DAFTAR ISI BAB III. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar C. Visi dan Misi D. Tujuan E. Sistematika Penulisan. A. Aspek Geografi B.

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT,

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT,

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan telah. tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2016.

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RESUME PROFIL KESEHATAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

Juknis Operasional SPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I P E N D A H U L U A N

RESUME PROFIL KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2014

Transkripsi:

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar C. Visi dan Misi D. Tujuan E. Sistematika Penulisan 1 2 4 5 7 BAB II GAMBARAN UMUM A. Aspek Geografi B. Demografi 8 12 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian ( Morbiditas) B. Angka Harapan Hidup (AHH) C. Angka Kesakitan D. Status Gizi 16 23 24 39 BAB IV UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan B. Perila ku Hidup Masyarakat C. Keadaan Lingkungan 46 62 66 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. Tenaga Kesehatan B. Fasilitas Kesehatan C. Anggaran Kesehatan 68 70 71 BAB VI KESIMPULAN LAMPIRAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pembangunan kesehatan menyentuh hampir semua aspek kesehatan atau dengan kata lain kesehatan merupakan hak dasar manusia serta merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, dijaga & ditingkatkan. Dasar-dasar pembangunan kesehatan meliputi komitmen sikap dan tindakan agar kebenaran setiap upaya kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan, ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga setiap tenaga kesehatan perlu mempunyai moralitas yang tinggi, berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam memberi pelayanan tanpa memandang perbedaan suku, golongan, agama dan status ekonomi sosialnya. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dilaksanakan secara profesional, berhasilguna dan memberikan manfaat yang

2 sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Harapan masyarakat Indonesia, juga di Kalimantan Timur dimasa depan yang ingin dituju adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Gambaran derajat kesehatan yang optimal tersebut ditandai dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian serta menurunnya kasus kekurangan gizi pada usia bayi, balita, usia produktif dan kelompok usia rentan lainnya, membaiknya faktor lingkungan dan membudayanya perilaku hidup sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki kualitas sumber daya manusia yang tangguh, sehat, cerdas, kreatif dan produktif. B. Dasar Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan:

3 1. Perikemanusiaan Setiap kegiatan program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. 3. Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat.

4 4. Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah C. Visi dan Misi 1. Visi Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Provinsi Kalimantan Timur di masa depan maka Dinas Kesehatan Provinsi memiliki Visi "Meningkatkan derajat dan mutu kesehatan masyarakat Kalimantan Timur yang merata dan berkeadilan. 2. Misi Misi Pembangunan Kesehatan di Kalimantan Timur adalah : a) Menjamin pemeliharaan dan peningkatan upaya kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan

5 b) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan membangun kemitraan dengan lintas sektor. c) Menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai dan berkesinambungan 3. Strategi Adapun strategi dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut : a) Memfasilitasi peningkatan dan pemerataan jumlah sarana/fasilitas/ jaringan dan kualitas pelayanan kesehatan. b) Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, tidak menular dan wabah sejak dini dengan penguatan sistem surveilance dan mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya penyehatan lingkungan. c) Menggerakan dan memberdayakan Masyarakat di Bidang Kesehatan melalui Peningkatan Pemahaman, kesadaran, kemauan Masyarakat untuk hidup sehat. d) Memfasilitasi pemerataan dan pengembangan sumber daya kesehatan. D. Tujuan 1. Umum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 adalah tersedianya data dan informasi yang relevan,

6 akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna sebagai upaya menuju Provinsi Kalimantan Timur yang Sehat. 2. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan a) Diperolehnya Data dan informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; b) Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; c) Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. d) Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; e) Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program program kesehatan; f) Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya;

7 g) Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan. E. Sistematika Penulisan Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2015, maka diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur yang disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM BAB III KEADAAN DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BAB IV UPAYA KESEHATAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BAB V KEADAAN SUMBER DAYA KESEHATAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BAB VI KESIMPULAN LAMPIRAN

8 BAB II GAMBARAN UMUM A. Aspek Geografi Kondisi geografi dan demografi merupakan dua faktor penting dan mendasar yang menentukan keberhasilan pembangunan. Kondisi Geografi akan memberikan gambaran tentang ketersediaan sumber daya alam, mulai luas lahan, mineral beserta flora dan fauna yang ada didalamnya. Sedangkan kondisi demografi merupakan gambaran tentang sumberdaya manusia baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitasnya dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan. 1. Luas dan batas wilayah administrasi Gambar. 2.1. Peta Provinsi Kalimantan Timur

