BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 05 Juli 2006 tentang penugasan kepada PT PLN (Persero) untuk melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara. Perpres ini menjadi dasar bagi pembagunan 10 PLTU di Jawa dan 25 PLTU di luar Jawa Bali atau yang dikenal denganproyek Percepatan PLTU 10.000 MW. Pembangunan proyekproyek PLTU tersebut guna mengejar pasokan tenaga listrik yang akan mengalami deficit sampai beberapa tahun mendatang, serta menunjang program diversifikasi energy untuk pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan batubara berkalori rendah (±4200 kcal/kg). Proyek-proyek pembangunan PLTU tersebut diharapkan siap beroperasi tahun 2009/2010. Dalam pelaksanaan pembangunan proyek adalah PLTU 2 Labuan-Banten dengan kapasitas 2 x 300 MW ini, ditunjuk PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi untuk melaksanakan Supervisi selama periode konstruksi, sesuai surat penugasan Direksi No. 00644/121/DIRKIT/2007, tanggal 18 April 2007. Kontrak EPC PLTU 2 Labuan-Banten ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2007 oleh PT PLN (Persero) dengan Konsorsium Chengda Engneering Corp of China dan PT Truba Jurong Engineering. 39
40 Nilai kontrak dari proyek ini seebesar IDR 1,398,292,380,042 dan USD 339,479,648 belum termasuk Value Added Tax. PLTU Labuan merupakan salah satu diantara 10 proyek pembangkitan di Jawa, bagian dari program percepatan pembangkit tenaga Listrik PLTU 10.000 MW dengan target rampung di tahun 2009. Sebuah program yang peluncurannya dilatarbelakangi adanya keterlambatan penyelesaiaan proyek pembangunan pembangkit rancangan sebelumny, sebagai antisipasi terhadap kekurangan pasokan listrik di tahun 2008 dan ketidakpastian pasokan gas alam untuk pembangkitan. Diasumsikan, kekurangan pasokan gas tersebut sampai tahun 2010. Pada bagian lain diketahui banyaknya batubara berkalori rendah yang terkandung di Sumatera dan Kalimantan. 4.1.2 Lokasi Perusahaan Lokasi proyek PLTU 2 Labuan-Banten di desa Sukamaju, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Dengan jarak sekitar 180 km dari Jakarta dengan total lahan 66,45 HA. 4.1.3 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai Perusahaan Visi Perusahaan: Menjadi perusahaan Asset Manajement terbaik se-indonesia Misi Perusahaan: Bertindak Sebagai asset manager dan atau asset operator yang bertanggung jawab pengendalian operasi dan pemeliharaan pembangkit di Jawa secara optimal, efektif dan efisien serta memastikan keamanan pasokan bahan bakar, agar dapt menjadi pembangkit yang handal, produktif dan ramah lingkungan dengan mengacu kepada standard kinerja kelas dunia. Motto Bersih, Hijau dan Berkualitas
41 Tata Nilai Perusahaan Saling Percaya Integritas Peduli Pembelajar 4.1.4 Sertifikasi PLTU Labuan Untuk menjamin kehandalan ketersediaan pasokan tenaga listrik dan keselamatan ketenagalistrikan sesuai dengan UU Ketenagalistrikan No 30 tahun 2009, maka pembangkit dipersyaratkan untuk memenuhi sertifikasi internasional maupun nasional. Sertifikasi yang telah dilaksanakan PLTU Labuan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Sertifikasi PLTU Labuan Nama Sertifikasi Sertifikat Laik Operasi SNI ISO 9001:2008 ISO 14001:2004 / SNI 19-14001:2005 OHSAS 18001:2007 Standar Pengoperasian Pembangkit PLTU Batu Bara Jenis Sertifikasi Kesiapan peralatan PLTU Quality Management System Environmental Management System Ocupational Health and Safety Management System Kompetensi pegawai operasi & pemeliharaan PLTU Batu Bara Nomor Sertifikasi 001/PL/086A.0 8/BKT-JS/2009 QSC 00941 EMS 00128 OHS 00128 IP.OPR.O.001.0 2 Lembaga Sertifikasi PT. PLN (Persero) Jasa Sertifikasi Sucofindo International Certification Services Sucofindo International Certification Services Sucofindo International Certification Services Himpunan Ahli Pembangkitan Tenaga Listrik Indonesia Sumber: PT. IP (2012)
