PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII PMS NGABANG (PERSERO) MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL Daniel Roy Sibarani Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura danielroy.sibarani@yahoo.com Abstract- PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) is a company engaged in the palm oil industry. The company has never done any measurements of the factory productivity. During these the company just pays attention to the production targets that have been defined to be achieved and it only counts the profits from the sale of CPO that is produced as a good measurement of what has been set by the company. One form of the problem solving for this productivity problem is with using Marvin E. Mundel method, a solution that can be used to perform the measurements and increase of the productivity. Marvin E. Mundel method has two forms of measurement for the productivity index, they are the ratio between the performance index for the base period and the ratio between the index of output and input. The results shawed that the partial productivity index material and energy partial productivity index has fluctuated up and down. At the same time the partial labor productivity index, depreciation and maintenance has decreased when compared with the base period. The total productivity index PT. PMS Ngabang PTPN XIII (Persero) tend to decrease. The highest total productivity index in June 2012 was 112.19 and the lowest total productivity index was 86.93 occurred in December 2013. Keywords : PT. Perkebunan Nusantara XIII, Productivity, Marvin E. Mundel. 1. Pendahuluan PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) terletak di Kabupaten Landak dengan jarak kurang lebih 170 km dari ibukota provinsi (Pontianak). Pabrik Minyak Sawit (PMS) Ngabang mulai dibangun pada Juni 1986, dan mulai beroperasi pada Februari 1988. Kapasitas olahnya 30 ton TBS/jam. Kapasitas olah sehari adalah 30 ton TBS/Jam x 20 jam = 600 ton/hari. Bahan baku berupa tandan buah segar di dapat dari kebun plasma yang dikelola oleh masyarakat dan sawit inti yang dikelola oleh Pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dilaksanakan di pabrik. PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) belum pernah melakukan pengukuran produktivitas. Perusahaan hanya memperhatikan target produksi yang sudah ditetapkan perusahaan agar dapat tercapai dan perusahaan hanya menghitung keuntungan yang didapat dari hasil penjualan CPO yang diproduksi sebagai ukuran baik dari apa yang telah ditetapkan oleh Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi sumber informasi yang bermanfaat dalam menentukan titik ukur bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan output yang diharapkan, dan juga untuk mengetahui faktor-faktor (kriteria) apa yang secara dominan mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan sehingga peneliti melakukan suatu penelitian untuk menilai kinerja Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana indeks produktivitas PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero)? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero)? 3. Bagaimana meningkatkan produktivitas perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero)? 2. Teori Dasar Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah : a. Pengertian Produktivitas Griffin (2004 : 213) produktivitas (productivity) adalah ukuran efisiensi ekonomis yang mengikhtisarkan nilai dari output relatif terhadap nilai dari input yang dipakai untuk menciptakannya. Menurut Yuniarsih (2011: 158) secara umum produktivitas dapat dimaknai sebagai nilai output dalam interaksi dan interelasinya dengan kesatuan nilai-nilai input. Konsep produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental dan perilaku yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan ( continuous improvement), dan mempunyai pandangan bahwa kinerja hari esok harus lebih baik dari prestasi hari ini. Menurut Nasution (2006: 421), produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering lebih umum dinyatakan sebagai rasio output dibagi input. Jika lebih banyak output yang dihasilkan dengan input yang sama, maka disebut terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga input yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang tetap, maka produktivitas dikatakan meningkat. 13