9 Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah sekitar 12.726.752 ha yang terdir dari daratan seluas 12.533.681 ha dan luas perairan darat 193.071 ha. Pengelolaan laut (0-4mil) seluas 25.656 km 2. Kalimantan Timur merupakan Provinsi terluas ketiga dengan luas wilayah mencapai 6,66% dari luas wilayah Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur terbagi menjadi 7 (tujuh) Kabupaten (Berau, Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Paser, Penajam Paser Utara dan Mahakam Ulu) dan 3 (tiga) Kota (Balikpapan, Bontang dan Samarinda). NO Tabel 2.1 Data Luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur KABUPATEN/KOTA Sumber : Profil Kab/Kota Tahun 2016 LUAS WILAYAH (km 2 ) 1 PASER 11.097,0 2 KUTAI BARAT 20.381,6 3 KUTAI KARTANAGARA 27.263,1 4 KUTAI TIMUR 35.747,5 5 BERAU 34.127,2 6 PENAJAM PASER UTARA 3.333,1 7 MAHAKAM ULU 15.315,0 8 BALIKPAPAN 508,3 9 SAMARINDA 718,0 10 BONTANG 149,8 JUMLAH (KAB/KOTA) 148.640,5 Posisi Provinsi Kalimantan Timur terletak antara 4 0 24 Lintang Utara (LU) dan 2 0 25 Lintang Selatan (LS), 113 0 44 Bujur Timur (BT) dan 119 0 00 0

10 Bujur Timur (BT). Secara administrasi batas wilayah Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut : a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara; b) Sebelah Barat : Berbatasan dengan negara bagian Serawak Malaysia, Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah. c) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan d) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi 2. Kondisi Geografis Geogafis Provinsi Kalimantan Timur merupakan satu dari 13 provinsi di Indonesia yang mempunyai wilayah perbatasan antarnegara, yaitu dengan negara Malaysia. Selain itu posisi Kalimantan Timur berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dari laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui selat Makassar dan selat Lombok merupakan potensi perekonomian yang strategis. Bagi Kaltim posisi KL II sangat bernilai strategis baik ditinjau aspek ekonomi maupun politis, terbuka peluang berkembangnya pelabuhan besar dan berstandar internasional yang dapat mendorong perkembangan ekonomi daerah dan nasional. Wilayah Provinsi Kaltim yang sangat luas menyebakan semua karakteristik wilayah terdapat didaerah ini, mulai kawasan perbatasan, pedalaman,

11 terpencil, pengunungan, pesisir dan kepulauan. Wilayah kaltim yang memiliki pantai sepanjang 1.185 Km mempunyai kawasan pesisir yang sangat luas, kota Bontang dan Balikpapan merupakan dua kota yang terletak di pesisir pantai Kaltim 3. Kondisi Topografi Lahan datar di Kalimantan Timur pada umumnya hanya terdapat didaerah pantai dan daerah aliran sungai-sungai besar (0-2%), yang luasnya sekitar 10,70%. Kemudian diikuti oleh lahan yang tingkat kelerengan landai (2-15%) yang luasnya mencapai sekitar 16,16%. Sisanya, lahan berbukit dengan tingkat kelerengan >15% dan yang lebih terjal lagi dengan luasnya mencapai sekitar 73,14% dari luas wilayah Kaltim.Pengembangan tanaman pangan hanya mungkin dilakukan didaerah yang datar (kemiringan 0 2 %) hingga landai (kemiringan 2 15%). Sedangkan lahan dengan tingkat kelerengan yang lebih tinggi hanya cocok untuk tanaman tahunan dan kawasan konservasi. 4. Kondisi Iklim Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kalimantan Timur beriklim tropik dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu karena letaknya didaerah khatulistiwa maka iklim di

12 Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muso, yaitu angin Muson Barat Nopember April dan angin Muson Timur Mei- Oktober. Namun dalam tahun tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali atau sebaliknya. Kelembaban udara relative tinggi dengan rata-rata berkisar antara 82-92 persen dengan kecepatan angin rata-rata 3-5 knot per jam. Selanjutnya curah hujan di Kalimantan Timur pada tahun 2013 sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan rata-rata curah hujan di Kalimantan Timur berada pada kisaran 110,04 370,06 mm per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa curah hujan di Kalimantan Timur masih cukup besar walaupun pada musim kemarau pernah mencapai 100 mm per bulan berdasarkan stasiun metedologi Samarinda. B. DEMOGRAFI Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Jumlah penduduk yang besar cenderung mengelompak pada tempat-tempat tertentu sehingga menyebabkan pola penyebaran bervariasi. Kepadatan penduduk yang tinggi pada umumnya dapat dijumpai pada daerah-daerah yang mempunyai aktifitas tinggi, adanya sarana transfortasi yang memadai, dan keadaan social-ekonomi yang lebih baik. Sebaliknya kepadatan penduduk yang rendah pada umumnya terdapat pada daerah-