42 4.1.5 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan kerangka dasar dari suatu manajemen badan usaha yang menjelaskan bagaimana tugas serta tanggung jawab setiap badan organisasi. Organisasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara kelompok orang berdasarkan suatu perjanjian untuk kerjasama guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana didalamnya terdapat tanggung jawab dan wewenang antara department. Jadi struktur organisasi merupakan suatu rangka kerja yang mengendalikan berbagai fungsi bersama dengan pola yang ditetapkan manajemen. Struktur Organisasi di PLTU Labuan adalah sebagai berikut: Manager Sektor Asisten Manager OPHAR Asisten Manager SDM, Keuangan dan Administrasi Supervisor Rendal OPHAR Supervisor SDM dan Umum Supervisor Energi Primer Supervisor Keuangan Supervisor LK2 dan K3 Supervisor Inventory Gambar 4.1. Struktur organisasi PT IP Labuan Sumber: PLTU Labuan (2013)
43 Struktur Organisasi PLTU 2 Labuan Banten adalah sebagai berikut: a. Manager Sektor Yang bertanggung jawab penuh terhadap operasional perusahaan, menentukan aturan main/ kerja dalam perusahaan, termasuk membuat kebijakan kebijakan didalam perusahaan, mengkoordinasikan sumberdaya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Membina hubungan baik dengan customer dan pelayan pelanggan. b. Asisten Manager Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan Yang bertanggung jawab memantau dan merencanakan pengoperasian, perencanaan harian, mingguan, bulanan. Berkoordinasi dengan asset operator dan maintenance c. Asisten Manager SDM, Keuangan dan Administrasi Yang bertanggung jawab merencanakan, mengatur dan mengkoordinir kebijakan tentang personil, hubungan industrial dan kegiatan-kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja dari suatu perusahaan serta merencanakan, mengatur dan mengkoordinir kebijakan keuangan dan administrasi perusahaan. d. Supervisor Rendal OPHAR Supervisor Rendal OPHAR terletak dibawah Asisten Manager Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan, yang bertugas membantu memantau dan merencanakan pengoperasian, perencanaan harian, mingguan, bulanan. Berkoordinasi dengan asset operator dan maintenance. Supervisor ini membawahi satu orang staff e. Supervisor SDM dan Umum Supervisor SDM dan Umum terletak dibawah Asisten Manager SDM, Keuangan dan Administrasi, yang bertugas membantu merencanakan, mengatur dan mengkoordinir kebijakan tentang personil, hubungan industrial dan kegiatan-kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja dari suatu perusahaan. Supervisor ini membawahi satu orang staff.
44 f. Supervisor Keuangan Supervisor Keuangan terletak dibawah Asisten Manager SDM, Keuangan dan Administrasi, yang bertugas membantu merencanakan, mengatur dan mengkoordinir kebijakan keuangan dan administrasi perusahaan. Supervisor ini membawahi dua orang staff. g. Supervisor Energi Primer Supervisor Energi Primer terletak dibawah Asisten Manager Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan, yang bertugas merencanakan dan mengatur bahan bakar (HSD dan Batubara) agar terjamin pasokan bahan bakar di PLTU. Supervisor ini membawahi dua orang staff. h. Supervisor LK2 dan K3 Supervisor LK2 dan K3 terletak dibawah Assisten Manager Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan yang bertugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis, serta pembinaan teknis, lindungan lingkungan dan usaha penunjang di bidang ketenagalistrikan. Supervisor ini membawahi dua orang staff. i. Supervisor Inventory Supervisor Inventory terletak dibawah Asisten Manager SDM, Keuangan dan Administrasi, yang bertugas Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pergudangan, pengiriman, persediaan, dan pembelian agar proses permintaan dan pengadaan barang dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, tepat waktu, efisien dan efektif 4.2 Pengumpulan Data Batubara Low Rank Coal Didalam hal pengolahan data yang akan dibuat, dibutuhkan data-data batubara Low Rank Coal yang dikumpulkan: a. Data Harga Batubara b. Data Pemakaian Batubara