b. Penilaian dan Pengukuran Kinerja Penilaian dan pengukuran kinerja merupakan bagian penting dalam menentukan tingkat produktivitas seseorang. Penilaian kinerja ( job asssessment) adalah bagian dari proses manajemen sumber daya manusia yang menitikberatkan pada upaya untuk memotret hasil yang telah dicapai secara obyektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan pengukuran. Sedangkan pengukuran kinerja lebih menitikberatkan pada upaya untuk melakukan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana atau standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian bisa diketahui kadar atau tingkat ketercapaiannya, untuk kemudian dijadikan feedback ataupun feedforward (Yuniarsih, 2011: 162). c. Manfaat Pengukuran Produktivitas Gasperesz dalam Yuniarsih (2011: 164) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi, antara lain : 1. Organisasi dapat menilai efesiensi konversi penggunaan sumber daya, agar dapat meningkatkan produktivitas. 2. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. 3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis organisasi dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberi prioritas yang tepat, dipandang dari sudut produktivitas. 4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas organisasi dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas ( actual productivity). Dalam hal ini tingkat produktivitas akan memberi informasi dalam mengidentifikasi masalah atau perubahan yang terjadi sebelum tindakan korektif diambil. 6. Pengukuran produktivitas menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingan tingkat produktivitas antar organisasi yang sejenis, serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas organisasi pada skala nasional maupun global. 7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan organisasi. 8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya peningkatan produktivitas terus-menerus. d. Model Marvin E. Mundel Marvin E. Mundel dalam Nasution (2006: 444) mengemukakan dua bentuk pengukuran indeks produktivitas, yaitu : = X 100 (1) = X 100 (2) Dimana : IP = Indeks Produktivitas AOMP = Output agregat untuk periode yang diukur AORP = Output agregat untuk periode dasar RIMP = Input untuk periode yang diukur RIBP = Input untuk periode dasar Dua bentuk indeks produktivitas yang dikemukakan oleh Marvin E. Mundel tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu adalah serupa, dimana kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapan pengukuran produktivitas pada tingkat 3. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero), Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak. Objek dalam penelitian ini adalah pengukuran produktivitas, sedangkan subjek penelitiannya adalah pabrik PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero). Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 14
4. Hasil Eksperimen Hasil eksperimen terhadap penelitian adalah sebagai berikut : a. Produktivitas Parsial Material material cenderung mengalami fluktuasi. Pengukuran indeks produktivitas parsial material memperlihatkan bahwa indeks produktivitas parsial material tertinggi dicapai pada bulan Juni 2012 sebesar 115,47 dan indeks produktivitas parsial material terendah dicapai pada bulan Desember 2013 sebesar 94,37. Hasil perhitungan produktivitas parsial material selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Perhitungan Produktivitas Parsial Material Januari 2011 100 Juli 2012 94,72 Februari 2011 101,4 Agustus 2012 96,65 Maret 2011 103,31 September 2012 94,73 April 2011 103,09 Oktober 2012 95,32 Mei 2011 106,31 November 2012 96,68 Juni 2011 105,82 Desember 2012 96,88 Juli 2011 105,56 Januari 2013 100 Agustus 2011 106,35 Februari 2013 97,23 September 2011 103,98 Maret 2013 96,46 Oktober 2011 102,79 April 2013 96,93 November 2011 105,69 Mei 2013 98,89 Desember 2011 104 Juni 2013 102,47 Januari 2012 95,6 Juli 2013 99,11 Februari 2012 95,72 Agustus 2013 100,85 Maret 2012 99,22 September 2013 100,3 April 2012 98,76 Oktober 2013 96,58 Mei 2012 100,91 November 2013 95,32 Juni 2012 115,47 Desember 2013 94,37 b. Produktivitas Parsial Tenaga Kerja tenaga kerja mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode dasar. Hanya pada bulan Februari 2011 dan bulan Juli 2011 yang indeks produktivitas parsial tenaga kerja yang mengalami peningkatan. Hasil perhitungan produktivitas parsial tenaga kerja selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Perhitungan Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Januari 2011 100 Juli 2012 77,63 Februari 2011 102,39 Agustus 2012 67,05 Maret 2011 98,58 September 2012 87,96 April 2011 96,94 Oktober 2012 84,76 Mei 2011 98,75 November 2012 65,67 Juni 2011 97,95 Desember 2012 57,38 Tabel 2 Perhitungan Produktivitas Parsial Tenaga Kerja (Lanjutan) Juli 2011 101,87 Januari 2013 43,46 Agustus 2011 82,21 Februari 2013 55,85 September 2011 96,79 Maret 2013 52,51 Oktober 2011 79,91 April 2013 58,62 November 2011 82,45 Mei 2013 48,96 Desember 2011 84,63 Juni 2013 57,87 Januari 2012 86,83 Juli 2013 57,26 Februari 2012 92,57 Agustus 2013 47,05 Maret 2012 71,34 September 2013 63,77 April 2012 99,7 Oktober 2013 78,8 Mei 2012 79,57 November 2013 82,09 Juni 2012 83,74 Desember 2013 81,31 c. Produktivitas Parsial Energi energi cenderung mengalami fluktuasi. Pengukuran indeks produktivitas parsial energi memperlihatkan bahwa indeks produktivitas parsial energi tertinggi dicapai pada bulan Oktober 2012 sebesar 267,79 dan indeks produktivitas parsial energi terendah dicapai pada bulan November 2011 sebesar 45,19. Hasil perhitungan produktivitas parsial energi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Perhitungan Produktivitas Parsial Energi Januari 2011 100 Juli 2012 148,06 Februari 2011 134,75 Agustus 2012 182,98 Maret 2011 120,66 September 2012 115,33 April 2011 58,53 Oktober 2012 267,79 Mei 2011 80,98 November 2012 216,42 Juni 2011 80,58 Desember 2012 80,14 Juli 2011 80,75 Januari 2013 67,66 Agustus 2011 56,21 Februari 2013 260,02 September 2011 50,02 Maret 2013 82,2 Oktober 2011 77,81 April 2013 64,36 November 2011 45,19 Mei 2013 102,5 Desember 2011 54,69 Juni 2013 139,8 Januari 2012 82,36 Juli 2013 72,14 Februari 2012 118,61 Agustus 2013 55 Maret 2012 194,3 September 2013 231,85 April 2012 190,4 Oktober 2013 110,78 Mei 2012 185,75 November 2013 97,67 Juni 2012 215,1 Desember 2013 84,57 15
d. Produktivitas Parsial Depresiasi depresiasi cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode dasar. Penurunan produktivitas parsial depresiasi ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan jumlah produksi. Semakin rendah jam olah pabrik berarti mengindikasikan bahwa pabrik tidak beroperasi dengan maksimal ( pabrik berhenti beroperasi). Dengan demikian, depresiasi mesin dan peralatan pabrik juga semakin rendah karena pabrik tidak beroperasi. Hasil perhitungan produktivitas parsial depresiasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Perhitungan Produktivitas Parsial Depresiasi Januari 2011 100 Juli 2012 81,89 Februari 2011 97,1 Agustus 2012 86,71 Maret 2011 117 September 2012 95,27 April 2011 117,85 Oktober 2012 84,47 Mei 2011 105,04 November 2012 74,17 Juni 2011 96,73 Desember 2012 66,07 Juli 2011 93,8 Januari 2013 65,41 Agustus 2011 87,53 Februari 2013 73,96 September 2011 89,52 Maret 2013 81,16 Oktober 2011 87,24 April 2013 79,67 November 2011 85 Mei 2013 80,47 Desember 2011 111,21 Juni 2013 81,19 Januari 2012 85,36 Juli 2013 88,78 Februari 2012 95,03 Agustus 2013 92,08 Maret 2012 92,44 September 2013 97,21 April 2012 96,85 Oktober 2013 99,21 Mei 2012 99,57 November 2013 102,64 Juni 2012 86,38 Desember 2013 106,79 e. Produktivitas Parsial Maintenance maintenance mengalami penurunan secara keseluruhan jika dibandingkan dengan periode dasar. Pengukuran indeks produktivitas parsial maintenance memperlihatkan bahwa indeks produktivitas parsial maintenance paling rendah dicapai pada bulan Juni 2013 sebesar 10,73. Hasil perhitungan produktivitas parsial maintenance selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Perhitungan Produktivitas Parsial Maintenance Januari 2011 100 Juli 2012 18,64 Februari 2011 48,29 Agustus 2012 28,35 Maret 2011 66,9 September 2012 33,32 April 2011 55,88 Oktober 2012 31,23 Mei 2011 37,16 November 2012 67,86 Tabel 5 Perhitungan Produktivitas Parsial Maintenance (lanjutan) Juni 2011 37,8 Desember 2012 23,14 Juli 2011 57,45 Januari 2013 39,73 Agustus 2011 25,72 Februari 2013 26,15 September 2011 50,11 Maret 2013 32,9 Oktober 2011 54,62 April 2013 25,91 November 2011 19,15 Mei 2013 38,67 Desember 2011 19,13 Juni 2013 10,73 Januari 2012 54,08 Juli 2013 29,15 Februari 2012 47,8 Agustus 2013 67,31 Maret 2012 25,94 September 2013 26,59 April 2012 32,69 Oktober 2013 26,49 Mei 2012 61,57 November 2013 72,74 Juni 2012 36,96 Desember 2013 15,19 f. Produktivitas Total Indeks produktivitas total PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) cenderung mengalami penurunan. Tetapi ada beberapa periode mengalami peningkatan produktivitas terutama pada tahun 2011. Pada periode bulan Januari 2011 (periode dasar) sampai dengan Oktober 2011 terjadi peningkatan produktivitas, peningkatan ini tidak terlalu signifikan. Pada periode bulan November 2011 sampai dengan April 2012 terjadi penurunan produktivitas dan kembali meningkat pada dua periode berikutnya, yaitu Mei 2012 dan Juni 2012. Setelah itu dari periode Juli 2012 hingga Desember 2013 terjadi penurunan produktivitas. Indeks produktivitas total tertinggi terjadi pada bulan Juni 2012 sebesar 111,38 dan indeks produktivitas total terendah terjadi pada bulan Desember 2013 sebesar 87,72. Peningkatan indeks produktivitas total pada bulan Juni 2012 ini terjadi karena kecilnya biaya masukan input sedangkan jumlah keluarannya cukup besar. Hasil perhitungan produktivitas total selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini : Tabel 6 Perhitungan Produktivitas Total Januari 2011 100 Juli 2012 89,48 Februari 2011 100,18 Agustus 2012 92,75 Maret 2011 102,57 September 2012 92,38 April 2011 101,03 Oktober 2012 92,94 Mei 2011 103,18 November 2012 95,16 Juni 2011 102,76 Desember 2012 90,75 Juli 2011 103,94 Januari 2013 93,69 Agustus 2011 100,31 Februari 2013 92,19 16