13 daerah dengan aktivitas ekonomi yang relative masih rendah dan keadaan sarana transportasinya masih sulit. Tabel 2.2 Data jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur NO KABUPATEN/KOTA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN JUMLAH WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN PENDUDUK (km 2 ) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km 2 1 PASER 11.097,0 139 5 144 268.261 70.956 3,78 24,17 2 KUTAI BARAT 20.381,6 190 4 194 146.998 37.096 3,96 7,21 3 KUTAI KARTANAGARA 27.263,1 199 38 237 655.163 192.511 3,40 24,03 4 KUTAI TIMUR 35.747,5 134 1 135 357.008 91.223 3,91 9,99 5 BERAU 34.127,2 102 10 112 214.828 712 301,72 6,29 6 PENAJAM PASER UTARA 3.333,1 30 24 54 156.001 49.577 3,15 46,80 7 MAHAKAM ULU 15.315,0 50 0 50 26.089 6.411 4,07 1,70 8 BALIKPAPAN 508,3 0 34 34 625.968 155.299 4,03 1231,61 9 SAMARINDA 718,0 0 59 59 968.478 197.788 4,90 1348,86 10 BONTANG 149,8 0 15 15 166.868 - #DIV/0! 1113,94 JUMLAH (KAB/KOTA) 148.640,5 844 190 1034 3.585.662 801.573 4,47 24 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota, Tahun 2016 Selain Kepadatan penduduk jumlah penduduk berdasarkan penggolongan usia dan sex ratio juga dapat memberikan gambaran bagi kita tentang jenis permasalahan kesehatan yang mengancam. Sehingga dalam penetapan program kegiatan kesehatan selanjutnya data ini bisa menjadi dasar dalam penentuan kegiatan sehingga tepat sasaran dan program yang dihasilkan bermanfaat.

14 Tabel 1. 3 Data jumlah penduduk berdasarkan Jenis kelamin dan kelompok umur Provinsi Kalimantan Timur NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI- LAKI+PEREMPUAN 2 0-4 171.069 151.790 645.718 225,40 4 17-Sep 180.683 167.824 697.013 215,33 6 86044 175.559 164.348 679.812 213,64 8 15-19 144.207 137.214 562.843 210,19 10 20-24 158.785 146.441 610.451 216,86 12 25-29 170.096 160.357 660.906 212,15 14 30-34 180.274 165.239 691.026 218,20 16 35-39 167.198 147.677 629.751 226,44 18 40-44 144.216 130.736 549.904 220,62 20 45-49 120.924 107.278 456.403 225,44 22 50-54 93.880 82.597 352.955 227,32 24 55-59 68.940 56.773 251.427 242,86 26 60-64 45.710 35.701 162.822 256,07 28 65-69 28.649 24.123 105.545 237,52 30 70-74 15.211 14.084 58.590 216,02 32 75+ 14.514 13.565 56.158 213,99 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota, Tahun 2016 JUMLAH PENDUDUK RASIO JENIS KELAMIN JUMLAH 3.759.832 3.411.492 10.756.986 220 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 91,01521814

15 Tabel 1. 4 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Dan Ijazah Tertinggi Jenis Kelamin Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 NO 1 2 3 JUMLAH PERSENTASE VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI PEREMPUAN PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 1.140.734 1.011.811 2.285.168 LAKI-LAKI+ PEREMPUAN PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF 598.148 529.446 1.127.595 52,44 52,33 49,34 PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN: a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 252.392 196.278 476.023 22,13 19,40 20,83 b. SD/MI 277.741 229.635 507.375 24,35 22,70 22,20 c. SMP/ MTs 260.366 166.072 450.977 22,82 16,41 19,73 d. SMA/ MA 358.510 244.726 633.216 31,43 24,19 27,71 e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 71.832 46.286 118.118 6,30 4,57 5,17 f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 84.724 53.895 139.503 7,43 5,33 6,10 g. AKADEMI/DIPLOMA III 47.332 59.365 108.541 4,15 5,87 4,75 h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 67.272 55.222 126.883 5,90 5,46 5,55 i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 7.545 4.621 12.359 0,66 0,46 0,54 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota

16 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Menilai derajat kesehatan masyarakat dengan menggunaan indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian); Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI), morbiditas (kesakitan); angka kesakitan beberapa penyakit serta status gizi pada balita dan dewasa. A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang terkait Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) serta kematian yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan dan bencana. 1. ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP Indikator kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan antara lain dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi Kalimantan Timur berdasarkan hasil BPS prov Kaltim 2013

17 sebesar 21. Sedangkan untuk jumlah kematian bayi di Kalimantan Timur mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, terlihat pada tabel berikut : Gambar 3.1 Trend Jumlah Kematian Bayi Per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Jumlah kematian bayi tertinggi pada kabupaten Kutai Kertanegara sebesar 168 kasus, walaupun jumlah ini turun dari tahun 2015 yaitu sebesar 211 kasus, Kota Balikpapan sebesar 78 kasus, jumlah kasus ini sama dengan tahun 2015, terlihat dalam tabel berikut :

18 Gambar 3.2 Jumlah Kematian Bayi Per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 2. ANGKA KEMATIAN BALITA PER-1.000 KELAHIRAN HIDUP Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase setelah anak dilahirkan dan sebelum umur 5 tahun. Angka kematian Balita Kalimantan Timur menurut BPS tahun 2013 sebesar 31. Untuk angka pada tahun 2016 belum dirilis BPS, untuk trend jumlah kematian bayi dapat di lihat pada tabel berikut :

19 Gambar 3.3 Trend Jumlah Kematian Balita Yang Dilaporkan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2013-2016 Dari grafik diatas terlihat jumlah kematian balita terjadi peningkatan dari tahun 2013 sebesar 72, pada tahun 2014 menjadi 60 dan pada tahun 2015 menjadi 84 kasus kematian, dan kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 117 kasus kematian balita

20 Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita Yang Dilaporkan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Jumlah kematian Balita Yang Dilaporkan oleh Kabupaten/Kota tertinggi pada kabupaten Kutai Kertanegara sebanyak 27 kasus kematian, dimana jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) yaitu sebesar 14 kasus, Kota Balikpapan sebesar 16 kasus kematian dimana jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) sebesar 6 kasus kematian balita.

21 3. ANGKA KEMATIAN IBU PER-100.000 KELAHIRAN HIDUP Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu berdasarkan Badan pusat Statistik (BPS) tahun 2013 sebesar 177. Untuk Trend kematian ibu di Kalimantan timur dapat terlihat pada tabel berikut : Gambar 3.5 Trend Jumlah Kematian Ibu Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2015 Sumber : Buku Profil Kab/Kota 2013-2016

22 Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah kasus kematian ibu setiap tahun mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 113 kasus kematian, turun pada tahun 2014 menjadi 104 kasus, tahun 2015 menjadi 100 kasus kematian ibu dan kembali turun pada tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian ibu. Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Jumlah kematian ibu yang dilaporkan tertinggi pada Kabupaten Kutai Kertanegara sebesar 32 kasus kematian, dimana jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) yaitu sebanyak 29 kasus kematian ibu, Kabupaten Kutai Timur sebanyak 16 kasus kematian, jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) sebanyak 12 kasus kematian ibu.

23 Gambar 3.6 Trend Jumlah Kematian Ibu Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2015 Sumber : Buku Profil Kab/Kota 2013-2016 Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah kasus kematian ibu setiap tahun mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 113 kasus kematian, turun pada tahun 2014 menjadi 104 kasus, tahun 2015 menjadi 100 kasus kematian ibu dan kembali turun pada tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian ibu. B. ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) Meningkatnya status kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh meningkatnya angka harapan hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna. Menurut data estimasi parameter demografi yang dikeluarkan BPS Provinsi Kalimantan

24 Timur, angka harapan hidup penduduk Kalimantan Timur setiap tahunnya terus meningkat. Gambar 3.7 Angka Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2013-2015 Pada tahun 2013 angka harapan hidup (AHH) penduduk Kalimantan Timur tercatat 71,78 tahun, dan semakin meningkatnya angka harapan hidup dimana pada tahun 2014 mencapai 71,78 dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 73,65. C. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Angka Kesakitan (Morbiditas) menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu penyakit. Angka kesakitan juga berperan dalam penilaian derajat kesehatan

25 masyarakat. Data angka kesakitan penduduk berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program kesehatan di tingkat provinsi. Gambar 3.8 Angka Kesakitan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2105 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2013-2015 Angka kesakitan pada tahun 2013 adalah 11,74 dan menurun pada tahun 2014 menjadi 9, 18 dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 11,90. 1. ANGKA KESAKITAN TB PARU BTA+ Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacteriun tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS,

26 Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Gambar 3.9 Jumlah Penemuan Kasus Baru TB BTA+ Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Jumlah penemuan kasus baru TB BTA+ tertinggi di Kota Samarinda dan Balikpapan sebesar 457 kasus, untuk Kota samarinda jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya (2015) yaitu sebesar 462 kasus, dan balikpapan mengalami peningkatan jumlah kasus, pada tahun 2015 sebesar 407 kasus.

27 Gambar 3.10 Trend Jumlah Penemuan Kasus Baru TB BTA+ Provinsi Kaltim Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2013-2016 Jumlah penemuan kasus baru TB pada tahun 2013 sebesar 2.416 orang, pada tahun 2014 turun menjadi 1.953 orang dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 2.391 orang dan menurun pada tahun 2016 menjadi 2.383 temuan kasus baru TB BTA +

28 Gambar 3.11 Angka Keberhasilan pengobatan TB (Succes Rate) Per kabupaten/kota Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Angka Keberhasilan Pengobatan Tb (Success Rate) tertinggi pada Kabupaten Kutai Timur sebesar 97,44 dan terendah pada kabupaten Paser sebesar 56,49, angka ini meningkat dari capaian tahun sebelumnya (2015) sebesar 52. Gambar 3.12 Persentase Keberhasilan Pengobatan Tb Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Target RPJMN =78 % Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2013-2016

29 Persentase Keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2013 sebesar 96,12% menurun pada tahun 2014 menjadi 90,64%, kembali mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 82,57% dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 83,86%. 2. ANGKA KEJADIAN KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Gambar 3.13 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Per Kab/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016

30 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)tertinggi pada kota Samarinda sebesar 2.814 kasus DBD, dimana jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) yaitu sebesar 1.541 kasus DBD, kota Balikpapan dengan jumlah 2.508 kasus DBD, jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2015) yaitu sebesar 2.145 kasus DBD. Gambar 3.14 Trend Demam Berdarah Dengue Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2013 sebesar 3.694 kasus, meningkat pada tahun 2014 menjadi 6.709 kasus dan kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 7.305 kasus dan kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 10.878 kasus.

31 Gambar 3.15 Jumlah Kematian Karena Demam Berdarah Dengue Per Kab/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota 2016 Jumlah Kematian karena Demam Berdarah Dengue tertinggi pada kota Balikpapan sebanyak 26 kasus kematian, jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yaitu sebanyak 25 kasus kematian. Kota samarinda pada tahun 2016 sebanyak 18 kasus kematian, jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yang hanya 9 kasus kematian.

32 Gambar 3.16 Jumlah Kematian Karena Demam Berdarah Dengue Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Jumlah kematian Demam Berdarah Dengue mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2013 sebesar 21 kasus, meningkat pada tahun 2014 menjadi 54 kasus, kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 68 kasus dan pada tahun 2016 kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 87 kasus kematian. 3. MORBIDITAS DIARE Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lembek (setengah cair) dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja. Menurut lama diare terbagi menjadi 2 yaitu Diare akut dan Diare Kronik, Diare akut adalah BAB lembek/cair/air frekuensi berlangsung 3x24 Jam selama

33 < 14 hari, sedangkan Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (14 hari). Gambar 3.17 Persentase penderita diare yang ditangani Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2016 tertinggi pada Kabupaten Mahakam Ulu sebanyak 210%, karena data target sasaran lebih rendah dari temuan real kasus dan terendah pada kota Samarinda sebesar 58%.

34 Gambar 3.18 Trend Persentase penderita diare yang ditemukan & ditangani Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Persentase penderita Diare yang ditangani cenderung meningkat setiap tahunnya pada tahun 2013 sebesar 92,2% dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 117,2, begitu pula pada tahun 2015 tetap pada 117 % namun menurun pada tahun 2016 menjadi 99,7%. 4. PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak yang kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

35 Gambar 3.19 Penderita Pneumonia Ditemukan Dan Ditangani Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Jumlah Kasus Pneumonia Balita tertinggi pada Kota Balikpapan sebesar 3.131 kasus pneumonia yang di temukan dan ditangani, jumlah ini lebih rendah dari tahun 2015 yaitu sebesar 3.632 kasus.

36 Gambar 3.20 Trend Penemuan Penderita Pneumonia dan ditangani Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Persentase penemuan penderita kasus pneumonia dan di tangani pada Balita yang ditangani pada tahun 2013 sebesar 17,9% menurun pada tahun 2014 menjadi 14,6% dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 23,6%. dan kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 38,89%. 5. KASUS HIV & AIDS HIV/AIDS mrupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh, sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam infeksi lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.

37 Gambar 3.21 Jumlah Kasus Baru AIDS Per kelompok usia Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Jumlah Kasus Baru AIDS tahun 2016 tertinggi terjadi pada kelompok umur 25 tahun sampai dengan 49 tahun sebesar 240 kasus. Gambar 3.22 Jumlah Kasus Baru HIV Per Kelompok umur Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

38 Jumlah kasus baru HIV tertinggi terjadi pada kelompok umur 25 tahun sampai dengan 49 tahun yaitu sebesar 542 kasus. Gambar 3.23 Jumlah Kematian Akibat AIDS Per Kelompok umur Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Untuk jenis penyakit terbanyak berdasarkan pencatatan di Puskesmas dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar 3.24 10 penyakit Terbanyak Berdasarkan Pencatatan di puskesmas Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

39 D. STATUS GIZI Dalam rangka menanggulangi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita dilakukan berbagai upaya melalui pemantauan pertumbuhan balita, identifikasi maupun intervensi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Salah satu upaya perbaikan gizi masyarakat adalah pemantauan status gizi balita. Dengan melihat perkembangan status gizi balita, dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan anak, sehingga dapat diketahuii bila ada kelainan pada balita. Kegiatan pemantauan perkembangan status gizi balita dilaksanakan melalui penimbangan setiap bulan pada balita di posyandu. Berdasarkan penimbangan terseut didapatkan data jumlah balita ditimbang, balita dengan berat badan naik (dibandingkan dengan berat badan bulan sebelumnya), dan balita yang dikategorikan BGM (Berat Badan Dibawah Garis Merah). Gambar 3.25 Cakupan Balita Yang Ditimbang (D/S) Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

40 Cakupan Balita yang di timbang (D/S) tertinggi pada Balikpapan sebesar 78%, cakupan ini sama dengan tahun 2015. Cakupan terendah Kabupaten Kutai Timur sebesar 21%, cakupan ini lebih rendah dari tahun 2015 yang mencapai 44%. Untuk capaian Provinsi tahun 2016 sebesar 57% meningkat dari tahun 2015 yang hanya sebesar 44%. Gambar 3.26 Cakupan Balita Yang Ditimbang (D/S) Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Kab/Kota Tahun 2013-2016 Pada tahun 2013 jumlah persentase Balita Yang di timbang sebesar 44,9% meningkat pada tahun 2014 menjadi 50,7% dan menurun pada tahun 2015 menjadi 44,0% dan meningkat pada tahun 2016 sebesar 57%.