45 c. Biaya Pemesanan Batubara d. Biaya Penyimpanan e. Waktu Tunggu 4.2.1 Data Harga Batubara Harga FOB LRC di Kalimantan Selatan tahun 2013 mengacu hitungan HPB dengan menggunakan HBA rata-rata Triwulan IV tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi dengan porsi HBA Oktober 20%, HBA November 30% dan HBA Desember 50% yaitu sebesar Rp. 397.390,- per metric ton. Untuk GCV 4.200 kcal/kg (as received 4.2.2 Data Pemakaian Batubara Kebutuhan Operasi PLTU Labuan 2013 sangat signifikan, sehngga memerlukan kebutuhan batubara dapat dilihat dari table dibawah ini: Tabel 4.2 Kebutuhan Batubara LRC tahun 2013 Periode Kebutuhan (MT) Periode Kebutuhan (MT) Januari 17.8876,387 Juli 169.370,163 Februari 69.067,589 Agustus 147.724,987 Maret 61.173,183 September 201.415,161 April 209.514,333 Oktober 197.624,025 Mei 212.523,602 November 94.980,826 Juni 207.570,636 Desember 106.009,637 Total Kebutuhan = 1.855.850,529 MT
46 Sumber: Mutasi Batubara PLTU Labuan (2013) Gambar 4.1 Diagram pareto Kebutuhan Batubara LRC tahun 2013 4.2.3 Biaya Pemesanan Batubara Biaya pemesanan adalah biaya yang meliputi biaya administrasi untuk pembelian atau pemesanan kepada pemasok dari luar. Besar kecilnya biaya pemesanan tergantung pada seberapa besar dan seberapa seringnya jumlah pemesanan. Biaya pemesanan meliputi biaya proses pemesanan, penerimaan, administrasi, pembongkaran adalah: Tabel 4.3 Biaya setiap kali pemesanan tahun 2013 NO Bahan Baku Biaya Pemesanan (Rp) 1 Batubara LRC Rp 5.832.022.300,- Sumber : Invoice PT Arutmin Indonesia (2013) 4.2.4 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan adalah biaya yang berkaitan dengan penyimpanan barang, seperti biaya fasilitas, assuransi, dan kerusakan. Dikarenakan menggunakan stockpile
47 sendiri, maka biaya penyimpanan batubara Low Rank Coal di PLTU 2 Labuan Banten per periodenya dapat dilihat pada table dibawah ini: Tabel 4.4 Biaya setiap kali Penyimpanan per periode tahun 2013 NO Bahan Baku Biaya Penyimpanan (Rp) 1 Batubara LRC Rp 1.500.000,- 4.2.5 Waktu Tunggu Waktu tenggang adalah waktu yang dibutuhkan dari awal pemesanan sampai bahan baku tiba di pabrik. Lead time untuk setiap pemesanan berbedatergantung prosedur yang diperlakukan, cuaca dan jarak tempuh. Untuk pemesanan batubara asumsi Lead time yang digunakan adalah 8 hari sejak loading batubara dari tambang, dengan Resiko Stock Out (K) adalah 5 %. Tabel 4.4 Waktu Tenggang (Lead Time) NO Bahan Baku Lead Time (hari) Resiko Stock Out (K) 1 Batubara LRC 8 5 % 4.2.6 Safety Stock Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kemungkinan terjadi kekuangan bahan (stock-out). Terjadinya kekurangan bahan karena penggunaan bahan baku yag lebih besar daripada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Dalam penelitia ini safety stock batubara perbulan sudah ditentukan perusahaan yaitu sebesar 68.796 MT (terlampir).
48 4.3 Pengolahan Data Dari hasil pengumpulan data pada PLTU 2 Labuan Banten, maka biaya-biaya persediaan dapat dihitung dengan metode EOQ Kebutuhan batubara perbulan Pemakaian selama Lead Time d x L = 154.654,211 x 8/30 = 41.241,123 MT Dengan menggunakan model EOQ EOQ* = = 120.129,717 MT Frekuensi Pemesanan Ekonomis
49 Biaya Pemesanan Pertahun Biaya Penyimpanan Pertahun Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Titik Pemesanan Kembali (Re-Order Point) ROP = Pemakaian selama Lead Time + Safety Stock = 41.241,123 + 68.796 = 110.037 MT