Tabel 6 Perhitungan Produktivitas Total (Lanjutan) September 2011 101,21 Maret 2013 91,47 Oktober 2011 100,35 April 2013 91,2 November 2011 97,61 Mei 2013 93,87 Desember 2011 96,73 Juni 2013 90,12 Januari 2012 94,16 Juli 2013 93,57 Februari 2012 94,52 Agustus 2013 95,93 Maret 2012 94,88 September 2013 95,52 April 2012 96,61 Oktober 2013 92,75 Mei 2012 100,81 November 2013 94,48 Juni 2012 111,38 Desember 2013 87,72 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran indeks produktivitas parsial menunjukkan bahwa dari 5 (lima) faktor yang diukur terdapat 3 (tiga) faktor yang produktivitas parsialnya mengalami penurunan produktivitas, yaitu indeks produktivitas parsial tenaga kerja, indeks produktivitas parsial depresiasi dan indeks produktivitas parsial maintenance. Sedangkan indeks produktivitas parsial material dan indeks produktivitas parsial energi mengalami fluktuasi. Pengukuran indeks produktivitas total pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) cenderung mengalami penurunan dibandingkan periode dasar. Tetapi ada beberapa periode mengalami peningkatan terutama pada tahun 2011. Indeks produktivitas total tertinggi terjadi pada bulan Juni 2012 sebesar 111,38 dan indeks produktivitas total terendah terjadi pada bulan Desember 2013 sebesar 87,72. 2. Berdasarkan pengukuran indeks produktivitas parsial pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) dengan menggunakan metode Marvin E. Mundel ini memperlihatkan bahwa faktor tenaga kerja, depresiasi dan maintenance merupakan faktor yang menyebabkan produktivitas pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) mengalami penurunan. Penurunan indeks produktivitas parsial yang paling signifikan adalah indeks produktivitas parsial maintenance dan indeks produktivitas parsial tenaga kerja. Penurunan produktivitas parsial maintenance terjadi karena besarnya biaya perawatan atau perbaikan mesin dan peralatan pabrik, sedangkan penurunan produktivitas parsial tenaga kerja terjadi karena biaya tenaga kerja yang dikeluarkan besar tetapi hasil produksi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (kernel) yang dihasilkan rendah. 3. Berdasarkan pengukuran indeks produktivitas, maka sebaiknya dilakukan perawatan mesin dan peralatan pabrik secara terencana ( Planned Maintenance) dan perawatan pencegahan (preventive maintenance) dengan maksud untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan mesin. Dilihat dari tingkat produktivitas parsial maintenance pabrik, maka perlu dilakukan perawatan mesin dan peralatan pabrik secara rutin. Perawatan bisa dilakukan seminggu sekali dengan melakukan pemeriksaan keadaan mesin, service mesin, memperbaiki mesin-mesin yang mengalami kendala, mengganti peralatan mesin yang sudah tua, membersihkan lantai produksi, dan berbagai hal lainnya yang mnyangkut dengan perawatan. Selain itu, perusahaan juga harus memaksimalkan jam operasi pabrik agar jumlah output yang diproduksi juga maksimal serta hindari pemborosan waktu kerja jam olah pabrik karena hal ini dapat menyebabkan biaya yang dikeluarkan perusahaan besar. Perusahaan juga perlu memperhatikan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan proses produksi tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit, karena jumlah tenaga kerja yang berlebihan (terlalu banyak) dapat menyebabkan pemborosan biaya tenaga kerja sehingga dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh Referensi [1] Griffin, Ricky. W. 2004. Manajemen edisi 7 jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. [2] Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri, Penerbit ANDI, Yogyakarta. [3] Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, Aplikasi, dan Isu Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Biografi Daniel Roy Sibarani lahir di Pelawang pada 29 Juli 1990. Anak ketiga dari bapak Suparlin Sibarani dan ibu Mariana Mia. Penulis memulai pendidikan dasar di SDN 12 Pandan Sembuat pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003 di SDN 11 Selesung, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Kristen Cahaya Harapan Tayan dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Kristen Makedonia Ngabang dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun 2009 dan diterima menjadi mahasiswa Universitas Tanjungpura, pada program studi Teknik Industri, jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. 17