41 Gambar 3.27 Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) paling tinggi di daerah Kota Kutai Timur sebesar 1.282 orang, jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yang hanya 234 orang. Kota Balikpapan pada tahun 2016 sebesar 1.217 orang, jumlah ini menurun dari tahun 2015 yaitu sebesar 3.113 orang. Gambar 3.28 Trend Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016

42 Melihat grafik diatas trend balita Bawah Garis Merah (BGM) pada tahun 2013 sebesar 3.372 balita menurun pada tahun 2014 menjadi 3.273 balita dan meningkat cukup tinggi pada tahun 2015 menjadi 6.357 balita,dan menurun pada tahun 2016 menjadi 4.520 balita BMG. Gambar 3.29 Gizi Buruk Yang Ditemukan Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Jumlah gizi buruk yang ditemukan di Provinsi Kalimantan Timur Pada tahun 2016 tertinggi pada Kabupaten Kutai Kertanegara sebanyak 88 kasus jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yaitu sebanyak 87 kasus. Kota Samarinda pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 67 kasus jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yaitu sebanyak 65 kasus.

43 Gambar 3.30 Trend Gizi Buruk Yang Ditemukan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Dari grafik diatas trend gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2013 sebesar 341 kasus menurun pada tahun 2014 menjadi 233 kasus, meningkat pada tahun 2015 menjadi 318 kasus serta kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 339 kasus gizi buruk yang ditemukan. Gambar 3.31 Persentase Gizi Buruk Yang Ditemukan & mendapat Perawatan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Kab/Kota Tahun 2016

44 Cakupan Gizi Buruk yang ditemukan dan mendapatkan perawatan tahun 2016 untuk semua Kabupaten kota telah 100% Gambar 3.32 Persentase Gizi Buruk Yang Ditemukan & mendapat Perawatan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Kab/Kota Tahun 2013-2016 Dari grafik diatas trend persentase gizi buruk yang ditemukan dan mendapat perawatan pada tahun 2013 sebesar 96% meningkat pada tahun 2014 menjadi 100% dan menurun pada tahun 2015 menjadi 99% dan meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi 100%.

45 Gambar 3.33 Cakupan Murid SD Yang Mendapat pelayanan kesehatan Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Cakupan Murid SD yang mendapatkan pelayanan kesehatan Kalimantan Timur pada tahun 2016 yaitu 99,34%

46 BAB IV UPAYA KESEHATAN Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimum 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0 12 minggu), minimum 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 10 T, yaitu; 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2. Pengukuran tekanan darah; 3.Menilai status gizi (ukur LILA); 4. Ukur tinggi fundus uteri; 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin;6. skrining

47 status imunisasi TT( dan pemberian imunisasi TT); 7. pemberian tablet besi (90tablet selama kehamilan); 8. Tes Lab sederhana (golongan darah, Hb, Glukoprotein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis HIV, Malaria, TBC); 9) Tata laksana kasus; 10) Temu wicara (konseling) termasuk penyakit akibat kerja (PAK) serta KB pasca persalinan. Hasil pencapaian upaya kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Sedangkan Cakupan K4 adalahpersentase ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar 10T, paling sedikit 4 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksa kehamilannya ke tenaga kesehatan.

48 Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 tertinggi di Kabupaten Mahakam Ulu sebesar 115,59 % karena data sasaran dari Pusdatin terlalu rendah dan terendah pada kabupaten Kutai Barat sebesar 89,65% capaian ini lebih rendah dari tahun 2015 yaitu 104%. Gambar 4.2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

49 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 tertinggi pada Kota Bontang sebesar 98% dan terendah pada Kabupaten Berau dan Kutai Barat sebesar 74%.Untuk Kabupaten Berau capaian ini meningkat dari tahun 2015 yang hanya 65%, sedangkan Untuk Kutai Barat capaian ii menurun dari tahun 2015 yaitu 84%. Gambar 4.3 Trend Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan pelayanan ibu hamil K1 pada tahun 2013 97% meningkat pada tahun 2014 meningkat menjadi 100% dan tetap 100% pada Tahun 2015 dan turun pada tahun 2016 menjadi 98,5%.

50 Gambar 4.4 Trend Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan pelayanan ibu hamil K4 pada tahun 2013 85,1% meningkat pada tahun 2014 meningkat menjadi 89,1% dan tetap 86,9% pada Tahun 2015 dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 88,1%.

51 Gambar 4.5 Cakupan Persalinan Di Tolong Tenaga Kesehatan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Persalinan Di Tolong Tenaga Kesehatan Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 tertinggi di kota Balikpapan dan Berau sebesar 95% dan terendah Kabupaten Kutai Barat sebesar 73% cakupan ini lebih rendah dari tahun 2015 yaitu sebesar 88% Gambar 4.6 Trend persalinan Di Tolong Nakes Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

52 Trend Persalinan di tolong tenaga kesehatan di provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2013 sebesar 87% meningkat pada tahun 2014 menjadi 94%, menurun pada tahun 2015 menjadi 91% dan kembali menurun pada tahun 2016 sebesar 90,1%. 2. Penanganan Neonatal Komplikasi Neonatal komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital lainnya yang membutuhkan penanganan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, atau perawat). Gambar 4.7 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

53 Cakupan penangganan komplikasi neonatal tertinggi pada kota Balikpapan (100%) dan terendah pada kabupaten Kutai Timur sebesar 7% cakupan ini lebih rendah dari tahun 2015 sebesar 99%. Gambar 4.4 Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Dari gambar diatas untuk persentase penanganan komplikasi neonatal pada tahun 2013 sebesar 48,6% meningkat pada tahun 2014 menjadi 63,2%, menurun pada tahun 2015: 57,9% dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 68,1%. 3. Kunjungan Neonatal Kelompok neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan kelompok umur yang memiliki risiko tinggi gangguan kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan dengan pelayanan kesehatan neonatal saat lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan

54 neonatus sebanyak 3 kali. Pelayanan yang diberikan terkait pemerikaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi. Gambar 4.5 Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) di semua kabupaten kota cukup baik, yang masih harus ditingkatkan pada kota Samarinda sebesar 88%.

55 Gambar 4.6 Cakupan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) di semua kabupaten kota cukup baik, namun untuk kota Bontang cakupan masih 60% walaupun cakupan ini lebih tinggi dari tahun 2015 (55%).

56 Gambar 4.7 Trend Cakupan KN1 Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Dari grafik diatas menunjukkan Jumlah Kunjungan neonatal (KN1) pada tahun 2013 sebesar 95% menurun pada tahun 2014 menjadi 94% dan pada tahun 2015 tetap 94%, dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 95%. Gambar 4.8 Trend Cakupan KN lengkap Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

57 Dari grafik diatas menunjukkan Jumlah Kunjungan neonatal lengkap (KN1) pada tahun 2013 sebesar 88,1% menurun pada tahun 2014 menjadi 85,4% dan pada tahun 2015 turun menjadi 84,5%, dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 87,7%. 4. Pelayanan Imuninasi Program imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Gambar 4.9 Cakupan Imunisasi Dasar Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Imunisasi Lengkap di semua kabupaten kota cukup baik, yang masih harus ditingkatkan pada kabupaten Kutai

58 Kerta Negara karena capaian masih 80%, dan capaian ini lebih rendah dari tahun 2015 ( 93%) Gambar 4.10 Trend Cakupan Imunisasi Dasar Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Trend persentase imunisasi lengkap pada tahun 2013 yaitu 63% meningkat pada tahun 2014 menjadi 94%, menurun pada tahun 2015 menjadi 91% dan kembali menurun pada tahun 2016 menjadi 88,6%.

59 Gambar 4.11 Persentase Kelurahan Yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Di Provinsi Kaltim Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Kelurahan Yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) untuk semua kabupaten/kota cukup baik, namun perlu perbaikan untuk Kabupaten Paser dengan capaian 67% walaupun capaian ini meningkat dari tahun 2015 (60%) dan Kabupaten Kutai Kartanegara capaian masih 71%. dimana capaian ini lebih rendag dari tahun 2015 (75%).

60 Gambar 4.12 Trend Cakupan Kelurahan Yang Mencapai Universal Child Immunization (Uci) Di Prov. KaltimTahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Trend Persentase Kelurahan Yang Mencapai Universal Child Immunization (Uci) pada tahun 2013 sebesar 74% meningkat pada tahun 2014 sebesar 78%, meningkat di tahun 2015 menjadi 81% dn tetap pada tahun 2016. 5. Pelayanan Keluarga Berencana Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS/ pasangan suami istri, istri berusia 15 sampai dengan 49 tahun) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB Aktif) serta metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan Pasangan Usia Subur (PUS).

61 Gambar 4.13 Persentase Peserta KB Aktif Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Cakupan Peserta KB Aktif per Kabupaten/Kota masih harus di tingkatkan seperti kota Samarinda yang masih 49%, walaupun capaian ini meningkat dari tahun 2015 (45%), Kutai Barat pada tahun 2016 sebesar 50% capaian ini sama dengan capaian tahun 2015.

62 Gambar 4.14 Trend Cakupan Peserta KB Aktif Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Trend Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2013 sebesar 67% menurun pada tahun 2014 menjadi 55%,meningkat pada tahun 2015 menjadi 58% dan kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi 63%. B. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-phbs, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu : (1)

63 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif selama 6 bulan, (3) menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok di dalam rumah. Gambar 4.15 Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Dari grafik diatas terlihat cakupan Rumah Tangga ber PHBS capainnya masih harus dtingkatkan, seperti pada kabupaten Berau yang capaiannya hanya 35%, mahakam Ulu sebesar 36% capaian ini telah meningkat dari tahun 2015.

64 Gambar 4.16 Trend Cakupan Rumah Tangga Ber-Phbs Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016 Persentase Rumah Tangga ber-phbs pada tahun 2013 sebesar 137,7% menurun pada tahun 2014 menjadi 55,6% dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 58,9%. 2. Posyandu Aktif Jenis UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat) yang paling memasyarakat adalah posyandu dengan kegiatan 5 program prioritasnya yaitu perbaikan gizi, Imunisasi, penanganan diare, KM dan KB. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan 1 kali dalam sebulan dengan sistem 5 meja dengan 4 meja dikelola oleh kader dan 1 meja (meja kelima) merupakan pelayanan kesehatan yang ditangani oleh perugas puskesmas atau tenaga kesehatan.

65 Gambar 4.17 Cakupan Posyandu Aktif Timur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Kab/Kota Tahun 2016 Dari grafik diatas terlihat cakupan posyandu aktif masih belum optimal seperti pada Kabupaten Mahakam Ulu capaian hanya 21% capaian ini menurun dari tahun 2015 (44%), Kota Samarinda capaian 2016 sebesar 23% dimana capaian ini menurun dari tahun 2015 (31%). Gambar 4.18 Cakupan Posyandu Aktif Timur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2013-2016

66 Trend Cakupan Posyandu Aktif pada tahun 2013 sebesar 25,2% meningkat pada tahun 2014 menjadi 47,1% dan kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 60,56% namun menurun pada tahun 2016 menjadi 47,9%. C. KEADAAN LINGKUNGAN 1. Persentase Rumah Sehat Rumah yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga penghuninya tidak merasa berdesakan, semakin luas rumah yang dihuni maka semakin luas ruang gerak penghuninya. Luas lantai bangunan tempat tinggal menjadi salah satu indikator perumahan sehat. Gambar 4.19 Cakupan Rumah Sehat Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

67 Cakupan Rumah Sehat pada tahun 2016 untuk provinsi Kalimantan Timur capaian 61%, cakupan terendah pada kabupaten Mahakam Ulu yang hanya 3,1 %, cakupan ini menurun dari tahun 2015 (46%) Gambar 4.19 Trend Cakupan Rumah Sehat Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Trend Cakupan Rumah Sehat pada tahun 2013 sebesar 0,5% meningkat pada tahun 2014 menjadi 49%, meningkat pada tahun 2015 menjadi 61% dan tetap pada tahun 2016.

68 BAB v SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesahatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. A. TENAGA KESEHATAN Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Gambar 5.1 Rasio Tenaga Medis Per 100. 000 penduduk Di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016

69 Pada grafik diatas terlihat rasio dokter spesialis sebesar 17,57 dokter umum, 48% dokter gigi : 8,19% dan dokter gigi spesialis sebesar 1. Gambar 5.2 Ratio Tenaga Kesehatan menurut Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Sumber : Buku Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2016 Rasio Tenaga Kesehatan pada tahun 2016 sebagai berikut : Perawat sebesar 217,23, Bidan sebesar 88,16, Perawat gigi : 4,99, apoteker sebesar 8,19 dan tenaga kefarmasian sebesar 22,72.

70 B. FASILITAS KESEHATAN Penyebaran Fasilitas Kesehatan yang ada di 10 kabupaten/kota meliputi Rumah Sakit, puskesmas, sarana pelayanan lainnya baik milik pemerintah maupun swasta. Tabel 5.3 Penyebaran Fasilitas Kesehatan Menurut Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 PEMILIKAN/PENGELOLA NO FASILITAS KESEHATAN PEM.KAB/K KEMENKES PEM.PROV OTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH RUMAH SAKIT 1 RUMAH SAKIT UMUM 0 3 12 4 1 15 35 2 RUMAH SAKIT KHUSUS 2 1 1 0 0 9 13 PUSKESMAS DAN JARINGANNYA 1 PUSKESMAS RAWAT INAP 0 0 90 0 0 0 90 - JUMLAH TEMPAT TIDUR 0 0 333 0 0 0 333 2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 0 0 90 0 0 0 90 3 PUSKESMAS KELILING 0 0 151 0 0 0 151 4 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 714 0 0 0 714 SARANA PELAYANAN LAIN 1 RUMAH BERSALIN 0 0 1 0 0 2 3 2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 0 1 4 3 0 254 262 3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 0 0 0 0 10 10 4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 0 0 0 0 0 765 765 5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 0 0 0 0 0 45 45 6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 0 0 2 0 0 0 2 7 UNIT TRANSFUSI DARAH 0 0 6 0 0 2 8 SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 1 INDUSTRI FARMASI 0 0 0 0 0 0 0 2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 0 1 0 0 0 1 3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 0 4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 5 PEDAGANG BESAR FARMASI 0 0 0 0 0 1 1 6 APOTEK 0 0 24 0 0 478 502