadap Mahkamah Agung. Mahkamah Agung kemudian mengabulkan permohonan kasasi dari PT. Telkomsel Tbk dan membatalkan keputusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat serta menolak permohonan pailit dari PT. Prima Jaya Informatika. Kasus tersebut tentu saja akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat pada umumnya dan para investor khususnya. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih mendalam keadaan kesehatan keuangan dari PT. Telkomsel Tbk serta untuk menilai tingkat risiko kebangkrutannya. Penilaian risiko ini dilakukan dengan model Z-score Altman, dalam model ini digunakan 4 jenis rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, dan book value of equity to book value of total liabilities. Keempat jenis rasio di atas merupakan variabel independen, sedangkan variabel dependennya merupakan nilai Z-score itu sendiri. Semakin tinggi rasio variabel dependen tersebut bermakna perusahaan lebih aman atau memliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil. Dari nilai Z-score yang didapat, kemudian perusahaan akan diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu: perusahaan yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk bangkrut, kelompok perusahaan yang berada pada gray area, dan kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami tidak bangkrut. Model Z-score Altman telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Seperti oleh Haynes dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul A Study of

the Efficacy of Altman s Z to Predict Bankruptcy of Specialty Retail Firms Doing Business in Contemporary Times, dan mendapatkan hasil bahwa model Z-score Altman dapat memprediksi bankruptcy filing secara akurat sebesar 94% dan memprediksi financial distress secara akurat sebesar 90%. Reddy dkk pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul Financial Status of Select Sugar Manufacturing Units-Z Score Model, mendapatkan hasil bahwa 3 perusahaan gula di India yang menjadi sampel penelitian yaitu Chittoor Co-Operative Sugars Ltd., Prudential Sugar Corporation Ltd., dan Sri Venkateswara Co-operative Sugar Factory Ltd. dari tahun 2004-2010, berdasarkan hasil analisis model Z-score Altman menunjukkan kinerja keuangan dari ketiga perusahaan tersebut buruk dan menghadapi financial distress. Tesis Bright Kpodoh pada tahun 2009 dengan judul Bankruptcy and Financial Distress prediction in the Mobile Telecom Industry, mendapat kesimpulan bahwa Z-score mampu secara akurat memprediksi posisi financial distress dari 3 perusahaan telekomunikasi di Ghana yang menjadi objek penelitian yaitu: Mobile Telecommunications Network Ltd (MTN), Millicom Ghana Limited (Tigo), dan Ghana Telecommunication Company Limited. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa Z-score Altman dapat digunakan pada perusahaan non-publik dan perusahaan non-manufaktur. Pada tahun 2011 Siregar meneliti menggunakan Z-score Altman dengan judul penelitian Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2007-2009, hasil penelitian menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori bangkrut pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % atau 4 perusahaan pada tahun 2007, dan 2009; serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut. Saragih pada tahun 2011 juga melakukan penelitian dengan judul Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mendapatkan kesimpulan bahwa model Z-score Altman dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk memprediksi kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk menggunakan model Z-score Altman dengan judul Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel), perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitan ini merupakan studi kasus dengan memilih PT. Telkomsel Tbk. yang akan dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor telekomunikasi di Indonesia yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah PT. Telkomsel Tbk. diprediksi akan bangkrut berdasarkan analisis model Z-score terhadap laporan tahunan periode 2010-2012? 2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara nilai Z-Score PT. Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012? 3. Apakah kondisi keuangan PT. Telkomsel Tbk. kurang baik dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012 dilihat dari nilai X 1, X 2, X 3, X 4, serta Z-Score? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kemungkinan PT. Telkomsel Tbk. diprediksi akan bangkrut berdasarkan analisis model Z-score terhadap laporan tahunan periode 2010-2012. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antara nilai Z-Score PT. Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012

3. Mengetahui kondisi keuangan PT. Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan peneliti di dalam bidang akuntansi mengenai model Z-score Altman, kebangkrutan perusahaan, dan prediksi model Z-score Altman terhadap kebangkrutan perusahaan. 2. Bagi praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan. 3. Bagi investor dan calon investor, memberikan gambaran mengenai perkembangan perusahaan yang berkaitan dengan keuangan yang dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan.